You are on page 1of 8

TEKNOLOGI PASCAPANEN BUNGA SEDAP MALAM

Suyanti
Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Pacet - Ciherang, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Cianjur 43253

ABSTRAK
Salah satu kendala dalam agribisnis bunga potong adalah menurunnya kualitas bunga sebagai akibat dari proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam keragaan. Pewarnaan bunga potong sedap malam dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pewarna makanan. Warna yang dihasilkan tergantung jenis pewarna, konsentrasi dan lama perendaman. Periode kesegaran bunga yang pendek dapat diperpanjang dengan pemberian nutrisi dan bahan pengawet. Pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan metode "pulsing" maupun "holding" dengan larutan sukrosa 15% dan 6% ditambah germisida. Minyak bunga sedap malam dapat dibuat dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut menguap dan enfleurasi. Rendemen minyak hasil ekstraksi dipengaruhi oleh varietas, tingkat kemekaran bunga, waktu dan lama ekstraksi. Rendemen minyak hasil enfleurasi dipengaruhi oleh jenis adsorben yang digunakan. Rendemen minyak hasil enfleurasi lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi. Sampai saat ini kebutuhan minyak bunga untuk parfum dan kosmetik masih impor dengan harga yang mahal. Pengembangan industri minyak berbahan baku bunga sangat diperlukan untuk pasar dalam negeri dan ekspor. Kata kunci: Polianthes, pewarnaan, kesegaran, minyak wangi

ABSTRACT
Postharvest technology of tuberose One of the major constraints in cut flower business is low quality of flower due to respiration, transpiration, and nutrient deficiency during fresh performance. The prospect however is quite promising because of its acceptance as cut flowers as well as raw material in perfume industries. White lower of tuberose can be coloured by using various food colouring substances. The result may be varied according to the kind of colouring substance, concentration, and dipping period. The vase life of tuberose cut flower can be prolonged by giving nutrition and germicide. We can give the nutrition by either pulsing or holding method with 15% and 6% sucrose solution added with germicide. Vaporing solution along with enfleuration can perform the extraction absolute of tuberose. The yield of absolute from extraction is depend on the grade of blooming, variety and period of extraction process. The oil yield resulted from extraction process is influenced by the use of adsorbent. The oil yields obtained from enfleuration process was more concentrated compared to those from extraction process. Until now, the demand of flower oil for perfume and cosmetic purposes are still imported with high price. The development of flower oil industry are required to fulfill market demands. Keywords: Polianthes, coloration, vase life, flower oil

anaman sedap malam berasal dari Mexico dengan daerah penyebaran mencakup Eropa, Afrika, Asia, dan sebagian Cina sampai ke Pulau Jawa (Backer, 1968). Sedap malam bukan tanaman asli Indonesia, tetapi tanaman ini telah cukup lama dikenal di Indonesia dan tersebar di berbagai daerah. Produksi bunga sedap malam pada tahun 1999 mencapai 9.360.298 tangkai dan menduduki urutan ke tiga setelah bunga mawar dan melati (Badan Pusat Statistik, 1999). Luas pertanaman sedap malam adalah 4.081.568 m2 dengan sentra produksi antara lain Jawa Timur (3.102.687 m2), Jawa Barat (647.786 m2 ), Jawa Tengah (265.387 m2), dan Sumatera

Utara (56.537 m2). Luasnya pertanaman sedap malam di Jawa Timur ini telah mendorong pemerintah setempat untuk menetapkan bunga sedap malam sebagai "Maskot Flora Jawa Timur" (Sekretaris Daerah Jawa Timur, 1992). Sedap malam merupakan tanaman hias populer. Bentuk bunganya indah dan harum, sehingga disukai oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Bunga sedap malam potong tidak saja dijumpai di rumahrumah, tetapi juga di gedung-gedung pertemuan, hotel-hotel berbintang bahkan rumah sakit. Keharuman bunga ternyata mampu mengobati stres, sehingga mendorong berkembangnya penyembuhan penyakit dengan aroma terapi. Selain

digunakan sebagai bunga potong, sedap malam banyak dimanfaatkan sebagai bunga tabur dan bahan baku industri minyak atsiri. Sejalan dengan tingginya variasi manfaat, permintaan sedap malampun terus meningkat. Pada hari Raya Idul Fitri, Natal, Imlek, dan hari besar lainnya, permintaan sering tidak terpenuhi. Hal ini terbukti dengan tingginya volume penjualan bunga sedap malam di pasar Rawa Belong, Jakarta. Pada tahun 1999, volume penjualan bunga sedap malam selama bulan Januari-Maret sebesar 294.005.300 tangkai dan menduduki urutan ke tiga setelah bunga aster Holand dan gladiol (Badan Pusat Statistik, 1999).
Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

