You are on page 1of 22

METODOLOGI STUDI ISLAM

I. Pengantar Umum MSI adalah Ilmu yang membahas tentang cara mengkaji Islam. Pengkajian dilakukan baik dari dimensi normatif, dimensi historis, maupun dimensi aktualnya. Secara historis para ulama sangat beragam dalam menggunakan cara itu, sebagai akibatnya hasil ijtihad mereka pun berbeda. Perbedaan itu tentunya telah menambah khazanah intelektual Islam dalam pentas sejarah pemikiran Islam. Namun demikian tidak sedikit pula kaum muslimin terjebak dengan perbedaan itu sehinga melahirkan sikap yang eksklusif. Ketika dunia Islam mencapai puncak kemajuan justru dunia arat berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, terutama ketika gereja masih mendominasi sistem kehidupan masyarakat !ropa ketika itu. Nanti setelah terjadi kontak antara dunia Islam dengan arat, barulah mereka tersadar akan ketertinggalan mereka yang sudah sangat jauh "unia Islam pernah menjadi adi kuasa selama #$,% abad. Setelah itu barulah dunia Islam mengalami kemunduran. Kondisi dunia Islam secara sangat mengejutkan yang pernah menjadi adi kuasa selama #$,% abad, tiba&tiba terjatuh sehingga menjadi negara&negara lemah dan akhirnya menjadi sasaran penjajahan negara&negara !ropa. Padahal !ropa sendiri pada mulanya adalah murid dari negara Islam. Pertanyaannya kemudian adalah ada apa dengan dunia Islam 'kaum muslim(. Mengapa dengan cepat mengalami kemunduran dan menjadi lumpuh bahkan bertekuk lutut di hadapan dominasi kekuasaan negara&negara !ropa. Sampai saat ini memasuki abad $#, belum ada negara Islam pun di dunia ini yang mampu menyaingi kemajuan negara !ropa. )alu dimana letak kehebatan Islam sebagai agama yang mulia, dan kaum muslimin itu dikatakan sebagai khaira ummah. II. Pengertian Metodologi Studi Islam (MSI) #. !timologis ' ahasa(* Metodologi dari kata method artinya cara dan logos artinya ilmu. +adi metodologi artinya ilmu tentang cara. Studi dari kata study artinya belajar mendalam atau mengkaji. Islam artinya agama Islam yang berarti keselamatan, kedamaian. dengan kemajuan di negara negara Islam.

$. ,erminologi 'istilah(* MSI adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mengkaji Islam. III. Kegunaan Mempela ari MSI Kegunaan Memnpelajari Metodologi Studi Islam adalah untuk menghindari pemahaman yang parsial terhadap Islam. Pemikir Islam bernama Nasruddin -azak mengemukakan . cara metode memahami Islam* #. Islam harus dipelajari dari sumber yang asli. $. Islam harus dipelajari secara integral. /. Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh ulama besar. .. Islam hendaknya dipejari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam al& I!. Mengapa manusia mem"utu#$an agama Perlunya manusia terhadap 2gama setidaknya dilatarbelakangi tiga hal* #. )atar belakang fitrah. )atar belakang fitrah ini mengandung arti bah3a ada perjanjian primordial antara manusia dengan 2llah s3t. 4al itu ditegaskan dalam al&0ur1an Surah al&21raf ayat 567*#6$ 2rtinya* Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi. $. Kelemahan dan kekurangan manusia. Manusia memiliki banyak keterbatasan sehingga membutuhkan agama dalam mengarahkan dan membimbing untuk menyadari kelemahan dan kekurangannya. /. ,antangan manusia. Manusia akan menemukan banyak tantangan dalan hidupnya. Salah satu tantangan itu datang dari orang kafir yang akan menghalangi umat manusia untuk mengabdi kepada 2llah. 4al ini dapat ditemukan pada firman 2llah S3t dalam al&0ur1an Surah al&2nfal 587* /9. Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan hartanya itu buat merintangi manusia dari jalan Allah. 0ur1an.

V. Islam dan Kebudayaan udaya berasal dari kata budi artinya akal dan daya berarti kekuatan, usaha. +adi kebudayaan adalah hasil karya dari akal manusia yang sudah melekat dalam suatu lingkungan $

atau masyarakat. "i dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. "engan demikian kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan pe3arisnya. 2gama dan budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. : agama bersifat mutlak. : budaya bersifat relatif. Sebagian besar budaya berdasarkan pada agama, tetapi agama tidak berdasarkan pada budaya. : agama bersifat primer. : budaya bersifat sekunder. ,anpa adanya unsur budaya maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas. Seperti halnya dengan agama Islam, jika tidak bersentuhan dengan budaya maka akan sulit untuk memahaminya. ;leh karena itu pengamalan setiap ajaran agama sangat tergantung dengan budaya dimana agama itu berkembang.

METODOLOGI TA%SI&
Setidaknya ada beberapa asumsi dan landasan filosofis tentang al&0ur<an sebagai sumber utama ajaran Islam* #( al&0ur<an sebagai 3ahyu, adalah produk dialogis antara ,uhan dan /

realitas sosial= $( tidak ada segala sesuatu yang terlalaikan dalam al&0ur<an '0. S. al-Anm [6]: 38); 3) al-Qur`an yang menjadi kita !u"i terak#ir er$ung!i ! g mushaddiq lim bain yadaihi %!&t dalam Q.S. Ali 'mrn [3]: 3) :

? @A > ?B C DE F G@ H ?I ? DJ CK ?L ? M NO CP ? DO ?Q ? DR CS ? TDDU ?G N TV WP X DY ? Z [ \ X] ?G C TDDS N^ ? TDDE ?_ NG C@ ` ? DR Ca ?b ? H ?I F DJ ? / *c@dUb He( f ? Rg NJ Ch N @L ? ).


'Dialah Allah( yang menurunkan kitab 'al-Qur an( dengan benar sebagai !embenar bagi 'kitab su"i( sebelumnya. Dan Dia 'juga( menurunkan kitab Taurat dan #njil %Q.S. Ali 'mrn: 3).

