You are on page 1of 29

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 351 / Kesehatan masyarakat

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

ANALISI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PLEBITIS PADA TINDAKAN PROSEDURAL PEMASANGAN INFUS DI RUMAH SAKIT KOTA PALU TAHUN 2014

Oleh : 1. SUDIRMAN, SKM, M.Kes NIDN : 0911038301 2. NUR AFNI, SKM, M.Kes NIDN : 0904118101

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU DESEMBER, 2013

RINGKASAN Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diakibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan. Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau prosedur terapeutik dan sering memanjangkan waktu tinggal di rumah sakit, sehingga biaya perawatan pasien ikut meningkat pula (Perry dan Potter, 2000) Penelitian ini bertujua Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya plebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus di rumah sakit kota Palu tahun 2014 jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kohort study, yaitu melihat faktorfaktor yang berhubungan terjadinya Flebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus di ruangan rawat inap Rumah Sakit Kota Palu Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berada diruangan Rawat Inap Rumah Sakit Kota Palu, Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang di rawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Kota Palu pada bulan Maret s/d Agustus 2014. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode Accidental Sampling yang didasartkan pada covinience, karena berada pada waktu, situasi dan tempat yang tepat.

Kata Kunci

: Infeksi nosokomial, Flebitis

Datar Pustaka : 12 (1994-2013)

iii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN DAFTAR ISI .......................................................................... ii iii iv 1 1 3 3 3 5 5 7 8 15 16 16

................................................................................................. .................................................................................................. ................................................................................. ......................................................................................... ..................................................................................... ....................................................................................... ...................................................................................... ........................................................................ ..........................................................................

BAB I PNDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Penelitian 4. Luaran Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Tentang Flebitis

2. Tinjauan Tentang Prosedur Pemasangan Infus ................................................... . 3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Flebitis .............................................. 4. Kerangka Konsep 5. Hipotesis ...................................................................................... .................................................................................................. .................................................................................

6. Defenisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian 2. Lokasi Penelitian 3. Populasi dan Sampel

.....................................................................

18 18 18 18 18 18 19 19

........................................................................................ ...................................................................................... ..................................................................................

4. Teknik Pengambil Sampel .................................................................................... 5. Penglahan Data 6. Analisis Data 7. Penyajian Data ........................................................................................ ........................................................................................... .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKAN LAMPIRAN

iv

BAB I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu dari pelayanan kesehatan yang melibatkan berbagai profesi kesehatan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Seiring dengan perkembangan limu dan teknologi dibidang kesehatan dan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat, sudah tentu mempengaruhi perkembangan perawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan Nasional (Hamid,1996). Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit setiap tahun, 50% mendapat terapi intravena. Namun, terapi IV terjadi di semua lingkungan perawatan kesehatan: perawatan akut, perawatan emergensi, perawatan ambulatory, dan perawatan kesehatan di rumah. Hal ini membuat besarnya populasi yang berisiko terhadap infeksi yang berhubungan IV (Schaffer,dkk, 2000 dalam Wiranata, 2012). Di rumah sakit peran pelaksana dari perawat mencakup tindakantindakan yang dilakukan oleh perawat ketika ia mengemban tugas tanggung jawab yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan klien. Salah satu tolak ukur kualitas pelayanan rumah sakit yang bermutu adalah rendahnya angka kejadian infeksi nosokomial (Schaffer-Garson;2000). Keperawatan pada mulanya hanya dianggap satu pelayanan yang bersifat okupasi, sekarang berkembang kearah profesional, perkembangan tersebut memberikan dampak yang begitu besar terhadap perawat sebagai anggota profesi maupun kepada masyarakat, karena tuntutan masyarakat akan keperawatan saat ini adalah agar rumah sakit memberi pelayanan yang baik dan memberi rasa aman dan nyaman bagi pasien.Perawat yang merupakan tim pelayanan kesehatan yang terbesar dituntut profesionalismenya baik secara intelektual maupun skill, demi memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin menyadari akan kualitas keperawatan yang bermutu tinggi (Brunner & Suddarth, 2002).