24

Kondisi demikian merupakan peluang bagi petani untuk mengusahakan sedap malam secara optimal. Berdasarkan susunan bunga, sedap malam dibedakan menjadi bunga bersusun petal selapis (tunggal), petal berlapis (ganda), dan bunga semiganda. Bunga jenis tunggal banyak ditanam di daerah Pasuruan (Jawa timur), sedangkan bunga ganda banyak ditanam di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ditinjau dari jumlah daun, jumlah tangkai per tanaman, panjang tangkai bunga, jumlah hari yang dibutuhkan untuk berbunga dan jumlah umbi yang dihasilkan per tanaman, jenis bunga tunggal secara komersial paling banyak disukai diikuti dengan kultivar ganda dan varigata (Bankar dan Mukhopadhyay, 1980). Sampai saat ini pemasaran bunga sedap malam hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, terutama untuk bunga segar. Bunga yang berasal dari Jawa Timur dipasarkan ke daerah sekitar Pasuruan dan Bali, bunga yang berasal dari daerah Grabag (Magelang) dipasarkan ke daerah sekitar Jawa Tengah dan Jakarta, sedangkan bunga yang berasal dari Cianjur, Sukabumi, dan Wanayasa (Purwakarta) dipasarkan ke Jakarta dan sekitar daerah Wanayasa. Peluang pemasaran bunga sedap malam ke luar negeri cukup besar, mengingat saat ini bunga-bunga tropis beraroma mulai diminati oleh masyarakat manca negara . Pewarnaan bunga sedap malam dengan pewarna makanan disukai dan dapat meningkatkan keindahan rangkaian bunga. Pemanfaatan bunga menjadi minyak juga menguntungkan. Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan industri kosmetik, parfum, dan sabun, minyak atsiri berbahan baku bunga masih diimpor dari luar dengan harga yang cukup mahal.

KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN BUNGA SEDAP MALAM SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR
Kendala dalam bisnis sedap malam adalah keterbatasan teknologi penanganan pascapanen yang tersedia bagi masyarakat luas. Hal ini menyebabkan bunga banyak yang rusak dan tidak tahan lama selama transportasi dan penyimpanan. Kendala
Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

lain adalah teknologi produksi yang belum memadai, sehingga hasil panen bunga sedap malam belum optimal dengan kualitas yang rendah. Tangkai bunga banyak yang pendek dan tidak lurus. Hal ini sangat mempengaruhi mutu dan juga harga jual bunga. Tuntutan untuk menghasilkan bunga dengan kualitas prima belum menjadi prioritas, karena sasaran pemasarannya terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Teknologi budi daya sedap malam untuk memperoleh bunga dengan tangkai yang lurus, bunga yang kompak, serta produksi yang kontinu telah tersedia. Namun penerapan teknologi ini perlu dibarengi dengan penanganan pascapanen yang memadai untuk mendapatkan bunga berkualitas prima. Bunga sedap malam hanya berwarna putih dengan umur keragaan sangat singkat. Bunga yang telah mekar akan layu dalam 2 3 hari, sehingga akan mengurangi keindahan bunga. Keberadaan bunga yang berwarna warni juga diperlukan agar rangkaian bunga lebih semarak dan indah. Untuk mendapatkan bunga sedap malam yang berwarna-warni dapat dilakukan dengan mencelupkan tangkai bunga ke dalam larutan pewarna. Pemanfaatan bunga sedap malam sebagai bahan baku minyak atsiri belum dilakukan, walaupun prospeknya cukup cerah. Peluang pengembangan industri minyak berbahan baku bunga di Indonesia cukup besar. Banyak bunga beraroma ditanam oleh masyarakat Indonesia seperti mawar, melati, cempaka, kenanga, kantil, kemuning, dan kamboja yang berpotensi untuk bahan baku industri. Kebutuhan minyak atsiri dari bunga alami terus meningkat setiap tahun. Hal ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya volume impor atsiri. Pada tahun 1995, impor minyak atsiri berbahan baku bunga mencapai 29.113 kg dengan nilai 415.385 US$ dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 335.848 kg dengan nilai 845.409 US$ (Badan Pusat Statistik, 1995; Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga Rawa Belong Jakarta, 1999). Kendala utama pengembangan produk minyak bunga sedap malam adalah terbatasnya pengetahuan petani tentang proses produksi minyak berbahan baku bunga. Untuk mengatasi hal tersebut, Balai Penelitian Tanaman Hias sejak tahun 1995 telah melakukan penelitian pascapanen bunga sedap malam yang meliputi karakterisasi mutu, cara

memperpanjang daya simpan bunga, pewarnaan bunga, pembuatan minyak dan pembuatan granula untuk pengawet bunga sedap malam .

