You are on page 1of 13

Hiperkes merupakan cabang dari Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang mempelajari caracara pengawasan serta pemeliharaan kesehatan tenaga

kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan, dan segala kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di perusahaan. Ada 2 jenis ancaman yaitu kesehatan (fisik, mental dan sosial) tenaga kerja maupun masyarakat, serta kecelakaan yang menimbulkan cacat fisik, mental dan sosial. Oleh karena itu, baik secara individual maupun secara bersama-sama diperlukan upaya pemeliharaan/pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang diakibatkan kegiatan perusahaan. Higiene perusahaan adalah upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik, kimia, radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan. Terutama bertujuan pengamatan dengan pengumpulan data, merencanakan dan melaksanakan pengawasan terhadap segala kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian sasaran kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja serta lingkungan perusahaan. Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan, merupakan upaya pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi perusahaan. Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat tenaga kerja melakukan kegiatan yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Ada beberapa golongan lingkungan kerja, antara lain: 1. Lingkungan Fisik, misalnya kualitas cahaya, pertukaran udara, tekanan, suhu dan kelembaban udara, serta berbagai perangkat kerja (mesin dan bukan mesin) 2. Lingkungan kimia, misalnya bahan baku, bahan jadi dan bahan sisa yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan, terutama sekali bahan kimia yang mempunyai sifat fisiko-kimia radiasi dan sebagainya. 3. Lingkungan biologi, misalnya flora dan fauna yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. 4. Lingkungan sosial, misalnya terhadap sesama pekerja, masyarakat sekitar perusahaan, keluarga tenaga kerja, dan lain-lain. Faktor lingkungan merupakan salah satufaktor penyebab timbulnya gangguan kesehatan. Demikian juga lingkungan kerja merupakan slah satu faktor penyebab akibat kerja dan kecelakaan kerja. Contohnya yaitu antara lain: 1. Tenaga Kerja pada perusahaan perkebunan/kehutanan di mana lingkungan memiliki suhu serta kelembaban tertentu, sehingga gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, dapat terjadi setiap saat. Hal ini mungkin

karena tenaga kerja senantiasa berada dalam lingkungan flora dan fauna serta perangkat kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja. 2. Tenaga kerja pada perusahaan industri kimia, senantiasa berada dalam lingkungan yang terdiri dari bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja kibat keracunan, alergi dan sebagainya. Lingkungan sosial tenaga kerja, dianggap ikut mempengaruhi kesehatan mental tenaga kerja. Lingkungan sosial yang kurang sehat, dapat menyebabkan kelengahan, kelalaian serta keadaan mental lainnya yang sering menyebabkan gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja di perusahaan. Maka hampir semua faktor lingkungan kerja sewaktu-waktu dapat mengganggu kesehatan serta menimbulkan kecelakaan kerja, terutama lingkungan kerja yang kurang sehat. Penilaian lingkungan kerja merupakan penilaian terhadap semua segi (tenaga kerja, alat produksi bahan baku, bahan jadi serta bahan sisa, dan proses produksi sendiri) dalam merencanakan tindakan pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan (fisik, mental dan sosial) yang maksimal, sehingga dapat bereproduksi secara maksimal pula. Kesehatan kerja direncanakan serta dilaksanakan oleh unit kesehatan kerja di perusahaan, dan dalam kegiatannya bekerja sama dengan pimpinan perusahaan, dan dalam unit-unit lainnya yang berkaitan dengan kesehatan serta keselamatan kerja. Dalam kegiatannya di perusahaan, unit kesehatan kerja bertanggung jawab terhadap pengadaan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan menurut keahliannya. Untuk itu unit kesehatan kerja wajib mempersiapkan program pengamatan serta pengawasan kesehatan tenaga kerja, yaitu program supervisi langsung dalam perusahaan, mengamati segala faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja. Semua kegiatan unit kesehatan kerja ditujukan pada pencegahan gangguan kesehatan serta kecacatan tenaga kerja perusahaan. Sebagai obyek atau sasaran kegiatan adalah tenaga kerja sebagai salah satu kesatuan biologi, sehingga dapat dimengerti bahwa secara keseluruhan kegiatan unit tersebut lebih banyak bersifat teknis medis. Karena itu bila ditinjau dari sasaran dan sifat kegiatan, maka unit kesehatan kerja, sangat

berbeda dari higiene perusahaan, namun tujuan keduanya sama, yaitu mengusahakan tenaga kerja sehat untuk berproduksi semaksimal mungkin bagi perusahaan. Kedua unit tersebut juga bersamasama melakukan upaya yang sifatnya mencegah penyakit serta cacat akibat kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan mesin, pesawat, lat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. Unit keselamatan kerja merupakan suatu unit yang bertanggung jawab atas tempat, alat, mesin, pesawat yang aman bagi tenaga kerja, dan sesuai dengan kondisi kerja, juga bertanggung jawab dalam penyediaan alat dan keselamatan kerja/pengaman/pelindung yang cocok serta menyenangkan bagi tenaga kerja. Tujuan keselamatan tenaga kerja, antara lain: a. melindungi hak dan keselamatan tenaga kerja dalam atau selama melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional. b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di temapt kerja. c. Memelihara sumber produksi serta menggunakannya dengan amat dan berdayaguna (efisien). Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami

perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undangundang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : a. Sasarannya adalah manusia b. Bersifat medis. Sedangkan keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : a. Sasarannya adalah lingkungan kerja b. Bersifat teknik. Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health. 2.2 Tujuan K3 Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) : a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan. 2.3 Ruang Lingkup K3 Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) : a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di

semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan. b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi : 1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian 2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan 3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial. 4. Proses produksi 5. Karakteristik dan sifat pekerjaan 6. Teknologi dan metodologi kerja c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa. d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes. Secara sistimatis DR. Sumamur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas paramedis hiperkes sebagai berikut : 1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan a. Perawatan dan pengobatan penyakit umum, meliputi: 1. Menurut petunjuk dokter perusahaan 2. Menurut pedoman tertulis (standing orders) 3. Rujukan pasien ke rumah sakit 4. Mengawasi pasien sakit hingga sembuh 5. Menyelenggarakan rehabilitasi b. Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan c. Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll) d. Pemeriksaan kesehatan: 1. Sebelum bekerja (pre-employment) 2. Berkala 3. Pemeriksaan khusus Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan a. Memelihara administrasi (dinas kesehatan) b. Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya c. Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan 1. Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan pekerja 2. Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja 3. Laporan pemakaian obat dan sebagainya. 4. Tugas sosial dan pendidikan a. Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja 1. Ketrampilan PPPK 2. Pola hidup sehat. 3. Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang kurang baik b. Menjaga kebersihan dalam perusahaan c. Mencegah kecelakaan kerja

Kebijakan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Era Global 1. Dalam bidang pengorganisasian Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen; departemen Kesehatan dan departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen (direktorat jendral) Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, dimana ada 4 Direktur : a. Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan b. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak c. Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari Kasubdit: 1. Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan. 2. Kasubdit konstruksi bangunan, instalasi listrik dan penangkal petir 3. Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian keselamatan ketenagakerjaan d. Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, yang terdiri dari kasubdit: 1. Kasubdit Kesehatan tenaga kerja 2. Kasubdit Pengendalian Lingkungan Kerja 3. Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian kesehatan kerja. Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat Kesehatan Kerja Depkes. Dalam upaya pokok Puskesmas terdapat Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yang kiprahnya lebih pada sasaran sektor Informal (Petani, Nelayan, Pengrajin, dll) 2. Dalam bidang regulasi Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak, diantaranya : a. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja b. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan c. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. d. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja. e. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan. f. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan. g. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. 3. Dalam bidang pendidikan Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan, Murwani Anita, Skep. 2003. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta. Fitramaya. Rachman, Abdul, et al. 1990. Pedoman Studi

Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Jakarta: Depkes RI, Pusdiknakes. Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang. 1985.

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo

1. Higiene Industri (Industrial Hygiene) a. Pengertian Menurut Robet W. Alen, dkk (1976) dalam Rachman, dkk (1990), Industrial Hygiene dinyatakan bahwa (1): Industrial Hygiene is brodly concerned with the chemical and physical stresses that may impair the health and well being of works Secara bebas higiene industri dapat diartikan sebagai gangguan kimia dan fisika yang mungkin dapat merusak kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Lebih lanjut ditekankan lagi, gangguan tersebut meliputi gangguan oleh adanya debu, kimia, cairan, gas, uap, dan kabut yang dapat membahayakan pernafasan, kulit, paru-paru dan mata. Dimungkinkan pula gangguan terjadi karena pemaparan radiasi pengion dan bukan pengion. Thomas J. Smith (1988) dalam Rachman,dkk (1990), mengemukakan Higiene industri sebagai berikut (2): Industrial hygiene is the environmental science of identifying and evaluating chemical, and biologic hazard in the workplace and devising ways to control or eliminated them. Secara bebas, definisi tersebut dapat diartikan bahwa higiene industri meupakan ilmu lingkungan yang menjatidirikan dan penilaian bahaya fisika, kimia, dan biologi di tempat kerja serta memperloh cara unruk mengawasinya atau menghilagkan bahaya tersebut. Sumamur (1984) dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja mengemukakan bahwa Higiene perusahaan adalah (3): Spesialis dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penelitian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitataif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif dilingkungan kerja tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap denrajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sasaranya adalah lingkungan kerja dan bersifat teknis. Berdasarkan pengertian higiene perusahaan dari berbagai ahli, secara umum dapat disimpulkan bahwa higiene industri atau disebut juga higiene perusahaan mempunyai karakteistik mendasar sebagai ilmu kesehatan lingkungan yang menghususkan garapannya untuk mengantisifasi, menjatidirikan, menegakan, menilai dan mengawasi faktor-faktor lingkungan industri atau perusahaan yang akan atau dipengaruhi terhadap Kesehatan masyarakat

