You are on page 1of 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Historial Zat Warna Dispersi Zat warna ini mulai ditemukan untuk mencelup serat selulosa asetat yang bersifat hidrofob dan mampu menyerap zat organik yang tidak larut dalam air, dengan membuatnya dalam bentuk suspensi. Penemuan zat dispersi ini menjadi sangat penting dengan ditemukannya serat sintetik lainnya yang sifatnya lebih hidrofob daripada serat selulosa asetat, seperti serat Poliamida, Poliester dan Poliakrilat. Terutama untuk serat poliester yang kebanyakan hanya dapat dicelup dengan zar warna dispersi. 2.2 Definisi Zat Warna Dispersi Zat warna dispersi adalah zat warna organic nonionik yang dibuat secara sintesis, yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yang bersifat hidrofob. Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi untuk mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata didalam larutan, yang disebut zat pendispersi. Zat warna dispersi mula-mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. 2.3 Sifat-sifat umum zat warna dispersi a) Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut didalam struktur molekul b) Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo, antrakwinon/nitro akril amina dengan berat molekul rendah c) Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu 1500C dengan ukuran partikel antara 0,5-2 mikron d) Bersifat non-ionik, walaupun mengandung gugus-gugus NH2 NHR OH e) Selama proses pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan kimia 2.4 Sifat sifat kimia zat warna dispersi Cara melarutkannya dengan bantuan zat lain. Zat warna dispersi di gunakan dalam bentuk dispersi yang halus dalam air ukuran partikel dispersi 0,5 mikron di sebabkan oleh sifatnya yang hidrofobik maka zat warna ini mempunyai daya afinitas yang tinggi terhadap serat polyester yang juga bersifat hidrofobik. Dalam proses pencelupan, partikel zat warna masuk kedalam serat dalam keadaan terdispersi molekuler dan terikat dalam serat. Zat warna dispersi dapat di buat dari beberapa struktur kimia yang berbeda. Struktur kimia yang umum di gunakan dalam zat warna dispersi dan persentasi penggunaannya adalah sebagai berikut:

Azo (NN) : 55% Diazo (NN-NN) : 10%

Antrakwinon : 20% Lain lain : 15% Zat warna dispersi jenis azo adalah zat warna jenis ini umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : a) Daya pewarnaan yang tinggi b) Pemakaian ekonomis c) Sifat kerataan celupan bervariasi, ada yang mudah rata ada juga yang sulit tetapi secara umum lebih sulit dari jenis antrakwinon d) Termomigrasi relatif lebih baik dari pada antrakwinon e) Daya punutup ketidak rataan benang kurang lebih sebanding dengan antrakwinon. Zat warna dispersi jenis diazo adalah zat warna dispersi yang umumnya mempunyai sifat yang sama dengan jenis azo tetapi mempunyai daya sublimasi yang tinggi. Zat warna ini banyak di gunakan untuk warna-warna tua. Karena makin sulit mahalnya bahan baku antrakwinon maka dewasa ini terdapat kecenderungan untuk sedapat mungkin menggantikan dengan zat warna jenis azo. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat zat warna azo yang menyerupai antrakwinon dalam hal kemurnian kecerahan warna dan sifat yang baik. Zat antrakwinon adalah zat warna yang umumnya mempunyai sifat sifat sebagai berikut: a) Warna lebih cerah tetapi daya pewarna lebih rendah. b) Relatif lebih mahal. c) Sifat kecerahan dan migrasi relatif lebih baik dari azo. d) Termomigrasi lebih jelek, bila di bandingkan dengan azo. e) Daya penutupan ketidakrataan benang yang baik. f) Daya tahan reduksi / hidrolisa yang baik. g) Daya tahan sinar umumnya sangat tinggi 2.5 Sifat sifat fisika zat warna dispersi Kelarutan Meskipun Azobenzena, Antrakuinon dan Defilamina dalam bentuk dispersi dapat mencelup kedalam hidrofob, dalam perdagangan kebanyak zat warna dispersi mengandung gugus aromatik dan alifatik yang mengikat gugus fungsional (-OH, -NH2-BHR, dsb.) dan bentuk sebagai gugus pemberi (donor) Hidrogen. Gugus fungsional tersebut merupakan pengikat dipol dan juga membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonol atau gugus asentil dari serat poliamida, seperti pada reaksi dibawah ini: Reaksi terbentuknya ikatan hidrogen dengan serat poliamida . Adanya gugus aromatik OH dan alifatik AH2 dan gugus fungsional yang lain menyebabkan zat warna sedikit larut dalam air. Zat warna dispersi mempunyai daya kelarutan air dingin yang sangat rendah akan tetapi dengan peningkatan temperatur daya kelarutan dapat meningkat dengan cepat sampai beberapa ratus gram/L. Yang sangat penting dalam proses pencelupan adalah daya kelarutan. Daya kelarutan dipengaruhi oleh : a) Kecepatan penyerapan zat warna b) Banyak / sedikitnya penyerapan c) Migrasi d) Penodaan pada serat campuran.