TEKNIK PASCAPANEN BUNGA SEDAP MALAM PEMANENAN DAN PERLAKUAN PENGAWETAN KESEGARAN
Sedap malam mulai berbunga pada umur 115 284 hari setelah ditanam (Sharga, 1982) dan bunga mulai dapat dipanen setelah 12 kuntum bunga mekar. Mutu bunga dianggap baik apabila sepertiga bagian kuntum bunga dalam setiap malainya mekar. Namun, bunga dengan tingkat kemekaran tersebut tidak tahan selama dalam pengangkutan, karena bunga yang telah mekar, sepalnya rapuh. Untuk pengangkutan jarak jauh, panen bunga yang tepat adalah apabila 1 2 kuntum bunga dalam setiap malainya telah mekar. Bunga yang masih kuncup l saat dipanen akan mekar selama dalam keragaan. Pemanenan dilakukan dengan mencabut atau memotong tangkai bunga. Bunga yang telah dipanen dikumpulkan kemudian dibawa ke bangsal pengemasan untuk disortasi dan dipilah-pilah berdasarkan ukuran malainya.

Sortasi dan "Grading"


Bunga sedap malam adalah bunga majemuk dengan jumlah bunga berkisar 30 60 kuntum pada setiap malainya. Panjang tangkai bunga dan ketegaran tangkai merupakan salah satu kriteria mutu bunga sedap malam. Mutu bunga sedap malam dalam perdagangan sangat dipengaruhi oleh panjang tangkai serta persyaratan lain yang menyangkut penampilan dan kondisi fisik lainnya. Bunga yang telah dipanen kemudian disortasi dan dipisah-pisahkan sesuai dengan panjang pendeknya tangkai bunga. Menurut Anonimous (1996) terdapat lima kategori kelas mutu bunga sedap malam, yaitu kelas super, panjang, medium, pendek, dan mini. Panjang tangkai bunga pada masing-masing kelas tersebut disajikan pada Tabel 1. 25

Tabel 1. Berbagai kriteria ukuran kelas bunga sedap malam.


Kelas Super Panjang Medium Pendek Mini Panjang tangkai bunga (cm) > 95 75 90 60 74 50 59 30 49

Sumber: Anonimous (1996).

Selain panjang tangkai, kekokohan dan kelurusan tangkai bunga berpengaruh terhadap mutu bunga sedap malam. Untuk kualitas super, tangkai bunga harus benar-benar lurus dan kokoh.

TEKNIK PEWARNAAN BUNGA


Bunga sedap malam hanya mempunyai warna tunggal yaitu putih. Agar tampilan rangkaian bunga tampak semarak, bunga yang berwarna putih dapat diberi warna. Pewarnaan bunga sedap malam dapat dilakukan dengan mencelupkan tangkai bunga ke dalam larutan pewarna. Pewarna yang digunakan adalah pewarna makanan dengan konsentrasi 48 g untuk jenis pewarna bubuk dan 40 cc untuk pewarna cair untuk setiap liter larutan (Gambar 1). Tidak semua jenis pewarna makanan yang dijual di pasaran dapat memberikan respons yang positif. Agar respons tanaman terhadap pewarnaan dapat berjalan lebih cepat, ke dalam larutan pewarna perlu ditambahkan gula dan asam sitrat. Untuk setiap 1 liter larutan pewarna dapat ditambahkan gula 6% dan asam sitrat teknik 1 g (pH 3,50). Lama pencelupan tergantung kondisi bunga dan jenis pewarna yang digunakan. Respons bunga sedap malam terhadap beberapa jenis pewarna disajikan dalam Tabel 2 dan 3. Warna bunga yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis pewarna, konsentrasi, dan lama perendaman. Konsumen umumnya menyukai bunga sedap malam yang diberi warna. Jenis pewarna kuning lebih disukai dibandingkan jenis pewarna lainnya, karena warna bunga tampak lebih merata dan lebih kompak. Semakin lama waktu perendaman dan semakin tinggi konsentrasi pewarna yang digunakan, warna bunga yang dihasilkan menjadi 26

Gambar 1. Bunga sedap malam yang sudah diwarnai.