Sampai saat ini infeksi nosokomial masih merupakan masalah serius yang dihadapi rumah sakit diseluruh dunia terutama negara berkembang dan dijadikan penilaian terhadap tolok ukur pelayanan rumah sakit (Deya Prastika,dkk, 2011). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diakibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan. Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau prosedur terapeutik dan sering memanjangkan waktu tinggal di rumah sakit, sehingga biaya perawatan pasien ikut meningkat pula (Perry dan Potter, 2000). Salah satu prosedur terapeutik yang sering menyebabkan timbulnya infeksi adalah yang disebabkan oleh prosedur pemasangan infus yang biasa disebut Plebitis. Plebitis merupakan peradangan pada vena yang diakibatkan oleh tiga faktor (Brunner dan Suddarth, 2002) yang sering menyebabkan timbulnya infeksi adalah pemasangan infus yang biasa disebut plebitis dimana dari ratarata pasien yang dirawat di rumah sakit setiap tahunnya 60%-70% mendapat terapi intravena. Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Wiranata (2012), yang menyatakan rata-rata kejadian phlebitis waktu 24 jam dan 72 jam setelah pemasangan terapi intravena. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi pemasangan infus terletak pada vena sefalika dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 11 responden (91,7%). Sedangkan lokasi pemasangan infus terletak pada vena metacarpal dan terjadi phlebitis sebanyak 20 responden (41,7%) Plebitis dapat terjadi oleh tiga faktor yaitu lamanya pemasangan infus, desinfeksi dan aktifitas pasien merupakan faktor yang dapat menunjang keberhasilan terapi dan dapat mencegah terjadinya radang vena (plebitis) (La Rocca-Otto,1998). Di rumah sakit harus memperhitungkan atau mengutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru akibat infeksi nosokomial, sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang diderita. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti merasa tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian plebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus diruangan Di Rumah Sakit Kota Palu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah lamanya pemasangan infus, desinfeksi dan mobilisasi berhubungan dengan terjadinya Flebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya plebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus di rumah sakit kota Palu tahun 2014. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui hubungan lamanya pemasangan infus dengan terjadinya Flebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus di rumah sakit kota Palu tahun 2014. b. Untuk mengetahui hubungan desinfeksi dengan terjadinya Flebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus di rumah sakit kota Palu tahun 2014. c. Untuk mengetahui hubungan mobilisasi pasien dengan terjadinya Flebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus di rumah sakit kota Palu tahun 2014. D. Luaran Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Dengan mengetahui resiko terjadinya infeksi akibat pemasangan infus, maka rumnah sakit di kota Palu dapat melakukan langkah-langkah dalam dalam pengendalian infeksi nosokomial dan dapat memberikan masukan bagi rumah sakit, khususnya bagi perawat dalam pelaksanaan pemasangan infus sehingga dapat meningkatakan mutu pelayanan di Rumah Sakit Kota Palu

2. Bagi Pendidikan Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa keperawatan atau peneliti lain yang berminat dalam lingkup yang sama, mengingat ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya Flebitis.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Flebitis 1. Pengertian Plebitis adalah infeksi pada pembulu darah balik (vena) yang disebabkan oleh iritasi kimia, mikrooganisme maupun mekanik hal ini dikarakteristikan dengan adanya kemerahan, bengkak, panas dan rasa nyeri disekitar daerah penusukkan infus atau sepanjang vena (BrunnerSuddarth,2002). 2. Penyebab Plebitis disebabkan akibat komplikasi pada terapi intravena dan merupakan radang akut dimana terjadi respon langsung dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel, serta menyebabkan sirkulasi didaerah yang terkena infeksi manjadi lambat sehinnga leukosit mengalami marginasi yang tergeser kebagian perifer yang mengakibatkan pergeseran pada pembuluh darah (Prince-Willson,1994). Pergeseran tersebut terjadi akibat adanya sinyal kemotaktis, akumulasi dari komponen leukosit yang bermakna dalam oksidat sehingga terjadi kerusakan pada endothelium pembuluh yang menyebabkan kebocoran protein dan terjadi pengeluaran zat-zat kimia didalam tubuh dan mediator ini menyebabkan peradangan.

