You are on page 1of 90

Kata Pengantar

Puji Syukur saya panjatkan hanya kepada Allah SWT. Salawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang saleh yang mengikuti ajarannya.
Penyusunan Autobiografi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga Autobiografi ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya

ucapkan pula terima kasih kepada pihak-

pihak yang berpartisipasi dan selalu ada disamping saya dalam penyusunan autobiografi ini. Terimakasih untuk ayah, ibu, Hasna dan Salma yang selalu ada disetiap perjalanan saya. Terimakasih untuk para sahabat saya, para rekanrekan seperjuangan saya, dan para anggota organisasi, dan abang-abang yang telah memberikan saya

pengalaman hidup.

Dan terimakasih untuk seseorang yang disana, yang setia menemani selama penyusunan dan sebelum penyusunan autobiografi ini. Autobiografi ini saya tulis berdasarkan identitas diri dan pengalaman hidup saya. Tentang perjalanan hidup saya, dengan semua orang-orang yang

menguatkan saya di zona nyaman bagi saya. Dengan menulis autobiografi ini saya seperti menyelami kehidupan masa lalu dan menggalinya kembali.

Bandung, Desember 2013

Penulis

Daftar Isi
Halaman Kata Pengantar ...... Daftar Isi ... 1. Masa Kecilku . 2. Putih Merahku 3. Merantau Part I .. 4. Merantau Part II . 5. Come Back . 6. Putih Biruku 7. Dia .. 8. Putih Abu-abuku . 9. Pengalaman, Organisasi dan Keluarga.. 10. Merekalah Sahabatku . 11. Masa Akhir Jabatan . 12. The Warehouse 13. Pak Presiden 14. Detik-detik Terakhir di Zona Nyaman 15. Wisuda . 16. Saatnya Keluar Dari Zona Nyaman. 17. Membangun Zona Nyaman Baru .
3

1 3 4 7 9 14 17 19 25 32 37 43 52 56 61 64 70 76 86

Masa Kecilku
Namaku Khansa Halimatus Sadiyah, biasa dipaggil khansa, tetapi keluargaku sering menyebutku dengan sebutan mba Aca. Ya aku anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahku berasal dari jawa oleh karena itu aku dipanggil dengan sebutan mba. Sabtu. 10 Februari 1996 adalah hari bersejarah bagi keluargaku. Kedatangan anak pertamanya, titipan Allah yang pertama. Tak hanya menjadi anak pertama, tetapi sekaligus menjadi cucu pertama bagi keluarga ayahku. Hal itu mebuat aku menjadi sorotan utama bagi keluargaku. Semua kasih sayang ayah, ibu, mbah, tante, dan om tercurahkan semuanya kepadaku. Aku bahagia, seperti layaknya anak seusiaku. Kebahagiaanku semakin terasa lengkap, ketika diusiaku yang ketiga aku mendapatkan hadiah adik mungil lucu yang diberi nama Hasna Fathimah Azzahro, yang menjadi teman sepermainanku sekaligus saudara

kandungku, menjadi sandaranku ketika menangis bahkan terkadang menjadi penyebab tangisanku.
4

Ia adalah

perempuan yang kuat, tegar, seonggok mutiara yang nantinya akan bersinar terang karena telah dipoles oleh guratan-guratan hidup yang keras. Ya suatu saat nanti, bahkan mungkin aku tak sekuat dia, tak sedewasa dia. Sering kali aku merasa seperti adiknya yag sedang ia rangkul, yang sedang ia bantu menyebrang selokan kecil hanya karena aku terlalu takut menyebrang ketika kami sedang bermain. Bahkan ia menjadi dewi penyelamatku ketika malam tiba aku harus terbangun karena ingin kekamar mandi, ia setia mengantarku bahkan

menemaniku walau tak jarang dibarengi oleh gerutunya yang tak terdengar jelas karena ia berbicara dalam keadaan setengah sadar. *** Selayaknya anak seumuranku, kami tak kenal masalah yang kami ketahui hanyalah tertawa, bermain ayunan tanpa beban apapun. Waktu terus berjalan, aku memulai peran baruku. Diumurku yang masih terbilang balita, aku sudah menginjak dunia pendidikan.
5

Memulai taman kanak

kanak diusia 4 tahun, aku mulai belajar membaca, menghitung, mewarnai, tak lupa pula mengaji.

Kuhabiskan waktu 1 tahun untuk belajar ditaman kanakkanak, setelah itu aku melanjutkan pendidikanku kejenjang yang lebih tinggi.

Putih Merahku
Diusiaku yang baru menginjak 5 tahun, aku resmi menjadi siswa SDN Mustika Jaya III. Buka suatu hal yang mudah untukku, diumurku yang masih dini aku sudah harus bersaing dengan anak-anak yang usianya diatasku. Hal itu yang membuatku terkadang meras

tidak paham dan lebih mengauhkan sekolahku. Waktu itu yang aku kenal hanyalah bermain, bermain dan bermain. Bahkan ketika guruku memberikan PR aku selalu tidak mengetahuinya. Setiap kali ibu bertanya

kepadaku setelah aku pulang sekolah tentang ada PR tidak hari ini ? pasti jawabanku adalah tidak tahu. Ya itu yang selalu ibu ceritakan padaku tentang masa kecilku, sampai akhirnya ibu harus setiap hari menungguiku disekolah sampai aku pulang sekolah, bahkan ibu yang selalu bertanya-tanya pada teman sekelasku tentang PR. Ahh dasar merepotkan saja aku ini. *** Semakin kesini semakin aku mengerti apa itu sekolah.
7

Semakin aku menyadari bahwa sekarang

sekolahku berbeda dengan sekolahku yang dulu. Aku sudah naik tingkatan itu artinya aku harus bias lebih giat lagi. Semakin kesini akupun semakin tahu bagaimana yang seharusnya dilakukan selayaknya murid-murid yang lain.

Merantau Part I
Tahun ini adalah tahun ketigaku disekolah dasar. Sungguh aku tak habis fikir waktu itu, ayah dan ibu sepakat bahwa kami akan pindah ke Pekanbaru, Ria. Karenaayah ditugaskan disana. Akhirnya kami

sekeluarga pindah kesana, kepulau Sumatera. Pengalaman tersendiri bagiku, bahkan Tak

pengalaman yang tak kulupakan tentang ini.

terfikirkan untuk pindah, apalagi smpai menyebrang pulau seperti ni. Menyebrang pulau berarti tak hanya beradaptasi seadanya saja, karena ini adalah menyebrang pulau, berarti menyebrang ketempat orang lain, ketempat yang tradisnya amat sangat berbeda dengan segala kebiasaan serta adat yang berbeda pula. Aku resmi menjadi salah satu siswi di SDN Jaya Mukti 202 Dumai Timur, Pekan Baru. Setelah beberapa bulan kami tinggal disana, ternyata aku sudah mulai akrab dengan para tetanggaku yang umurnya hampir sebaya denganku. Mungkin karena dulu kami masih

kecil, sehingga lebih mudah akrabnya.