Tabel 2. Respons beberapa jenis pewarna terhadap perubahan warna dan warna bunga yang dihasilkan.
Jenis pewarna/ buatan Lama pencelupan (menit) 30 30 240 85 240 60 60 60 60 60 60 60 240 45 60 60 60 60 240 45 17 15 55 65 90 60 70 170 240 Warna bunga yang dihasilkan

Respons

Cap kuda terbang (tepung) Pewarna kuning Pewarna merah cabai Pewarna merah jingga Pewarna hijau Cap kupu (tepung) Pewarna kuning tua Pewarna kuning muda Pewarna hijau tua Pewarna hijau muda Pewarna coklat Pewarna grape/ungu Pewarna jingga Pewarna merah tua Pewarna merah jingga Cap kupu (cair) Pewarna grape/ungu Pewarna hijau tua Pewarna hijau muda Pewarna kuning muda Pewarna merah cabai Pewarna merah jingga Pewarna coklat Pewarna tepung Pewarna biru buatan Inggris Pewarna biru buatan Belanda Pewarna carmoisin buatan Belanda Pewarna tartrazine buatan Belanda Pewarna kuning muda buatan Belanda Pewarna sanset yellow Pewarna merah cabai buatan Belanda Pewarna grape buatan Inggris Wantek biru (pewarna tekstil)

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + -

Amber yellow 505/3 Venetian Pink 420/1 Putih Sky grey 449/3 Putih Barium yellow 503/3 Crysocolla green 56/3 Verdigris 655/2 Pastel mauve 433/2 Verdigris 655/3 Salmon 412/2 Venetian pink 420/2 Putih Wistana blue 640/2 Cyprus green 59 Cyprus green 59/1 Straw yellow 604 Down pink 523 Putih Salmond 412/3 Persin bule 647/1 Jade green 54/3 Venetian pink 420/1 Naples yellow 604 Straw yellow 503 Marigold orange 11/3 Chinese coral 614/3 Sky grey 449/3 Putih

Sumber : Suyanti dan Murtiningsih (1996).

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi larutan pewarna terhadap warna bunga sedap malam tunggal.
Jenis pewarna Biru Konsentrasi pewarna (g/l) 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 Warna yang dihasilkan Jade green 54/2 Jade green 54/1 Indian blue 51/1 Indian blue 51 Camelia rose 622/3 Camelia rose 622/2 Camelia rose 622/1 Camelia rose 622/1 Dawn pink 523/3 Dawn pink 523/2 Dawn pink 523/1 Dawn pink 523 Uranium green 63/3 Uranium green 63/3 Uranium green 63/2 Uranium green 63 Marigold orange 11/3 Marigold orange 11/2 Marigold orange 11/1 Marigold orange 11/1 Mimosa yellow 602/2 Mimosa yellow 602/1 Empire yellow 603 Chrome yellow 605 Cyprus green 59/1 Cyprus green 59/1 Cyprus green 59 Cyprus green 59 Porcelain rose 620/3 Porcelain rose 620/2 Porcelain rose 620/1 Porcelain rose 620

Carmoisin

Azorobin

Tartrazine

Orange yellow

Egg yellow

Hijau

Ponco 2 R

pemberian nutrisi dilakukan sebelum pengemasan, agar bunga tetap prima sampai ke tangan konsumen. Pemberian nutrisi dilakukan dengan mencelup tangkai bunga 412 jam sebelum pengangkutan. Karena waktu perendaman yang singkat, konsentrasi nutrisi yang diberikan lebih tinggi dibandingkan dengan larutan peraga. Konsentrasi sukrosa yang digunakan untuk larutan perendam adalah 15% dan 6% untuk larutan peraga. Sukrosa dengan konsentrasi rendah merupakan sumber mikroba. Untuk menekan pertumbuhan mikroba, perlu ditambahkan pengawet agar pertumbuhan mikroba dapat ditekan. Pertumbuhan mikroba dalam larutan peraga maupun perendam sangat tidak diharapkan karena mikroba akan menutupi permukaan tangkai bunga dan xilem, sehingga menghambat laju penyerapan air. Padahal, air sangat dibutuhkan oleh tangkai bunga untuk menggantikan air yang menguap akibat transpirasi. Berbagai jenis bahan kimia dapat digunakan sebagai pengawet, di antaranya adalah asam sitrat, AgNO 3 , sodium benzoat, sodium meta bisulfit, "hydro quinolin citrate", aluminium sulfat, etanol, crysal, dan physan. Formula pengawet larutan perendam dan peraga disajikan pada Tabel 4.

Sumber: Suyanti dan Dondy (1999).