3. Patofisiologi Plebitis (Prince-Wilson,1994)

Tindakan infasif (pemasangan infus) Port D entri bagi mikrooganisme

Jejas

Sistem sirkulasi

Arteriol melebar

Pengiriman cairan dari sirkulasi intra sel meningkat

Aliran darah kedarah radang meningkat sehingga permeabilitas bertambah

Penimbunan cairan (eksudat)

Perubahan Ph dan konsentrasi ionion

Pembengkakan Sel darah merah, trombosit, sel darah putih teringgal Hiperemia

Viskositas darah meningkat dan aliran darah jadi lambat

Perubahan suhu (panas) pada daerah radang

Pengaktifan mediator kimia (Bradikinin,histamine)

Penekanan lokal

Marginasi leukosit

Radang vena (Plebitis)

Merangsang ujung-ujung saraf nyeri

Fenomena kemotaktis Nyeri Eksudat Pembengkakan

B. Tinjauan Tentang Prosedur Pemasangan Infus 1. Pengertian Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan memasukan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena sevalika) basilika dan mediana kubiti),pada tungkai (vena safena),atau vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak dan bayi). Selain pemberian infus pada

pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. 2. Tujuan a. Memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit b. Pengobatan dan pemberian nutrisi. 3. Persiapan alat dan bahan a. Standar infus b. Set infus c. Cairan sesuai program medik d. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai e. Pengalas f. Torniket g. Kapas alkohol h. Plester i. Gunting j. Kasa steril k. Bethadine l. Sarung tangan

4. Prosedur Kerja a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. b. Cuci tangan. c. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan kebagian karet atau akses slang kebotol infus. d. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar. e. Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan . f. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10-12 cm diatas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular (bila sadar). g. Gunakan sarung tangan steril. h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol . i. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena dan posisi jarum (abocath) mengarah keatas. j. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo). Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum

(abocath/surflo) maka tarik

keluar bagian dalam (jarum) sambil

meneruskan tusukan kedalam vena. k. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/keluarkan,tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar . kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan slang infus . l. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan. m. Lakukan fiksasi dengan kasa steril. n. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum. o. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

p. Catat jenis cairan,letak infus,kecepatan aliran,ukuran dan tipe jarum infus. (Hidayat - Uliyah,2005) 5. Lokasi Pemasangan Infus a. Vena sevalika(vena lengan) b. Vena baselika (vena lengan) c. Vena mediana kubiti(vena lengan) d. Vena savena (pada tungkai) e. Vena temporalis frontalis(vena yang dikepala)khusus untuk anak dan bayi f. Syarat lokasi pemasangan infus 1) Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu 2) Gunakan vena lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin 3) Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran yang cukup kuat dalam katetheter / Kanul Palpasi vena untuk memenuhi kondisinya 4) Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan menggangu aktivitas pasien sehari-hari 5) Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan prosedur -prosedur yang direncanakan. Pada pasien anak vena yang digunakan adalah vena lengan atas/distal, maenghindari daerah yang pergerakkannya aktif yaitu pada daerah kaki. Vena kepala boleh digunakan dan biasanya digunakan pada bayi (Schaffer-Garson,2000). g. Tipe vena yang harus dihindari Menurut Larocca,1998 adapun hal-hal yang harus diperhatikan untuk dihindari dalam pemilihan vena pada saat pemasangan infus adalah: 1) Vena yang telah digunakan sebelumnya 2) Vena yang telah mengalami plebitis 3) Vena yang keras dan sklerotik 4) Area-area fleksi termasuk fossa antecubiti atau

