You are on page 1of 34

BAB I PENDAHULUAN

Hoarseness (suara parau) merupakan suara yang kasar tidak nyaring atau suara dengan nada yang lebih rendah dari suara yang biasa/ normal. Produksi suara sendiri merupakan suatu hasil dari koordinasi diantara sistem pernapasan, fonasi dan artikulasi, dimana masing-masing dipengaruhi oleh teknik bersuara dan status emosional setiap individu.1 Perkembangan berbagai profesi yang mengandalkan suara untuk bekerja seperti penyiar, presenter, penyanyi merupakan profesi yang akhir-akhir ini berkembang pesat terlihat dari banyaknya progam televisi ataupun radio mengandalkan suara. Suara parau pada profesi tersebut ukup ditemukan pravelensinya !,"-1#$. %engan penatalaksanaan yang kurang baik ternyata pravelensinya meningkat menjadi "#$.1 %i &nggris sekitar '(.((( pasien per tahun dirujuk ke bidang )*) karena bermasalah dengan suara.1,+ Suara parau bukan suatu penyakit melainkan gejala dari suatu penyakit, umumnya berhubungan dengan gangguan pita suara. ,angguan pita suara dapat terjadi karena adanya infeksi pada tenggorokkan, pemakaian suara yang berlebihan, pertumbuhan tumor pada pita suara, gangguan saraf pita suara, trauma pada leher akibat benturan dan infeksi paru-paru. Penyebab paling sering umumnya adalah infeksi pada tenggorokkan, biasanya karena infeksi saluran nafas atas, lesi jinak pita suara dan gangguan suara fungsional. Perlu di-aspadai apabila suara serak lebih dari + minggu harus segera diperiksakan untuk menilai gangguan pada pita suara. Penyebab lain yang perlu di-aspadai adalah tumor laring.+

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Embriologi, Anatomi dan Fi iologi a. Embriologi
Seluruh sistem pernapasan merupakan hasil pertumbuhan faring primitif. Pada saat embrio berusia #,' minggu suatu alur yang disebut laringotrakeal groove tumbuh dalam embrio pada bagian ventral foregut. .lur ini terletak disebelah posterior dari eminensia hipobronkial dan terletak lebih dekat dengan lengkung ke &/ daripada lengkung ke &&&.# Selama masa pertumbuhan embrional ketika tuba yang single ini menjadi dua struktur, tuba yang asli mula-mula mengalami obliterasi dengan proliferasi lapisan epitel, kemudian epitel diresopsi, tuba kedua dibentuk dan tuba pertama mengalami rekanulisasi. 0erbagai malformasi dapat terjadi pada kedua tuba ini, misalnya fistulatrakeoesofageal. Pada maturasi lanjut, kedua tuba ini terpisah menjadi esofagus danbagian laringotrakeal.# Pembukaan laringotrakeal ini adalah aditus laringeus primitif dan terletak diantara lengkung &/ dan /. .ditus laring pada perkembangan pertama berbentuk elah vertikal yang kemudian menjadi berbentuk ) dengan tumbuhnya hipobra hialeminen e yang tampak pada minggu ke # dan kemudian akan tumbuh menjadi epiglottis. Sepasang aritenoid yang tampak pada minggu ke ' dan pada perkembangan selanjutnya sepasang massa aritenoid ini akan membentuk tonjolan yang kemudian akan menjadi kartilago kuneiforme dan kartilago kornikulata. 1edua aritenoid ini dipisahkan oleh in isura interaritenoid yang kemudian berobliterasi. 1etika ketiga organ ini tumbuh selama minggu ke ' 2 1(, lumen laring mengalami obliterasi, baru pada minggu ke ! kembali terbentuk lumen yang berbentuk oval.1egagalan pembentukan lumen ini akan menyebabkan atresia atau stenosis laring. Plika vokalis sejati dan plika vokalis palsu terbentuk antara minggu ke 3 2 !.4 5tot-otot laring pada mulanya mun ul sebagai suatu sfingter intrinsik yang terletak dalam tunas kartilago tiroid dan krikoid. Selama perkembangan

selanjutnya, sfingter ini terpisah menjadi massa otot-otot tersendiri (mudigah 1# 2 16 mm). 5tot-otot laring pertama yang dikenal adalah interaritenoid, ariepiglotika, krikoaritenoidposterior dan krikotiroid. 5tot-otot laring intrinsik berasal dari mesoderm lengkung brakial ke 6 dan dipersarafi oleh 7. 8ekuren 9aringeus. :. 1rikotiroid berasal dari mesoderm lengkung brakial ke 4 dan dipersarafi oleh 7. 9aringeus Superior. 1umpulan otot ekstrinsik berasal dari eminensia epikardial dan dipersarafi oleh 7.*ipoglosus.4 b. Anatomi dan Fi iologi Proses fonasi merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak organ di tubuh. )erdapat # sistem organ pembentuk suara yang saling berintegrasi untuk menghasilkan kualitas suara yang baik yaitu sistem pernapasan, laring dan traktus vokalis supraglotis. a. Paru Paru berperan sangat penting pada proses fonasi karena merupakan organ pengaktif proses pembentukan suara. ;dara yang dihembuskan pada saat ekspirasi akan mele-ati elah glotis dan menghasilkan tekanan positif untuk menggetarkan pita suara. <ungsi paru yang baik sangat diperlukan agar dapat dihasilkan suara yang berkualitas. b. Saraf Susunan saraf pusat dan saraf tepi akan mengontrol dan mengkoordinasikan semua otot dan organ yang berperan dalam proses fonasi. 1erusakan pada saraf ini akan menga aukan proses pembentukan suara. . 8ongga mulut dan faring Perubahan ukuran dan bentuk rongga-rongga ini akan memperkuat intensitas suara yang dihasilkan melalui resonansi. d. Pita suara Pita suara merupakan generator pada proses fonasi. Pita suara digerakkan oleh otot-otot intrinsik laring. ,erakan dan getaran otot-otot pita suara merupakan gerakan terkendali (volunter), sehingga dapat dilatih untuk dapat menghasilkan suara yang diinginkan.'
3

Laring 9aring atau kotak suara (voi e bo=) merupakan bagian yang terba-ah dari saluran napas bagian atas. 0entuknya menyerupai limas segitiga terpan ung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian ba-ah. 0atas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas ba-ahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.6 9aring terdiri dari empat komponen dasar anatomi yaitu tulang ra-an, otot intrinsik dan ekstrinsik, dan mukosa. 0angunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid yang berbentuk seperti huruf ;, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Saat menelan, kontraksi otot-otot ini akan mengangkat laring. )ulang ra-an yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago tiroid, kartilago kuneiformis dan kartilago tritisea (gambar 1).3