TEKNIK PRODUKSI MINYAK ATSIRI BUNGA SEDAP MALAM


Nutrisi yang ditambahkan dapat berupa sukrosa sebagai sumber karbohidrat dan dikombinasikan dengan germisida, zat pengatur tumbuh, mineral dan zat penghambat etelen (Nowak dan Rudnicki, 1990). Penyusunan formula nutrisi dan pengawet dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan, yaitu : 1) Larutan peraga ("holding"), yaitu larutan nutrisi dan pengawet yang digunakan selama peragaan di dalam vas . 2) Larutan perendam ("pulsing") digunakan untuk merendam tangkai bunga segera setelah panen, sebelum dikemas. "Pulsing" dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh atau penyimpanan. Nutrisi yang ditambahkan ke dalam larutan perendam dan larutan peraga berbeda. Untuk pengangkutan jarak jauh, Minyak bunga sedap malam dapat diproduksi melalui dua cara yaitu ekstraksi menggunakan pelarut menguap dan ekstraksi menggunakan adsorben lemak dingin (enfleurasi). Pada ekstraksi bunga menggunakan pelarut menguap diperoleh "concret" dalam bentuk padatan yang mengandung minyak atsiri bunga. Selanjutnya "concret" diproses menjadi absolut dengan menambahkan etanol, dihilangkan kandungan lilinnya dan didistilasi pada kondisi vakum. Pada proses ekstraksi dengan teknik enfleurasi, minyak atsiri bunga yang dihasilkan dikenal dengan nama absolut. Rendemen absolut yang dihasilkan dengan teknik enfleurasi lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut menguap. Mutu minyak yang diproduksi dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut menguap dipengaruhi oleh mutu 27

semakin gelap (tua). Jumlah larutan pewarna yang diserap oleh tangkai bunga berkisar 3 4 cc.

TEKNIK MEMPERPANJANG KESEGARAN BUNGA


Bunga sedap malam yang telah dipotong tetap menjalankan aktivitas hidupnya. Agar kualitas bunga tetap prima sampai ke tangan konsumen, bunga perlu diberi nutrisi dan bahan pengawet, baik ke dalam larutan perendam maupun larutan peraga. Nutrisi sangat diperlukan oleh bunga untuk melakukan aktivitas hidupnya, mempertahankan warna bunga, menghambat kelayuan, meningkatkan ukuran bunga mekar, dan menambah kemekaran bunga.
Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Tabel 4. Beberapa formula pengawet larutan perendam dan peraga untuk bunga potong sedap malam.
Jenis larutan "Pulsing" "Holding" "Holding" "Holding' Konsentrasi sukrosa (%) 15 6 6 4 Lama perendaman (jam) 2 Selama peragaan Selama peragaan Selama peragaan Pengawet Jenis AgNO3 AgNO3 SMB Asam sitrat Physan Crysal Hydro Quinon Sodium benzoat Aluminium sulfat Etanol Sodium benzoat Konsentrasi 200 50 200 500 200 ppm ppm ppm ppm ppm Daya simpan (hari) 6 7 12 7 6 8 7 6 8 7

gunakan pelarut menguap. Rendemen minyak sedap malam hasil enfleurasi berkisar antara 0,520,72%. Rendemen minyak tertinggi diperoleh dengan menggunakan jenis "sortening snow white" (0,72%) dan terendah dihasilkan oleh adsorben campuran lemak sapi dan minyak bunga matahari dengan rendemen minyak 0,52% (Tabel 6).

"Holding" "Pulsing"

6 15

Selama peragaan 2

1% 200 ppm

Tabel 6. Rendemen minyak sedap malam hasil enfleurasi dengan menggunakan beberapa jenis adsorben.
Jenis adsorben "Snow white" Lemak sapi + minyak bunga matahari Fat bland Lemak sapi + minyak wijen Lemak sapi + minyak kelapa sawit Sumber: Sailah et al. (2000). Rendemen (%) 0,72 0,52 0,68 0,71 0,65

Sumber: Murtiningsih et al. (1999); Suyanti dan Murtiningsih (1999); Sunarmani et al. (1997); Sunarmani dan Suyanti (1998); Suyanti et al. (1997).

bahan baku bunga, varietas, tingkat kemekaran, teknik pemrosesan, waktu ekstraksi, lama ekstraksi, dan bulan panen. Rendemen absolut (minyak) bunga sedap malam varietas tunggal yang diekstrak dengan pelarut menguap berkisar antara 0,030,11%, lebih tinggi dibanding sedap malam varietas ganda (0,02 0,04%). Rendemen "concret" sedap malam varietas mexican single lebih tinggi dibanding jenis hybrid single, hybrid double, dan perl double (Srivinash et al., 1996). Rendemen tertinggi diperoleh pada bunga dengan tingkat kemekaran 5075%, lama ekstraksi 24 jam, perbandingan heksan dan bunga 1:1, dan waktu ekstraksi malam hari (Suyanti et al., 1997; 1998). Bulan panen juga dapat mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Bunga sedap malam yang diekstrak pada bulan Oktober menghasilkan rendemen "concret" yang lebih besar (0,14%) dibandingkan pada bulan Maret (0,13%). Rendemen minyak sedap malam dari beberapa tingkat kemekaran, lama ekstraksi, waktu ekstraksi, varietas, dan bulan panen disajikan pada Tabel 5. Mutu minyak yang diproduksi dengan cara enfleurasi sangat dipengaruhi oleh jenis adsorben yang digunakan dan frekuensi penggantian bunga. Jenis adsorben yang paling baik adalah campuran lemak babi dan lemak sapi (1:2). Namun, metode enfleurasi dengan menggunakan adsorben lemak babi sangat sulit untuk diterapkan di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Sebagai penggantinya dapat digunakan, jenis 28