9

Aku

menikmati

hidupku

yang

sekarang,

bersekolah dan mulai meniti prestasiku, bermain dengan para tetangga baruku, dan kehangatan diruma yang semakin terasa karena kedatangan seorang lagi anggota baru dikeluarga kami. Ya dia adalah adikku yang kedua, simanis yang lucu dengan pipi tembamnya yang kemerah-merahan, sangat amat menggemaskan. Dengan sangat pesatnya diumurnya yang masih enginjak 10 bulan, ia sudah mulai belajar berjalan. Melihat langkah mungilnya yang masih tertitah-titah, melihat ia terjatuh dan tanpa kapoknya berdiri lagi dan mulai

melangkahkan langkahan mungilnya kembali, terjatuh lagi dan terus seperti itu tanpa kenal lelah. Terkadang ia nakal, terkadang langkahnya begitu jauh sampai mengantarkannya keluar dari pagar rumah, setelah itu ia jongok dan mulai memainkan seonggok pasir yang ia lihat, dan tak lama setelah itu satuduatigaaaaaterdengarlah suara tangisannya kesakitan karena digigiti semut merah yang bersarang di pasir itu. Setelah itu ibu menggendong dan

menenanginya sekaligus memberikan minyak kayu putih


10

sebagai pertolongan pertama, tak tega aku melihatnya, sekarang kaki mungil itu dipenuhi oleh bentolanbentolan merah. Sambil menangis dan menunjuk-nunjuk kakinya yang memerah sambil ia mengoceh dengan bahasa bayi yang entah bagaimana bunyinya, tetapi yang jelas maksudnya adalah ia ingin mengatakan bahwa semutnya nakal udah bikin kaki ade jadi sakit. Hmmm Salma Siti Humairoh mba sayang kamu *** Dan disaat inilah aku merasakan pertama kalinya tertarik dengan lawan jenisku. Yaa Cuma sekedar sukasukaan anak kecil, atau orang sering sebut cinta monyet. Tapi setelah itu aku menyadari bahwa ini adalah perasaan sayang seperti layaknya seorang adik sayang kepada abangnya. Bang Afik, dengan sebutan itu aku memanggilnya (disana sebutan untuk laki-laki yang lebih tua adalah abang). Seorang laki-laki keturunan Jawa

yang sama-sama merantau sepertiku. Entah apa yang kurasakan, kedekatan dengannya membuatku merasa nyaman, bahkan aku cemburu ketika ia lebih perhatian kepada temanku-uci-dibandingkan denganku.
11

Tetapi

makin kesini aku makin menyadarinya, ini adalah kenyamanan yang tumbuh karna keinginanku yang menginginkan merasakan sekali merasakan memiliki kakak,

perlindungannya,

merasakan

diasuhnya,

mungkin karena aku anak pertama makanya aku inginnnn sekali merasakan hal itu. Dan ketika aku dapat merasakan hal seperti itu aku dapat merasakan kenyamanan itu, kenyamanan perlindungan seorang kakak terhadap adiknya. sudah menganggapnya seperti kakakku Aku

sendiri,

begitupun dia. bermain.

Ia amat melindungiku disetiap kami

Ada juga kak Lidya, Tamara, Oni, Angga,

Fahmi, Ucok, Nisa, dan tak lupa sepupuku sendiri Nauval, Ica, Ismail yang menjadi teman sepermainanku saat itu. Mereka yang mewarnai hidupku untuk setahun kedepan ini. Yaa hanya setahun aku di Pekanbaru,

setelah itu kami kembali ke Bekasi. Karena ayah tak kerasan bekerja disana. Kebiasan dan pergaulan

lingkungan disekitarnya masih banyak yang sering minum-minuman, dan main gapleh dan sejenisnya itu yang membuat ayahku mengambil keputusan untuk
12

kembali lagi ke Bekasi, tidak baik juga lingkungannya untuk pertumbuhan anak-anak ujarnya. Tak akan pernah kulupakan kawan-kawanku disana. Tak akan pernah kulupakan warna hidupku Terlebih bang Afik, harapanku

untuk setahun ini.

semoga saja ungkapan bahwa dunia ini hanya selebar daun kelor bener bener terjadi dihidupku, semoga saja ia kembali ke Pulau Jawa lalu bertemu lagi denganku. Yaa hanya sekedar harapan. Tapi bagaimana ya keadaannya sekarang ini ? yasudahlah, biar waktu yang

menjawabnya nanti.

13

Merantau Part II
Ternyata aku tidak kembali lagi ke Bekasi, mungkin karena waktu itu aku masih terlalu kecil untuk mengetahui urusan keluargaku. Aku hanya bisa

mengikuti alur dan bertanya-tanya, apa yang selanjutnya akan terjadi. Ternyata keluargaku lebih memilih tinggal di Cirebon, kota kelahiran ibuku. Tinggal dipedesaan

memberikan warna sendiri bagiku. Orangnya ramah tamah, santun, dan masih memegang teguh adat. Rasa gotong royong yang tinggi dean saling menghargai tentaram sekali rasanya. Waktu itu aku bersekolah di salah satu sekolah dasar negeri yang berada

diperkampungan Jatirenggang. Tempat mbahku tinggal sekaligus menjadi tempat tinggal kami disana. Letaknya yang begitu dekat dengan rumah mbahku, hanya diselingi oleh beberapa rumah. Itu yang menyebabkan setiap saatnya waktu istirahat, aku lebih memilih untuk pulang kerumah sekedar untuk makan atau beristirahat. Namun seiring berjalannya waktu ketika aku sudah
14

memiliki teman-teman, jarang sekali aku pulang ketika waktu istirahat. teman Menghabiskan waktu bersam temansekedar jajan-jajan makanan

disekolah,

tradisional, atau bermain permainan tradisional pula. Atau sesekali kuajak temanku untuk kerumah mbahku ketika waktu istirahat tiba. Memakan ice cream atau sekedar bermain dipekarangan rumah mbahku. Berkawan dengan mereka itu rasanya tak hanya sekedar berkawan, tetapi sudah seperti bersaudara. Intan, Dewi, Ulfah, Dini, dan Hana mereka adalah saudara baruku. Saudara seperjuanganku. *** Hari ini akhirnya datang juga. Aku merasakan perpisahan yang kesekian kalinya. Aku merasakan hal yang sama untuk yang kesekian kalinya, harus keluar dari zona nyaman padahal baru saja zona nyaman itu berhasil aku bangun. Hari ini aku sudah tidak masuk sekolah lagi. Hari ini aku masih disibukkan dengan pengepakan barang-barang.
15