,ambar 1. )ulang ra-an 9aring 5tot-otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. 5tot ekstrinsik terutama bekerja pada laring se ara keseluruhan, sedangkan otot intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri. 5tot ekstrinsik laring yang suprahioid ialah :. digastrikus, :. stilohioid, dan :. milohiodid. 5tot yang infrahioid ialah :.sternohioid, :.omohioid, dan
4

:.tirohioid. sedangkan otot intrinsik laring ialah :.krikoaritenoid lateral, :.tiroepiglotika, :.vokalis, :.tiroaritenoid, :.ariepiglotika, :.krikotiroid. 5tototot ini terletak di bagian lateral laring. 5tot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior ialah :.aritenoid transversal, :.aritenoid oblik dan :.krikoaritenoid posterior.",6 )erdapat tiga kelompok otot laring yaitu aduktor, abduktor dan tensor. 1elompok otot aduktor terdiri dari :.tiroaritenoid, :.krikoaritenoid lateral, dan :. interaritenoid. otot tiroaritenoid merupakan otot aduktor dari laring. Persarafan dari otot-otot aduktor oleh 7. 9aringeus rekuren. 5tot-otot tensor terutama oleh :.krikotiroid didukung :.tiroaritenoid. otot krikotiroid disarafi oleh abang eksterna 7. laringeus superior. 5tot abduktor adalah :.krikoaritenoid posterior yang disarafi abang 7.laringeus rekuren. Perdarahan untuk laring terdiri dari dua abang yaittu .. laringeus superior dan ..laringeus inferior. ' .rteri laringis superior merupakan abang dari a. tiroid superior. .rteri laringis inferior merupakan abang dari a.tiroid inferior.

,ambar +. Potongan midsagital leher, tampak anatomi laring

9ipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare membentuk plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu). 0idang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut rima glotis, sedangkan antara kedua plika ventrikularis disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam # bagian yaitu vestibulum laring (supraglotik), glotik dan subglotik. 9aring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi dan fonasi. 9aring membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. <ungsi laring untuk proteksi ialah untuk men egah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis se ara bersamaan. <ungsi laring dalam membantu proses menelan yakni gerakan laring bagian ba-ah ke atas, menutup aditus laringis, dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring. Saat bernapas pita suara membuka (gambar 4), sedangkan saat berbi ara atau bernyanyi akan menutup (gambar ') sehingga udara meninggalkan paru-paru, bergetar dan menghasilkan suara.6

,ambar #. Posisi pita suara saat bernapas

,ambar 4. Pita suara saat berbi ara

)inggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis. 0ila plika vokalis aduksi, maka :.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke ba-ah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat itu :.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartiago aritenoid ke belakang. Plika vokalis saat ini dalam kontraksi. Sebaliknya kontraksi :.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor.6 P!r ara"an Laring 9aring dipersarafi oleh abang- abang nervus vagus, yaitu n. laringis superior dan n. laringis inferior. 1edua saraf ini merupakan ampuran saraf di motorik dan sensorik. 7ervus laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring diba-ah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas m.konstriktor faring medial, di sebelah medial a. arotis interna dan eksterna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hyoid, dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri dalam + abang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus. 8amus ekternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring inferior dan menuju ke m.krikoid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak disebelah medial a. tiroid superior, menembus membrane hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringis superior menuju ke mukosa laring. 7ervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n. rekuren setelah saraf itu memberikan abangnya menjadi ramus kardia inferior. 7ervus rekuren merupakan abang dari n. vagus. 7. rekuren kanan akan menyilang di subklavia kanan di ba-ahnya, sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang di arkus aorta. 7ervus laringis inferior berjalan di antara abang- abang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan sampai pada permukaan medial m. krikofaring. %i sebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini ber abang + menjadi ramus anterior dan ramus posterior. 8amus anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsi laring bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot intrinsi laring bagian superior dan mengadakan anastomosis dengan n.laringis superior ramus internus.6
7

2.2 D!"ini i S#ara Para# Suara parau digambarkan sebagai suara yang kasar tidak nyaring atau suara yang susah keluar, atau suara dengan nada yang lebih rendah dari suara yang biasa/ normal. Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan gangguan pada pita suara yang merupakan bagian pembentuk suara yang terdapat di larynx. Selama bernafas pita suara saling menjauh, ketika berbi ara atau bernyanyi, pita suara saling mendekat, dan udara keluar dari paru, getaran udara menghasilkan suara.+ Semakin tebal dan semakin ke il ukuran pita suara, getaran yang dihasilkan semakin epat. Semakin epat getaran suara yang dihasilkan semakin tinggi. Pembengkakan pada pita suara dapat mengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara sehingga dapat terjadi perubahan pada suara.+ 2.$ P!n%!bab S#ara Para# 1. K!lainan Kong!nital a. 9aringomalasia :erupakan penyebab tersering suara parau saat bernafas pada bayi baru lahir. b. Laringeal webs :erupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian menutup jalan udara. "' $ selaput ini terletak diantara pita suara, tetapi selaput ini juga dapat terletak diatas atau diba-ah pita suara. . Cri du chat sindrome :erupakan suatu kelainan genetik pda bayi saat lahir yang bermanifestasi klinis berupa suara parau atau stridor saat bernafas. d. Paralisis pita suara 0isa terjadi saat lahir, baik mengenai satu atau kedua pita suara. )umor pada rongga dada ( mediastinum ) atau trauma saat lahir dapat menyebabkan kerusakan saraf pada laring yang mempersarafi pita suara. e. 1elainan trakea (trakeomalasi)
8