2yat di atas dianggap sebagai barometer peradaban kemanusiaan paling mutakhir. Persoalan Pena'siran Te$stual ( Konte$stual ) & Penafsiran tekstual adalah menafsirkan ayat&ayat al&0ur<an sesuai dengan makna tekstualnya. Sedang penafsiran kontekstual adalah menafsirkan al&0ur<an dengan memperhatikan aspek di luar teks, seperti setting sosial di masa turunnya ayat. & ,erhadap beberapa ayat yang bercorak doktrin&absolut 'spt dlm akidah(, penafsiran tekstual dianggap paling cocok dan mendekati kebenaran. Sedang ayat&ayat non doktrinal&absolut 'spt sistem sosial(, penafsiran kontekstual dianggap paling sesuai. & Pada dasarnya, setiap al&0urian memiliki dua mata sisi* absolut dan relatif. jang absolut mengacu pada keseluruhan teks sbg 3ahyu 2llah dan menjadi realitas historis. Sedang yang relatif mengacu pada konteks 'di balik teks( sbg produk dialogis turunnya al&0urian saat itu, sehingga memberi ruang bagi re&interpretasi, re& aktualisasi, dan re&konstruksi. "ilihat dari sumber pengambilan, maka tafsir terdiri atas* *. Ta'sir "il+Ma,tsur ,afsir bil&Ma1tsur ialah tafsir yang berdasarkan pada penafsiran al&0ur1an dengan al&0ur1an, al&0ur1an dengan sunnah karena ia berfungsi menjelaskan kitabullah. Mufasir yang menempuh cara seperti ini hendaknya menelusuri lebih dulu atsaratsar yang ada mengenai makna ayat kemudian atsar tersebut dikemukakan sebagai tafsir ayat bersangkutan. "alam hal ini mufasir tidak boleh melakukan ijtihad untuk menjelaskan sesuatu makna tanpa ada dasar. +uga hendaknya meninggalkan hal&hal yang tidak berguna untuk diketahui selama tidak ada ri3ayat sahih mengenainya.

-. Ta'sir "ir+&a,.i

,afsir bir&-a1yi ialah tafsir yang di dalam menjelaskan maknanya, mufasir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan 'istinbath$ yang didsarkan pada ra1yu semata. Menafsirkan al&0ur1an dengan ra1yu dan ijtihad semata tanpa ada dasar yang sahih adalah haram, tidak boleh dilakukan. 4al ini dijelaskan 2llah dalam al&0ur1an surah al&Isra15#67* /9. %Dan janganlah kamu mengikuti a!a yang kamu tidak mem!unyai !engetahuan tentangnya.& "ari segi pembahasan tafsir terdiri atas* *. Ta'sir Ta#lil. ,afsir tahlily adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat&ayat al&0ur1an dari seluruh aspeknya. Metode ini penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang tersusun di dalam mushhaf. Penafsir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Mufasir juga mengemukakan munasabah ayat&ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat&ayat tersebut antara satu dengan yang lain. egitu pula mufassir membahas mengenai sabab al-nu'ul dan dalil&dalil yang berasal dari -asul atau sahabat atau para tabi1in. "i antara contohnya* Jmi al-Bayn an Ta !l al-"urn 'karya Ibn +arir al&,habari(, Tafs!r al-"urn al-A#him 'karya Ibnu Katsir(, Al-$asysyf 'karya al&kamakhsyari(, Tafsir al-%anr 'karya Muh. -asyid -idha(, dll. -. Ta'sir I mal. ,afsir ijmaly adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat&ayat al&0ur1an dengan cara mengemukakan makna global. "i dalam sistematika uraiannya, penafsir membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunan yang ada di dalam mushhaf, kemudian mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat tersebut. "engan demikian, metode ini mengikuti cara dan susunan al&0ur1an yang membuat masing&masing makna saling berkaitan dengan lainnya. lontohnya Tafs!r al-Jallain 'karya al&Suyuthi dan al&Mahalli(, Tafs!r al-"urn al-$ar!m 'karya Muhammad marid najdi(.

/. Ta'sir Maud#u,i %

,afsir maudhu1i adalah suatu metode tafsir dengan cara menghimpun ayat&ayat al& 0ur1an yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti sama&sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat& ayat tersebut. )angkah selanjutnya penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan. Secara khusus, penafsir melakukan studi tafsirnya dengan metode maudhu1i dengan meneliti ayat&ayat tersebut dari seluruh seginya dan melakukan analisis berdasar ilmu yang benar yang digunanakan oleh penafsir untuk menjelaskan pokok permasalahan, sehingga ia dapat memahami permasalahan tersebut dengan mudah dan betul&betul menguasainya. lontoh untuk metode ini adalah al-&nsn fi al"uran 'karya Mahmud al&o2ppad(, al-'ib f! al-"urn 'karya 2.2. al& Maududi( dan (awasan Al)uran 'karya 0uraish Shihab(. 0. Ta'sir Mu1aran ,afsir muparan adalah membandingkan adanya kemiripan antara ayat dan ayat, ayat dan hadis, ayat dan pendapat para sahabat dan tabi1in. Perbandingan ini meliputi redaksi, asbb al-nu#(l, hukum, dsb. lontoh* al-Bahr al-%uh!th 'karangan Ibn 4ayyan(, )a#m al-*urar f! Tansub al-+yt a al-Su ar %karya (ur#anuddin al-(i)a*). "ilihat dari segi corak, maka tafsir terdiri atas* *. Ta'sir Su'i Para tokoh aliran ini menamakan tafsir mereka dengan tafsir al&Isyari, yaitu mentak3il ayat&ayat berbeda dengan arti zhahirnya, berdasar pada isyarat&isyarat tersembunyi yang hanya tampak jelas oleh para pemimpin suluk, namun tetap dapat dikompromikan dengan arti zhahir yang dimaksudkan. Penafsiran semacam ini dapat diterima selama memenuhi kriteria atau syarat& syarat* a. ,idak menafikkan arti zhahir ayat. b. "idukung oleh dalil syara1 tertentu. c. ,idak bertentangan dengan syara1 dan akal. d. Penafsir tidak boleh mengklaim bah3a itulah satu&satunya tafsir yang dimaksud dan menafikan sepenuhya arti zhahir, akan tetapi ia harus mengakui arti zahir tersebut lebih dahulu.

-. Ta'sir %i1#i 9

erbarengan dengan lahirnya tafsir bil ma1tsur lahir pula tafsir fiphi, dan sama& sama dinukil dari Nabi Muhammad sa3. tanpa pembedaan antara keduanya. Para sahabat setiap menemukan kesulitan untuk memehami hukum yang dikandung oleh al&0ur1an langsung bertanya kepada Nabi dan beliau langsung menja3ab. +a3aban -asulullah ini, disatu pihak adalah tafsir bil ma1tsur dan di pihak lain sekaligus sebagai tafsir fiphi. Sepeninggal rasulullah, para sahabat langsung mencari keputusan hukum dari al& 0ur1an dan berusaha menarik kesimpulan hukum syariah berdasarkan ijtihad. 4asil ijtihad mereka ini disebut tafsir fiphi. "emikian pula halnya yang terjadi di masa dan dikalangan para tabi1in. /. Ta'sir %alasa'i )atar belakang lahirnya berbagai corak tafsir itu karena tersebar luasnya dan bertemunya aneka budaya. "i tengah&tengah pesatnya perkembangan ilmu dan budaya ini, gerakan penerjemahan tumbuh dan giat dilaksanakan pada masa "inasti ani 2bbas. erbagai sumber perbendaharaan ilmu digali dan aneka macam pustaka diterjemahkan, termasuk buku&buku filsafat karya filosof junani. ,okoh&tokon Islam yang membaca buku&buku filsafat tersebut terbagi dua golongan, ada yang menerima tetapi ada pula yang menolak. qolongan yang menerima filsafat ini di dalam menafsirkan al&0ur1an berupaya mengkompromikan atau mencari tittik temu antara filsafat dengan agama serta berusaha untuk menyingkirkan segala pertentangan. Penjelasan mereka tentang ayat&ayat al&0ur1an semata&mata berangkat dari sudut pandang teori&teori filsafat. lorak penafsiran al& 0ur1an seperti inilah disebut corak falsafi. "ilihat dari sudut 2liran, maka tafsir al&0ur1an terdiri atas* *. Ta'sir Mu,ta2ila# ,afsir mu1tazilah adalah suatu aliran penafsiran al&0ur1an dengan menggunakan dalil&dalil yang berdasar pada ajararan pokok mu1tazilah dengan mengedepankan pendekatan rasional. Penafsirnya selalu berusaha memahami al&0ur1an dengan berpijak pada paham teologi mu1tazilah. -.Ta'sir S.ia# Seperti halnya dengan tafsir mu1tazilah, para penafsir dari aliran syi1ah juga di dalam menfsirkan al&0ur1an sangat dipengaruhi oleh latar belakang teologi syi1ah. Penafsir corak syi1ah ini juga di dalam menafsirkan al&0ur1an senantiasa berdasar pada pemahaman syi1ah.