Keberangkatan kami menuju kota

Bekasi tinggal beberapa saat lagi, pengemasan barang sudah kami selesaikan dan sekarang waktunya kami berpamitan. Tak akan pernah kulupakan hal ini. Ketika aku keluar dari rumah, ternyata teman-teman sekelasku sudah menanti. Sekelas, ya sekelas! 40 saudaraku

berkumpul dihalaman rumah mbahku hanya untuk sekedar berpamitan denganku, melepaskan kepergianku. Ini benar-benar berbeda, inilah mereka dengan segala ketulusannya. Tak akan pernah kulupakan

16

Come Back
Aku kembali lagi kekota kelahiranku, Bekasi. Kembali kesekolah asalku, SDN Mustika Jaya III, kembali bertemu dengan kawan-kawan lamaku. Kawankawanku yang masih sama seperti dulu. Hanya selang 2 tahun kami berpisah dan tak disangka akhirnya kami berkumpul kembali. Tak banyak cerita ketika dimasa itu karena aku tidak perlu beradptasi lagi. Semuanya masih sama, masih amat sangat terasa sama. Aku bertemu kembali dengan Vira, sahabatku. Namun sekarang kami tak sedekat dulu, jarak dan waktu yang membuat kami seperti ini. Aku amat sangat merasa kehilangan, ternyata ketika aku pindah, ada anak baru disekolahku, pindahan dari lampung. Amel namanya, dan dialah yang menjadi sahabat Vira saat ini. Aku merasa tergantikan, bahkan semenjak itu aku benci pada mereka berdua. Aku benci karena aku cemburu !

17

Sekarang aku tak pernah mempermasalahkannya lagi. Aku dan mereka sekarang menjalani keseharian disekolah dengan masing-masing, tak pernah bersama lagi. Sekarang aku lebih focus kepada EBTANAS yang sebentar lagi ada dihadapanku, Ujian akhir pertamaku. Tak terasa sekarang aku berada dipenghujung akhir Sekolah Dasarku. Sekarang aku sudah mulai sibuk

dengan beberapa tryout, latihan menghadapi EBTANAS melalui tryout ini lebih memantapkanku untuk

menghadapi EBTANAS nanti. Dan akhirnya EBTANAS pun tiba. Aku

menjalaninya bersama dengan seluruh kawan-kawan seangkatanku. Singkat cerita, tahun 2007 aku lulus dari Sekolah Dasar dan melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

18

Putih Biruku
Aku bersekolah di SMP Negeri 26 Kota Bekasi. Ini menjadi kali pertamanya aku menjalani Masa Orientasi Sekolah atau orang kerap kali menyebutnya dengan sebutan ospek. barang dengan Disuruh membawa barangyang aneh, sangat

sebutan

membingungkanku. Coklat ratu silver, nasi jelek, pulpen laki-laki dingin dan sebagainya amat sangat membuatku bingung. Ingat sekali, ayah siap siaga membantuku.

Dihari pertama brefeeng tentang persiapan ospek hari esok, ayah mengantarkanku. Seusai brefeeng ayah

menjemputku lagi. Sesampainya dirumah ayah, ibu dan aku melihat catatan-catan yang perlu dibawa untuk ospek hari pertama, kami sama-sama menerka-nerka apa kira-kira jawaban atas sederetan nama-nama aneh itu. Diselingi dengan canda tawa dan akhirnya semuanya berhasil kami tebak, yaa baru sekedar tebakan, entah benar entah salah. Hari ini adalah hari pertama aku ospek, jam setengah enam sudah harus di Sekolah.
19

Ingat sekali

dengan

kata-kata

seniorku,

seakan-akan

suaranya

terngiang-ngiang di telingaku dan akhirnya wajah garang si senior itu pun muncul dalam imajinasiku. Aku berniat pokoknya engga boleh telat. Ini lagi ospek, kalo aku telat bisa-bisa aku habis jadi bahan kerjaan para senior garang itu. Segera aku bangun dan bergegas mandi. Tapi entah rasanya beraaat sekali Terlalu santai menyiapkan

menggerakkan badan ini.

diri, ternyata aku terlena oleh waktu. Yasudahlah alamat terlambat ini sih. Dan benar saja dugaanku, AKU TERLAMBAT! Setelah sepanjang jalan mendengar omelan dari ayah gara-gara aku engga bisa mengatur waktu. Setelah itu aku bergegas memasuki gerbang sekolah, menyusuri gedung demi gedung mencari ruangan kelasku. Dan

benar saja, semuanya sudah lengkap, kecuali aku dan anak laki-laki itu yang tadi berbarengan denganku bergegas memasuki ruangan. Kufikir aku selamat,

paling tidak aku tidak telat sendirian. Akhirnya aku dan laki-laki itu yang menjadi bahan kerjaan para senior.

20

Kenapa kamu telat? Tanya senior itu kepada laki-laki itu. Macet ka, rumah saya jauh jawabnya. Rumah jauh, emang rumah kamu dimana? Seberapa jauhnya sih? tanyanya lagi. Di Lambang Sari ka jawab lelaki itu sambil menunduk. Di Lambang Sari? Di Lambang Sari kamu bilang jauh? Jauhan mana sama Tambun? Rumah kaka di Tambun tapi kaka bisa sampe sini jam 5 subuh. Kenapa kamu yang rumahnya di Lambang Sari engga bisa sampe sini jam setengah 6? sahut senior itu sambil berkacak pinggang. Dan si laki-laki itu hanya terdiam. Banyak

timpalan-timpalan dari senior-senior yang lain yang menyerukan bahkan membentak agar si laki-laki itu menjawab. Benar-benar menegangkan, itu pengalamanku pertama kalinya menjalani ospek.
21