Sensitifitas Zat warna dispersi yang berupa partikel partikel kecil tidak mungkin berada pada keadaan terdispersi yang stabil tanpa adanya zat pendispersi (Dispersing Agent). Zat pendispersi ini berfungsi sebagai pelindung di sekeliling zat warna sehingga adanya gaya elektrostatis yang saling tolak menolak juga dapat membantu terjadinya stabilitas. Kestabilan dispersi zat warna di pengaruhui oleh: a) Jenis zat pendispersi : umumnya yang digunakan adalah jenis anionik yaitu lignin sulfonat yang berasal dari alam tetapi ada pula yang berasal dari sintetik. b) Kualitas dari pigmen zat warna dan ketidakmurnian pigmen zat warna c) Bentuk kristal dari pigmen zat warna. Bentuk kristal tertentu mudah dibersihkan dan ada yang relatif sulit . d) Distribusi partikel ukuran zat warna 2.6 Klasifikasi zat warna dispersi Zat warna dispersi dapat di golongkan menurut sifat sublimasinya secara umum di bagi menjadi 4 kelompok yaitu : a) Golongan satu (A) Zat warna dispersi ini mempunyai sifat sublimasi rendah tetapi mempunyai sifat celup yang baik. Karena molekulnya kecil dengan sifat sublimasi yang rendah biasanya digunakan untuk pencelupan serat rayon, serat poliamida, serat di/tri asetat, dapat juga di gunakan untuk serat poliester yang di bantu dengan zat pengemban pada temperatur 1000C. b) Golongan Kedua (B) Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul yang relatif kecil dengan sifat sublimasinya cukup. Memiliki sifat celup yang baik sehingga sangat baik untuk pencelupan polyester dengan zat pengemban pada temperatur tinggi. Pada proses thermosol hanya digunakan untuk mewarnai warna warna muda, dengan temperatur yang lebih rendah. c) Golongan Ketiga (C) Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul sedang dengan sifat sublimasi yang baik. Sifat celup dan sublimasi yang baik biasa di gunakan untuk pencelupan zat pengemban. Temperatur tinggi atau proses termosol dengan hasil yang baik. d) Golongan Keempat (D) Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul besar dengan sifat sublimasi tinggi. Mempunyai sifat celup yang kurang baik atau sifat sublimasinya yang paling tinggi tidak dapat di gunakan untuk pencelupan dengan zat pengemban. Tetapi sangat cocok untuk pencelupan termosol/ temperatur tinggi berat molekul ukuran dan bentuk zat warna dispersi memegang peranan penting, terhadap sifat pencelupan. 2.7 Pencelupan serat poliamida dengan zat warna dispersi. Mekanisme pencelupan Pencelupan serat poliamida dengan zat warna dispersi merupakan peristiwa distribusi zat padat kedalam dua zat pelarut yang tidak dapat dicampur. Dalam hal ini zat warna dispersi merupakan zat padat yang larut dalam medium serat. Adsorpsi zat warna sering disebut solid solution. Mekanisme pencelupannya adalah sebagai berikut : zat warna dispersi berpindah dari keadaan agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut di air dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat warna yang terlarut terebut sangat mudah terserap oleh serat. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan gudang atau timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut untuk mempertahankan kesetimbangan.