Empat Kita" Ta'sir Ter$emu$a tetap men adi ru u$an penting #ingga $ini
6

,ekad dan keinginan untuk memahami kandungan 2lpuran, telah terbentuk sejak lama. Para ,hahabat, tabi*in maupun murid&murid mereka menjalankan amalan mulia ini dengan tujuan ingin lebih mendekatkan diri kepada 2llah Sn,. -asulullah S2n merupakan yang pertama kali menerangkan, mengajarkan sekaligus menafsirkan 2lpuran. eliau menjadi sumber utama rujukan tafsir, dan menjadi tempat bertanya bagi para shahabat, maupun umat ketika itu. Karena kedekatan dengan -asulullah, para shahabat pun mengetahui makna, maksud dan rahasia&rahasianya. Mereka terutama Khulafai 2r&-asyidin, 2bdullah bin Masiud, Ibnu 2bbas, rbai bin Kaiab, kaid bin ,sabit, 2bu Musa 2l2syiari dan 2bdullah bin 2z&kubair. "ari para shahabat inilah, kegiatan kian berkembang, karena sepeninggal -asulullah, mereka lantas menjadi guru bagi para tabi*in. Sejumlah ahli tafsir pun bermunculan disejumlah pusat&pusat pendidikan ISlam semisal di Irak, Makkah dan Madinah. "i antara para ahli tafsir terkemuka, tersebutlah empat yang utama, yang karya& karya kitabnya telah memberikan pengaruh besar hingga kini. Mereka adalah Muhammad bin +arir 2th&,habari '$$. & /#s 4(, 2bu 2bdillah Muhammad bin 2hmad 2l&0urtuby '3 96# 4(, Imaduddin 2bul midai Ismail bin 2mr bin Katsir '3 66. 4( dan +alal ad&"in al&Mahali. Ta'sir al+T#a"ari. erjumlah #$ jilid, adalah tafsir tertua. ,afsir ini telah menjadi referensi utama bagi para mu+assirin terutama penafsiran binna)li,biiriwayah. Penjelasan -asulullah, pendapat shahabat, dan tabi*in menjadi dasar utama penjabaran, untuk kemudian ulama ini mengupasnya secara detail disertai analisa yang tajam. 2pabila dalam satu ayat, muncul dua pendapat atau lebih, maka akan disebutkan satu persatu lengkap dengan dalil dan ri3ayat para shahabat dan tabi*in yang mendukung masing&masing pendapat, untuk selanjutnya mentarjih 'memilih( mana yang lebih kuat dari sisi dalilnya. "i samping itu, juga dijabarkan harakat akhir, mengistimbat hukum jika ayat tersebut berkaitan dengan masalah hukum.

Ta'sir I"nu Katsir 8

Imam 2sy&Syaukani ra, mengatakan bah3a tafsir Ibnu Katsir merupakan salah satu kitab tafsir terbaik, jika tidak bisa dikatakan sebagai yang terbaik. Sementara Imam 2s&Suyuthi ra menilai tafsirnya menakjubkan, dan belum ada ulama yang menandinginya. Imaduddin Ismail bin rmar bin Katsir adalah alumnus akhir madrasah tafsir dengan atsar. rlama ini juga tercatat salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu ,aimiyyah ra '3afat tahun 66. 4(. ,afsir 2lpuran Ibnu Katsir terdiri dari #s jilid. Penafsirkan ayat&ayat 2lpur1an dilakukan dengan sangat teliti, yang menukil perkataan para salafus shaleh. Ia menafsirkan ayat dengan ibarat yang jelas dan mudah dipahami, menerangkan ayat dengan ayat yang lainnya dan membandingkannya agar lebih jelas maknanya. Selain itu, disebutkan pula hadis&hadis yang berhubungan dengan sebuah ayat, serta penafsiran para shahabat dan tabi*in. eliau juga sering mentarjih di antara beberapa pendapat yang berbeda, juga mengomentari ri3ayat yang sahih atau yang dh-i+ 'lemah(. Ta'sir AI+3urtu". Secara keseluruhan, kitab tafsir ini terdiri dari ## jilid, lengkap dengan daftar isinya. Menurut beberapa ulama, keistime3aan dari kitab tafsir ini yakni membuang kisah dan sejarah, dan diganti dengan hukum serta istimbat dalil, juga menerangkan )ir-at, nasikh dan mansukh. qaya penulisannya khas ulama fikih. eliau banyak menukil tafsir dan hukum dari para ulama salaf, dengan menyebutkan pendapatnya masing&masing. Pembahasan suatu permasalahan +i)iyah pun dilakukan dengan sangat detil. ,ak hanya itu, al&0urtuby tidak segan mengadakan riset mendalam untuk memperjelas kata&kata yang dianggap sulit. Ta'sir AI+4alalain Merupakan kitab tafsir klasik dari ulama Sunni terkenal. Pertama kali disusun oleh Imam +alal ad&"in al&Mahali pada tahun #.%t, kemudian disempurnakan oleh sang murid, +alal ad&"in as&Suyuti tahun #%s%. ,afsir ini memiliki metode penjelasan yang singkat, merujuk kepada pendapat yang paling kuat, pemaparan i*rab yang dipandang perlu, dan penjelasan singkat terhadap segi )ira*at yang diperselisihkan. Sejumlah ulama semisal Sulaeman bin rmar al&2jiliy al&Syafiii yang lebih populer dengan sebutan al&+amal '3. #$s. 4(, pernah memberikan komentar terhadap tafsir al&+alalain. "alam mukadimahnya, al&+amal menyebutkan bah3a yang ia lakukan terhadap al&+alalain adalah memperjelas pelik&pelik penafsiran yang masih samar dengan merujuk beragam kitab tafsir dan pemikiran rasional. METODOLOGI 5ADIS t