Aku belum tahu

bahwa itu hanya pura-pura saja, hanya menguji mental kita saja. Haduhhh bagaimana nanti nasibku? Pikirku waktu itu. Kamu juga, kenapa bisa terlambat? Macet juga? Jauh juga rumahnya? Kesiangan? Ada yang ketinggalan makanya balik lagi? Engga ada angkot? Apa kenapa? ujarnya senior secara tiba-tiba sehingga mengagetkanku, membuyarkan lamunanku. Waduhhh tiba giliranku sekarang yang akan kena terkam senior garang itu pikirku dalam hati. Aku harus jawab apa? Aku hanya bisa terdiam. "yaudahlah pasti jawabannya engga jauh-jauh dari yang kaka sebutin tadi" ujarnya Singkat cerita, aku sama laki-laki itu disuruh suap-suapan roti didepan teman-teman sekelas. Ternyata nama lelaki itu Febri, ia sering dipanggil ebi. Aku mengetahui namanya karena

sekarang kami berteman, kami sempat sekelas ketika kami duduk dikelas 9.
22

Hari pertama ini cukup berkesan, paling tidak aku punya cerita tersendiri tentang perjalanan ospek pertamaku dihari yang pertama pula. Akhirnya acara hari ini selesai, ditutup dengan brefeen pemberitahuan apa-apa saja yang harus dibawa untuk keesokan harinya. Aku pulang dengan membawa segala bekas perlengkapanku tadi, dan setumuk teka-teki yang harus dipecahkan lagi bersama ayah dan ibu. Ayah...ibu... Mba pulang bawa teka-teki lagi, tunggu kedatangan mba yaaaa ujarku dalam hati.. Hari kedua... Hari ini aku engga telat lagi. Aku juga semakin tahu kalau marah-marahnya mereka itu cuma pura-pura, jadi paling tidak aku engga setegang kemarin ketika senior-senior itu mulai mengamuk lagi. Pokoknya hari kedua lancaaaar. Dan tiba saatnya hari ketiga, saatnya yang ditunggu-tunggu. Hari ini adalah hari terakhir kegiatan
23

ospek. Ditutup dengan pentas seni. Ada beberapa penampilan, penampilan dari para senior yang memiliki antusias yang lebih tinggi. Kali ini mereka terlihat lebih ramah tamah, tak seperti ketika ospek masih

berlangsung. Mereka terlihat lebih bersahabat, seakanakan muka garang dan sangarnya hilang begitu saja. Jam setengah enam sore aku baru keluar dari gerbang SMP Negeri 26 Kota Bekasi, sekolah baruku. Disinilah nanti aku menemukan keluarga keduaku. Senja ini masih terasa asing sekali. Tapi aku yakin, suatu saat pasti aku akan terbiasa dengan keadaan senja seperti ini, senja disekolahku.

24

Dia
Hari ini aku resmi menyadang gelar siswi SMP Negeri 26 kota Bekasi. Aku masuk dikelas 7.1, katanya sih ini kelas unggulan, walaupun masih katanya. Sebulan, dua bulan, tiga bulan dan aku merasakan hal itu. Persaingan disini amatlah ketat, terlihat keunggulan-keunggulan diantara teman-teman sekelasku. Apalagi dia, laki-laki yang bernama Ahmad Fariz Rizki, ketua kelasku waktu itu. Cerdasnya luar biasa, tetapi yang aku salut dengannya ia tidak pernah menyombongkan kepintarannya. Dia bersikap

sewajarnya anak biasa, tetapi sekalinya ia berargumen waaaaw salut aku dengan argumennya. Dan

kepintarannya itu yang membuatku memendam rasa ini, rasa kagum kepadanya. Diam-diam aku menjadi tersipu malu jika berinteraksi dengannya. Entah apa ini, aku tak mengerti saat itu. Tapi tak apalah, paling tidak ia menjadi motivasiku, tanpa ia mengetahuinya.

25

PMR, ekstrakulikuler itu pun mempertemukan kami kembali. Tak hanya hari senin sampai jum'at-ketika dikelas-aku bertemu dengannya. Sekarang ditambah hari sabtu, karena ekstrakulikuler yang sama. Aku ingat itu, sejak pertama kali masuk ekstrakulikuler, ketika diklat, ketika pelantikan, dan sampai sekarang ketika kami sudah menjadi senior. Beitupun dikelas, sejak pertama kali masuk, ketika pemilihan ketua kelas yang akhirnya memberikan amanah kepadanya, ketika UTS, ketika UAS, ketika pergantian semester dan akhirnya kenaikan kelas. Tak terasa, benar-benar tak terasa. Dan ketika semua itu terjadi, ketika itu pula aku selalu memperhatikannya dari jauh. Menjadikannya motivasi hidupku, tanpa ia ketahui. Kenaikan kelas akhirnya datang juga. Sekarang aku memasuki kelas yang baru, dengan teman-teman yang baru juga. Dan kali ini aku tidak sekelas lagi dengannya. Tahun ini aku tidak berada dikelas unggulan. Tapi dia tetap menjadi motivasiku, dia menjadi penyemangatku, dia yang membuatku untuk menorehkan
26

prestasi ditahun ini. Supaya tahun depan aku bisa masuk kelas unggulan lagi, bisa sekelas lagi dengannya. Yaaa benar-benar aneh saat itu. Karena lelaki jadi mati-matian belajar. "Ifa jadian ya sama fariz?" ujar debby dikala itu. "Ha? Emang? Ifa yang anak 8.2?" sahut ana. "Iya ifa itu. Denger-denger sih gitu. Tapi tau deh bener apa engga" ujar Debby. Ingaaaat sekali saat-saat itu. Dan ternyata benar saja gosip-gosip miring itu. Sakit, pasti sakit rasanya. Tapi entah apa yang menguatkanku, apa yang menjadi alasanku untuk tetap menjadi pengagum rahasianya, mengaguminya dari jauh. Merasakan sakit ketika mengetahui bahwa ia milik erempuan lain, lalu bangkit lagi ketika mengetahui hubungan mereka kandas ditengah jalan. Dan merasakan sakit lagi, dan terus seperti itu tanpa berani untuk maju, untuk dekat, dan untuk membuatnya tahu tentang ini. Aku tetap terdiam disini, memendam semuanya.

27

Hingga ditahun ketiga tetap seperti itu. Ditahun ketiga aku duduk dibangku SMP aku berhasil menjadi salah satu murid dikelas unggulan lagi. Sekelas lagi dengannya, ditahun terakhirku di SMP. Vira kembali lagi. Aku sekelas lagi dengannya, dan akhirnya hubungan kami pun membaik, kedekatan kami juga sudah mulai terjaga. Bahkan di semester dua ini, aku dan dia menjadi teman sebangku. Kami berteman dekat lagi. Tak bisa kupungkiri kenyaman itu masih terasa sama ketika dulu aku juga bersahabat dengannya. Setelah 3 tahun aku memendam semua ini sendirian, entah mengapa dengan begitu mudahnya aku menceritakan apa yang kurasakan ini kepada vira. 2 orang yang menjadi motivasi untukku ditahun ketiga ini. *** Sudah bulan-bulan terakhir kegiatan belajar dan mengajar sebelum akhirnya Ujian Nasional. Dibulanbulan ini kami lebih disibukkan dengan pedalaman materi.