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Tujuan dari higiene industri adalah memberikan perlindungan terhadap kesehatan tenagakerja melalui penekatan secara teknis terhadap efek samping penerapan teknologi produksi, agar tercipta lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehinggs terwujud tenaga kerja yang sehat, selamat, sejahtera, dan mampu bekerja produktif dan efisien. Adapun ruang lingkup kegiatan atau aktivitas higiene industri akan mencakup hal-hal mengenai mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi, dan mengendalikan

c. Prinsip dasar Untuk penerapan higiene industri di tempat kerja suatu industri akan diperlukan pemahaman terhadap 3 prinsip dasar yaitu : - pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja - penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja - pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja 2. Kesehatan Kerja (Occupational Health) a. Pengertian Banyak batasan tentang keselamatan kerja yang dirumuskan oleh para ahli ataupun badan internasional di bidang ini, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut National safety Council-USA (1982) dalam Rachman,dkk (1990)(1), kesehatan kerja sangat berkaitan dengan satu atau lebih kondisi kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan dapat menurunakan produktivitas kerja yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan. Menurut Hugh Rodman Leavell dan Gurney Clark (1958) dalam Rachman,dkk (1990)(2) : Occupational health implies the sum of all the effort to improve the health of workers in the community and industries. Dengan kalimat lain, kesehatan kerja dalam definisi ini diartikan sebagai sejumlah upaya untuk meningkatkan kesehtan para pekerja atau karyawan di dalam masyarakat dan perusahaan/industri. Sumamur (1984) dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja mengemukakan bahwa Kesehatan kerja adalah (3): Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta perakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun social, dengan

usaha-usaha prepentif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan factor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum lainnya. Sasaranya adalah manusia dan bersifat medis. Dari ketiga definisi kesehatan kerja uang telah diurai diatas secara pokok dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja mempunyai karakteristik bidang sasaran manusia (pekerja) dengan kesehatanya.

b. Tujuan dan ruang lingkup Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah bukan sekedar kesehatan pada sector industri saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya (Total health of all at work). Oleh sebab itu kesehatan kerja meiliki tujuan untuk : - Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja. - Melindungi dan mencegah pekerjaan dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaanya. - Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan atau ketermapilannya. - meningkatkan efesiensi dan produktivitas. Adapun Ruang Lingkup Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa upaya promotif yang berupa penyuluahan , preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluahan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja. Upaya prepentif yakni kegiatan pencagahan terhadap resiko kesehatan. Upaya kuratif lebih menekankan pada angka absensi karena sakit dan angka kesakitan. Upaya rehabilitatif lebih menekankan upaya penyembihan dan pemeliharaan kesehatan setelah sakit. Dalam disiplin kesehatan kerja upaya promotif dan prepentif lebih mengemuka dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif. c. Prinsip dasar Jadi pada prinsipnya kesehatan kerja meliputi 3 hal dasar utama yaitu : - Upaya kesehatan kerja

Jadi upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Konsep dasar dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah : Identifikasi permasalahan, Evaluasi dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. - Status kesehatan pekerja Adalah kondisi kesehatan pekerja pada suatu saat tertentu yang dipengaruhi oleh 4 faktor penentu, yaitu lingkungan pekerja, Prilaku kerja, Pelayanan kesehatan, Faktor genetic. - pengkajuan bahaya potensial di tempat kerja Ditempuh 3 langkah utama : Pengenalan bahaya potensial di tempat kerja

Evaluasi bahaya potensial di tempat kerja Pengendalian bahaya potensial

meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan pemenuhan persyaratan kesehata kerja. Hakikatnya merupakan penyesuaian atau penyerasian kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja yg merupakan beban tambahan yg harus diterima pekerja.

d. Tiga komponen yang mempengaruhi kesehatan pekerja Berkaitan dengan factor yang mempengaruhi kondisi kesehatan, dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangankan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat system kerja atau cara kerja, penggunaan mensin, alat dan bahan serta lingkungan disamping factor manusianya. Di tempat kerja, kesehatan dan kinerja seorang pekerja sangat di pengaruhi oleh : - Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan social, sehingga upaya penempatan kerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan pengalaman, ketermapilan, motivasi dan lainnya. - Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keteramapilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagianya. - Lingkungan kerja sebagai bebna tambahan, baik berupa factor fisik, kimia, biologic, ergonomic, maupun aspek psikososial. Berbagai potensial bahaya kesehatan dan kemungkinan dampaknya antara lain ; - Faktor mesin / perlatan: Cidera, kecelakaan kerja - Faktor Psikologik dan beban kerja: gangguan musculo skeletal, low back pain, kelelahan. - Faktor fisik : nois induced hearing loss, gangguan neuro vascular, efek radiasi - Faktor kimia : intoksikasi, alergi, kangker. - Faktor biologic: infeksi, alergi. - Faktor psikologik : strees psikis, depresi, ketidakpuasan. - Faktor psikososial: konflik, monotoni, kualitas

kerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa di capai suatu kesehatn kerja yang optimal. Sebaliknya bila teradapat ketidakserasian dapt menimbulkan masalah kesehatn kerja berupa penyakit akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan prodiktivitas kerja. Jika dapat disimpulkan konsep kesehatan kerja adalah sebagai berikut : - Health Hazard, dapat berupa : Physic, Chemical, Biologic, Ergonomics, Psychosocial - Konsekuensi yang dapat timbul : Terpapar kontak penyakit mendadak, menahun, kanker dan dampak terhadap masyarakat umum (Prolonged Reaction) - Konsentrasi kepedulian Environment (bahan pencemar), dapat berupa : Exposure, Work hours, PPE, Pendidikan, Karir jab. Sesuai pendidikan, Titik berat pd bahaya tersembunyi Sepertinya kurang urgent (laten), Prinsip pendekatan, Pengkajian kepaparan, Utk memperkecil kepaparan Catatan : Istilah umum yang dikenal di bidang ketenagakerjaan dalam kaitan dengan kesehatan adalah kesehatan kerja (occupational health) saja tanpa memunculkan higiene perusahaan (Industrial Hygiene) nya, sebagaimana diuraikan pada definisi kesehatan kerja. Sebagai contoh, dalam proram Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) di perushaan, maka istilah kesehatan kerja dalam program tersebut sebenarnya mencakup higiene perusahaan. Walaupun prakteknya, jarang ditemukan data hasil pengukuran lingkungan kerja perusahaan yang bersangkutan. Padahal kedua istilah tersebut seperti dua sisi pada mata uang, keduanya saling mempengaruhi. Walaupun istilah umum yang dikenal kesehatan kerja , namun bagi para praktisi pelayanan kesehatan perusahaan dalam hal ini dokter atau paramedis perusahaan, dalam mengiterpretasikan istilah tersebut perlu dilengkapi data hasil pengukuran lingkungan kerja. 3. Keselamatan Kerja (Occupational Safety) a. Pengertian Masih dalam kaitannya dengan upaya higiene perusahaan dan keselamatan kerja, diketahui pula adanya pengertian keselamatan kerja. Beberapa diantaranya antara lain : Occupational safety diungkapkan bahwa keselamatan kerja menjadi penting sebagai bagian resmi manajemen industri atau perusahaan yang lebih menekankan perhatiannya terhadap pencegahan kecelakaan kerja. Dalam hal ini secara jelas dikemukakan bahwa (1) : ... is to minimize the risk of occuational injuries by

preventing accident and controling exposures to hazardous stresors in the work environment. Atau dengan ulasan lain, keselamatan kerja mempunyai makna upaya mengurangi dan atau menekan sejauh mungkin kecelakaan akibat kerja dengan cara mencegah kecelakaan dan mengawasi pemaparan bahan berbahaya yang menimbulkan kecelakaan kerja. Sumamur (1984) dalam bukunya Keselamatan Kerja dan pencegahan Kecelakaan mengemukakan bahwa Keselamatan Kerja adalah (2): Keselamtan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjan. Dari batasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja lebih menitikberatkan usahanya pada semua tempat kerja dan peralatan kerja dalam proses produksi serta distribusinya ke masyarakat. b. Tujuan dan Ruang lingkup Tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut : - Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. - Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berasa di tempat kerja. - sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efesien. Sasaran utama dari keselamatan kerja adalah tempat kerja yang padanya : - Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin pesawat, alat, perkakas, peralatan atau istalasi yang berbahaya dan dapat menimbulakan kecelakaan, kebakaran atau peledakan. - Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang yang dpat meledak, mudah terbakar, mengigit, beracun, menimbulakan infeksi, bersuhu tinggi. - Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaranrumah, grdung atau bengunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atu terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dilakukan pekerjaan persiapan. - Dilakukan usaha pertanisn, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan. - dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atu bijih logam lainnya, batubatuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik

dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan. - Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan melalui terowongan, di permukaan air, dalam air, maupun udara. - Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal,perahu, darmaga, dok, stasiun atau gudang. - Dilakukan penyelaman, pengambilan benda danpekerjaan lain dalam air, - Dilakuakn pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah. - Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbuna tanah, kejatuhan, terkena pelanting benda, tejatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting. - Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang. - terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, uap, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. - Dilakuakan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah. - Dilakukan pendidikan dan pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang emnggunakan alat teknis. - Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atu air. - Dilakukan pekerjaan-pekerjaan lain ynag berbahaya. Hal tersebut di atas sesuai dengan ruang lingkup UU No. 1 tentang keselamatan kerja, semua aktivitas /kegiatan yang dilakuan di tempat kerja, terdapat sumber bahaya dan melibatkan tenaga kerja, wajib menerapkan prinsip keselamatan kerja. Jika dapat disimpulkan konsep kesehatan kerja adalah sebagai berikut : a. Safety Hazard, dapat berasal dari :