Nabi Muhammad sa3. Menurut al&0ur1an adalah -asulullah, Nabi terakhir, pemba3a agama Islam. Perilakunya merupakan uswah hasanah dan kehadirannya selain memba3a berita yang menggembirakan dan menakutkan juga merupakan rahmat bagi seluruh alam. Karena keberadaannya itu, seluruh ucapan, tingkah laku ataupun ta)rir beliau menjadi ikutan umat Islam, terutama bagi para sahabat. Perhatian para sahabat Nabi terhadap hadis tidak diragukan lagi. 4anya saja para sahabat itu terkadang tidak mengambil hadis dari Nabi secara beramai&ramai, tetapi terkadang satu, dua, tiga atau lebih dan bahkan sampai banyak sahabat yang mendengar atau menyaksikan perbuatan -asullah. "emikian pula para sahabat ketika menyampaikan hadis kepada para tabi1in terkadang banyak dan terkadang sedikit dan seterusnya sampai kepada sanad tingkat pertama. egitu pula dengan kemurnian hadis mulai tercemar ketika beragamnya kepentingan indiuidu dan golongan merasuki umat Islam. Pemalsuan ini dimulai ketika terjadinya kekacauan pada masa khalifah 2li bin 2bi ,halib r.a. Para la3an politiknya mulai menggunakan hadis&hadis palsu untuk mempertahankan dan memperkokoh kedudukan mereka. 4al tersebut menjadikan generasi&generasi berikutnya harus lebih selektif dalam menerima hadis. Mereka harus mengetahui kualitas hadis. Per$em"angan Intele$tual 4elang Kela#iran 6a"i sa7 ) & "i masa +ahiliyah, perkembangan literasi 'baca tulis( sudah berlangsung cukup lama. 2da tradisi positif yang dimiliki bangsa 2rab +ahiliyah Makkah, khususnya di Kaobah. Mereka menjadikan aitullah ini sebagai pusat perdagangan dan perlombaan berbagai keterampilan, termasuk lomba membaca syair&syair 2rab yang dikenal indah itu. "i antara tokoh yang terkenal dengan gubahan syairnya yang indah adalah 2bu ,halib, 4amzah, dan kubair 'tiga bersaudara anak 2bdul Muthalib yang menjadi garis keturunan nabi Muhammad sa3(. & Melihat perkembangan di atas, agak susah diterima bila makna umm! %tidak i!a a"a-tuli!) ditujukan &ada +u#ammad !a,- karena e era&a ala!an: .) Q.S. al-Ar$ [/]: .0/ dan Q.S. al-1umua# [62]: 2; 2) ketika ,a#yu pertama diturunkan, +ibril menyuruh Nabi sa3 membaca, tapi Nabi sa3 menja3ab* vA N Tw ?S N TJ ? K TZ ? 'saya bukan se-rang !emba"a(= /( nenek moyang Nabi sa3 yang ahli baca&tulis. & Pada tahun /ss SM, terdapat prasasti dalam bentuk tulisan 2rab kuno yang terdapat di dinding kuil 'gereja( di Suriah.

#s

8 Mu#ammad s"g Sum"er Suna# ) & "alam menjalankan risalah kenabiannya, Muhammad sa3 memiliki banyak fungsi* ayah, suami, kakek, penglima perang, pemimpin agama, dan lainnya. Keragaman peran dan fungsi Nabi sa3 itu, tentu mengundang pertanyaan* bagaimana membedakan di antara kata&kata, sikap, dan perbuatan Nabi sa3 sbg ajaran agama dan bukanx & Nabi dianggap sebagai penafsir tunggal terhadap 3ahyu 2llah. "i dalam al&0ur<an disebutkan *

F |N ?BD z [ c C |N . yB ? ? GC@ Q Nb ? \ [ N~ CO ? TZ ?L ? . yB ? ? TZ ?L ? } C_ [ [ N T ? f F ? TZ ? . yB ?z ? @{ ? |N } Ng C~ F G@L ? . # *}g~G@( . ? BO [ CL ? ).


Demi bintang ketika terbenam, kawanmu 5Muhammad7 tidak sesat dan tidak !ula keliru, dan tiada yang diu"a!kannya itu 5al-Qur*an7 menurut kemauan hawa na+sunya. ."a!an-nya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan 5!adanya7 '0.S. al&Najm* #.(.

8 Mengenal Unsur+unsur 5adis ) & Perhatikan hadis berikut *

QD U N ? Cd F G@ P N D Cb ? Q N DS C ?U ?a ?D ? DDS NK ?Q Cb ? X d Nz CI G@ Q Cb ? C{ N S NK ?Q [S C @ T~ ? ?P F ? [ ? e T~ ? ?P F ? BD DG [B CZ ? f [ } ?a F ?L ? M NR Ca ?b ? [ @ a F F ? N~ F G@ H ? TV ?H ? TV ?M [~ Cb ? [ @ F ? N A ? > ?d ?O Cd ?z [ S NK ?Q Cb ? [ DE ?~ C [ N DU ? R N ?G C@ f N D ?U ? ? M NJ N T ?g XU ?O [L CK ?M NJ N @d ?Y X ~ ?O [L CK ?M NJ N @ ?B X ?O [ [ @B ?S ? ? ?> Nd ? C NG C @ a ?b ? P [G ?BO [ ATG@ @LA( ? Tb ?P C ? T ? R N yd ? ? Cfz ? ?U ? R N ?G C @).


Penjelasan * "ari 2dam sampai 2bu 4urairah disebut rangkaian sanad. -edaksi BG [B CZ ? f [ sampai ? Tb ?P C ? disebut matan. 2l& ukhari disebut sebagai r ! 'peri3ayat( terakhir dan sanad a3al. 2bu 4urairah disebut sebagai r ! 'peri3ayat( pertama dan sanad terakhir. Pem"agian 5adis Ditin au Dari Sudut Kualitas +umhur muhadditsin membagi hadis ditinjau dari segi kualitas para pera3i, matan dan ketersambungan sanadnya menjadi tiga yaitu* #. 4adis sahih $. 4adis 4asan /. 4adis dha1if