28

Try Out-Try Out pun sudah kami laksanakan sebagian. Semakit dekat dengan hari H rasanya. Dan disaat seperti ini... "Khansaaaaa fariz khans fariz" seru vira "Bundo ih jangan kenceng-kenceng ngomongin fariznya. Nanti pada curiga lagi" sahutku sambil berbisik. "Ihh lagian lo pasti kaget khans kalo ngedenger ini" "Emang apaan sih bun?" "Fariz khans fariz jadian sama eka" Aku hanya bisa terdiam mematung. Eka teman sekelasku, eka dan fariz sekelas denganku. Haruskah ini? Ketika aku harus fokus pada Ujian Nasional, ketika aku membutuhkan dia untuk jadi motivasiku... ***

29

Minggu ini menjadi minggu-minggu terakhir sebelum minggu tenang. Dan musibah, aku malah terkena cacar diminggu-minggu terakhir ini. Alhasil aku mengikuti Ujian Nasional ditemani dengan bentol-bentol merah yang menimbulkan rasa gatal, terkadang

membuyarkan konsentrasiku. Belum gara-gara yang kemarin, sekkarang ditambah ini. Yaa tinggal menunggu hasilnya lah. Paling tidak aku sudah memberikannya semaksimal mungkin. Bismillahirrohmanirrohim.... *** Pengumuman telah kuterima. Alhamdulillah aku lulus. Langsung kusampaikan kabar gembira ini kepada ayah dan ibu, dan juga kedua adikku. Alhamdulillah Ya Allah... Dan sekarang saatnya acara pelepasan. Dengan keadaanku yang masih seperti ini, cacarku belum hilang benar. Masa iya aku perpisahan dalam keadaan seperti ini?

30

"Khansa ih ayo ikuuuut. Pokoknya kalo lo engga ikut, gua juga engga mau ikut" ujar vira seraya meninggalkanku "Bundooo mau kemanaaa?" kataku sambil mengejar dia menuju kantin sekolah. Yasudah lah aku ikut perpisahan, demi kawanku yang satu ini. *** Ini benar-benar perpisahan. Perpisahan yang tak kan pernah kulupakan. Perpisahan bersama teman-teman seperjuanganku. Dan perpisahan dengannya, Ahmad Fariz Rizki...

31

Putih Abu-Abuku
Sekarang saatnya aku memasuki jenjang yang lebih tinggi. Sekarang saatnya masa SMAku, ketika aku SMP seperti melihat orang yang dewasa ketika melihat orang-orang yang mengenakan seragam abu-abu,

inginnn sekali rasanya. Dan sebentar lagi aku akan merasakan hal itu, 3 hari lagi. Setelah ospek maka aku resmi menyadang status pelajar SMA, sebentar lagi aku akan mengenakan seragam itu. Setelah ospek ini. Esok aku sudah mulai menjalankan ospek, hari ini brefeeng telah selesai dijalankan. Sudah

mengantongkan daftar barang-barang yang harus dicari, akhirnya aku langsung mencarinya dengan temanku, cici. Ingat sekali ospek waktu itu, aku masih ditemani ayah untuk mencari perlengkapan ospek, paling tidak sekarang ada peningkatan aku mencarinya sendiri ditemani dengan temanku. Hari ini hari pertama ospek, paling tidak aku sudah tidak kaget lagi ketika senior-senior itu mulai membentak-membentak, alhasil ospek kali ini aku jalani
32

lebih santai, menikmati setiap kegiatannya. Tak terasa, akhirnya ospek pun selesai. Ditutup dengan apel penutupan dan pelepasan atribut ospek. Alhamdulillah besok aku sudah resmi menjadi siswi SMA Daya Utama Bekasi. *** Berdempet-dempetan mencari nama Khansa Halimatus Sa'diyah diantara sederetan nama. Ternyata namaku berada dikelas X.1. X.1 itu kelas RSBI, sedangkan aku tak berniat masuk kesana. Tapi entah kenapa namaku malah terpampang dideretan nama dikelas X.1 , alhasil hari pertama aku berada dikelas X.1. Dihari kedua aku baru memasuki kelasku yang sesungguhnya, kelas X.2. Ternyata tak cuma aku yang salah menempatkan nama. Ada juga beberapa orang pindahan dari kelas X.1. Aku mulai beradaptasi, dan berkenalan dengan temanteman sekelasku.

33

Dwi Wulan, teman sebangkuku. Awalnya aku tak mengenalnya, ia terlihat sangat amat jutek judes yaa pokoknya seperti itu lah. Tetapi setelah mengenalnya tak seperti yang kufikirkan lah. Akhirnya aku dekat dengan teman-temannya Pansy dan Ayu, dan sejak saat itu lah aku sudah mulai merenggang dengan Cici. Aku berteman dengan mereka dan itu menyebabkan aku menjadi kenal dengan Ratih. Namun pertemanan kami tak berjalan lancar, semakin kesini semakin terasa ketidak cocokan diantara kami. Apalagi setelah insiden itu, insiden dengan guru sosiologiku semasa SMA. Aku bolos ketika mata pelajaran sosiologi dengan mereka. Ini juga kemauanku, mereka tidak menghasutku untuk ikut-ikutan bolos. Tetai anak-anak sekelasku mengira bahkan aku dihasut oleh mereka. Dan akhirnya terjadi kesalah pahaman diantara kami berempat. Pansy, Ayu, Wulan engga terima kalo mereka dibilang menghasutku, dan memang itu

kenyataannya. "Gua engga enak le sama anak-anak dikiranya kita bertiga yang ngasut lo buat ikut-ikutan cabut.
34

Padahal emang kemauan lo kan ? Lagian sebandelbandelnya kita bertiga engga sampe lah ngajak orang buat ikut-ikutan bandel. Kesannya kita ngerusak lo banget le" kata Pansy waktu itu ketika kami selesai dihukum. (oh iya waktu SMA aku dianggil dengan sebutan lele, karena ketika itu sepatuku ada yang mirip bentuknya dengan ikan lele) "Iya pen gua tau kok. Nanti gua jelasin keanakanak, pasti mereka ngerti kok. Lo tenang aja ya" sahutku. Aku sudah menjelaskan kepada teman sekelasku setiap kali mereka bertanya kenapa aku bisa ikut-ikutan bolos, dan aku menjawab jika itu memang keinginanku sendiri, bukan karena hasutan mereka. Pokoknya semenjak kesalah pahaman itu lah akhirnya hubungan kami merenggang. Hanya selewat, mungkin bukan mereka, mungkin belum saatnya aku bertemu dengan sahabat sejatiku. Sekarang entah disengaja atau tidak, kami seperti menjauh dengan sendirinya, tak sedekat dulu. Dan seiring berjalannya waktu, kami mempunyai jalan
35

masing-masing yang baru, dengan teman dekat yang baru juga. Terkecuali Ratih, sampai sekarang ia masih menjadi salah satu sahabat baikku.