2. P!radangan a. Laringiti a&#t 9aringitis akut bisa disebabkan oleh infeksi viral, infeksi sekunder bakterial. .pabila tidak ada bukti adanya infeksi, laringitis akut bisa terjadi karena bahan kimia atau iritan dari lingkungan, atau akibat penggunaan suara berlebih (voi e overuse) pada penyanyi, pengajar dan sebagainya. 9aringitis akut merupakan radang mukosa pita suara dan laring kurang dari tiga minggu. Pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis. Pada anak laringitis akut dapat menyebabkan sumbatan jalan napas. Serangan infeksi mungkin akibat pemaparan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi makanan, malnutrisi dan daya tahan tubuh yang rendah." Etiologi Penyebab radang ini adalah bakteri (paling sering M.catarrhalis dan S.pneumonia), yang menyebabkan radang lokal atau virus (adenovirus atau virus influen>a) yang menyebabkan peradangan sistemik.6,3 '!(ala dan Tanda Pada radang ini terdapat gejala radang umum seperti demam, malaise, dan gejala lokal seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri menelan atau berbi ara, serta gejala sumbatan laring. Selain itu, terdapat batuk kering dan lama kelamaan disertai dahak kental. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, edema, terutama di atas dan ba-ah pita suara. ,erakan plika vokalis dalam batas normal. 0iasanya juga terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal atau paru.6 Patologi :ukosa laring akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi akut, terdapat dilatasi kapiler dan hiperemis yang disertai dengan edema umum ekstraseluler. Pada permulaan terjadi infiltrasi lekosit submukosa, terutama oleh sel-sel mononukleus kemudian sel-sel P:7 mun ul jika terjadi infeksi sekunder. 5tot-otot di ba-ah mukosa laring, bahkan perikondrium dan persendian dapat terkena proses peradangan ini. 9apisan epitel mungkin akan han ur, tapi biasanya pulih kembali,
9

kadang timbul fibrosis yang akan menyebabkan kerusakan permanen pada mukosa laring, hal tersebut merupakan a-al dari laringistis kronis. T!ra)i 9aringistis akut biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. )erapi yang diberikan tergantung etiologi dan tingkat kerusakan mukosa laring. )erapi simptomatik berupa istirahat berbi ara dan bersuara selama +-# hari, menghirup udara lembab, serta menghindari iritasi pada laring dan faring, misalnya dengan merokok, makan pedas, atau minum es. .ntibiotika diberikan jika peradangan berasal dari paru. 0ila ada sumbatan laring, dapat dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostomi.+,4 b. Laringiti &roni&

Laringiti Kroni& Non S)! i"i& Penyakit ini ditemukan pada orang de-asa. Sebagai faktor yang mempermudah terjadinya radang kronis ini. 8adang kronis laring yang sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis, dan penyalahgunaan suara (vo al abuse). *ani"! ta i Klini ,ejalanya berupa suara parau yang menetap, rasa tersangkut ditenggorok, sehingga pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa yang menebal. Pada pemeriksaan tampak mukosa menebal, permukaannya tidak rata dan hiperemis. 0ila terdapat daerah yang di urigai menyerupai tumor, maka perlu dilakukan bipsi.6 Patologi ?fek dasar dari bahan yang mengiritasi laring adalah vasodilatasi dan hiperemi. 1eadaan ini dapat mengakibatkan pendarahan submukosa, edema interstisiel dan menghasilkan eksudat inflamasi. %aerah yang terkena mangalami fibrosis dan hialinisasi yang menimbulkan penebalan dan deformitas struktur. Perubahan patologik ini dapat bersifat difus atau terlokalisir. @ang paling sering letaknya pada plika vokalis sejati dan palsu serta ruang interaritenoid. ?pitel saluran napas yang bersilia di daerah supraglotis mengalami metaplasia skuamosa. %aerah yang
10

biasanya mempunyai epitel berlapis skuamosa akan tampak menebal akibat proses akantosis, keratosis dan parakeratosis. Struktur kelenjar mengalami atropi sempurna sehingga terjadi sindroma sika/kering. T!ra)i )erapi yang terpenting pada kasus ini adalah mengobati peradangan pada hidung, faring, serta bronkus yang menjadi penyebab laringitis kronis itu. Pasien diminta juga untuk tidak banyak berbi ara.+,4 Laringiti Kroni S)! i"i& @ang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ini adalah laringitis tuberkulosis dan laringitis leutika. 1. Laringiti T#b!r&#lo i Penyakit ini sering dihubungkan dengan tuberkulosis paru. *ampir selalu ditemukan pada pasien dengan tuberkulosis paru sebagai proses komplikasi dan penyakit ini merupakan penyakit granulomatosis laring yang paling sering dijumpai. Seringkali tuberkusosis parunya sembuh namun laringitis tuberkulosisnya menetap. *al ini karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksinya telah mengenai kartilago, pengobatannya akan lebih lama. Patog!n! i &nfeksi kuman pada laring dapat melalui udara pernafasan, sputum yang mengandung kuman, atau penyebaran melalui darah atau limfa. )uberkusosis dapat menimbulkan gangguan sirkulasi. ?dema dapat timbul di fosa interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglotis, serta terakhir dengan subglotik. '!(ala Klini Se ara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaituA6 1. Stadium infiltrasi, mukosa laring bagian posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Pada stadium ini, mukosa laring ber-arna pu at. )erbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak
11

bintik ber-arna kebiruan. )uberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pe ah dan terbentuk ulkus. +. Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. ;lkus ini dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri. #. Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang ra-an, sehingga terbentuk nanah yang berbau. Proses ini akan berlanjut, dan terbentuk squester. Pada stadium ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat meninggal. 0ila pasien dapat bertahan maka proses penyakit berlanjut dan masuk dalam stadium terakhir, yaitu stadium fibrotuberkulosis. 4. Stadium fibrotuberkulosis, pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik. %isamping itu terdapat gejala sebagai berikutA 8asa kering, panas, dan tertekan di daerah laring Suara parau yang berlangsung berminggu-minggu, sedangkan pada stadium lanjut dapat timbul afoni *emoptisis 7yeri -aktu menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena radang lainnya, merupakan tanda yang khas. 1eadaan umum buruk Pada pemeriksaan paru terdapat proses aktif (biasanya pada stadium eksudatif atau pada pembentukan kaverne) Diagno i %itegakkan dengan di temukannya basil tahan asam pada dahak pasien, bilasan lambung atau bahan biopsi. 8ontgen paru dan pemeriksaan laringoskopi direk/indirek harus dilakukan bila ragu-ragu lakukan biopsi. T!ra)i
12

