Professional Documents
Culture Documents
a. Tujuan
Sebagai gerakan partisipasi masyarakat dalam rangka
mempercepat Catur Tertib Pertanahan serta menigkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
b. Prinsip Dasar
1. Pemasangan tanda batas tanah dilakukan oleh pemilik
tanah secara bersama-sama pemilik tanah yang
berdampingan
2. Diciptakan adanya kelompok masyarakat yang
dibentuk oleh masyarakat untuk mensukseskan
kegiatan ini.
3. Sasaran
Masyarakat pemilik tanah di perkotaan dan pedesaan,
melalui kelompok POKMASDARTIBNAH, dimana Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya bertindak
selaku motivator maupun sebagai fasilitator dalam
kegiatan tersebut.
1.Model Zoning
Menurut model ini, tanah di suatu wilayah/daerah
tertentu dibagi dalam beberapa zone penggunaan atau
kepentingan-kepentingan/kegiatan-kegiatan/usaha-usaha
yang dilakukan.
Contoh model zoning yang dikembangkan oleh Ernest W
Borgess untuk kota Chicago, dimana wilayah dibagi
menjadi:
a.Wilayah “the loop” yang merupakan wilayah
perdagangan yang sering disebut “downtown”.
b.“The zone in transitions” merupakan wilayah yang
disiapkan bagi perkembangan industri dan perdagangan.
c.“The zone of working men’s homes” merupakan
wilayah pemukiman bagi pekerja-pekerja kelas bawah.
d.“The residential zone” merupakan wilayah pemukiman
bagi orang-orang kaya
e.“The commuters zone” merupakan wilayah diluar batas
kota.
Kelemahan-kelemahannya adalah:
Tidak adanya ruang atas tanah yang dapat menampung
kegiatan-kegiatan yang dipandang merugikan atau
mengganggu apabila diletekkan pada zone-zone tertentu.
Akan terjadi perkembangan wilayah yang tidak merata.
Pada suatu saat, suatu zone akan mengalami tingkat
kepadatan yang tinggi.
2.Model Terbuka
Istilah terbuka mempunyai arti bahwa suatu ruang atas
tanah dalam satu wilayah tertentu tidak terbagi-bagi
dalam zone-zone penggunaan sebagaimana dalam model
zoning. Model terbuka menitikberatkan pada usaha-
usaha untuk mencari lokasi yang sesuai bagi suatu
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
atau swasta. Untuk memperoleh lokasi yang sesuai,
faktor-faktor tertentu harus diperhatikan antara lain:
a.Data kemampuan fisik tanah
Atas data kemampuan fisik tanah dibuatlah pola
penggunaan tanah. Pola penggunaan tanah perkotaan
dibuatlah jaringan jalan dengan tetap memperhatikan
asas ATLAS. Sedangkan pola penggunaan tanah untuk
pedesaan dibuat atas dasar tinggi dan tingkat kemiringan
tanah. Atas dasar ini maka suatu wilayah pedesaan
dibedakan menjadi beberapa wilayah penggunaan utama
yang disebut wilayah tanah usaha.
Wilayah tanah usaha dibedakan menjadi:
Wilayah tanah usaha terbatas.
Ketinggian <> 1000 m
Perbedaan ketinggian tanah ini akan membedakan pula
perbedaan pola penggunaan tanah
3.Land Consolidation
Dikenal pula adanya teknik konsolidasi tanah (land
consolidation) yaitu teknik penataan kembali lokasi dan
batas-batas tanah serta sarana dan prasarana (pelurusan
jalan, sungai, saluran pembagian/pembuangan air)
sedemikian rupa, sehingga pengkaplingan menjadi
berbentuk segi empat panjang dan setiap persil dapat
dicapai secara efisien oleh penggarap atau saluran air.
Penatagunaan tanah juga mencakup arti pemeliharaan.
Tanah itu harus dipelihara baik-baik menurut cara yang
lazim dikerjakan di daerah yang bersangkutan sesuai
dengan petunjuk dari jawatan-jawatan yang
bersangkutan agar bertambah kesuburan serta dicegah
kerusakannya.
Dalam dictum peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi Tanah
dinyatakan bahwa tanah sebagai kekayaan bangsa
Indonesia harus dimanfaatnkan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Untuk itu perlu dilakukan konsolidasi
tanah sebagai upaya untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penggunaan tanah serta menyelaraskan
kepentingan induvidu dengan fungsi sosial tanah dalam
rangka pelaksanaan pembangunan.