36

Pengalaman, Organisasi, dan Keluarga


Tak terasa benar-benar tak terasa, ini sudah saatnya kenaikan kelas. Alhamdulillah prestasiku masih bertahan. Hari ini penyerahan sertifikat berprestasi yang kedua kalinya, setelah semester kedua kemarin aku mendapatkannya juga. Kelas 11 ? Aku sudah kelas 11 ? Ah tak percaya sekali rasanya. Sepertinya baru kemarin aku

melaksanakan ospek. Baru kemarin aku masih memakai topi setengah bola dan membawa tas karung, dan sekarang aku sudah kelas 11. Dikelas 11 ini aku memilih jurusan IPS ketika diadakan penjurusan. Dan seperti biasa, IPS selalu dipandang dibawah. Aku tidak terima, akhirnya aku bertekad, suatu saat akan kubuktikan bahwa aku akan menjadi seseorang yang sukses melalui jembatan IPS. Aku menjaga prestasiku, paling tidak untuk diriku sendiri dulu. Kutingkatkan prestasiku, kutunjukkan bahwa tak hanya IPA saja yang bisa berprestasi, tapi IPS juga. Dan ketika pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS
37

akupun maju menjadi perwakilan kelas. Awalnya aku ragu, aku tak punya pengalaman berorganisasi

sedikitpun, waktu SMP aku tak pernah mengikuti OSIS. Ketika SMA kelas 10 pun aku tak mengikutinya. Masa iya aku tak punya bekal apa-apa tiba-tiba nekat maju mencalonkan diri sebagai wakil ketua osis? Dan mereka lah yang menguatkanku, Lukman calon partner kerjaku nanti. teman-teman sekelas. Ayo le demi IPS. Buktiin kalo IPS juga bisa. Tahun kemarin udah IPA yang mimpin, sekarang kita bikin IPS yang mimpin le ujar Lukman. Dan kata-kata itu mengingatkanku pada tekad awalku, memajukan nama IPS. Ya aku harus bisa. Dan fiks dengan tekad dan keinginan untuk belajar serta dukungan dari temanteman, aku dan Lukman maju membawa nama IPS. Tahap demi tahap kami lalui. Mulai dari Sahabat-sahabatku dan

wawancara oleh WAKASEK kesiswaan dan beberapa rekan guru, lalu wawancara dengan Kepala Sekolah.

38

Ada yang gugur setelah tahap wawancara, Alhamdulillah kami lolos. Tersisa 3 kandidat calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS. Dan sekarang masuk ketahap kampanye dan

debat visi dan misi. Tak lama setelah itu, tibalah proses pemilihan. Seluruh siswa-siswi SMA Daya Utama melakukan pencoblosan, mengeluarkan hak suaranya. Tiba saatnya penghitungan suara. Deg-degan dengan hasil

keputusannya, siswa-siswa bersorak-sorai ketika nama kandidat jagoannya disebutkan namanya, terus seperti itu sampai suara terakhir. Dan ternyata amanah itu diberikan kepada kami. Alhamdulillah Ya Allah Lukman resmi menyandang jabatan sebagai Ketua OSIS SMA Daya Utama periode 2011-2012 dengan aku sendiri sebagai Wakil Ketua OSIS. Seperti mimpi rasanya, ucapan selamat datang dari berbagai pihak.

39

Dan sudah disepakati senin depan adalah rapat pertama pembentukan kepengurusan OSIS dibawah pimpinan Lukman. Awalnya banyak cibiran, dan memandangku dengan sebelah mata. Karena sebelumnya aku bukan apa-apa di Organisasi Siswa Intra Sekolah ini, dan tibatiba aku menyandang jabatan di Badan Pengurus Harian. Aku sempat pesimis aku mengutarakan apa yang aku rasakan kepada Lukman, aku takut Lukman merasa salah pilih. Ia menyemangatkanku, dan tampaknya ia tidak merasa salah karena sudah memilihku sebagai partner kerja. Dan mulai sekarang aku bertekad, cibiran-cibiran itu akan kujadikan bahan cambukan supaya

pengetahuanku bisa cepat setara dengan mereka bahkan melebihi mereka. Akan kubuktikan bahwa aku pantas memimpin mereka. Itu menjadi cambukan agar aku Dan

lebih banyak belajar tentang keorganisasian. akhirnya waktu yang membiasakanku.

40

Mengontrol divisi-divisi yang menjadi bagianku adalah tugasku. Mengontrol jalannya proker-proker

mereka dan hambatan-hambatan apa yang mereka temui. Mengambil keputusan umum berdasarkan musyawarah dengan Ketua dan Wakil II. Dan kujalankan amanah yang dpercayakan kepadaku dengan sebaik mungkin. Dalam kepengurusan dibawah pimpinan kami, akupun berhasil mendirikan Organisasi berbahasa yang baru. Kali ini kami mengangkat Bahasa Jepang, dengan penggagas-penggagas utama Nady, Andre, Affan, Amel, dan Putri kami membentuk NIKUDAMA (Nihon Kurabu Daya Utama). Yang kurasakan dalam organisasi ini bukan seperti sebuah organisasi biasa melainkan keluarga baru untukku. Karena sifatnya tidak terlalu formal. Kami pun mulai mencari relasi dari sekolah-sekolah lain. Setiap ada event festifal Jepang kami mengikutinya. Bertemu dengan tokoh-tokoh anime Jepang di acara itu, menoba makanan-makan ala Jepan, dan mencoba Obake (Rumah Hantu). Pengalaman tersendiri yang menambah wawasan umum.
41

Dan

satu

lagi,

GTC

(General

Touring

Community) komuniti ini juga lah yang memberikanku cerita tersendiri. komunitas motor Aku pernah bergabung dengan walaupun hanya sebentar.

Kebersamaannya yang patut dicontoh, mereka saudaraku semua, abang-abangku yang selalu melindungiku.

Memang kalau berbicara komunitas motor pasti yang ada dipikiran geng bermotor antara yang mericuhkan. dengan

Sebenarnya

berbeda

geng

motor

komunitas motor.

Komunitas motor tak pernah

membuat kericuhan, hanya perkumpulan orang-orang yang suka melakukan perjalanan jauh untuk berekreasi. Kebersamaan yang sangat amat kurindukan. Namun, aku harus berpikir berulang kali lagi untuk terus bergabung. Kodratku sebagai seorang perempuan

menjadi alasan utama mengapa aku memilih untuk keluar. GTC terimakasih kalian telah mengajarkanku arti sebuah kebersamaan.