Untuk zat warna yang kurang sekali larut waktu setengah celup dan waktu pencelupan rata rata pada termperatur 850C akan lebih besar. Kerja zat warna lebih tertarik pada fasa larutan sehingga pencelupan mudah merata walaupun penyerapan kedalam serat berkurang. Serat poliamida mempunyai kristalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak mengandung gugusan-gugusan yang aktif sehingga sukar sekali ditembus oleh molekul. Molekul yang berukuran besar sukar ataupun tidak bereaksi dengan zat warna anion atau kation. Dalam praktek serat poliamida pada umumnya dicelup dengan zat warna dispersi, penyerapan zat warna dispersi pada kesetimbangan adalah baik tetapi pada difusi kedalam serat sangat lambat. Beberapa zat warna dispersi mempunyai kecepatan difusi yang cukup besar sehingga memungkinkan celupan akan muda atau sedang dalam waktu pencelupan yang tidak terlalu lama. Konsentrasi zat warna dalam larutan celup tidak mempengaruhi tua mudanya warna yang dihasilkan karena hubungan tua mudanya warna uang akan dihasilkan adalah tergantung banyaknya zat warna yang dipakai terhadap berat bahan yang akan dicelup. Semakin tinggi konsentrasi zat warna didalam larutan celup, semakin besar kecenderungan zat warna beragregasi dan menimbulkan penggumpalan yang akan mengakibatkan pencelupan menjadi tidak sempurna. Didalam pencelupan perlu ditambahkan lagi zat pendispersi antara 0.2 2 g/L larutan celup tergantung pada vlot atau liquor ratio, kekuatan zat pendispersi akan membentuk lapisan film (protektive film colloid) pada partikel zat warna sehingga dapat mudah masuk kedalam serat secara teratur. Reaksi antara zat warna dispersi dengan serat poliester dapat dilihat di bawah ini : Fungsi Zat-Zat Pembantu Faktor lain yang tidak dapat diabaikan perannya dalam pencelupan adalah zat pembantu. Sebab zat bantu inilah yang akan menutupi kekurangan atau sifat-sifat yang kurang menguntungkan dalam suatu pencelupan. Adapun zat-zat bantu yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut : Zat pengemban (Carrier) Zat ini adalah istilah umum yang dipakai untuk sejenis zat organik yang membantu proses pencelupan. Carrier sanggup menembus dan membuka struktur serat yang akan dicelup, sehingga mempercepat difusi zat warna kedalam serat, dengan demikian carrier menaikkan jumlah zat warna yang terserap. Fungsi zat pengemban didalam larutan yang utama adalah : a) Melunakkan serat. b) Mempercepat proses masuknya zat warna kedalam serat. c) Sebagai pengemban zat warna kedalam serat. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: Kecepatan zat warna difusi kedalam serat dengan menggunakan zat pengemban lebih besar bila dibandingkan dengan pencelupan tanpa pengemban, meskipun besarnya zat warna lebih kecil dari pada gabungan zat warna dengan zat pengemban. Dengan adanya zat pengemban ini menyebabkan serat poliester menggelembung, sehingga pori-pori serat menjadi besar. Selain itu zat pengemban mempunyai afinitas terhadap zat warna, zat warna turut dibawa masuk kedalam serat oleh pengemban. Zat pengemban ini tidak berikatan dengan serat, pada proses pencucian reduksi, zat pengemban akan keluar lagi dari pori-pori serat dan akan menutup, sehingga zat warna tertinggal didalam serat. Perlu diperhatikan bahwa zat pengemban yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat tertentu diantaranya adalah efisien, mudah dihilangkan, tidak mempengaruhi warna, mudah