5) Vena-vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi sering terjadi 6) Cabang-cabang vena utama yang kecil oleh karena tidak kuat

sirkulasinya dan berdinding tipis sehingga apabila pembuluh darah tersebut dimasukkan keteter intravena dan dialiri cairan maka lama kelamaan mengalami kerapuhan.Hal ini merupakan jejas bagi pembuluh darah sehingga tubuh akan bereaksi dengan memberikan tanda radang. 7) Ekstremitas yang lumpuh. 8) Vena yang memar, merah dan bengkak 9) Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi 10) Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah. h. Unsur-unsur Dokumentasi Terapi Infus. 1) Tanggal dan jam dilakukan infus 2) Berapa kali usaha penusukan dilakukan 3) Diarea mana lokasi penusukan dilakukan 4) Nomor dan jenis kateter (macro set, donor set, micro set) 5) Semua perlengkapan intravena yang diperlukan 6) Cairan dan kecepatan infus jika pada saat infus dimulai 7) Apakah ada komplikasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah.

i. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemasangan Infus 1) Desinfeksi meliputi: a) Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan b) Mencuci tangan setelah melakukan tindakan c) Mencuci tangan dengan mengunakan sabun d) Melakukan desinfektan pada area punksi vena e) Melakukan tindakan punksi vena dengan teknik aseptik f) Menggunakan abocath yang masih dalam kemasan dan belum ekspier

10

g) Menggunakan set infus yang masih dalam kemasan dan belum ekspier h) Menutup area punksi vena dengan kasa steril i) Mengganti balutan infus setiap 24-48 jam bila kotor,lepas atau basah 2) Dan kelengkapan alat Adapun tindakan tindakan pencegahan spesifik terhadap plebitis. a) Gunakan teknik aseptik ketat saat memasang intravena atau mengganti balutan intravena b) Cuci tangan dengan tehnik mencuci secara desinfektan sebelum dan sesudah tindakan prosedural pemasangan infus c) Letakan jarum atau kateter dengan aman ditempat pemasangan. d) Ganti tempat pemasangan infus minimal 48 jam. e) Setelah memasukkan obat pada selang infus kemudian bilas dengan cukup cairan normal salin sebanyak 9 ml atau encerkan obat dengan cukup tepat sebelum obat diberikan pada pasien melalui selang infus. f) Pastikan bahwa larutan tidak diganti lebih lama dari 24 jam. g) Ganti balutan setiap 24-48 jam atau bila kotor, lepas atau basah. (Scaffer-Garson,2000)

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Flebitis 1. Lamanya Pemasangan Infus Perawatan klinis untuk mengurangi insiden plebitis yaitu dengan menganjurkan rotasi tempat infus setiap 48-72 jam walaupun sebuah studi audit oleh Stenchouse dan Butcher, 1996 tidak mendapatkan adanya korelasi antara lamanya kanula dengan plebitis dimana kanula diganti apabila ada tanda-tanda plebitis (Gould and Brooker,2003) pada pedoman cebters for disease dan intra venous society didalamnya berisikan selang harus diganti dalam waktu sebagai berikut:

11

a. Secara rutin tiap 72 jam dan bila kateter intravena diganti b. Jika ujung selang terkontaminasi akibat darah menyumbat selang maka harus dibilas segera. c. Setelah pemberian darah atau produk darah lipid dengan piggy back 2. Desinfeksi Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh organisme patogen pada benda atau instrumen, kecuali spora bakteria, dengan menggunakan campuran zat kimia cair atau pasteurisasi basah. Terdapat tiga tingkat desinfeksi : tingkat tinggi, sedang dan rendah. b. Desinfeksi tingkat tinggi yaitu membunuh semua mikroorganisme kecuali spora bakteri, cara ini dilakukan pada alat-alat yang masuk secara langsung ke dalam aliran darah atau area yang normalnya steril, seperti jarum, peralatan intravena dan kateter urine yang disterilkan oleh pabrik. c. Desinfeksi tingkat sedang yaitu membunuh bakteri, kebanyakan virus dan jamur kecuali spora bakteri. Beberapa desinfektan tingkat sedang seperti hipokhlorit mampu membunuh spora sedangkan alkohol atau golongan fenol tidak. Desinfeksi tingkat sedang dilakukan pada alat yang akan kontak dengan mukosa, misalnya speculum vagina, speculum hidung, tonometer, endoskop dan thermometer. d. Desinfeksi tingkat rendah, yaitu membunuh kebanyakan bakteri, beberapa virus dan jamur tetapi tidak dapat diandalkan untuk membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkal atau spora bakteri, cara ini dilakukan pada alat yang kontak dengan kulit utuh tapi bukan membrane mukosa, misalnya manset tekanan darah, hammer, gunting, alat-alat tenun, permukaan kerja. Berikut ini beberapa bahan kimia yang dipakai sebagai desinfektan : 1) Natrium hipokhlorit 2) Formaldehid 3) Fenol atau asam karbol 4) Yodium

12

5) Alkohol 6) Glutaraldehid Hasil dari prosedur desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor : beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda, type dan tingkat kontaminasi mikroba, struktur fisik benda, konsentrasi pH dari proses

desinfektan dan waktu pajanan serta suhu dan desinfeksi. Jenis - jenis Desinfeksi Tujuan : 1) Mencegah terjadinya infeksi silang 2) Memelihara peratatan dalam keadaan siap pakai Pelaksanaan : 1) Desinfeksi dengan cara mencuci Misalnya :

a) Mencuci tangan dengan sabun, dibersihkan dan kemudian disiram atau dibasahi alkohol 70%. b) Mencuci luka, khususnya luka kotor, dengan H202, Bethadin. c) Mencuci kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi, dengan larutan yodium Tinctura 3% dan dilanjutkan dengan alkohol 70%. d) Mencuci vulva dengan. larutan Sublimat 1/1000 atau PK 1/1000.

2) Desinfeksi dengan cara mengoleskan, misalnya a) Mercurochroom pada luka b) Alkohol 70%, Bethadin dan lain-lain pada luka bekas jahitan. 3) Desinfeksi dengan cara merendam Misalnya : a) Merendam tangan dalam larutan Lysol 0,5% b) Merendam peralatan perawatan atau kedokteran setelah dipakai, dalam larutan Lysol 3% -5%, sekurang-kurangnya dua jam.

13

c) Merendam alat tenun setelah dipakai oleh pasen berpenyakit menular, dalam larutan Lysol 3% 5% sekurang-kurangnya 24 jam. 4) Desinfeksi dengan cara menjemur di bawah sinar matahari misalnya : a) Menjemur kasur, bantal, tempat tidur dan sekurang-kurangnya dua jam untuk setiap permukaan. b) Menjemur peralatan perawatan, misalnya pispot dan lain-lain. 3. Aktifitas pasien Aktivitas didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan bergerak. Semua manusia yang normal memerlukan kernampuan untuk dapat bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan. Orang sakit memerlukan waktu yang lama ditempat tidur sehingga mereka mempunyai masalah dalam menjaga aktivitas kemampuan bergerak. Perawat perlu membantu pasien untuk menjaga kemampuan bergerak serta untuk mencegah penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat keadaan kurang bergerak (Priharjo, 1993). Semua pasien perlu mengetahui tujuan dan terapi mereka, perkiraan lamanya pengobatan dan pembatasan gerakan yang harus diobservasi selama pemberian infus. Selain itu pasien harus diajarkan untuk mengenali dan melaporkan tanda dan gejala dini plebitis. Aktivitas penyuluhan untuk mendorong kerja sama dan partisipasi pasien dalam perawatan meliputi tindakan-tindakan sebagai berikut : a. Diskusikan tanda dan gejala plebitis,misalnya pembengkakan, nyeri, panas, kemerahan atau rasa panas pada tempat pemasangan b. Jelaskan pentingnya melaporkan gejala-gejala kepada perawat. c. Diskusikan pentingnya tidak mengatur kembali kecepatan aliran atau menekuk atau menindih selang.