Pada dasarnya ditujukan pada penyakit parunya. :engistirahatkan suara selama fase akut penyakit laring )rakeostomi bila adanya tanda-tanda obsuktruksi penyakit laring 1ombinasi obat-obatanAstreptomisin,rifampisindan P.S+,4 8adang menahun ini jarang dijumpai. %alam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring.6 '!(ala Klini .pabila guma pe ah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. ;lkus ini tidak nyeri tetapi menjalar epat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan menjadi perikondritis. ,ejala yang terdapat pada penyakit ini adalah suara parau dan batuk kronis. %isfagia timbul bila guma terdapat dekat introitus esofagus. %iagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan laringoskopi dan serologi. Kom)li&a i 0ila terjadi penyembuhan spontan dapat terjadi stenosis laring, karena terbentuk jaringan parut. T!ra)i +. Penisilin dosis tinggi Pengangkatan sekuester 0ila terdapat sumbatan laring karena stenosis, dilakukan trakeostomi+,4

2. Laringiti l#!ti&a

,!"l#& Laringiti Penyebab suara parau yang biasa terjadi pada orang de-asa adalah refluk gastroesofageal ketika asam lambung naik ke esofagus dan mengiritasi pita suara. 0eberapa pasien dengan refluk gastroesofageal yang mengalami perubahan suara, tidak menunjukkan gejala lain seperti rasa terbakar pada ulu hati. 0iasanya, suara memburuk di pagi hari dan membaik di siang hari.

13

Pasien ini merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan, stagnasi mukus atau keinginan berdehem untuk membersihkan tenggorokan.+ 2. T#mor a. T#mor Jina& Nod#l )ita #ara -vocal cord nodule. )erdapat berbagai sinonim klinis untuk nodul vokal termasuk screamers nodule, singers node, atau teachers node. 7odulus jinak dapat terjadi unilateral dan timbul akibat penggunaan korda vokalis yang tidak tepat dan berlangsung lama. 9etaknya sering pada sepertiga anterior atau di tengah pita suara, unilateral atau bilateral. 1linis yang ditimbulkan adalah suara parau, kadang-kadang disertai batuk. Pada pemeriksaan terdapat nodul di pita suara sebesar ka ang hijau atau lebih ke il, ber-arna keputihan (gambar "). %iagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan laring tidak langsung/langsung. 0eberapa pasien berespon baik dengan pembatasan dan reedukasi vo al, namun banyak juga yang memerlukan pembedahan endoskopik. 3,6

,ambar '. Vocal Nodule Poli) Polip laring ditemukan pada orang de-asa, lebih banyak pada pria dari pada -anita, dan sangat jarang didapatkan pada anak. Pada pemeriksaan, polip paling sering ditemukan di sekitar komisura anterior, tampak bulat, kadang-kadang berlobul, ber-arna pu at, mengkilat dengan dasarnya yang lebar di pita suara, dan tampak kapiler darah sangat sedikit (gambar 3). Pada polip yang besar, meskipun dasarnya di pita suara, polip ini ditemukan di subglotik. ?pitel di sekitar polip tidak berubah, tidak ada tanda radang. Polip dengan vaskularisasi yang banyak
14

akan ber-arna merah, kadang-kadang terjadi fibrotik, sehingga tidak tampak mengkilat lagi.+

,ambar 6. Polip pada pita suara Ki ta 1ista pita suara merupakan massa yang terdiri dari membran (sakus). 1ista dapat berlokasi dekat permukaan pita suara atau lebih dalam, dekat ligament. Sama seperti nodul dan polip, ukuran dan lokasi mengganggu getaran dari pita suara dan menyebabkan suara parau. )erapi pembedahan diikuti terapi vokal merupakan terapi yang disarankan".

,ambar ". 1ista pada pita suara Pa)iloma Papiloma laring adalah suatu tumor jinak pada laring yang berasal dari jaringan epitel skuamosa. Papiloma laring adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada anak-anak 3($ pada usia kelompok usia di ba-ah " tahun, sedangkan pada orang de-asa +(-4( tahun.+,6 )umor ini dapat digolongkan dalam + jenis A 1. Papiloma laring juvenile

15

%itemukan pada anak-anak biasanya berbentuk multipel dan mengalami regresi pada -aktu de-asa. +. Pada orang de-asa 0iasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi dan merupakan prakanker dan menjadi ganas bila dijumpai subtype yang spesifik yaitu */P 16. Pada pasien dengan papilloma laring, mukosa normalnya terdapat */P pada +($ kasus, sebaliknya pada mukosa jalan nafas yang normal ditemukan */P 4$ kasus.4 ,ejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor. Bohen (1!3() menemukan !($ kasus terjadi perubahan suara. 1 Suara serak merupakan gejala dini dan keluhan yang paling sering dikemukakan apabila tumor tersebut terletak di pita suara. Papilloma laring dapat membesar, 1adang-kadang dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan stridor dan sesak. Se ara makroskopik dapat terlihat papiloma laring berupa lesi eksofitik, seperti kembang kol, ber-arna abu-abu atau kemerahan dan mudah berdarah. )ipe lesi ini bersifat agresif dan mudah kambuh, tetapi dapat hilang sama sekali se ara spontan, letak dapat diadaerah glottis, sub ataupun supraglotis.

,ambar 3. Papilloma pada pita suara sebelah kiri

,ambar !. 0ilateral papilloma


16

H!mangioma :erupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor. Lim)/angioma - /igroma &i ti&. :erupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan leher dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor atau suara parau. b. T#mor gana )umor ,anas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 1(A1.4,6 )erbanyak pada usia 4(-'( tahun.4 Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu A rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. 1. 1arsinoma sel skuamosa meliputi !' 2 !3$ dari semua tumor ganas laring, dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda. +. 1arsinoma /erukosa. .dalah satu tumor yang se ara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi klinis ganas. &nsidennya 1 2 +$ dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai pria dari -anita dengan perbandingan # A 1. )umor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. )idak terjadi metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.4,' #. .denokarsinoma. .ngka insidennya 1$ dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. t-o years survival rate-nya sangat rendah. )erapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pas a operasi.4,'

17

4. 1ondrosarkoma. .dalah tumor ganas yang berasal dari tulang ra-an krikoid "($, tiroid +($ dan aritenoid 1($. Sering pada laki-laki 4( 2 6( tahun. )erapi yang dianjurkan adalah laringektomi total.4,' 0erdasarkan ;nion &nternational Bentre le Ban er (;&BB) 1!3+, klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas A 1. Supraglotis )erbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring. +. ,lotis :engenai pita suara asli. 0atas inferior glottis adalah 1( mm diba-ah tepi bebas pita suara, 1( mm merupakan batas inferior otot 2 otot intrinsi pita suara. 0atas superior adalah ventrikel laring. 5leh karena itu, tumor glottis dapat mengenai satu atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh 1( mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago arytenoid. #. Subglotis )umbuh lebih dari 1( mm diba-ah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid. *ubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. .pabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. .pabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian ba-ah plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. )umor hipofaring jarang menimbulkan serak, ke uali tumornya eksentif. <iksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam (hot potato voi e).

