You are on page 1of 20

MAKALAH FITOTERAPI TANAMAN MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn) UNTUK PENGOBATAN KANKER

OLEH ; NAMA NIM KELAS : : : ASRUL SANI F1F212001 REGULER SORE

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat sudah cukup meluas. Secara empiris masyarakat memanfaatkan tumbuh-tumbuhan tersebut sebagai obat, akan tetapi masih sedikit yang diteliti tentang kandungan zat aktif didalamnya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kandungan kimia dan efek farmakologinya. Kanker merupakan masalah kesehatan dari banyak negara di dunia dan termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Hal ini disebabkan oleh jumlah korban yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan belum ditemukan cara yang efektif untuk pengobatannya. Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Perubahan tersebut disebabkan adanya perubahan atau transformasi genetik, terutama pada gengen yang mengatur pertumbuhan, yaitu protoonkogen dan gen penekan tumor. Sel-sel yang mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan pertumbuhan sel normal.Pengobatan kanker secara medis yang selama ini dilakukan adalah melalui pembedahan (operasi), penyinaran (radiasi) dan terapi kimia (kemoterapi). Salah satu yang menjadi perhatian adalah kemoterapi, yaitu penggunaan bahan-bahan bioaktif dari hasil sintesis atau isolasi bahan alam. Penggunaa bahan bioaktif dari isolasi bahan alam terus dikembangkan sampai saat ini karena sifatnya yang renewable, mudah terdekomposisi dan dapat dikeluarkan dari dalam tubuh, sedangkan bahan sintetis dapat tertinggal atau menjadi residu yang berbahaya bagi tubuh. Hal ini menyebabkan pelacakan senyawa-senyawa antikanker dari bahan alam banyak

dilakukan, untuk mendapatkan senyawa yang berpotensi sebagai antikanker baru dalam strategi pengembangan kemoterapi. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah meniran. Meniran adalah herba yang berasal dari genus Phyllanthus dengan nama ilmiah Phylanthus niruri Linn (Heyne, 1987). Meniran mempunyai manfaat sebagai imunomodulator yaitu obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Secara klinis imunomodulator digunakan pada pasien dengan gangguan imunitas, antara lain pada kasus keganasan HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain (Maat, 1996). Berdasarkan teori di atas, maka akan diubahas lebih lanjut tentang pengobatan kanker dengan tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KANKER 1. Definisi Kanker Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (17). Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh

perkembangan populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik) (17). Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat

karakteristik, yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel normal. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi

Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (17). 2. Patofisiologi dan Etiologi Kanker Kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifatsifat : replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal. Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian kanker sebesar 80-85%, sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika, dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan makanan. Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya. Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker dengan berbagai metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa polimerase DNA),

penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan menyebar. Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan yang merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia. Karena itu, kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini perlahan berakumulasi hingga sel mulai bertindak berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying), pada akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai contohnya :

Mutasi

dalam

perlengkapan

perbaikan-kecacatan

bisa

menyebabkan sel dan sel inangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi dan dan merusak sel yang lebih sehat. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres, membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya. Penyebab kanker bervariasi dan tidak dapat diketahui dengan pasti. Kanker terjadi karena kerusakan struktur genetik yang menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Pola insiden kanker bervariasi sesuai jenis kelamin, ras, dan letak geografik. Beberapa kanker dapat dipengaruhi faktor genetik keluarga, namun yang paling sering terjadi karena faktor lingkungan dan gaya hidup. Promotor kanker, yang disebut karsinogen seperti bahan kimia, virus serta faktor lingkungan dan gaya hidup (17). 3. Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan tubuh. Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi ketika sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis sel. Sel-sel tumbuh dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih banyak sel seperti yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel normal dalam jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan pada nukleusnya. Pada tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan

tidak ada ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah

berproliferasi secara tidak normal dan memiliki sifat invasif (16). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat:perpindahan fase G1 menuju fase S. siklus sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor transkripsi. Pencerap hormon tiroid beta1 (TRbeta1) merupakan faktor transkripsi yang diaktivasi oleh hormon T3 dan berfungsi sebagai supresor tumor dan gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada kanker. Siklus sel terjadi dengan kerusakan DNA yang tidak terpulihkan. translokasi posisi kromosom yang sering ditemukan pada kanker sel darah putih seperti leukimia atau limfoma, atau hilangnya sebagian DNA pada domain tertentu pada kromosom Pada leukimia mielogenus kronis, 95% penderita mengalami translokasi kromosom 9 dan 22, yang disebut kromosom filadelfia (16). Kanker adalah nama untuk sekelompok kondisi yang dihasilkan dari pertumbuhan tidak terkendali dari sel - sel yang abnormal. Perkembangannya kompleks melalui beberapa tahap yaitu: aktivasi, inisiasi, promotor, progresi (perkembangan dan penyebaran), dan kemungkinan remisi (sukses pengobatan atau pembalikan). Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah sebagai berikut : a) Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat

menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi menetap dan menempel pada DNA dalam sel. b) Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi. c) Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau tumor. d) Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal akan diangkut ke organ tubuh lain.

Gambar Perkembangan sel normal menjadi sel kanker

4. Klasifikasi Kanker Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk

mengklasifikasikan kanker yaitu karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (17). 1). Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi organ internal. 2). Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak, otot, pembuluh darah, atau jaringan ikat.

3). Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan jaringan sistem kekebalan tubuh. 4). Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan jaringan kelenjar lainnya. 5). Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah seperti sumsum tulang dan sering menumpuk dalam aliran darah.

5. Terapi kanker Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, usia, status kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada pengobatan tunggal untuk kanker dan pasien sering menerima kombinasi terapi dan perawatan paliatif. Perawatan biasanya termasuk dalam salah satu kategori seperti operasi, radiasi, kemoterapi, immunoterapi, terapi hormon, atau terapi gen. Prinsip kerja pengobatan ini adalah dengan membunuh sel - sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan

pertumbuhannya agar tidak menyebar dan mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Operasi Pembedahan merupakan pengobatan tertua untuk kanker. Jika kanker belum bermetastasis, kemungkinan besar pasien dapat

disembuhkan sepenuhnya hanya dengan menyingkirkan tumor dengan operasi. Hal ini sering terlihat pada penyingkiran prostat, payudara atau testis. Setelah penyakit ini telah menyebar, tidak mungkin dapat menyingkirkan semua sel kanker. Operasi juga dapat berperan besar dalam membantu untuk mengontrol gejala seperti gangguan pencernaan atau kompresi sumsum tulang belakang (15). Radioterapi Radioterapi berarti pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radioaktif. Sinar X, elektron, dan sinar (gamma)

banyak digunakan dalam pengobatan kanker disamping partikel lain. Pada prinsipnya apabila berkas sinar radioaktif atau partikel dipaparkan ke jaringan, maka akan terjadi berbagai peristiwa antara lain peristiwa ionisasi molekul air yang mengakibatkan terbentuknya radikal bebas di dalam sel yang pada gilirannya akan menyebabkan kematian sel. Lintasan sinar juga menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya DNA yang dapat diikuti kematian sel. Radioterapi digunakan sebagai pengobatan mandiri untuk mengecilkan tumor atau menghancurkan sel-sel kanker termasuk yang berkaitan dengan leukemia dan limfoma, dan juga digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan kanker lain (15). Kemoterapi Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk

menangani kanker. Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin sudah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penggunaan kemoterapi berbeda-beda pada setiap pasien, kadang-kadang sebagai pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah operasi dan radiasi. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Kemoterapi biasa dilakukan di rumah sakit, klinik swasta, tempat praktek dokter, ruang operasi dan juga di rumah (15). Imunoterapi Imunoterapi digunakan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Misal, vaksin yang terdiri dari antigen diperoleh dari sel tumor bisa menaikkan fungsi tubuh pada antibodi atau sel kekebalan (limfosit T). Walaupun mekanisme tepat pada tindakan tidak benar-benar jelas, interferon mempunyai tugas di dalam pengobatan beberapa kanker (15). Terapi hormon Kanker dikaitkan dengan beberapa jenis hormon, terutamanya kanker payudara dan kanker prostat. Terapi hormon dirancang untuk