##

A. Hadis Sahih Menurut Ibnu al&Shalah, hadis shahih ialah hadis yang bersambung sanadnya, diri3ayatkan oleh ra3i yang adil dan dhabith dari ra3i lain yang adil dan dhabith sampai akhir sanad, dan hadis itu tidak janggal serta tidak mengandung cacat.Para ahli hadis tidak berbeda dalam mendefinisikan hadis sahih, 3alaupun redaksi mereka bermacam&macam sehingga dari definisi itu dapat disimpulkan bah3a suatu hadis dapat dikatakan sahih harus memenuhi beberapa syarat yaitu* #. Bersambung sanadnya jang dimaksud dengan bersambung sanadnya yaitu setiap ra3i hadis yang bersangkutan benar&benar mengambil langsung hadis tersebut dari ra3i sebelumnya dari sanad pertama 'mukharrij( sampai akhir sehingga tidak ada yang terputus. Sanad suatu hadis dianggap tidak bersambung bila salah seorang atau lebih dari rangkaian pera3inya terputus. $. /eadilan !ara rawinya Keadilan ra3i merupakan faktor penentu bagi terimanya suatu ri3ayat, karena keadilan itu merupakan suatu sifat yang mendorong seseorang untuk bertak3a dan mengekangnya dari berbuat maksiat, dusta dan lain&lain yang dapat merusak harga diri seseorang. 2dil harus memiliki sifat* a. Istipamah dalam Islam b. aik akhlaknya c. ,idak fasip 'antara lain tidak banyak melakukan dosa&dosa kecil apalagi dosa besar( d. terpelihara kehormatan dirinya. /. 0erawinya bersi+at dhabith Pera3inya harus bersifat dhabith artinya pera3i hadis tersebut dapat menguasai hadisnya dengan baik dengan hapalannya yang kuat dan mengerti dengan apa yang diri3ayatkannya. 4apal apa yang diri3ayatkan kepada muridnya jika ia memberikan hadis dengan hapalan, dan terjaga kitabnya dari kelemahan jika ia meri3ayatkan dari kitabnya, serta memahami dan mengetahui makna yang dapat mengalihkan maksud, jika ia meri3yatkan menurut maknanya saja. Persyaratan ini tentunya menghendaki agar seorang ra3i tidak melalaikannya dan tidak semaunya ketika ia menerima dan menyampaikannya.

#$

.. Tidak ran"u 1syud'ud'$ ,idak ada kerancuan 'syud'ud'( dalam matan hadis itu artinya hadis tersebut tidak kontradiktif dengan hadis yang diri3ayatkan oleh pera3i yang lebih tsi)ah. Kondisi dianggap rancu bila ia berbeda dengan ra3i lain yang lebih kuat posisinya baik dari kekuatan daya hapalnya atau jumlah mereka lebih banyak, maka para ra3i yang lain itu harus diunggulkan, dan ia sendiri disebut syad'd atau rancu. Karena kerancuannya maka timbullah penilaian negatif terhadap peri3ayatan hadis yang bersangkutan. %. Tidak ada "a"at 1illat$ Maksudnya adalah hadis tersebut terbebas dari penyakit dari cacat yang menodai kesahihan hadis tersebut, seperti meri3ayatkan hadis secara muttashil terhadap hadis mursal. +adi hadis yang mengandung cacat bukan hadis sahih. )ima syarat tersebut di atas merupakan ukuran kesahihan hadis. maktor keadilan dan kedabithan ra3i dapat menjamin keaslian hadis. ersambungnya sanad dengan keseluruhan ra3i yang terdapat dalam hadis tersebut akan menghindarkan tercemarnya hadis yang bersangkutan dari a3al disabdakannya oleh -asulullah sa3. sampai pada peri3ayat terakhir. "engan tidak adanya kejanggalan dalam matan ataupun sanad dalam hadis tersebut merupakan bukti keaslian hadis dari hal&hal yang dapat mencurigakan. ,idak adanya cacat menunjukkan keselamatan hadis yang bersangkutan dari hal&hal samar yang dapat membuatnya cacat ketika diperhadapkan pada syarat&syarat kesahihan lainnya. Para ahli hadis mengklasifikasikan hadis sahih menjadi dua* #. 2ahih li d'atihi, yaitu hadis yang mengandung sifat )abul tertinggi. 4al ini karena hadis tersebut memenuhi lima persyaratan kesahihan hadis., sehingga tidak memerlukan lagi hal lain untuk menguatkannya. +adi, kesahihannya itu datang pada diri hadis itu sendiri. lontoh*

QD S N Cf ? Rb N TU ? D C| NL ? d N ? D F G@ DDS NK ?Q N DS C N @P F N Cb ? Q Cb ? [ ? C [ T~ ? ?P F ? H ? TV ? TO ?| N S NK ?Q [S C [ ? e T~ ? ?P F ? D [ @ a F FD ? X D N~ F G@ Q Cb ? TU ? [~ Cb ? [ @? F N A ? Ld U Cb ? Q NS C N @P F N Cb ? Q Cb ? X N C F G@ Q Cb ? P G NT ? S NK ? ?J ? TZ ? d ?? gz ? Q CZ ? d [ N T ?U [G C @L ? NP NO ?L ? N MJ N T ?G NQ CZ N c ? BU [a N CU [G C@ } ?a N ? Q CZ ? } [a N CU [G C@ H ? TV ?} ?a F ?L ? M NR Ca ?b ? ?~ [ M Cb ? [ @ F
4adis ini diri3ayatkan oleh imam ukhari dengan sanad 2dam bin Ilyas, Syu1bah, Ismail bin 2bi Khalid 2bdullah bin 2bu al&Safar, al&Sya1by, 2bdullah bin 2mr. -a3i dan sanad ukhari ini telah memenuhi lima syarat hadis sahih di atas. #/

$. 2ahih li ghairihi, yaitu hadis yang syarat&syaratnya berkurang dari tingkatan tertinggi disebabkan ketidaksempurnaan dhabath 'berarti hanya berkualiatas hasan li d'atihi(, tetapi kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan adanya peri3ayatan lain sehingga hadis tersebut naik derajatnya menjadi sahih. 4al ini disebabkan kesahihannya itu datang dari jalan yang lain. lontoh*

S NK ?Q Cb ? ?U ?a ? ? S NK ?Q Cb ? Ld U Cb ? Q NS CN PU F] ?Z [ Q Cb ? c ? TU ?R Ca ? [ Q [S C> [P ? Cb ? T~ ? ?P F ? O Cd ? [ BS [K ? T~ ? ?P F ? C D } [ [d CZ ? ? DDE NZ FK [ DDa ?b ? \ F D [K ?c CK ? ?B C DG ?} ?a F ?L ? M NR Ca ?b ? [ @ a F F ? N @H F [ B [A ? H ? TV ?H ? TV ?> ?d ?O Cd ?z [ > ? ? f X [ P ?~ Cb N N @B ? X GTS N


Salah seorang ra3i dari sanad hadis ini ada yang bernama Muhammad bin 2mr. "ia termasuk orang kepercayaan tetapi hapalannya oleh ulama diperslisihkan kesempurnaannya. ,api rawi-rawi yang lain pada sanad hadis ini semuanya tsi)ah. Karenanya kualitas hadis ini hasan li d'atihi. 2kan tetapi kekurangan tersebut tertutupi dengan adanya peri3ayatan lain meri3ayatkan hadis ini. "engan demikian hadis ini naik derajatnya menjadi sahih li ghairihi. Kehujjahan hadis sahih 4adis sahih hukumnya ma)bul dan menjadi hujjah dalam menetapkan hukum& hukum syara3, serta mengamalkannya adalah 3ajib dan ini disepakati oleh para ulama, bahkan mereka berhujjah dengannya dalam menetapkan akidah&akidah agama apabila hadis itu menunjukkan kepath1iannya sehingga mencapai batas&batas tingkatan mutawatir. Para ulama telah menyusun sejumlah kitab yang khusus menghimpun hadis&hadis sahih. Kitab&kitab yang dimaksud adalah* #. Al-Muwaththa3 karya Imam Malik bin 2nas $. Al-4ami al-2hahih al-Bukhari karya Imam 2bu 2bdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al&Mughirah al& ukhari al&+u1fi '#t. 4 &$%9 4(. /. 2ahih Muslim karya Imam Muslim bin al&4ajjaj al&Naisaburi '$s9 4 $9#4(. .. 2ahih #bnu /hu'aimah karya 2bu 2bdillah 2bu akar Muhammad bin Ishap bin Khuzaimah '3. /## 4(. %. 2ahih #bnu 5ibban, karya al&4afizh 2bu 4atim Muhammad bin 4ibban al& usti '3. /%. 4(.