18

,ambar 1(. 1arsinoma Sel SCuamosa pada 9aring '!(ala Klini ,ejala dini yakni suara parau pada orang tua lebih dari + minggu. ,ejala lanjut yakni sesak nafas dan stridor inspirasi sedikit demi sedikit progresif. )ergantung dari lokasi tumor, misalnya tumor pita suara segera timbul suara parau dan bila tumor tumbuh menjadi besar menimbulkan sumbatan jalan nafas. 1esulitan menelan terjadi pada tumor supraglotik atau tumor meluas ke faring atau esofagus. 1adang-kadang didapatkan pembesaran kelenjar leher. )umor ganas biasanya tumbuh lebih epat. )umor ganas sering disertai gejala lain, misalnya batuk (kadang batuk darah), berat badan menurun, keadaan umum memburuk.6 P!natala& anaan Pilihan terapi yang diberikan meliputi pembedahan, radiasi dan atau kemoterapi. 1etika kanker laring ditemukan lebih a-al maka pilihan terapi berupa pembedahan atau radiasi dengan angka kesembuhan tinggi, lebih dari !($.' $. Parali i otot laring Parese otot laring disebabkan oleh gangguan persarafan, baik sentral maupun perifer. 9esi intrakranial biasanya mempunyai gejala lain dan mun ul sebagai kelainan neurologik selain dari gangguan suaranya. Penyebab sentral, misalnya paralisis bulbar, siringomelia, tabes dorsalis, multiple sklerosis. Penyebab perifer, misalnya struma, pas a strumektomi, limfadenopati koli, trauma leher, tumor oesofagus dan mediastinum, aneurisma aorta dan arteria subklavia de=tra.

19

Paralisis pita suara merupakan kelainan otot intrinsik laring yang sering ditemukan dalam klinik. ,ambaran posisi pita suara dapat berma am-ma am tergantung otot mana yang terkena. %alam menilai tingkat pembukaan rimaglotis dibedakan dalam ' posisi pita suara yaitu posisi median, posisi para-median, posisi intermedian, posisi abduksi ringan dan posisi abduksi penuh. 1arena saraf laring superior dan inferior bersifat motorik dan sensorik, maka biasanya paralisis motorik terdapat bersamaan paralisis sensorik pada laring. Paralisis motorik otot laring dapat digolongkan menurut lokasi, jenis otot yang terkena dan jumlah otot yang terkena. Penggolongan menurut lokasi, misalnya dikenal paralisis unilateral dan bilateral. :enurut jenis otot yang terkena dikenal paralisis abduktor atau paralisis tensor. Sedangkan penggolongan menurut jumlah otot yang terkena, paralisis sempurna atau tidak sempurna. Pada paralisis abduktor bilateral adalah keadaan yang ditimbulkan oleh edera nervus laringis rekuren, sehingga otot-otot abduktor yang dipersarafinya tidak dapat berkontraksi dan rima glotis menyempit. 1elainan ini jarang dijumpai, namun dapat menimbulkan akibat yang fatal berupa asfiksia. ,ejala yang sering timbul pada paralisis abduktor bilateral adalah keluhan sesak napas disertai dengan stridor inspiratoir dan suara parau. Pada anamnesa didapatkan ri-ayat operasi tiroidektomi ataupun trakeostomi. &nspeksi pada daerah leher tampak sikatrik bekas operasi sebelumnya, tampak tumor dan tidak ada nyeri tekan. ekungan di fosa suprasternal, supraklavikula, interkostal dan epigastrium. Pada palpasi tidak teraba massa Pada pemeriksaan )*) tidak didapati adanya kelainan pada telinga, hidung dan faring. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek terlihat mukosa epiglotis merah muda dan tidak edema, kedua plika vokalis tampak tidak bergerak dengan gambaran posisi pita suara pada posisi median. %engan pemeriksaan endoskopi serat optik tampak paralisis abduktor bilateral. Pada pemeriksaan radiologi dan laboratorium, tidak didapati kelainan. 2.0 P!m!ri& aan P!n#n(ang

20

;ntuk mendiagnosis suara parau diperlukan evaluasi lanjut (pemeriksaan penunjang) yang mendetail karena sebagian besar penderita dengan suara parau tidak men ari pertolongan medis karena keluhan ini biasanya berlangsung singkat. 0eberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suara parau A 4,' 1. 9aringoskopi untuk melihat pita suara apakah ada nodul, kista, polip, dan kanker tenggorokan. +. Pemeriksaan laboratorium darah (rutin, hitung eosinofik dan &g ? ) untuk mengethui adanya infeksi dan alergi yang mendasari). #. Pemeriksaan rontgen khususnya foto soft tissue ervi al. 4. B) s an atau :8& untuk melihat penyebaran tumor. '. Pemeriksaan mikrobiologik dengan kultur usap tenggorok. 2.1 P!natala& anaan 1arena akibat yang timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu beberapa langkah pen egahan maupun terapi. 0eberapa peneliti menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat setelah berbi ara. 9aki-laki yang minum air akan dapat memba a dengan kualitas suara yang baik dalam -aktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi minum air. *al yang sama didapatkan pada penyanyi karaoke amatir. &stirahat bersuara merupakan salah satu tehnik untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk suara. 4,' Penelitian @iu tahun +((# melaporkan bah-a pada subyek yang diberi istirahat 1 menit setiap selesai menyanyikan satu lagu, mampu bernyanyi rata-rata selama 1(1 menit sedangkan yang tidak diberi istirahat hanya mampu bernyanyi selama 36 menit. Se ara statistik perbedaan tersebut bermakna (pD(,('). 4,' Penggunaan alkohol, merokok, dan obat-obatan tertentu sebaiknya dihindari karena dapat mempengaruhi kondisi permukaan plika vokalis. Salah satu penyebab iritasi laring adalah refkuks dari esofagus. *al ini dapat memper epat kelelahan bersuara karena akan mengakibatkan hilangnya lapisan mukus permukaan pita suara serta terkelupasnya epitel. 0eberapa hal yang dianjurkan untuk men egah refluks antara lain, pertama menghindari konsumsi kafein dan oklat karena akan mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus. 1edua, hindari
21