mengubah produksi hormon dalam tubuh sehingga sel-sel kanker berhenti berkembang atau dibunuh sepenuhnya. Terapi hormon kanker payudara sering fokus pada pengurangan kadar estrogen (obat umum untuk ini adalah tamoxifen) dan hormon terapi kanker prostat sering fokus pada pengurangan kadar testosteron. Selain itu, beberapa kasus leukemia dan limfoma dapat diobati dengan hormon kortison (15). B. TANAMAN MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn) 1. Nama Daerah Di beberapa daerah di Indonesia, meniran dikenal bame tano, sidukung anak, dudukung anak, baket kolop (Sumatera); meniran ijo, meniran merah, memeniran (Jawa); bolobung, sidukung anak (Sulawesi); serta gosaumadungi, gosau ma dungi noriba, belalang babiji (Maluku). Beberapa nama asing di antaranya zhen zhu cao, hsieh hsia chu, ye xia zhu (Cina); chanca piedra, quebra pedra, kilanelli (India); child pick a back (Inggris), stone breaker, shaterstone, chamber bitter, leafflower, quinine weed (Amerika Selatan); dan arrebenta pedira (Brazil) (18). 2. Klasifikasi Di Indonesia penyebaran meniran cukup luas. Hal itu diketahui dari beberapa nama daerah yang melekat pada tumbuhan ini. Dikalangan Ilmiah, meniran memiliki nama botani Phyllanthus niruri L. atau Phyllanthus urinaria L. dengan klasifikasi sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Suku Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Phyllanthus : Phyllanthus niruri L. atau Phyllanthus urinaria L. (18)

3. Deskripsi Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan terna liar yang berasal dari Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Kini terna ini telah tersebar ke Benua Afrika, Amerika, dan Australia. Meniran tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan jenis herba dengan tinggi 40-100 cm ini, tumbuh secra liar di tempat berbau dan lembab, seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah, tanah terlantar di antara rerumputan, hutan atau ladang, atau tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Meniran mempunyai akar

tunggang dan sepasang bunga, yaitu bunga jantan yang keluar di bawah ketiak daun dan bunga betina yang keluar di atas ketiak daun. Daun meniran mirip dengan daun asam, berbentuk lonjong, dan tersusun

majemuk (18).

4. Penggunaan Secara Tradisional Herba meniran secara tradisional dapat digunakan sebagai obat radang ginjal, radang selaput lendir mata, virus hepatitis, peluruh dahak, peluruh haid, ayan, nyeri gigi, sakit kuning, sariawan, antibakteri, kanker, dan infeksi saluran kencing . Herba dan akar digunakan untuk penyakit

radang, infeksi saluran kencing, serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk penyembuhan diare, busung air, blennorrhagia, infeksi saluran pencernaan, dan penyakit yang disebabkan gangguan fungsi hati. Buahnya berasa pahit digunakan untuk luka dan scabies. Akar segar digunakan untuk penyakit hati kuning. Dapat digunakan untuk penambah nafsu makan dan obat anti demam (18)). 5. Kandungan Kimia Meniran dengan nama simplisia Phyllanthus herba banyak mengandung berbagai unsur kimia sebagai berikut. Lignan yang terdiri dari Phyllanthine, hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin, nirathin, nitretalin, nirphylline, nirurin, dan niruriside. Terpen terdiri dari cymene, limonene, lupeol, dan lupeol acetate. Flavonoid terdiri dari quercetin, quercitrin, isouercitrin, astragalin, rutine, dan physetinglucoside. Lipid terdiri dari ricinoleic acid, dotriancontanoic, linoleic acid, dan linolenic acid. Benzenoid berupa methylsalicilate. Alkaloid terdiri dari

norsecurinine,

4-metoxy-norsecurinine,

entnorsecurinina,

nirurine,

phyllantin, dan phyllochrysine. Steroid berupa beta-sitosterol. Alcanes berupa triacontanal dan triacontanol. Komponen lainnya berupa tanin, vitamin C, dan vitamin K (18). 6. Data Ilmiah Karena sifatnya sebagai imunostimulator kuat, ekstrak Phyllanthus niruri L lebih bermanfaat digunakan sebagai imunoterapi atau terapi adjuvant mendampingi obat-obat kanker yang lain, terutama kanker yang diinduksi oleh virus, walaupun penelitian pendahuluan sebagai obat kanker telah banyak dibuktikan dari komponen yang terdapat di dalam tumbuhan ini. Phyllanthus niruri L atau meniran/memeniran telah banyak digunakan sebagai pengobatan tradisional terhadap berbagai macam penyakit, seperti sakit ginjal, sakit kuning (1). Telah banyak dilakukan penelitian terhadap tanaman ini, terutama hubungannya dengan aktivitas