#.

9. Al-Mukhtarah, karya al&4afizh "hiya1uddin Muhammad bin 2bdul nahid al&Mapdisi '3. 9./ 4(. B. Hadis Hasan Para ulama hadis beragam dalam mendefinisikan hadis hasan. "isini penulis hanya mengemukakan satu diantaranya yang tampak lebih simpel yaitu definisi yang dikemukakan oleh oleh Muhammad 2jjaj al&Khatib, bah3a hadis hasan ialah hadis yang bersambung sanadnya, diri3ayatkan oleh peri3ayat yang adil, akan tetapi berkurang kedhabitannya tanpa syad' dan illat."engan demikian, perbedaan antara hadis sahih dan hadis hasan terletak pada kekuatan daya hapal 'dhabth( pera3inya. 4adis sahih diri3ayatkan oleh rawi yang sempurna daya hapalnya yakni kuat hapalannya dan tinggi tingkat akurasinya, sedang rawi hadis hasan rendah tingkat daya hapalnya. Klasifikasi hadis hasan dibagi kepada dua bagian* #. 5asan li d'atihi, yaitu hadis yang memenuhi syarat&syarat hasan, sebagaimana disebutkan dalam ta3ri+ hadis hasan. $. 5asan li ghairihi, yaitu hadis dha3i+ yang sebab&sebab kedha1ifannya bukan karena kefasikan atau kebohongan pera3inya, tetapi hanya karena buruk hapalannya, tidak dikenal identitasnya 'mastur( dan menyembunyikan cacat 'mudallis(, kemudian ada hadis lain semisal dan semakna atau karena banyak yang meri3ayatkannya. ,entang kehujjahan hadis hasan, Imam ukhari dan Ibnul 2raby, menolaknya sebagai dalil untuk menetapkan hukum. ,etapi al&4akim, Ibnu 4ibban dan Ibnu Khuzainah dapat menerimanya sebagai hujjah, dengan syarat apabila hadis hasan tersebut ternyata isinya bertentangan dengan hadis yang berkualitas sahih, maka yang diambil haruslah hadis yang berkualitas sahih."iantara sumber&sumber hadis hasan adalah* #. Al-4ami3 karya 2bu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah al&,urmudzi '$st 4 $6t 4(. $. As-2unan karya Imam 2bu "a3ud Sulaiman bin al&2sy1ats al&Sijistani '$s$ 4 $6/ 4(. /. Al-Mujtaba karya Imam 2bu 2bdirrahman 2hmad bin Syu1aib al&Nasa1i '$#% 4 /s/ 4(. .. 2unan al-Mushtha+a karya Ibnu Majah Muhammad bin jazid al&0az3ini '$st 4 $6/4(. %. Al-Musnad karya Imam 2hmad bin 4ambal '#9. 4 $.# 4(. 9. Al-Musnad karya 2bu ja1la al&Maushili 2hmad bin 2li bin al&Mutsanna '$#s 4 /s6 4(.

#%

C. Hadis Dhaif 4adis dha3i+ adalah hadis yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat&syarat hadis sahih dan hadis hasan. 2lasan pemberian predikat dha3i+ kepada suatu hadis yang tidak memenuhi salah satu syarat diterimanya sebuah hadis menunjukkan bah3a hadis tersebut telah diri3ayatkan tidak sesuai keadaan semula. "engan demikian, jelaslah kehati&hatian muhadditsin dalam menerima hadis sehingga mereka menjadikan tidak adanya petunjuk keaslian hadis itu sebagai alasan yang cukup untuk menolak hadis itu dan menyimpulkannya sebagai hadis dha3i+. Klasifikasi hadis dha3i+ sangat banyak macamnya. rntuk itu dalam hal ini akan diuraikan beberapa macam hadis dha3i+ dikelompokkan berdasarkan alasan kedha1ifannya. #. 4adis dha3i+ yang disebabkan keterputusan sanad diantaranya* a. Mu3alla), yaitu hadis yang gugur seorang pera3inya atau lebih dari a3al sanadnya secara berurutan. b. Mursal, yaitu hadis yang gugur pera3inya pada akhir sanad setelah tabi1in. c. Mu3dhal, yaitu hadis yang di dalam sanadnya ada dua orang pera3i yang gugur atau lebih dimana saja letak kegugurannya dengan syarat berurutan. Seperti gugurnya pera3i dari sahabat dan tabi1in atau tabi1in dan tabi1 tabi1in. d. Mun)hathi3 adalah hadis yang pada sanadnya ada seorang pera3i yang gugur atau pada sanad tersebut disebutkan seorang pera3i yang tidak dikenal identitasnya. e. Mudallas, terbagi atas dua* mudallas isnad yaitu apabila seseorang pera3i meri3ayatkan hadis dari pera3i yang pernah dijumpainya, akan tetapi tidak pernah mendengarnya secara langsung, atau meri3ayatkan dari seorang pera3i yang sejaman tapi tidak pernah berjumpa. Mudallas syaikh yaitu apabila seorang pera3i meri3ayatkan hadis dari gurunya kemudian ia menyebut nama gurunya dengan nama, sebutan, nasab atau lainnya yang tidak terkenal agar tidak diketahui. $. 4adis dha3i+ yang disebabkan cacatnya syarat keadilan. a. Maudhu3 yaitu hadis yang dinisbahkan kapada -asulullah sa3. dengan cara dibuat&buat dan bohong. Para ulama sepakat untuk tidak membolehkan peri3atan hadis ini bagi yang mengetahuinya dalam pengertian apapun, kecuali dengan menjelaskan kemaudu1annya.