makan dan minum pada jam tidur dan sebaiknya tunggu +-# jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. 0ila sudah ada gejala refluks mungkin diperlukan obat-obatan untuk menetralisir asam lambung atau mengurangi produksinya. 4,' .da beberapa pendekatan penatalaksanaan. Pertama, terapi suara dengan komponen utama berupa edukasi dasar anatomi dan fisiologi produksi suara. Pasien harus mengerti hubungan antara gangguan suara dan penyebabnya sehingga lebih menyadari apa yang boleh dilakukan dan apa yang dihindari. 1edua, konservasi suara yang prinsipnya lebih praktis dan realistis dibandingkan terpai suara. Baranya adalah dengan mengurangi penggunaan suara atau istirahat bersuara ( ocal rest) pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan, yang bertujuan mengurangi oedem jaringan. Perlu juga mengurangi sumber penyalahgunaan suara dan menggunakan alat pengeras suara. 4,' )erapi tingkah laku suara ditujukan untuk meningkatkan aspek teknik penggunaan suara termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nada dan istirahat yang benar, meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik lainnya. Para penyanyi yang dilatih selama # bulan akan mengalami penurunan serangan kelelahan bersuara se ara bermakna dibandingkan sebelum dilatih. 4,' )erapi medikamentosa terutama ditujukan untuk mengurangi oedem jaringan dengan pemberian obat-obat anti inflamasi steroid atau nonsteroid.
4,'

&ndikasi

penggunaan antibiotik atau dekongestan antihistamin pada pasien dengan suara parau jarang -alaupun pada pasien juga terdapat rhinosinusitis atau bakterial laringotrakeitis, yang mungkin menyebabkan terjadi komplikasi pada pasien dengan suara parau.3 &ndikasi tindakan bedah dilakukan tergantung penyebab dari suara parau. :isalnya adanya suatu nodul atau polip yang terdapat pada pita suara maka tindakan bedah mungkin diperlukan selain juga harus menghilangkan faktor pen etus terbentuknya nodul atau polip akibat penyalahgunaan suara.6 Pada beberapa kondisi tertentu suara parau memerlukan terapi yang spesifik. .kan tetapi penatalaksanaan se ara umum dapat dilakukan sebagai berikutA

22

1. )erapi konservatif Setiap tindakan dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol. :inum banyak air putih dapat men egah tenggorokan dari kekeringan. &stirahat berbi ara selama dua sampai tiga hari. +. )erapi Ei ara Speech therapist memegang peranan penting dalam memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal oleh karena ocal nodule dan kesalahan penggunaan suara. )erapi memerlikan -aktu beberapa minggu atau beberapa bulan, sehinggga diperlukan motivasi kepada pasien. #. )erapi medikamentosa &nfeksi saluran pernafasan atas seringkali disebabkan oleh infeksi virus. )irah baring, pemberian parasetamol atau larutan aspirin gargle dapat diberikan. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat infeksi bakteri. 7asal spray diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus. Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat diberikan medikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung. 4. Pembedahan Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis seperti biopsi dan terapi untuk mengambil massa tumor dan laser surgery. 5perasi dapat dilakukan dengan !ibre optic endoscope dengan anestesi umum. )erapi operasi dikerjakan bila terapi konservatifntidak didapatkan kemajuan setelah lebih 6 bulan. Fenis operasi yakni aritenoidektomi dan thiroplasty.6,3

BAB III PE*BAHASAN


1. A)a a(a %ang bi a m!n(adi )!n%!bab #ara )ara#2
23

Suara parau bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit. Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan getaran, gangguan dalam ketegangan, serta gangguan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan suara parau. A. P!radangan - Laringiti a&#t 3 9aringitis akut merupakan radang mukosa pita suara dan laring kurang dari tiga minggu. Pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis. Pada radang ini terdapat gejala radang umum seperti demam, malaise, dan gejala lokal seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri menelan atau berbi ara, serta gejala sumbatan laring. Selain itu, terdapat batuk kering dan lama kelamaan disertai dahak kental. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, edema, terutama di atas dan ba-ah pita suara. ,erakan plika vokalis dalam batas normal. 0iasanya juga terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal atau paru. 0ila kelainan tersebut menutup rima glotis dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas atas terutama pada bayi. - Laringiti &roni& non )! i"i& 8adang kronis laring yang sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis, dan penyalahgunaan suara (vo al abuse). %asar -aktu peradangan kronis dalam -aktu 1+-14 minggu. ,ejalanya berupa suara parau yang menetap, rasa tersangkut ditenggorok, sehingga pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa yang menebal. Pada pemeriksaan tampak mukosa menebal, permukaannya tidak rata dan hiperemis. 0ila terdapat daerah yang di urigai menyerupai tumor, maka perlu dilakukan bipsi. ?fek dasar dari bahan yang mengiritasi laring adalah vasodilatasi dan hiperemi. 1eadaan ini dapat mengakibatkan pendarahan submukosa, edema interstisiel dan menghasilkan eksudat inflamasi. %aerah yang terkena mangalami fibrosis dan hialinisasi yang menimbulkan penebalan
24

dan deformitas struktur. Perubahan patologik ini dapat bersifat difus atau terlokalisir. @ang paling sering letaknya pada plika vokalis sejati dan palsu serta ruang interaritenoid, Laringiti Kroni S)! i"i& Laringiti T#b!r&#lo i Penyakit ini sering dihubungkan dengan tuberkulosis paru. Seringkali tuberkulosis parunya sembuh namun laringitis tuberkulosisnya menetap. *al ini karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru. )erdapat 4 stadium pada laringitis tuberkulosis yakni stadium infiltrasi, stadium ulserasi, stadium perikodritis, dan stadium fibrotuberkulosis. Pada stadium infiltrasi mukosa laring bagian posterior membengkak dan hiperemis. )erbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik ber-arna kebiruan. )uberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pe ah dan terbentuk ulkus. Pada stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. ;lkus ini dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri. Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang ra-an, sehingga terbentuk nanah yang berbau. Proses ini akan berlanjut, dan terbentuk squester. Pada stadium ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat meninggal. 0ila pasien dapat bertahan maka proses penyakit berlanjut dan masuk dalam stadium terakhir, yaitu stadium fibrotuberkulosis. Stadium fibrotuberkulosis, pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik. Laringiti l#!ti&a 9aringitis luetika berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang
25