sistem imun. Thabrew (2), menyebutkan bahwa pemberian per-oral tanaman ini mampu meningkatkan aktivitas sistem komplemen melalui jalur klasik. Suresh (3) menyebutkan bahwa genus tanaman Phyllanthus dapat meningkatkan sitotoksisitas sel NK (Natural Killer) dan sel K (Killer) dengan bantuan antibodi. Pengujian in vitro terhadap virus Hepatitis B yang diinfeksikan pada kultur sel Human Hepatoma Cell Line, ekstrak dari Phyllanthus niruri L mampu menurunkan titer HBsAg (4). Pemberian per-oral dengan serbuk dari tanaman Phyllanthus amarus pada penderita hepatitis B kronis mampu menurunkan dan menghilangkan HBsAg sampai 55-60 % (5). Pengujian imunomodulator yang lebih lengkap dilakukan oleh Suprapto Maat (6) yang melibatkan berbagai komponen sistem imun, baik yang termasuk dalam respon imun humoral maupun seluler. Dikatakan, pemberian per-oral ekstrak dari seluruh bagian tanaman Phyllanthus niruri L pada mencit galur Quacker Bush, dapat mempengaruhi fungsi dan aktivitas sel-sel imunokompeten, di antaranya terhadap: sistem komplemen, meningkatkan hemolitik total komplemen (CH100). sel monosit/makrofag, meningkatkan aktivitas kemotaksis oleh rangsangan kemoatraktan f-MLP (f- Methionine-Leucin-Phenylalanine) , meningkatkan fungsi fagositosis in vivo terhadap partikel karbon koloidal yang disuntikkan intra vena melalui vena ekor (Carbon Clearance Assay), akan tetapi tidak meningkatkan sekresi Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-) pada kultur sel monosit/makrofag yang dirangsang dengan Lipopolisakarida (LPS). sel neutrofil, meningkatkan aktivitas kemotaksis terhadap rangsangan kemoatraktan f-MLP. sel NK (Natural Killer), meningkatkan sitotoksisitas sel NK terhadap sel target S49 cell line (Mouse Lymphosarcoma) . populasi limfosit T, meningkatkan aktivitas proliferasi limfosit T setelah dirangsang dengan mitogen Concanavalin-A maupun

fitotohemaglutinin.

sel T-sitotoksik (CD8), tidak mempengaruhi fungsi sitotoksisitas sel Tsitotoksik (CD8) terhadap sel target TG-PEC (Thiglycollate-Induced Exudate Cells). subset limfosit T-helper 1 (Th-1), ditentukan berdasarkan sekresi limfokin dari kultur limfosit bersama sel penyaji antigen (APC = Antigen Presenting Cells) atau disebut juga sebagai sel feeder pensuplai molekul MHC kelas II dan dirangsang dengan mitogen Concanavalin - A, dengan hasil menurunkan sekresi IL-2, tidak mempengaruhi sekresi IFN-, tetapi meningkatkan sekresi TNF-. subset limfosit T-helper 2 (Th2), pengamatan dilakukan sama dengan Th1, dengan hasil : meningkatkan sekresi IL-4 tetapi menurunkan sekresi IL-10. populasi limfosit B, meningkatkan proliferasi limfosit B, setelah kultur sel-B dirangsang dengan mitogen Lipopolisakarida (LPS),

meningkatkan produksi antibodi primer spesifik IgM dan antibodi sekunder spesifik IgG terhadap antigen sel darah merah domba.

Setelah dilakukan analisis statistik disimpulkan bahwa ekstrak dari seluruh tanaman Phyllanthus niruri L bersifat sebagai imunostimulator. Aktivitas anti-hepatitis B oleh Phyllanthus dibuktikan dengan menggunakan kultur cell line Alexander yang berasal dari karsinoma hepatoseluler manusia yang mensekresi HbsAg di dalam supernatan kulturnya. Pemberian 1 mg/ml ekstrak Phyllanthus ke dalam kultur berumur 48 jam akan menghambat sekresi HBsAg yang tergantung pada besarnya dosis pemberian (dose-dependent manner), dan dari penelitian ini dibuktikan bahwa ekstrak Phyllanthus sebagai anti-hepatitis B bekerja pada level seluler (7). Ekstrak Phyllanthus dapat menghambat transkripsi mRNA virus hepatitis-B (HBV) dengan cara menghambat aktivitas enhancer-1 dari HBV dan faktor transkripsi C/EBP (8). Komponen utama dari ekstrak Phyllanthus yang berkhasiat anti-viral adalah flavonoid, tetapi