14

d. Perlihatkan pada pasien bagaimana menghindari menekan punksi vena bila berusaha duduk diatas tempat tidur mendorong tiang infus dan mengatur posisi lengan dengan kateter intravena e. Demonstrasikan bagaimana mencuci lengan dan tangan di area intravena tersebut untuk memastikan bahwa intravena tetap bersih dan kering (La Rocca - Otto, 1998). Jika pasien dijinkan turun dari tempat tidur, pasien dapat berjalan sambil mendapat terapi intravena. Jika intravena pasien diatur oleh pompa atau alat pengontrol, minta perawat untuk melepaskan instrumen sebelum turun. instrumen ini akan dihubungkan kembali jika anda kembali ketempat tidur. Ketika pasien sedang berdiri dan berjalan tiang infus harus didorong pelan-pelan dengan lengan pasien yang bebas sementara menahan lengan pasien yang dipasang kateter lebih rendah dari jantung pasien. Mempertahankan lengan anda yang dipasang intravena lebih rendah dari jantung mencegah darah mengalir balik keselang dan mempertahankan intravena mengalir dengan kecepatan yang benar, jangan sekali-kali menurunkan kantung intravena dari tiang infus Bila pasien ingin mandi tergantung pada tipe dan tempat pemasangan terapi intravena pasien, pasien mungkin diijinkan untuk mandi.Tanyakan perawat mengenai ijin atau instruksi mengenai mandi.Untuk menghindari tempat penusukan intravena agar tetap kering dan bersih (La Rocca - Otto, 1998) D. Kerangka Konsep Kerangka konsep yang dipergunakan dalam penelitan ini

dikembangankan berdasarkan tinjauan pustaka, yaitu bahwa lamanya pemasangan infus,desinfeksi dan aktifitas pasien merupakan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya plebitis (La Rocca-Otto:1998). Variabel lamanya perawatan infus,desinfeksi,aktifitas pasien

merupakan variabel independen dan plebitis merupakan variabel dependen. Adapun bagan variabel yang diteliti dapat dilihat sebagai berikut:

15

Lamanya Pemasangan Infus

Desinfeksi

FLEBITIS

Mobilisasi E. Hipotesis Dari kerangka konsep penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara lamanya pemasangan infus dengan terjadinya plebitis 2. Ada hubungan antara desinfeksi dengan terjadinya plebitis 3. Ada hubungan antara mobilisasi pasien dengan terjadinya plebitis

F. Definisi Operasional Definisi operasional pada masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Plebitis Defenisi : Radang vena yang ditandai nyeri,kemerahan,bengkak dan rasa panas pada lokasi punksi Cara ukur : Wawancara dan observasi pada pasien dengan

pemasangan infus Hasil ukur : Dikelompokan menjadi 2 kategori 0 : Tidak plebitis(bila skor < median ) 1 : Plebitis(bila skor > median) 2. Lamanya Pemasangan Infus Defenisi : lamanya pemasangan yang dibutuhkan pada pasien dengan pemasangan infus Cara ukur : Observasi pada pasien dengan pemasangan infus

16

Hasil ukur

: Dikelompokan menjadi 2 kategori 0 : < 3 hari 1 : > 3 hari

3. Desinfeksi Defenisi Cara ukur Hasil ukur : Suatu keadaan yang tidak bebas dari mikroorganisme : Observasi pada pasien dengan pemasangan infus : 0 : Septik

1 : Aseptik 4. Mobilisasi Defenisi : Pergerakan yang diilakukan oleh pasien selama

pemasangan infus Cara ukur Hasil ukur : Wawancara dengan pasien yang dipasang infus : Dikelompokan menjadi 2 kategori 0 : Immobilisasi 1 : Mobilisasi