Mendadak, dramatis, bencana (Sudden Reaction) c. Konsentrasi kepedulian


- Process - Equipment, facilities, tools - Working practices - Guarding - Pengalaman - Karir lapangan + pelatihan - Titik berat pd kerusakan asset, fatality - Sepertinya urgen (bahaya mendadak) - Prinsip pendekatan - Pengkajian resiko - Untuk memperkecil resiko

C. Pengertian K3 Sementara itu pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah : Secara filosofi : suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah amupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan : Ilmu pengetauan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Mechanic Electric Kinetic Substances Flammable Explosive CombustibleCorrosive

b. Konsekuensi

Accident Injuries Assets Damage

D. Tujuan K3 Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3 bertujuan untuk menjamin kesempurnaan jasmaniah dan rokhaniah tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan menjamian : 1. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja dalam keadaan selamat dan sehat. 2. Bahwa setiap sumber produksi dipergunakan secara aman dan efesien 3. Bahwa proses produksi dapat berjalan lancar Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha K3 tidak lain adalah usaha pencegahan dan penanggulangan kecelakaan dan penyakit di tempat kerja. E. Ruang Lingkup K3 Bertolak dari batasan higiene industri, kesehatan kerja, dan keselamatan kerja di atas, maka ruang

lingkup kesehatan dan keselamatan kerja dapat digariskan sebagai berikut : 1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan. 2. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :

produktivitas 6. dibiayai oleh perusahaan atau masyarakat tenaga kerja 7. perkembangan sangat pesat setelah revolusi industri 8. perundang-undangan berada dalam ruang lingkup ketenagakerjaan Kesehatan Masyarakat : 1. Masyarakat umum merupakan Tujuan Utama 2. biasanya mengurusi masyarakat yang kurang mudah dicapai. 3. sulit melakukan pemeriksaan kesehatan periodik 4. yang dihadapi lingkungan umum 5. terutama bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat 6. dibiayai oleh anggaran pemerintah 7. perkembangan sangat pesat setelah kemajuan dibidang Ilmu jasad-jasad renik 8. perundang-undangan berada dalam Ilmu Kesehatan Sumber : Sumamur (1986 : 11) Ilmu Kesehatan dan Keselamatan kerja juga meliputi penerapan berbagai keilmuan kedokteran, fisika, kimia, biokimia, sosial dan fisiologi. Dalam penerapan ilmu-ilmu tersebut dikembangkan melealui disiplin ilmu higiene lingkungan kerja, toksikologi industri, gizi tenaga kerja, ergonomi, dan penerapan prinsip-prinsip keselamatan kerja. Dalam menciptakan suasana serta kondisi lingkungan kerja yang sehat diperlukan upayaupaya yang merupakan penerapan ilmu higiene lingkungan kerja untuk mencegah bahaya lingkungan kerja dan masyarakatnya melalui penerapan teknologi yang sasarannya adalah lingkungan kerja. Sedangkan sifat, cara masuk serta pencegahan dari zat-zat toksik di lingkungan kerja memerlukan penerapan keilmuan toksikologi industri melalui pendekatan ilmu kimia, fisika, biokimia, immunologi, immunokimia serta fisiologi. Di dalam proses pekerjaannya tenaga kerja berhadapan dengan peralatan kerja, untuk proses adaptasi dan mencapai produktipitas diperlukan keserasian dengan aspek-aspek fisik maka aspek suasana kerja, kepuasan kerja, serta rasa aman dalam bekerja maka diperlukan pengembangan psikologi industri serta penerapan aspek-aspek keselamatan kerja. G. Pendidikan dan Profesi K3 Dalam bidang pendidikan pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga ahli K3 pada berbagai jenjang pendidikan, misalnya :