#9

b. Matruk, yaitu hadis yang diri3ayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam meri3ayatkan hadis, orang yang banyak melakukan kebohongan, tampak kefasikannya dalam berprilaku dan berbicara atau oleh seseorang yang pelupa. c. Munkar, yaitu apabila hadis itu berlainan dengan hadis yang diri3ayatkan dengan pera3i yang tsi)ah, atau jika pera3inya tidak adil dan dhabith 3alaupun hadisnya tidak menyimpang. d. Majhul, yaitu hadis yang dalam sanadnya ada pera3i yang tidak dikenal orangnya atau keadaanya. /. 4adis dha3i+ yang disebabkan hal&hal lain diantaranya adalah* a. Ma)lub, yaitu hadis yang terjadi mukhala+ah 'menyalahi hadis lain( disebabkan mendahulukan atau mengakhirkan. Penukarbalikan ini adakalanya terjadi pada matan atau sanad. b. Mudtharib, yaitu hadis yang diri3ayatkan dalam bentuk yang bermacam& macam dengan sama kuat, sehingga pertentangannya tidak mungkin dipersatukan, dinasakh atau ditarjih. c. 2yad', yaitu hadis yang diri3ayatkan oleh seorang yang tsi)ah, tetapi menyalahi 'baik dalam matan maupun sanad( pera3i yang lebih tsi)ah dengan menambah atau mengurangi tanpa ada kemungkinan untuk dipersatukan. Kehujjahan hadis dhaif ,erdapat dua pendapat tentang boleh tidaknya hadis dha3i+ diamalkan. Pendapat pertama mengatakan bah3a hadis dha3i+ sama sekali tidak boleh diamalkan atau dijadikan hujjah, baik untuk masalah yang berhubungan dengan hukum maupun untuk +adha3il alamal. Perdapat tersebut dikemukakan oleh Imam 2bu akar Ibnu al&2raby. Pendapat kedua mengatakan hadis dha3i+ boleh dijadikan hujjah atau diamalkan hanya pada +adha3il al-amal dengan syarat* #. Para ra3inya tidak terlalu lemah= $. Masalah yang dikemukakan mempunyai dasar pokok yang ditetapkan oleh al& 0ur1an dan hadis sahih= /. ,idak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam 2hmad bin 4ambal, 2bdurrahman bin Mahdi dan Ibnu 4ajar al&2tspalani. ukhari, Imam Muslim, Ibnu 4azm dan

#6

"iantara sumber&sumber hadis dha3i+ adalah* #. Al-Maudhu3at karya al&Imam al&4afizh 2bu maraj 2bdurrahman bin al&+auzi '3. %t6 4(. $. Al-6a3ali3 al-Mashnu3ah +i al-Ahadits al-Maudhu3ah karya al&4afizh +alaluddin al&Suyuthi '3. t## 4(. /. Al-Manar al-Muni+ +i al-2hahih wa al-Dha3i+ karya al&4afizh Ibnu al&0ayyim al&+auziyah '3. 6%# 4(. .. Al-Mashnu3 +i al-5adits al-Maudhu3 karya 2li al&0ari '3. #s#. 4(. Pem"agian 5adis Ditin au Dari Sudut Kuantitas Para sahabat mengambil hadis dari Nabi, terkadang dengan jalan musya+ahah 'lisan( atau menyaksikan perbuatan dan ta)rir Nabi secara langsung. Sahabat yang mendengar atau menyaksikan langsung tersebut terkadang hanya didengar oleh seorang saja, dua atau beberapa orang saja, dan terkadang pula didengar dan disaksikan oleh jama1ah. 2tas dasar banyak dan sedikitnyalah yang meri3ayatkan hadis tersebut dari Nabi, maka para ulama membagi hadis kepada dua bagian yaitu* #. 4adis Mutawatir $. 4adis Ahad Pembagian ini tidak disepakati oleh ulama ushul sebab mereka menjadikan hadis masyhur sebagai bagian tersendiri yang terpisah dari hadis mutawatir dan ahad, sehingga pembagian hadis dari segi jumlah peri3ayatannya menuurut ulama ushul dan golongan 4anafiah terdiri dari tiga yaitu mutawatir, masyhur dan ahad. rlama hadis yang membagi kepada dua bagian karena memasukkan hadis masyhur sebagai bagian dari hadis ahad. A. Hadis Mutawatir Menurut istilah, hadis mutawatir adalah suatu hadis yang diri3ayatkan oleh orang banyak yang adil dan si)ah, yang berasal orang adil dan si)ah pula sampai kepada Nabi. Pada pengertian yang lain bah3a hadis mutawatir adalah suatu hadis hasil tanggapan panca indera yang diri3ayatkan oleh sejumlah besar ra3i yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul untuk bersepakat berdusta.

#8

erdasarkan pengertian di atas, maka secara rinci syarat&syarat hadis mutawatir sebagai berikut* #. Peri3ayatan yang disampaikan oleh peri3ayat&peri3ayat tersebut harus berdasarkan pada tanggapan panca indera. $. +umlah peri3ayat harus mencapai suatu ketentuan yang tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta. /. Peri3ayat yang banyak itu harus terdapat dalam semua tingkatan sanad, mulai dari a3al sampai akhir. rlama hadis mengklasifikasi hadis mutawatir kepada tiga yaitu mutawatir la+'hi, mutawatir ma3nawy, mutawatir amaly. a. Mutawatir 6a+'hi, yaitu suatu hadis yang diri3ayatkan oleh orang banyak dan dari orang banyak pula dengan susunan lafazh yang sama mulai dari sanad pertama sampai pada sanad terakhir dimana mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta. b. Mutawatir Ma3nawi, adalah hadis yang diri3ayatkan oleh orang banyak dan dari orang banyak pula dengan makna yang sama, meskipun lafaznya berbeda. c. Mutawatir Amali yaitu sesuatu yang diketahui dengan mudah, bah3a itu dari agama dan telah mutawatir di antara umat Islam, bah3a Nabi telah mengerjakannya atau menyuruhnya atau selain dari itu dan dapat diterapkan atasnya ta3ri+ ijma3. Kehujjahan hadis mutawatir rlama sepakat bah3a hukum hadis mutawatir adalah )ath3i al-subut 'yakin(. ;leh karena itu umat Islam 3ajib untuk mengamalkannya. rmat Islam yang menolak keberadaan hadis mutawatir dianggap kafir. Semua hadis muta3atir tergolong ma)bul, sehingga pembahasan mengenai keadaan rawi dalam kaitan ini tidak menjadi masalah penting.4adis& hadis mutawatir dapat ditemukan dalam kitab&kitab hadis yang masyhur yang secara khusus menghimpun hadis&hadis mutawatir. Kitab&kitab tersebut antara lain* #. Al-A'har al-Mutanatsirah +i al-Akhbar al-Mutawatirah karya +alal al&"in 2bd al&-ahman bin 2bi akar al&Suyuthi '3. t## 4(. $. 7a'hur al-Mutanatsir Min alAhadits al-Mutawatir karya Muhammad +a1far al& 0athhani.