17

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kohort study, yaitu melihat faktor-faktor yang berhubungan terjadinya Flebitis pada tindakan prosedural pemasangan infus di ruangan rawat inap Rumah Sakit Kota Palu tahun 2014 B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan Rumah Sakit Kota Palu yaitu di RSUD Undata Palu dan RS Anutapura Palu dan dilaksanakan pada bulan Maret s/d Agustus 2014. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berada diruangan Rawat Inap Rumah Sakit Kota Palu 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang di rawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Kota Palu pada bulan Maret s/d Agustus 2014. D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah

Accidental Sampling yang didasartkan pada covinience, karena berada pada waktu, situasi dan tempat yang tepat. E. Pengolahan Data Dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Editing Memeriksa Data yang terkumpul apakah ada keselahan. 2. Coding Pemberian nomor kode / bobot pada jawaban yang bersifat kategori. 3. Tabulating Penyusunan / perhitungan data berdasarkan variabel yang diteliti. 4. Cleaning

18

Memeriksa dan melihat variabel yang digunakan apakah datanya sudah benar atau belum. 5. Describing Menggambarkan / menerangkan data. F. Analisa Data Setelah memperoleh nilai skor dari tiaptiap variabel penelitian selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan komputer dalam progam SPSS 1. Analisa Univariat Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk. melihat distribusi frekwensi dan persentasi dari tiap variabel tentang lamanya perawatan infus, desinfeksi dan aktifitas pasien 2. Analisa Bivariat Untuk melihat hubungan variabel independen (lamanya perawatan infus,desinfeksi dan aktifitas pasien) dengan variabel dependen yaitu plebitis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan = 0,05 G. Penyajian Data Untuk penyajian data hasil penelitian,peneliti menggunakan cara penyajian dalam bentuk tabel disertai penjelasan-penjelasannya.

19

DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 8th. ed. Vol I, EGC, Jakarta. Budiman, 2011, Penelitian Kesehatan, Buku Pertama, Refika Aditama Bandung. Gould dan Brooker C, 2003, Mikrobiologi terapi untuk perawat, EGC, Jakarta. Hidayat A dan Uliyah, 2005, Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta,EGC. La Rocca JC dan Otto SE, 1998, Terapi Intravena, 2nd, EGC, Jakarta. Notoatmodjo, 2012, Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipte, Jakarta. Perry AG dan Potter, 1999, Keterampilan dan Prosedur Dasar, Terapi Memulai Terapi Intravena, 3rd. ed. EGC, Jakarta. Prince SA dan Wilson LM, 1994, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit : Pengenalan Patologi Umum Mekanisme Penyakit, Buku I, Edisi 4, EGC, Jakarta Schaffer dan Garzon, 2005, Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman Pembersihan Desinfeksi dan Sterilisasi, EGG, Jakarta. Subana M. Sudrajat, 2011, Dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung. Sudibyo, Rustika, 2013, Metodolgi Riset keperawatan, Cetakan Pertama, Trans Info Media, Jakarta. Wiranata, Muhammad, 2012, Hubungan Antara Jarak Pemasangan Dan Persendihan Denbgan Kejadian Flebitis Di Paviluin Mawar Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang,

20

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian A. Gaji dan Upah No. 1. 2. Nama Sudirman, SKM, M.Kes Firdaus J Kunoli, SKM, M.Kes Jam/ mgg 5 5 mgg/ bulan 4 4 Bulan kerja 6 6 Tarif/ jam 12.500 12.500 Sub Total B. Bahan dan Habis Pakai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama Bahan/Alat Kertas kwarto Kertas Stensil Buku Tulis Tip-X Bal Poin Boxi Map Folio Pensil 2B Spidol Transparan Transparan Kertas HVS Kertas Folio Hekter Kecil Hekter Besar Tinta Komputer Kalkulator Spidol Map Plastik Foto Copy Questioner Foto Copy Pedoman Wawancara Dokumentasi Tas Lapangan JUMLAH Volume 20 15 15 5 20 20 20 5 5 2 2 6 2 8 5 2 32 500 500 1 2 Satuan Rim Rim Buah Buah Buah Buah Buah Set Dos Dos Dos Buah Buah Dos Buah Dos Buah Lembar Lembar Paket Buah Biaya Total Harga Satuan/RP Rp 45.000 900.000 25.000 375.000 15.000 225.000 15.000 75.000 15.000 300.000 5.000 100.000 10.000 200.000 20.000 100.000 150.000 750.000 400.000 800.000 400.000 800.000 15.000 90.000 20.000 40.000 50.000 400.000 70.000 250.000 50.000 100.000 7.500 225.000 150 75.000 150 75.000 500.000 320.000 500.000 620.000 7.000.000 Total (Rp) 1.500.000 1.500.000 3.000.000