dilarutkan atau didispersikan dalam air. Karena beberapa zat pengemban dapat menyebabkan adanya noda dan bila membersihkannya kurang sempurna maka dapat menurunkan kekuatan dan tahan sinarnya. Zat pendispersi Zat pendispersi termasuk jenis surface aktive agent yang terdiri dari senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi dengan gugus-gugus ion dan non ion tersusun bergantian sepanjang rantai molekulnya. Penambahan zat pendispersi kedalam larutan dapat meningkatkan kelarutan zat warna sampai mencapai titik optimum, dimana diatas kelarutan zat warna terlalu tinggi sehingga zat warna yang telah diserap mudah terlepas kembali. Natrium Alginat Pengentalan natrium alginat sangat praktis dan relatif mudah dalam pemakainnya, serta mudah dilarutkan. Sehingga pasta pengental mudah disiapkan. Lapisan pengental mudah dicuci setelah proses pencapan atau pencelupan, walaupun pengerjaan fiksasi dengan suhu tinggi. Persediaan larutan dapat disimpan selama 2-3 hari dan untuk melindunginya dari serangan senyawa organik dapat ditambahkan formaldehida. Asam asetat (CH3COOH) Digunakan sebagai pemberi suasana asam atau alkali larutan celup. Pencelupan poliester dengan zat warna dispersi dapat berjalan dengan baik apabila ditambahkan asam asetat 30%dengan pH 5. pH larutan celup ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan zat warna dispersi. Pengujian Hasil Celupan Ketahanan Luntur Ketahanan luntur zat warna dispersi ini dipengaruhi oleh : a) Faktor utama struktur kimia zat warna. b) Faktor sekunder aplikasi zat warna. Faktor ini meliputi antara lain metode pencelupan, temperatur fiksasi, waktu pencelupan, jenis bahan yang di celup dan zat bantu yang di gunakan. Cara Uji Tahan Luntur Beberapa ketahanan luntur sering di permasalahkan dapat di sebutkan antara lain: a) Daya tahan sublimasi Ukuran prilaku zat warna pada fase transisi dari bentuk padat ke bentuk gas. Sublimasi dapat terjadi pada saat fiksasi zat warna. Dalam pencelupan sistim termosol pada waktu pengerjaan panas (Heat setting finishing) setelah pencelupan daya tahan sublimasi di pengaruhi oleh ukuran molekul zat warna. Makin besar molekul zat warna makin tinggi daya tahan sublimasinya (menguap masuk kedalam serat). Selain itu juga tergantung dari pada ikatan zat warna dengan bahan. b) Daya tahan luntur terhadap pencucian Daya tahan luntur zat warna dispersi dipengaruhi oleh mobilitas molekul zat warna dan adanya gugus pelarut. Umumnya zat warna dispersi menunjukan daya tahan luntur yang baik pada polyester dalam penggunaan yang normal, akan tetapi apabila di inginkan daya tahan luntur dengan menggunakan kain poliamida sebagai bahan penguji maka seleksi zat warna perlu di lakukan. c) Daya tahan terhadap thermomigrasi Daya tahan luntur dari celupan bahan polyester sering menurun karena adanya gabungan pengaruh panas dan sisa zat aktif permukaan yang terdapat pada serat. Zat aktif permukaan yang sering berpengaruh antara lain:

zat pembantu pencelupan non ionik zat pelemas zat anti statik Fenomena termomigrasi ternyata bukan hanya terjadi karena pengaruh panas tetapi juga karena adanya penyimpanan yang lama dari bahan hasil celupan. Termomigrasi dapat menyebabkan penurunan: a) Daya tahan gosok b) Daya tahan luntur terhadap pencucian c) Daya tahan luntur terhadap air d) Daya tahan luntur terhadap keringat e) Daya tahan luntur terhadap sinar f) Daya tahan luntur terhadap Dry clean.
http://smk3ae.wordpress.com/2008/05/26/pencelupan-serat-poliester-dengan-zat-warna-dispersi-2/

You might also like