menyerupai keganasan laring. .pabila guma pe ah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. ,ejala yang terdapat pada penyakit ini adalah suara parau dan batuk kronis. %isfagia timbul bila guma terdapat dekat introitus esofagus ,!"l#& Laringiti Penyebab suara parau yang biasa terjadi pada orang de-asa adalah refluk gastroesofageal ketika asam lambung naik ke esofagus dan mengiritasi pita suara. 0eberapa pasien dengan refluk gastroesofageal yang mengalami perubahan suara, tidak menunjukkan gejala lain seperti rasa terbakar pada ulu hati. 0iasanya, suara memburuk di pagi hari dan membaik di siang hari. B. T#mor T#mor Jina& - Nod#l )ita #ara -vocal cord nodule. 7odul pita suara terbanyak ditemukan pada orang de-asa lebih banyak pada -anita dari pria. Sinonim klinis untuk nodul vokal termasuk screamers nodule, singers node, atau teachers node. 7odulus jinak dapat terjadi unilateral dan timbul akibat penggunaan korda vokalis yang tidak tepat dan berlangsung lama. 9etaknya sering pada sepertiga anterior atau di tengah pita suara, unilateral atau bilateral. 1linis yang ditimbulkan adalah suara parau, kadang-kadang disertai batuk. Pada pemeriksaan terdapat nodul di pita suara sebesar ka ang hijau atau lebih ke il, ber-arna keputihan. %iagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan laring tidak langsung/langsung. - Poli) Polip laring ditemukan pada orang de-asa, lebih banyak pada pria dari pada -anita, dan sangat jarang didapatkan pada anak. Pada
26

pemeriksaan, polip paling sering ditemukan di sekitar komisura anterior, tampak bulat, kadang-kadang berlobul, ber-arna pu at, mengkilat dengan dasarnya yang lebar di pita suara, dan tampak kapiler darah sangat sedikit. Pada polip yang besar, meskipun dasarnya di pita suara, polip ini ditemukan di subglotik. ?pitel di sekitar polip tidak berubah, tidak ada tanda radang. Polip dengan vaskularisasi yang banyak akan ber-arna merah, kadang-kadang terjadi fibrotik, sehingga tidak tampak mengkilat lagi".
- Ki ta

1ista pita suara merupakan massa yang terdiri dari membran (sakus). 1ista dapat berlokasi dekat permukaan pita suara atau lebih dalam, dekat ligament. Sama seperti nodul dan polip, ukuran dan lokasi mengganggu getaran dari pita suara dan menyebabkan suara parau. )erapi pembedahan diikuti terapi vokal merupakan terapi yang disarankan. - Pa)iloma Papiloma laring adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada anakanak 3($ pada usia kelompok usia di ba-ah " tahun, sedangkan pada orang de-asa +(-4( tahun.+ Se ara makroskopik dapat terlihat papiloma laring berupa lesi eksofitik, seperti kembang kol, ber-arna abu-abu atau kemerahan dan mudah berdarah. - H!mangioma :erupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor. - Lim)/angioma - /igroma &i ti&. :erupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan leher dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor atau suara parau. T#mor 'ana

27

1arsinoma sel skuamosa meliputi !' 2 !3$ tumor ganas laring. Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. ,ejala tergantung dari lokasi tumor, misalnya tumor pita suara segera timbul suara parau dan bila tumor tumbuh menjadi besar menimbulkan sumbatan jalan nafas. )umor ganas biasanya tumbuh lebih epat. )umor ganas sering disertai gejala lain, misalnya batuk (kadang batuk darah), berat badan menurun, keadaan umum memburuk.6 4. P!r %ara"an - Parali i otot laring 1elainan ini jarang dijumpai, namun dapat menimbulkan akibat yang fatal berupa asfiksia. Pada anamnesa paralsis otot laring didapatkan sesak napas disertai dengan stridor inspiratoir dan suara parau. .danya ri-ayat operasi tiroidektomi ataupun trakeostomi sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik biasanya tampak sikatrik bekas operasi di leher, tampak ekungan di fosa suprasternal, supraklavikula, interkostal dan epigastrium. Pada palpasi tidak teraba massa tumor dan tidak ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan )*) tidak didapati adanya kelainan pada telinga, hidung dan faring. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek terlihat mukosa epiglotis merah muda dan tidak edema, kedua plika vokalis tampak tidak bergerak dengan gambaran posisi pita suara dapat berma am-ma am tergantung dari otot yang terkena. %engan pemeriksaan endoskopi serat optik tampak paralisis abduktor atau aduktor unilateral atau bilateral. Pada pemeriksaan radiologi dan laboratorium, tidak didapati kelainan. 2. Ka)an &ita m!n+#rigai #at# &!gana an2 )erdapat beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. ,ejala tergantung dari lokasi tumor, misalnya tumor pita suara segera timbul suara parau dan bila tumor tumbuh menjadi besar menimbulkan sumbatan
28

jalan nafas. )umor ganas biasanya tumbuh lebih epat. )umor ganas sering disertai gejala lain, misalnya batuk (kadang batuk darah), berat badan menurun, keadaan umum memburuk.6 $. Bagaimana )!natala& anaan #ara )ara#2 Pada beberapa kondisi tertentu suara parau memerlukan terapi yang spesifik sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi etiologinya. .kan tetapi penatalaksanaan se ara umum dapat dilakukan sebagai berikutA 1. T!ra)i &on !r5ati" Setiap tindakan dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol. :inum banyak air putih dapat men egah tenggorokan dari kekeringan. &stirahat berbi ara selama dua sampai tiga hari. Pada refluks laryngitis menghindari konsumsi kafein dan oklat karena akan mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus. *indari makan dan minum pada jam tidur dan sebaiknya tunggu +-# jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. 0ila sudah ada gejala refluks mungkin diperlukan obat-obatan untuk menetralisir asam lambung atau mengurangi produksinya 2. T!ra)i 6i+ara / ocal rest mengurangi penggunaan suara atau istirahat bersuara pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan, yang bertujuan mengurangi oedem jaringan. Speech therapist memegang peranan penting dalam memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal oleh karena penggunaan suara. )erapi tingkah ocal nodule dan kesalahan suara ditujukan untuk laku

meningkatkan aspek teknik penggunaan suara termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nada dan istirahat yang benar, meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik lainnya. $. T!ra)i m!di&am!nto a &nfeksi saluran pernafasan atas seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat infeksi bakteri. )erapi
29

simptomatik berupa analgetik, antipiretik, dan mukolitik. 7asal spray diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus. Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat diberikan medikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung. 0. P!mb!da/an Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis seperti biopsi dan terapi untuk mengambil massa tumor dan laser surgery. 5perasi dapat dilakukan dengan !ibre optic endoscope dengan anestesi umum. )erapi operasi dikerjakan bila terapi konservatifntidak didapatkan kemajuan setelah lebih 6 bulan. Fenis operasi yakni aritenoidektomi dan thiroplasty.