C. Perjalanan No Kota / Tempat Tujuan 1 2 3

Volume

Satuan Kali Kali Kali 3 org

Kampus-RS Undata 24 Kampus RS Anutapura 24 Konsumsi 24 JUMLAH

Biaya Total Harga Satuan/RP Rp 10.000 240.000 15.000 360.000 20.000 1.440.000 2.040.000

21

D. Pengeluaran Lain-Lain No Nama Bahan/Alat Penyusunan Laporan Seminar Hasil (lokal) Penggandaan Proposal Penjilidan Proposal Penggandaan Laporan Penjilidan Laporan Seminar Publikasai Di Jurnal Ilmiah JUMLAH Volume 1 1 140 7 500 10 2 1 Satuan Paket Paket Lembar Buah Lembar Buah Kali Kali Biaya Total Harga Satuan/RP Rp 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 150 21.000 5.000 35.000 150 75.000 15.000 150.000 500.000 1.000.000 300.000 300.000 3.581.000

Rekapitulasi Penggunaan Biaya Penelitian ----------------------------------------------------------------------------------------A. Gaji Dan Upah = Rp 3.000.000 B. Bahan dan Peralatan Penelitian = Rp. 7.000.000 C. Perjalanan = Rp. 2.040.000 D. Pengeluaran Lain-Lain = Rp. 3.581.000 -----------------------------------------------------------------------------------------Jumlah = Rp.14.621.000 ( Empat Belas Juta Enam Ratus Dua Puluh Satu Ribu Rupiah) ----------------------------------------------------------------------------------------Personalia Penelitian 1. Ketua Peneliti Nama : Sudirman, SKM, M.Kes

Tempat Tanggal Lahir : Laburasseng. 11 Maret 1983 NIDN Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Fakultas : 0911038301 : Laki-Laki : Penata Muda/III.a : Lektor :: Kesehatan Masyarakat Universitas

Muhammadiyah Palu Program Studi Waktu Penelitian : Ilmu Kesehatan Masyarakat : 8 Jam / Minggu

22

2.

Anggota Peneliti Nama : Nikma Utani Dewi, SKM, M.Sc

Tempat Tanggal Lahir : Jayapura, 16 November 1984 NIDN Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Perguruan Tinggi Program Studi Waktu Penelitian 1. Ketua Peneliti Nama : 0916118401 : Perempuan : Penata Muda/III.a : Tenaga Pengajar :: Universitas Muhammadiyah Palu : Kesehatan Masyarakat : 8 Jam / Minggu : Sudirman, SKM, M.Kes

Tempat Tanggal Lahir : Laburasseng. 11 Maret 1983 nidn Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Fakultas : 0911038301 : Laki-Laki : Penata Muda/III.a : Lektor :: Kesehatan Muhammadiyah Palu Program Studi Riwayat Pendidikan : a. Seolah Dasar (SD) Tahun 1995 di Bone b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun 1998 di Bone c. Sekolah Menegah Atas (SMA) tahun 2001 di Bone d. Sarjana (S1) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar, Tahun 2005 e. Strata Dua (S2) Pada Universitas Hasanuddin Makassar, Tahun 2012 : Ilmu Kesehatan Masyarakat Masyarakat Universitas

23

You might also like