#t

/. #ttiha+ D'awy al-8adhail al-Musytahirah Baina (a)a3a Min al-9iadah Ala A'har al-Mutanatsirah +i al-Ahadits al-Mutawatirah karya Syekh 2bdul 2zis al&qamary. B. Hadis Ahad 4adis ahad ialah hadis yang belum memenuhi syarat&syarat muta3atir. 4adis seperti ini mungkin saja diri3ayatkan oleh satu, dua, tiga orang atau lebih. Perbedaan jumlah peri3ayat dalam menetukan hadis ahad oleh ulama mengklsifikasikannya kepada tiga bagian yaitu masyhur, A'i' dan gharib. #. 5adis Masyhur yaitu hadis yang diri3ayatkan oleh tiga sanad atau lebih pada setiap tingkatan selama belum mencapai derajat mutawatir. Penamaan masyhur terhadap suatu hadis, oleh sebagian ulama tidak melihat kuantitas peri3ayatnya tetapi melihat popularitasnya dikalangan masyarakat tertentu. Sehingga terkadang ada hadis masyhur hanya dikalangan ulama fiphi atau ulama kalam, ulama hadis ataupun hanya masyhur dikalangan masyarakat umum. $. 5adis A'i' yaitu hadis yang diri3ayatkan oleh dua orang pada tiap tingkatan sanad. Kemestian peri3at dua orang pada masing&masing tingkatan sanad sangat sulit ditemukan. ;leh karena itu Ibnu 4ajar al&2stpalani memberikan komentar bah3a kemestian peri3ayat dua orang pada tiap thaba)at tidak mesti, tapi cukup dua orang peri3ayat tersebut ada dalam tingkatan sanad meskipun tidak memenuhi pada masing&masing thaba)at. /. 5adis :harib yaitu hadis yang diri3ayatkan oleh seorang peri3ayat saja. Kesendirian peri3ayat tersebut tidak mesti terjadi pada semua tingkatan sanad, tapi boleh jadi hanya terjadi pada sebahagian tingkatan sanad. Kehujjahan hadis ahad Menurut jumhur ulama bah3a hadis ahad dapat dijadikan sebagai hujjah, 3ajib diamalkan sekalipun 'hanni dan tidak meyakinkan seperti hadis mutawatir. Sementara itu ada ulama yang sangat selektif dalam menjadikan hadis ahad sebagai hujjah. Mereka hanya memilih hadis ahad yang berkualitas sahih, sedangkan hadis ahad yang berkualitas dha3i+ mereka hanya mengambilnya sebatas +adhail al-amal.

$s

I4TI5AD S9G DI6AMIKA A4A&A6 ISLAM 8 Dasar %iloso'is ( De'inisi ) & Ketika membincang ijtihad, salah satu rujukan hadis terkenal yang dijadikan dalil napli oleh para ulama adalah *

QDS N CN A N TD] ?G C@ Q C Db ? X D Nw ? F G@ c B C Db ? DS NK ?Q C Db ? ? ? C D [ Q C Db ? DR NL ? T~ ? ?P F ? T~ Fz ? T~ ? ?P F ? ? D ?S ?} ?a F ?L ? M NR Ca ?b ? [ @ a F F ? N @H F ? B [A ? c FK ?{ T ?Z [ ^ N T] ? C K ?Q CZ N H T ?A N Q Cb ? Ld U Cb ? C DG } ?c C ND ?H ? TDDV ? D N @^ F N TE ? N N TU ?S N N V CK ?H ? Tw ? ? N w C ? ? R C ? H ? Tw ? ?Q NU ?R ?G C @ G ?| N @{ W T ?Z [ C DG } ?c C ND ?H ? TDDV ?} ?a FD ?L ? M N DR Ca ?b ? `D [ @ a F F ? N @H F N B [A ? N~ F [ N ?H ? TV ? N @^ F N TE ? N NQ C_ [O ? D N P F [ DU C] ?G C@ H ? TD DV ? DDO NK CA ? P [ NE ? CK ?H ? TV ?} ?a F ?L ? M NR Ca ?b ? [ @ a F F ? N @H F N B [A ? N~ F [ NQ C_ [O ? ZdEG@ @LA( } ?a F ?L ? M NR Ca ?b ? [ @ a F F? N @H F N B [A ? H ? B [A ? \ ? FL ? NG F@).


2rtinya*

"ari 4annad, dari napi1, dari Syu1bah, dari A u 3Aun al-4!a)a$*- dari al5arit!- dari Amr- dari &ara !a#a at +uad6 % in 1a al) a#,a 7a!ululla# !a, mengutu! +uad6 ke negeri 8aman- er!a da9Bagaimana kamu memutuskan suatu !erkara x= Mu1adz menja3ab, erdasarkan kitab 2llah 'al&0ur<an(. -asulullah sa3 bertanya lagi, 4ika tidak ditemu-kan di dalam kitab Allahx= Mu1adz menja3ab, erdasarkan sunah rasul&Nya. Nabi sa3 bertanya kembali, 4ika tidak ditemukan di dalam sunah rasul-7yax= Mu1adz menja3ab, Saya berijtihad berdasarkan pikiran. -asulullah sa3 menanggapi, Alhamdulillh, Allah telah memberi -etunjuk -ada utusan 'asulullah sa : %5.7. al-4irmid6*). De'enisi I ti#ad 2da beberapa definisi tentang ijtihad* #(.Pengerahan segala kemampuan untuk menetapkan hukum&hukum tertentu yang diambil dari dalil&dalil terperinci= $(.Pengerahan segala kemampuan untuk menentukan sesuatu 'hukum( yang #hann! 'relatif( dari hukum&hukum syari1ah= /(.Pengerahan segala kemampuan 'intelektual( untuk mencapai tujuan yang dimaksud. 8 Eti$a: S.arat+s.arat: dan &agam 9eri ti#ad ) & Pada dasarnya, setiap manusia yang berakal dan memiliki kemampuan dalam disiplin ilmu tertentu, diperbolehkan berijtihad. "alam 3ilayah teks&teks ekonomi misalnya, yang sangat dianjurkan untuk berijtihad adalah kaum ekonom Muslim yang juga memiliki "-n"ern di bidangnya. 2yat&ayat tentang rib 'sebagian menyebut bungan

$#

&

&

bank( perlu dikaji oleh kaum ekonom. "emikian juga bidang lainnya, seperti* politik, sosial&budaya, dan lainnya= termasuk agama. Namun begitu, beberapa ulama memberi beberapa syarat berijtihad* #( memiliki niat dan tujuan yang baik= $( mengetahui bahasa 2rab beserta cabang&cabangnya, karena al&0ur<an dan hadis ditulis dalam bahasa 2rab= /( mengetahui ijm 'kese&pakatan pendapat( dan ikhtilf 'perbedaan pendapat( ulama= .( mengetahui ush(l fiqhn!ik# man!;k# %tek! &engganti<&em atal dan yang diganti<di atalkan) dalam al-Qur`an dan #adi!; 0) mema#ami maqshid al-syar!ah 'tujuan&tujuan syara1(. 2da $ corak ijtihad* fard! 'indiuidual( dan ijtim! 'sosial(. 4asil dari ijtihad fard! biasanya tidak mengikat, bersifat personal, dan lokal. Sedang ijtihad ijtim! biasanya mengikat, bersifat sosial, dan berlaku umum, seperti fat3a MrI tentang larangan melakukan euthanasia.

8 I ti#ad di Masa Depan ) & "i masa depan, umat Islam menghadapi banyak tantangan seiring perkembangan dan gerak dinamika zaman. Kasus&kasus mutakhir seperti* bayi tabung, kloning, euthanasia, dll, adalah sederetan P- bagi kaum mujtahidintelektual Muslim, karena al&0ur<an dan hadis memang tidak menyinggung secara eksplisit.

$$

You might also like