42

Merekalah Sahabatku
Sahabat Kata itu selalu ada dalam hati ini Selalu tersimpan dalam lubuk hati ini Bukan hanya sekedar kata, tapi jauhhh dari itu Kuanggap kalian lebih dari saudara

Jika saja perpisahan membuat kita jauh Membuat kita seakan tak seakrab dulu Tak ada yang perlu disalahkan, waktu dan keadaan yang membuat menjadi seperti sekarang ini Kurangnya kebersamaan membuat kita retak, membuat kita sedikit jauh, membuat kita merasa seakan dicuekkan dan diacuhkan

43

Tapi itu semua salah besar Jauh didasar hati yang paling dalam aku saying kalian Kalian adalah segalanya Dalam duka Senang Sedih Canda dan tawa telah kita lewati bersama Dan nyatanya tanpa aku sadari kalian selalu ada buatku Itulah yang membuatku tak akan pernah lupa dengan kalian

Walau waktu telah berlalu Walau kita tak pernah lupa dengan persahabatankita, sulit teramat sulit menemukan sosok sahabat seperti kalian

44

Maafkan jika kesalah pahaman membuat ada benci diantara kita Maafmaaf..maaf Hanya itu yang bias kuucapkan sebagai manusia yang tak lepas dari salah Terima kasih atas semuanya, terima kasih telah menjadi sobat terbaikku Dari kalianlah aku tahu dan mengerti arti sebuah persahabatan Kutulis sebuah saudara puisi untuk para yang

penyemangatku,para

seperjuanganku

karena merekalah aku bias seperti ini. Sahabat Tahun ini adalah tahun ketiga masa SMA ku. Menjadi tahun ketiga pula untuk persahabatan kami. Semakin dekat, semakin akrab dan rasanya semakin takut untuk berpisah. Setelah melewati berbagai macam hal selama 2 tahun, melewati UTS dan UAS dengan kenakalan-kenakalan sewajarnya anak remaja seumuran kami. Masih hangat diingatanku ketika hari Rabu tiba45

hari pertama kami UTS-ketika akumemasuki ruang ujian, pasti sudsah dating terlebih dahulu 4 sahabatku itu. Vito, yang sudsah sibuk dengan mini tabnya (biasanya kami sebut dengan itu). Seuntai kertas yang sangat mini ukurannya berisikan catatan-catatan

pelajaran yang sudah ia rangkum semalaman. Yaa dia lebih memilih merangkumnya semalaman disbanding belajar semalaman. Pasti ngebleng le kalo misalnya gua belajar. Iya malemnya ngerti, pas paginya ngeliat soal langsung amnesia seketika rasanya. Langsung pada lari-larian itu hafalan. Ujarnya ketika aku sedikit bawel karena

melihat ulahnya. Guntara, yang seperti biasa begitu santai melalui segala ujian. Leleeee kemana aja lo gua mau cerita brondong gua leee. Blablabla dia bercerita panjaaang sekali. Hiburan buatku, ceritanya adalah energy baru untukku di pagi hari ini. Dia adalah obat tertawaku. Sahabatku yang ini anak yang cerdas, hanya perlu membaca sekilas, setelah tahu inti pokoknya lalu ia
46

tinggal

mengembangkannya

dengan

kata-katanya

sendiri. Alhasil ia tidak begitu sibuk untuk benar-benar menghafal isi buku ketika Ujian menjelang. Lalu bagaimana dengan Cucun dan Elsa? Setelah mendengar cerita brondongnya Guntara, akupun segera menghampiri kedua sahabatku, Elsa dan Cucun. Mereka sedang ergelut dengan buku, membola-balik halaman demi halaman sampai terlihat lipatan-lipatan bekas balikan. Tadi mah mending gua robek-robek nih buku, abis itu gua rebus, gua jadiin sarapan pagi. Langsung jenius kali ya gua ujar Elsa. Dia memang humoris, sebelas duabelas dengan Guntara. Begitulah karakteristik setiap ulangan dan tiba. itulah Dengan yang

masing-masing

memberikan warna diperjalanan kami. Tak tertinggal Ratih, sahabatku yang satu ini takkan terlewat. Sahabat yang gila, seperti orang tak tahu malu tapi itulah dia, dengan kegilaannyalah yang memberikan warna tambahan dalam hidupku.

47

Dia orang yang paling nekat yang pernah kukenal. Pernah suatu ketika dia mengajakku kesuatu tempat yang dia sendiripun tak tahu tempatnya. Le temenin gua yuk ke Gor Sunter ujarnya kala itu. Sunter? Itu kan jauh bun, lo mau ngapain kesana? akupun kaget. Ternyata dia diundang

temannya nonton pertandingan basket disana. Aduhh tak sampai hati aku menolak permintaannya. Masa iya dia kesana sendirian? Jangan deh mending gua temenin aja, gumamku dalam hati. Pagi-pagi kami berangkat dengan menggunakan motor matic. Berbekal uang seadanya, SIM, STNK, dan 2 helm. Kamipun berangkat. katanya nanti patokannya Ancol le, jadi nanti kita ke Ancol nah nanti temen gua jemput disana. Kalo jalan ke Ancolnya sih gua tau, waktu itu gua pernah kesana naik motor berdua sama Syifa ujarnya. Akhirnya sepanjang perjalanan pun kami

mengobrol-ngobrol.

Dan singkat cerita kakhirnya

dengan susah payah kami pun sampai di Ancol.


48

Haduhhh gila Jakarta engga berubah-berubah panasnya, malah makin panas yang ada. Beli minum dulu yuk le, haus banget ujarnya sambil membuka helmet Setelah berjam-jam menunggu akhirnya aku bertanya-tanya mana temannya Ratih? Katanya mau jemput? Akhirnya aku tanyakan langsung kepada Ratih. Bun, temen lo mana? Belom sampe juga ya? tanyaku. Iya nih lee lama banget. Udah gua telfonin

engga diangkat-angkat, bbm gua juga engga dibales. Akhirnya kami menunggu. Sudah beberapa lama dari itu, temannya Ratih tak kunjung dating. Tiba-tiba Ratih membaca sesuatu dari handponenya Lo langsung aja ke Gor Sunternya, gua udah harus ngumpul, ada brefeeng dulu ujarnya. Yaah le kita disuruh langsung kesana. Giman dong? Lo tau tempatnya engga bun? ujarku.

49

Engga le, gua Cuma tau ancer-ancernya doang. Yaudah kita makan dulu aja yuk le, baru abis itu kita berangkat nyari Gor Sunter Akhirnya aku dan Ratih pun makan terlebih dahulu. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan.