- Tenaga kerja dari semua jenis dan kjenjang keahlian - Peralatan dan bahan yang digunkan - Faktor-faktor lingkungan kerja - Proses produksi - Karakteristik dan sifat pekerjaan - Teknologi dan metodologi kerja 3. Penerapan K3 dilaksanakan secara kholistik sejak perencanaan hingga pengelolaan hasil dari kegiatan industri barang ataupun jasa. 4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggungjawab atas keberhasilan usaha K3 F. Keterkaitan K3 dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat & Keilmuan Lainnya Kaitan Ilmu Kesehatan & Keselamatan Kerja dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat dilihat sebagai berikut : Pengertian paradigma sehat menurut WHO adalah sehat secara fisik, mental, social, dan produktif. Sedangkan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan melalui usaha pengorganisasian di masyarakat. Masyarakat pekerja sebagai kelompok produktif yang memerlukan perhatian cukup penting sebagai tulang punggung perekonomian keluarga dan masyarakat pada umumnya. Kesehatan masyarakat adalah batasan keilmuan yang meliputi kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. Kesehatan lingkungan sendiri merujuk pada sifat dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi kualitas kesehatan. Sedangkan kesehatan kerja memusatkan perhatian pada pekerja baik di industri, pertanian, jasa, informal, dan sector lainnya. Perbedaan antara Hiperkes dengan Kesehatan Masyarakat Hiperkes: 1. Tenaga Kerja merupakan Tujuan Utama 2. biasanya mengurusi golongan karyawan yang mudah didekati 3. efektifnya pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan periodik 4. yang dihadapi lingkungan kerja 5. terutama bertujuan meningkatkan

1. Diploma III Hiperkes di Universitas Sebelas Maret 2. Strata 1 pada fakultas kesehatan masyarakat khususnya peminatan K3 di Unair, Undip, dll. Dan jurusan K3 FKM UI 3. Strata 2 pada program pasca sarjana khususnya program studi K3, misalnya di UGM, UNDIP, UI, Unair. Pada beberapa diploma kesehatan semacam kesehatan lingkungan dan keperawatan juga ada beberapa SKS dan Sub Pokok bahasan dalam sebuah mata kuliah yang khusus mempelajari K3. Dari bidang pendidikan tersebut maka akan lahirlah beberapa ahli yang nantinya akan menempati profesi yang mempunyai tanggung jawab dalam memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja, yang pada umumnya ahli-ahli tersebut dipertimbangkan sebagai bagian dari manajemen. Ahli-ahli yang harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja ini merupakan fungsi dari 2 peranan yang berbeda, yaitu : 1. Ahli higiene industri ahli higiene industri perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau seorang insinyur yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam bidang higiene industri. Ahli higiene industri adalah orang yang bertangungjawab terhadap higiene industri atau kondisi lingkungan kerja, tugasnya adalah membuat atau memperbaiki kondisi lingkungan kerja menjadi sehat dan aman dan bebas dari bahaya kerja yang dapat menyebabkan sakit terhadap tenaga kerja. Ahli higiene industri melakukan survei tempat kerja dengan menggunaan perlatan khusus untuk mengukur atau menilai setiap kondisi lingkungan yang mungkin berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau bahkan keselamatan tenaga kerja, selanjutnya melakukan koreksi atau pengendalian tehadap bahaya yang ada yang tidak memenuhi standar atau nilai ambang batas yang ditetapkan. 2. ahli keselamatan kerja Ahli Keselamatan kerja perusahaan adalah seorang teknisi perusahaan atau seorang insinyur yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam bidang Keselamatan kerja. Ahli keselamatan kerja adalah orang yang bertangung jawab terhadap keselamatan tenaga kerja dari bahaya yang ada di tempat kerja yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja yang diderita oleh tenaga kerja. Tugasnya dari hari ke ahari menyelenggarkan fungsi administrasi keselamatan kerja yaitu melihat atau mengamati setiap pekerjaan atau operasi proses produksi secara dekat agar dapat mengetahui dan mengadakan perbaikan terhadap potensi bahaya