DAFTA, PUSTAKA
1. 9undy, %onna 8G Basiano, 8oy 8. +((#. "iagnosis and Management o! Hoarseness. *ospital Physi ian journal. ---.turner-hite. om/pdf/hpHo t!!Hhoarse.pdf.

30

+. 8osen, Blark.+(((. # aluating Hoarseness$ %eeping &our 'atient(s Voice Healthy #. 9ee, 1.F. Ban er of the 9aryn=. &nG ?ssential 5tolaryngology *ead and 7e k Surgery. ?ight edition. Bonne ti ut. : ,ra--*ill, +((#A'!3-6(6+. 4. Bro6n S+ott 3 5rolaryngology. 6th ed. /ol. 1. 0utter-orth,0utter-orth I Bo 9td. 1!!". page 1/1+/1-1/1+/13#. '. 0anvet> F%. ,angguan laring jinak %alam 05&?S buku ajar penyakit )* edisi 6. FakartaA ?,B, +((+. 6. *ermani 0. %isfoni. %alam Soepardi ?.,dkk, penyunting. 0uku .jar &lmu 1esehatan )elinga *idung )enggorokan 1epala dan 9eher. ?disi ke-6. FakartaA<1;&G +((6G h +#1-+41.
". 8osen B., .nderson %, :urry. ?valuating *oarsenessA 1eeping @our

PatientJs /oi e *ealthy httpA//---.aafp.org/


3. Sofyan, <erryan. 9aringitis. httpA//repository.usu.a .id/

HASIL DISKUSI
Hoarseness (suara parau) merupakan suara yang kasar tidak nyaring atau suara dengan nada yang lebih rendah dari suara yang biasa/ normal. Suara parau bukan suatu penyakit melainkan gejala dari suatu penyakit. Suara parau umumnya
31

diakibatkan karena ocal abuse. Penyakit dengan gejala klinis suara parau dapat berupa kelainan pada pita suara atau kelainannya bukan pada pita suaranya. ,angguan pada pita suara dapat berupa akibat kelainan kongenital, peradangan pada pita suara, tumor pada pita suara, ataupun parese otot-otot laring. Sedangkan, kelainan pada struktur bukan pita suara, seperti infeksi pada paruparu. *al ini terjadi akibat anatomi dari nervus laringis rekuren merupakan abang dari n. vagus. 7. laringis rekuren de=tra akan menyilang di subklavia de=tra di ba-ahnya, sedangkan n. laringis rekuren sinistra akan menyilang di sekitar arkus aorta. Pada pasien yang datang dengan keluhan suara parau, hal pertama yang dilakukan adalah perhatikan airway) breathing) circulation pada pasien. Fika ada, lakukan tindakan ga-at darurat misalnya posisikan pasien, beri oksigen, pada pasien dengan gangguan airway) breathing) circulation ini. Selanjutnya, atau jika semua dalam keadaan baik, lakukan anamnesis pada pasien atau juga keluargnya mengenai antara lain. Sejak kapan suara paraunya dirasakan pasienK *al ini untuk mengetahui keadaan yang dialami pasien ini bersifat akut atau kronis .pakah keluhan ini dirasakan mendadak setelah operasiK *al ini menandakan apakah ada parese saraf pada pasien. Progresifitasnya, suatu pertumbuhan, makin parau atau tidak. 1ejadian suara paraunyaA jika suara memburuk di pagi hari dan membaik di siang hari refluks laringitis, sedangkan sore parau, pagi baik vo al nodule. 1umat berapa lamaK .dakah episode membaikK .dakah keluhan kambuh kembaliK laryngitis kronisA alergiK Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada telinga, hidung, dan tenggorok, daerah leher dan dada. Pada pasien dengan keluhan suara parau, dokter umum -ajib untuk melakukan pemeriksaan laringoskopi indirek untuk melihat penyebab yang dialami pada pasien, pita suara apakah ada peradangan, nodul, kista, polip, dan kanker tenggorokan. Selanjutnya, pasien yang diduga menderita suatu penyebab suara parau maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang
32

lain yang sesuai, misalnya pemeriksaan laboratorium darah rutin untuk mengethui adanya infeksi dan alergi yang mendasari, pemeriksaan rontgen khususnya foto soft tissue ervi al, B) s an atau :8& untuk melihat penyebaran tumor, ataupun pada pasien dengan terapi antibiotik tidak menunjukkan perbaikan, maka dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologik dengan kultur usap tenggorok. Penatalaksanaan suara parau tergantung pada penyebab yang mendaarinya, se ara umum penatalaksanaan yang dapat dilakukan sebagai berikutA 1. T!ra)i &on !r5ati" :enghilangkan faktor penyebab seperti stress, merokok, dan alkohol. :inum banyak air putih *indari makan berminyak, pedas, dan minum air dingin karena akan mengiritasi mukosa laring sehingga memperlambat penyembuhan. :enghindari konsumsi kafein dan oklat pada refluks laryngitis karena akan mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus *indari makan dan minum pada jam tidur dan sebaiknya tunggu +-# jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. 2. T!ra)i 6i+ara /ocal rest pada pasien dengan laringitis akut Speech therapist untuk meningkatkan aspek teknik penggunaan suara termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nada dan istirahat yang benar, meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik lainnya. $. T!ra)i m!di&am!nto a Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat infeksi bakteri )erapi simptomatik berupa analgetik, antipiretik, dan mukolitik 7asal spray diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat diberikan medikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung. 0. P!mb!da/an 0iopsi sebelum dilakukan pembedahan
33

)erapi operasi dikerjakan bila terapi konservatif tidak didapatkan kemajuan setelah lebih 6 bulan. Fenis operasi yakni aritenoidektomi dan thiroplasty.

34

You might also like