"sortening" untuk kue dan roti yaitu campuran lemak sapi dan lemak nabati. Rendemen absolut yang dihasilkan dengan cara enfleurasi lebih besar dibandingkan dengan cara ekstrasi meng-

Tabel 5. Rendemen minyak sedap malam dari beberapa tingkat kemekaran, lama ekstraksi, waktu ekstraksi, varietas, dan bulan panen.
Rendemen (%) Concret1 0,22 0,22 0,29 0,31 0,26 0,23 0,27 0,24 Absolut 0,04 0,05 0,11 0,07 0,03 0,04 0,04 0,05 0,03 0,03 0,02 0,14 0,14 0,11 0,11 0,13 0,13 0,10 0,10
2

Perlakuan Ekstraksi malam hari Mekar 5 25% Mekar 25 50% Mekar 50 75% Mekar 100% Ekstraksi siang hari Mekar 5 25% Mekar 25 50% Mekar 50 75% Mekar 100% Lama ekstraksi 12 jam 24 jam 36 jam Panen bulan Oktober Hybrite single Mexican single Hybrite double Pearl double Panen bulan Maret Hybrite single Mexican single Hybrite double Pearl double
1 2

Sumber

Suyanti et al. (1999)

Suyanti et al. (1999)

Suyanti et al. (1998)

Srivinash et al. (1996)

Srivinash et al. (1996)

Concret: minyak kasar bentuk padat mengandung lilin. Absolut: minyak murni, hasil pemurnian concret.

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

KOMPOSISI MINYAK BUNGA SEDAP MALAM


Total komponen dan komposisi minyak bunga sedap malam dipengaruhi oleh varietas dan cara pemrosesan. Secara umum proses pembuatan minyak bunga sedap malam disajikan pada Gambar 2. Bunga sedap malam varietas tunggal baunya lebih wangi dibandingkan varietas ganda. Setelah diekstraksi menggunakan pelarut menguap, kandungan total komponen minyak bunga sedap malam tunggal lebih tinggi dibandingkan varietas

ganda, tertinggi (46,26%) adalah pada bunga dengan tingkat kemekaran 75% dan diekstrak pada malam hari (Tabel 7). Pada varietas ganda total komponen minyak tertinggi (8,82%) diperoleh dari bunga dengan tingkat kemekaran 75% dan lama ekstraksi 12 jam (Tabel 8). Komponen minyak yang diproduksi dengan menggunakan proses enfleurasi dipengaruhi oleh jenis adsorben yang digunakan. Tabel 9 menunjukkan bahwa penggunaan adsorben campuran lemak sapi dan minyak kelapa sawit menghasilkan total komponen minyak lebih tinggi (12,59%) dibanding adsorben

dengan campuran lemak sapi dan minyak bunga matahari (2,86%), minyak wijen (6,30%), "snow white" (4,32%) maupun "fat bland" (5,83%). Komponen kimia dominan pada minyak bunga sedap malam varietas ganda hasil enfleurasi adalah farnesol (0,757,94%) dan metil salisilat (1,043,23%). Total komponen kimia bunga sedap malam tunggal hasil ekstraksi dengan pelarut menguap berkisar antara 17,87 46,26%. Komponen dominan minyak sedap malam tunggal hasil ekstraksi dengan pelarut menguap adalah benzil benzoat, geraniol, farnesol, dan indol. Kandungan indol dan benzil

Bunga sedap malam mekar 50 75%

Ekstraksi dengan pelarut heksan 1: 1 24 jam

Lemak adsorben oleskan di atas lempengan kaca bagian dari chasis tebal 0,50 cm

Penyaringan

Ampas bunga

Pelarut heksan mengandung minyak

Distilasi vakum

"Concret" dilarutkan dengan alkohol panas dinginkan endapan disaring. Pengendapan dilakukan berulangulang sampai bebas endapan

Taburkan bunga di atas adsorben tutup biarkan 12 jam

Angkat bunga gantikan dengan bunga baru, tutup biarkan 12 jam. Penggantian bunga diulang 39 kali.