yang ada. Tujuannya adalah untukmencegah kerusakan mesin atau peralatan atau kerusakan bahan-bahan, mengamankan agar operasi dalam proses produksi tidak sering berhenti oleh karena adanya tenaga kerja yang menderita kecelakaan kerja, serta meniadakan atau memperkecil biaya yang dikeluarkan oleh karena adanya tenaga kerja yang menderita kecelakaan atau sakit akibat kerja yang timbul oleh kondisi lingkungan yang tidak memenuhi norma yang berlaku. Selain kedua ahli tersebut masih ada unsur lain yang merupakan tenaga ahli yang juga memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pendekatan medis. Tenaga ahli tersebut adalah Ahli Kedokteran Kerja di perusahaan. Ahli Kedokteran Kerja di Perusahaan adalah seorang dokter (umum) yang bekerja di perusahaan yang tugas dan tangungjawabnya adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada para tenaga kesehatan serta telah mendapat pendidikan khusus dalam bidang kedokteran kerja atau hiperkes medis. Disamping itu masih ada tenaga ahli yang membantu Ahli Hiperkes Medis yaitu paramedis atau perawat perusahaan yaitu seorang tenaga perawat atau paramedis yang membantu tugas-tugas dokter perusahaan dan telah mendapatkan pendidikan khusus hiperkes. Perlu diketahui bahwa tenaga ahli yang dapat dihasilkan di pusat pendidikan di indonesia baru Ahli Kedokteran Kerja atau Ahli Hiperkes Medis. Lulusan tersebut dihasilkan dari program Pasca Sarjana FKUI, UGM, dan UNAIR. Sedangkan program pendidikan yang menghasilkan tenaga Ahli Higiene Industri atau Hiperkes Teknis dan Ahli Keselamatan kerja yang ada di Indonesia belum ada masih dalam rintisan. Ahli Higiene Industri dan Ahli Keselamatan kerja yang ada di Indonesia umumnya lulusan luar negeri dan jumlahnya pun masih sangat sedikit. Adapun peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dalam K3 bila dilihat secara keilmuan, bidang keilmuan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari bidang ilmu kesehatan disamping kedokteran, kedokteran gigi dan keperawatan. Profesi dokter, dokter gigi ataupun perawat sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagian besar masyarakat umum belum mengenal peran dan kedudukannya dala upaya pembangunan bidang kesehatan. SKM memiliki kemampuan profesional dan spesifik bidang kesehatan masyarakat, yaitu: 1) Menetapkan diagnosis kesehatan masyarakat/komunikasi yang intinya mengenali, merumuskan, dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat. 2) Mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif.

3) Bertindak sebagai manajer madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti. 4) melakukan pendekatan masyarakat. 5) Bekerja dalam tim multidisipliner (Konsorsium ilmu Kesehatan, 1998). Selain kompetensi yang bersifat generalis, SKM sesuai dengan tuntutan pengguna atau pasar juga berkembang ke arah adanya sebuah khususan atau peminatan. sesuai dengan fragmentasi ilmu kesehatan masyarakat yang meliputi 7 bidang (Husin, 2003), maka umumnya dapat dikembangkan pula 7 peminatan di bidang kesehatan masyarakat, yaitu epidemiologi, biostatistika, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, gizi kesehatan masyarakat, administrasi dan kebijakan kesehatan, kesehatan kerja. Dari 7 bidang peminatan yang ada, peminatan kesehatan kerja (biasanya ditambahkan dengan keselamatan karena sangat terkait sehingga menjadi kesehatan dan keselamatan kerja, disingkat K3) saat ini dirasakan mengalami perkembangan pesat dikarenakan K3 merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung keberlangsungan proses produksi, sebagai tuntutan pasar dan berkembangnya industrialisasi. Peluang pasar kerja da peminat K3 juga cenderung lebih banyak. Kondisi ini sangat strategis untuk melihat peran SKM dalam upaya kesehatan kerja. SKM peminatan K3 memiliki kemampuan profesional untuk mengidentifkasi dan memecahkan masalah kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan dan keselamatan kerja, menganalisa permasalahan K3, melakukan fasilitasi dan mengembangkan program-program K3. Kompetensi SKM peminatan K3 yang diharapkan adalah memiliki pola pikir integratif, dapat menguasai dan mengembangkan konsepkonsep dasar serta pengetahuan praktis bidang K3 dan dapat mengembangkan budaya K3 di tempat kerja dengan pendekatan nilai budaya, humanisme dan psikososial serta diarahkan untuk menuju berbagai profesi, misalnya sebagai safety/health specialist, konsultan, auditor dan profesi lain di bidang K3. Dilihat dari isi mata ajaran, kompetensi SKM peminatan K3 mencakup: 1. Mampu memahami konsep umum, peran, fungsi, strategi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara integratif 2. Memiliki wawasan dan pemahaman mengenai pendekatan perilaku organisasi dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Mampu memahami peran sentral promosi kesehatan pekerja dalam pelayanan kesehatan kerja untuk optimalisasi kesehatan pekerja, kapasitas kerja dan kualitas kehidupan. 4. Memahami prinsip dasar pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. 5. Memahami esensi dasar keilmuan keselamatan