tanin atau elagitanin yang banyak terdapat di dalam ekstrak dapat menghambat aktivitas enzim polimerase DNA dari virus Epstein Barr (9) Di samping mampu menghambat aktivitas enzim polimerase DNA, ekstrak Phyllanthus juga mampu menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase (RT) dari HIV1. ID50 (50% inhibitory dose) pada HIV-1 RT sebesar 0,05 mikroM, sedangkan pada polimerase DNA sebesar 0,06 mikroM. Ekstrak Phyllanthus 10 kali lebih sensitif menghambat HIV-1 RT dibandingkan dengan terhadap polimerase DNA. Sebanyak 10,1 mikroM ekstrak dapat menghambat terbentuknya efek sitopatogenik HIV dalam kultur sel MT-4, pada dosis 4,5 M dapat menghambat 50% pembentukan giant cell oleh HIV dalam kultur SUP TI dan pada dosis 2,5M menghambat sampai 90% produksi antigen spesifik p24 dari HIV-1 dalam sistem sel klon H9 (10). Aktivitas hambatan terhadap enzim RT dibuktikan pula dengan menggunakan enzim Moloney Murine Leukemia RT (M-MulV-RT) dan reaksi yang terjadi diamati dengan 3H-dTTP, ternyata ekstrak air panas Phyllanthus memiliki hambatan lebih besar (81%) dibandingkan dengan ekstrak metanol (54%) (11). Komponen ekstrak Phyllanthus yang diisolasi dari akar adalah filantostatin-6 yang dapat menghambat pertumbuhan kultur cell line P-388 (murine lymphocytic leukemia) dengan ED50 sebesar 0,35g/ml dan diperkirakan komponen tersebut berkhasiat sebagai anti-neoplastik (12). Ekstrak Phyllanthus ternyata dapat menghambat proses karsinogenesis yang diinduksi dengan N-nitrosodietilamin (NDAE). Pada hewan percobaan kelompok kontrol insiden tumor sebesar 100% dan terjadi kenaikan dari level : "carcinogen metabilizing enzymes" seperti glutation S-transferase (GST), anilin hidroksilase (AH) dan gama-glutamil transpeptidase (GGT), suatu marker liver injury. Di samping itu, pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak Phyllanthus terjadi penurunan insiden tumor dan penurunan dari marker yang lain, sehingga diperkirakan ekstrak Phyllanthus sebagai khemopreventif terhadap proses

karsinogenesis yang diinduksi oleh bahan kimia (13).

C. MEKANISME KERJA Dilaporkan akar dan daun Phyllanthus niruri kaya senyawa flavonoid, antara lain filantin, hipofilantin, qeurcetrin, isoquercetrin, astragalin dan rutin. Di samping itu, dilaporkan pula beberapa glikosida flavonoid dan senyawa flavonon baru. Dari minyak bijinya telah diidentifikasi beberapa asam lemak yaitu, asam ricinoleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Beberapa senyawa lignan baru juga telah diisolasi dari Phyllanthus niruri yaitu, seco-4-hidroksilintetralin, seco-isoarisiresinol

trimetil eter, hidroksinirantin, dibenzilbutirolakton, nirfilin, neolignan (filnirurin).42,43 Dari sekian banyak zat yang terkandung dalam P. niruri, belum diketahui mana yang memiliki efek antivirus. Hanya diketahui bahwa zat aktif P. niruri bekerja terutama di hepar. Belum ditemukan kepustakaan yang membahas farmakokinetik P. niruri. Sebuah penelitian eksperimental laboratorik pada mencit oleh Maat (1996) menunjukan bahwa Phyllanthus mempunyai efek terhadap respon imun nonspesifik maupun spesifik. Efeknya terhadap respon imun nonspesifik yaitu meningkatkan fagositosis dan kemotaksis makrofag, kemotaksis neutrofil, sitotoksisitas sel NK dan aktifitas hemolisis komplemen, sedangkan terhadap respon imun spesifik, pemberian ekstrak Phyllanthus niruri meningkatkan proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi TNF dan IL-4 serta menurunkan aktifitas sekresi IL-2 dan IL-10. Dari uji klinis ekstrak P. niruri pada manusia dinyatakan bahwa ekstrak Phyllanthus meningkatkan kadar IFNg, kadar CD4 dan rasio CD4/CD8. Kemampuan tanaman obat Phyllanthus niruri L dalam bekerja sebagai imunoterapi diperkirakan melalui mekanisme imunostimulator sebagai berikut: Meningkatkan sitotoksisitas sel NK, sehingga banyak sel yang mengalami mutasi segera di lisis.