Lemak angkat tampung dalam wadah, larutkan dengan alkohol panas dinginkan 12 jam. Penyaringan dan pengendapan dilakukan berulang kali pada suhu rendah sampai bebas lemak rendah

Lilin

Distilasi vakum

Absolut/minyak sedap malam

Larutan bebas lemak didistilasi vakum

Gambar 2.

Diagram alir proses pembuatan minyak bunga sedap malam (Suyanti et al., 1999; Sailah et al., 2000). 29

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Tabel 7.

Komponen kimia minyak bunga sedap malam tunggal hasil ekstraksi dengan pelarut menguap.
Kandungan komponen kimia (%) Ekstraksi malam hari Ekstraksi siang hari Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar 25% 50% 75% 100% 25% 50% 75% 9,08 6,80 4,99 0,56 13,59 1,52 0,71 0,51 14,10 14,59 9,76 6,27 7,27 3,74 0,67 7,34 1,73 1,16 0,35 7,69 14,58 6,27 28,54 9,54 9,49 4,72 0,93 13,78 5,25 1,45 1,21 14,88 21,84 9,54 46,26 6,37 7,13 7,14 0,57 6,77 3,12 1,11 0,59 7,35 19,06 6,37 32,78 4,75 2,78 0,60 0,47 7,39 0,82 0,76 0,32 7,71 5,42 4,75 17,88 7,71 4,60 2,72 0,49 8,25 0,64 0,68 0,49 8,74 9,14 7,71 25,59 5,11 5,28 2.70 0,92 13,53 4,41 1,11 0,59 14,23 10,94 5,11 30,28

benzoat pada absolut yang dihasilkan dari bunga sedap malam tunggal dengan tingkat mekar 75% dan diekstrak malam hari adalah paling tinggi, yaitu masingmasing 9,54% dan 13,78%.

Komponen

Mekar 100% 6,31 4,59 3,87 0,61 10,04 0,96 0,76 0,58 10,61 10,79 6,31 27,71

Indol Farnesol Benzil alkohol Eugenol Benzil benzoat Geraniol Nerol Metil antranilat Total ester Total alkohol Total indol

KESIMPULAN
1) Daya simpan bunga sedap malam dapat diperpanjang dengan perlakuan "pulsing" dan "holding" dengan menggunakan larutan nutrisi mengandung sukrosa 6% dan 15% dan germisida (AgNO 3 , sodium meta bisulfit, benzoat, dan etanol). 2) Pewarnaan bunga sedap malam dapat dilakukan dengan mencelup tangkai bunga dalam larutan yang mengandung pewarna makanan. Warna yang dihasilkan tergantung pada jenis dan konsentrasi pewarna serta lama perendaman. 3) Bunga sedap malam dapat digunakan sebagai bahan baku minyak sedap malam. Rendemen minyak tergantung metode ekstraksi, waktu esktraksi, jenis dan tingkat kemekaran bunga. Cara enfleurasi dapat meningkatkan rendemen minyak dari 0,11% menjadi 0,72%.

Total komponen 38,45 Sumber: Suyanti et al. (1999).

Tabel 8. Komponen kimia minyak sedap malam ganda hasil ekstraksi dengan pelarut menguap.
Kandungan komponen kimia (%) Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi 12 jam 24 jam 36 jam Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar 025% 2550% 75% 025% 2550% 75% 025% 2550% 75% 0,24 0,55 0 0 0,40 0,83 0,38 1,04 0,84 0 0,81 0 0 1,99 0,33 0 3,78 0 6,91 0 0,57 0,29 0,94 1,50 0,73 0,79 3,11 0,89 8,82 0,40 0,59 0,28 0 3,40 0,42 1,34 0,91 0,26 7,60 0 0,51 0,23 0 2,46 0,79 0,80 1,24 1,63 7,66 0,25 0,20 1,65 0 2,30 2,29 2,98 2,65 0 12,32 0,25 0,23 0,53 1,95 0,96 0,72 0,35 2,08 0 7,07 0,25 0,23 0,53 1,95 0,96 0,72 0,35 2,08 0 7,07 0,05 0,18 1,87 0,21 0,17 1,29 0 1,71 0,38 5,86

Komponen

Nerol Benzil alkohol Geraniol Eugenol Metil antranilat Asam fenil acetat Farnesol Benzil benzoat Indol

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1996. Pasar komoditas dalam Buletin Asbindo no 17 bulan Januari. 4 hlm. Backer. 1968. Flora of Java. Groningen, Netherland. 118 p. Badan Pusat Statistik. 1995. Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor/Imports. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 350 hlm. Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor/Imports Badan Pusat Statistik Jakarta Indonesia. 350 hlm.