dan kesehatan kerja guna pengembangan secara aplikatif. 6. Mampu memahami sumber-sumber, bentuk dan sifat hasil dari lingkungan kerja, metodametoda sampling, nilai ambang batas, manajemen industri dan toksikologi pengendalian di lingkungan kerja. 7. Mampu memahami tentang prinsip-prinsip, teknik dan penerapan unsur-unsur manajemen risiko dan pencegahan kerugian di industri, identifikasi bahaya, analisis probabilitas, penakaran risiko, kriteria risiko, pengendalian risiko dan manajemen risiko. 8. Mampu memahami tentang keterkaitan antara psikologi dengan kesehatan pekerja, dasar-dasar psikologi industri, dan teknik dasar perubahan perilaku pekerja di dalam industri (tempat kerja). 9. Mampu memahami definisi, teori terjadinya kebakaran, (fire chearn, fire chenitry, ignition, flame spread, fire hazard. Pemodelan ledakan dan kebakaran untuk ruang terbuka dan tertutup, metoda identifikasi kebakaran, rekayasa pengendalian kebakaran analisis risiko. 10. Mampu memahami mengenai ruang lingkup sistem pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja, elemen-elemen pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja, metoda implementasi audit. 11. Mampu memahami mengenai ruang lingkup sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Dibahas elemen-elemen manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, juga metoda implementasi audit. 12. Mampu memahami mengenai upaya penyerasian pekerjaan/kondisi kerja terhadap pekerja, prinsip-prinsip dasar ergonomi dan aplikasinya bagi keselamatan dan keseahatan kerja. 13. Mampu memahami mengenai pengertian hukum dan perundang-undangan, proses pembuatan dan penerapan. Dibahas juga latar belakang serta berbagai hambatan penerapan hukum dan perundang-undangan kesehatan kerja. 14. Mampu memahami mengenai prinsip-prinsip dan metoda penelitian masalah kesehatan kerja dengan pendekatan epidemiologi. Hubungan pekerjaan dan kesehatan, persyaratan, pengukuran, disain studi serta berbagai persyaratanmetodologi. Mampu memahami tentang konsep, metoda dan program analisis risiko keselamatan kerja, analisis pemaparan yang merupakan bagian dari analisis risiko kesehatan kerja. 15. Mampu memahami dan melakukan studi di industri/institusi/rumah sakit dan LSM, untuk mendapatkan gambaran/implementasi program keselamatan dam kesehatan kerja di industri/institusi, baik dalam aspek organisasi manajemen maupun dalam perencanaan,

implementasi, evaluasi dan monitoring. Jadi peran SKM dalam berbagai bentuk upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah sebagai pelaksana lapangan, pendidikan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pembangunan model, pengelolaan kesehatan masyarakat, pengelola dan pengendali upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat seperti diuraikan di atas dapat dilakukan melalui berbagai upaya atau program-program. Untuk melaksanakan upaya tersebut dibutuhkan sejumlah profesi, seperti dokter, perawat, ahli higiene kerja, ahli toksikologi, ahli ergonomi, ahli epidemiologi dan ahli keselamatan (Harrington & Gill, 2005). SKM peminatan K3 khususnya dapat diberdayakan dan dikembangkan untuk menempati profesi seperti ahli higiene kerja, ergonomi dan ahli keselamatan. Dilihat dari tugas pokok kesehatan kerja dan bentuk pengendalian bahaya kesehatan, tenaga SKM mempunyai kompetensi yang sangat sesuai karena tenaga SKM dirancang untuk melakukan tugas pokok atau upaya-upaya yang bersifat promosi, perlindungan dan pencegahan. Selain itu kemampuan sebagai leader, pengelola program diharapkan akan lebih mengoptimalkan upaya kesehatan kerja. *

1. Menurut petunjuk dokter perusahaan 2. Menurut pedoman tertulis (standing orders) 3. Rujukan pasien ke rumah sakit 4. Mengawasi pasien sakit hingga sembuh 5. Menyelenggarakan rehabilitasi b. Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan c. Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll) d. Pemeriksaan kesehatan: 1. Sebelum bekerja (pre-employment) 2. Berkala 3. Pemeriksaan khusus Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan a. Memelihara administrasi (dinas kesehatan) b. Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya c. Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan 1. Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan pekerja 2. Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) : a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan. b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi : 1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian 2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan 3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial. 4. Proses produksi 5. Karakteristik dan sifat pekerjaan 6. Teknologi dan metodologi kerja c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa. d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes. Secara sistimatis DR. Sumamur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas paramedis hiperkes sebagai berikut : 1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan a. Perawatan dan pengobatan penyakit umum, meliputi:

*Sumber : 1. Denny Hanifa Maher. 2001. Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Modul Mata Kuliah Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2. Harrington, JM, Gill, FS, 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Alih Bahasa Sudjoko Kuswadji. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 3. Rachman,dkk .1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi.Jakarta : Depkes RI Pusdiknas 4. Riyadi Selamat .2007. Peran SKM dalam UKK. www.binakesehatankerja.com. diakses tanggal 16 mei 2008. 5. Setiyabudi Ragil. Kesehatan dan Keselamatan kerja di lingkungan Industri.http://www.blogger.com/feeds/2 174074575745305118/posts/default . diakses tanggal 16 mei 2008 6. Soeripto M, 2008. Higiene Industri. Jakarta : FKUI

7. Suardi Rudi.2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : penerbit PPM 8. Sugandi Didi. 2003. Keselamatan Kerja.Bunga Rampai Hiperkes & KK.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro 9. Sumamur P.K.1967. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : PT Toko Gunung Agung. 10. Sumamur P.K.1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.Jakarta : PT Toko Gunung Agung

You might also like