Meningkatkan

sekresi

TNF-

oleh

subset

Th1,

sehingga

lebih

meningkatkan ekspresi MHC kelas I dari sel yang mengekspresikan antigen tumor sehingga mengoptimalkan kerja sitotoksisitas dari sel-T sitotoksik (CD8). Meningkatkan aktivitas monosit/makrofag sebagai sel fagosit dan sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cells = APC). Peningkatan aktivitas monosit diperkuat oleh menurunnya sekresi IL-10 oleh subset Th2.

DAFTAR PUSTAKA 1. Dirjen POM. Materia Medika jilid II. Departemen Kesehatan RI. Monografi Phyllanthus niruri L 987: 77-82. 2. Thabrew MI, de Silva KT, Labadie RP, de Bie PULA, van den Berg P.. Immunomodulatory activity of three Sri Lanka medicinal plants used in hepatic disorder. J Ethnopharmacol 1991 74(9): 63-6. 3. Suresh K, Vasudevan DM. Augmentation of murine natural killer cells and antibody-dependent cellular cytotoxicities by Phyllanthus emblica, a new immunomodulator. J Ethnopharmacol. 1994. Aug ; 44(1): 55-60. 4. Ji YH, Qin JZ, Wang WY, Zhu ZY, Liu XT. 1993. Effect of extracts from Phyllanthus urinaria L on HBsAg production in PLC/PRF/5 cell line (Human hepatoma cell line). Chung-Kao-Chung-YaoTsa-Chih. 1993 Aug; 8(8): 496-8, 511. 5. Thyagarajan SP, Subramanian S, Thirinalasundari T, Venkateswaran PS. Effect of Phyllanthus amarus on chronic carriers of hepatitis B virus. Lancet 1991; 2(8614):764-6. 6. Suprapto Ma'at. Phyllanthus Niruri L Sebagai Imunostimulator Pada Mencit. Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, 1997. 7. Jayaram S, Thyagarajan SP. Inhibition of HbsAg secretion from Alexander cell line by Phyllanthus amarus. Indian J Pathol Microbiol 1996 Jul 39:3 211-5. 8. Ott M, Thyagarajan SP, Gupta S. Phyllanthus amarus suppresses hepatitis-B virus by interrupting interactions between HBV enhancer-1 and cellular transcription factors. Eur J Clin Invest 1997 Nov 27:11 908-15. 9. Liu KC, Lin MT, Lee SS, Chiou JF, Ren S, Lien EJ. Antiviral tannins two Phyllanthus species. Planta Med 1999 Feb 65:1 43-6. 10. Ogata T, Higuchi H, Mochida S, Matsumoto H, Kato A, Endo T, Kaji A, Kaji H. HIV-1 reverse transcriptase inhibitor from Phyllanthus niruri. AIDS Res Hum Retroviruses 1992 Nov 8:11 1937-44. 11. Suthienkul O, Miyasaki O, Chulisiri M, Kositanont U, Oishi K. Retriviral reverse transcriptase inhibitory activity in Thai herbs and

cpices: screening with Moloney murine leukemia viral enzims. Southeast Asian J Trop Med pubic Health 1993 Dec 24:4 751-5. 12. Pettit GR, Schaufelberger DE, Nieman RA, Difresne C, Saenz-Renauld JA. Antineoplastic agents, 177. Isolation and structure of phyllanthostatin. J Nat Prod 1990 Nov-Dec 53:6 1406-13. 13. Jeena KJ, Joy KL, Kuttan R. Effect of Emblica officinalis, Phyllanthus amarus, Pcorrhiza kurroa on N-nitrosodiethylamine induced hepatocarcinogenesis. Cancer Lett 1999 Feb 8 136:1 11-6. 14. Dirjen Dikti, 2004. Tanaman Obat Untuk Pengobatan Kanker. Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 2, Juli 2004 15. Crosta, P 2010. What is cancer? Medical News Today. Available from :
http://www.medicalnewstoday.com/info/cancer-oncology/ (diakses tanggal 19 Desember 2013).

16. ^ RA, Weinberg (2007). The Biology of Cancer. New York: Garland Science. 17. Mendelson A.C., Howley A., Ierael S., Gray J.E., Lindsten T. 2008. The Molecular Basis of Cancer. 3rd ed. Philadelphia : Saunders Elsevier 18. Kardiman A. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Jakarta: Agromedia Pustaka.

You might also like