Total komponen 4,28

Sumber : Suyanti et al. (1998).

Tabel 9. Komponen kimia minyak sedap malam ganda hasil enfleurasi.


Kandungan komponen (%) Jenis adsorben FB LS+MS LS+MW 0,01 2,18 0,15 0,06 0,06 2,18 0,79 0,40 5,83 0,02 0,53 0,11 0,07 0,37 3,23 7,94 0,32 12,59 0,29 1,47 0,15 0,22 0,27 2,53 1,11 0,26 6,30

Komponen Asam butirat Nerol Geraniol Benzil alkohol Eugenol Metil salisilat Farnesol Metil antranilat Total komponen

SW 0,01 1,34 0,10 0,30 0,15 1,38 0,93 0,11 4,32

LS+MBM 0,01 0,61 0,15 0,09 0,12 1,04 0,75 0,09 2,86

Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Tanaman Obat-obatan dan Hias. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 35 hlm. Bankar and G.J. Mukhopadhyay. 1980. Varietal Trial on Tuberose. South Indian Horticultural Research. Bangalore, India. Murtiningsih, Suyanti, dan Setyajit. 1999. Pengaruh "pulsing" dan "holding" terhadap umur keragaan bunga sedap malam ( Polianthes tuberose L.) potong. Buletin Pascapanen Hortikultura 2(1): 7580. Nowak, J. and R.M. Rudnicki. 1990. Postharvest Handling and Storage of Cut Flower, Florist Greens and Potted Plant. Timber Press, Portland Oregon. 210 p.

SW = "sortening snow white"; FB = "sortening fat bland". LS+MS = adsorben yang terbuat dari campuran lemak sapi dan minyak sawit. LS+MW = adsorben yang terbuat dari lemak sapi dan minyak wijen. LS+MBM = adsorben yang dibuat dari lemak sapi dan campuran minyak bunga matahari. Sumber : Sailah et al. (2000).

30

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga Rawa Belong Jakarta. 1999. Laporan bulanan, bulan Januari-Maret. Sailah, I., S. Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti. 2000. Ekstraksi minyak atsiri dari bunga sedap malam. Laporan Hasil Penelitian Kerja Sama Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sekretaris Daerah Jawa Timur. 1992. Sedap malam Maskot Flora Jawa Timur. BHM. SEKDA Jawa Timur, Surabaya. p. 912. Sharga, A.N. 1982. Effect of bulb size on vegetatif growth and floral characters tuberose (Polianthes tuberose L.). Prog. Hort. 14(4): 258 260. Srivinash, M., N. Murthy, and M.V. Chandravadana. 1996. Genotype and seasonal variation for concrete content in tuberose (Polianthes tuberose L.). J. Essent. Oil 8: 541542. Suyanti dan Murtiningsih. 1996. Penggunaan beberapa jenis pewarna makanan dan tekstil

untuk pewarnaan bunga potong sedap malam (Polianthes tuberose L .). Prosiding Seminar Nasional Tanaman Hias 112124. Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir. 1997. Pengaruh pewarnaan usai panen terhadap mutu bunga sedap malam. Jurnal Hortikultura 7(2): 692 699. Suyanti, Sunarmani, dan I. Muhajir. 1997. Pengaruh komposisi kimiawi larutan perendam terhadap kualitas bunga sedap malam potong. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta. 11 hlm. Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir. 1998. Pengaruh tingkat kemekaran dan lama ekstraksi terhadap kandungan atsiri bunga sedap malam cv Ganda. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 10 hlm. Suyanti dan A.S.B. Dondy. 1999. Kajian konsentrasi bahan pewarna terhadap tingkat kesukaan bunga sedap malam cv tunggal

hasil pewarnaan. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 6 hlm. Suyanti dan Murtiningsih. 1999. Memperpanjang kesegaran bunga potong sedap malam tunggal. Buletin Pascapanen Hortikultura 1(2): 31 36. Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir. 1999. Teknik produksi minyak bunga sedap malam berbunga tunggal. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 10 hlm. Sunarmani, Suyanti, dan I. Muhajir. 1997. Pengaruh larutan "holding" terhadap kesegaran bunga potong sedap malam. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 56 hlm. Sunarmani dan Suyanti. 1998. Pengaruh konsentrasi larutan etanol terhadap kesegaran bunga sedap malam potong. Monograf Risalah Seminar Nasional Tanaman Hias 143 148.

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

31

You might also like