Benar-benar nekat si Ratih ini, sampai akhirnya kami berdua bertanya-tanya sepanjang jalan. Dan akhirnya kami pun menemukan Gor Sunter. Dan setelah itu, setelah menonton pertandingan temannya. Tak ada sekedar basa-basi minta maaf karena tadi tidak menjemput kami, bahkan menyapa Ratih pun hanya sekedarnya. Tak ada ucapan maaf merepotkan sudah dating jauh-jauh kesini. Ahh pokoknya aku tak mengerti dengan jalan pemikiran temannya Ratih itu. Benar-benar menyebalkan. Apalagi Ratih, aku saja yang bukan siapa-siapanya kesal. Akhirnya kami pun pulang. Ya setelah susahsusah mencari yang namanya Gor Sunter, dan itu lah sambutannya. Sepanjang jalan Ratih bercerita, dan

akupun menimpalinya. Dia meminta maaf karena telah


50

mengajakku. Tak apa Ratih, aku senang bias ada dissat kamu butuh. Aku engga sama kamu, tapi sama temenmu itu loh. Ini gunanya sahabat, gumamku dalam hati.

Akupun melarangnya untuk tetap berteman dengan orang yang tak tau terima kasih itu. Pengalaman-pengalaman yang kulewati dengan Ratih intinya seperti itu, nekat, berpetualang, bersusahsusah ria, tapi tetap bahagia disela-sela kesusahan itu. Dia juga selalu melindungiku, dan saling mengingatkan. Aku ingat itu, itu adalah petualangan terakhirku bersamanya, petualangan kami yang pertama dan terakhir dikelas 12. Memang semenjak kelas 11 kami tak sedekat dulu, karena kami terpisah ketika penjurusan. Dia mengambil jurusan IPA sedangkan aku IPS. Tak kan kulupakan itu, tak kan kulupakan petualangan-petualangan kita.

51

Masa Akhir Jabatan


Tak terasa, sekarang aku menginjak disemester 5 akhir. Masa baktiku sebentar lagi akan habis. Sebentar lagi waktunya pergantian periode kepengurusan OSIS. Hari ini pengurus OSIS telah melaksanakan program kerja razia atribut dan HP yang terakhir, karena waktu-waktu ini adalah deadline kami untuk

menyelesaikan semua proker dan setelah itu tinggal menyusun laporan pertanggung jawaban akhir yang akan dilaksanakan pada akhir November bulan ini. Hemmm tak terasa masa baktiku sebentar lagi telah usai. Rasanya baru kemarin aku dan lukman

berkampanye didepan rekan-rekan seangkatan kami. Rasanya baru kemarin kami menempelkan pamphletpamphlet yang berisikan visi misi kami dilingkungan gedung Sekolah Daya Utama. Rasanya baru kemarin kami menundukkan kepala bermunajat didalam hati ketika perhitungan suara sedang dimulai. Rasanya baru kemarin kami bersorak-sorai bersama teman-teman sekelas kami dengan masih mengenakan jas dan kebaya,
52

berfoto-foto bersama. Dan sekarang, tinggal 12 hari lagi kami akan mengadakan siding. Rasanya masih banyaak sekali yang masih kami ingin lakukan, masih banyak sekali hal-hal yang masih ingin kami realisasikan. Minggu-minggu ini pengurus OSIS sedang disibukkan oleh persiapan LPJ. Ada tambahan kegiatan disela-sela kesibukan kami yang sebentar lagi

mengahdapi Ujian Nasional.

Seperti agak terasa

kehilangan, tak aka nada lagi rapat-rapat disetiap minggunya, berkumpul bercanda gurau sambil

membawakan acara futsal, selayaknya pembawa acara dalam pertandingan sepak bola, menyiapkan net voli, lari kesana kemari demi berlangsungnya suatu acara, opeasi semut seperti layaknya tukang sapu jalan setiap suatu acara selesai, tidak tidur semalaman ketika acara Qiyamul Lail, dan renungan setelah itu siram-siraman ketika acara menginap selesai. Tak lupa sebelum acara dilaksanakan sibuk bolak-balik TU menyusun proposal acara, dan pasti aku akan sangat kehilangan sensasi ini, sensasi dag dig dug ketika menunggu hasil keputusan di

53

ACC atau tidaknya proposal acara kami oleh bapak Fahmi selaku kesiswaan di Sekolah Senin diakhir November datang juga. disepakati sebelumnya, maka hari inila Setelah sidang

kami.dilaksanakan. Aku duduk didepan bersama ketujuh rekan BPH lainnya. Tugasku sebagai notulen disidang ini. Bismillah Ya Allah, lancarkanlah sidang kami Setelah sesi demi sesi kami laksanakan, akhirnya siding selsai juga. Dengan berbagai kritik dan juga

saran, semoga msa bakti kami berguna dan menorehkan prestasi-prestasi di SMA tercinta ini. Semoga segala

kegiatan dan apapun itu diperiode kami dapat menjadi pelajaran untuk periode selanjutnya agar dapat lebih baik lagi. Alhamdulillah aku selesai menjalankan amanah, walaupun tentunya masih banyak kekurangan dan tentunya kesalahan dalam menjalankannya. Tak lama dari itu, NIKUDAMA pun saatnya pergantian kepengurusan. Kulepaskan pula amanah

yang selama ini aku pegang menjadi bendahara. Sebentar lagi aku harus fakum sesaat dari organisasi ini.
54

Tak aka nada lagi nonton festifal Jepang, atau merasakan ekstremnya Obake lagi. Sudah kuanggap NIKUDAMA itu bukan sekedar sebuah organisasi, melainkan keluarga baru untukku. kalian. Ini yang mendewasakanku. Ini adalah guru Akan kurindukan bergabung bersama

terbaikku. Dari merekalah aku menjadi lebih tahu. Tak pernah kusesali itu. Bahkan jika aku memiliki

kesempatan lagi, tak kan takut untuk bergempur lagi dengan kesibukan disela-sela pendidikanku demi merasakan asam manisnya suatu organisasi

55

The Warehouse
Sekarang waktunya aku focus dengan

pendidikanku, dengan segala tugas akhirku, dan dengan segala kesiapanku untuk beretmu dengan Ujian Akhir. Satu tugas besar yang masih mengganjal. Konsentrasiku masih terpecah antara tugas akhir yang satu ini, dan kesiapan Ujian Akhir. Tugas akhir pelajaran Bahasa Inggris. Membuat sebuah film dengan berbahasa Inggris. Membuat film ditengah-tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional adalah tantangan tersendiri disekolah kami. Oke dimulai dari pembagian kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi 3 kelompok, dengan beranggotakan 11 sampai 12 orang perkelompoknya. Itulah yang nantinya akan menjadi bintang filmnya sekaligus menjadi crew pembuatan film. Akhirnya ditunjuk 3 orang untuk menjadi ketua untuk masing-masing kelompok. Tantangan tersendiri
56

bagiku karena aku terpilih menjadi salah satu ketuanya. Tahap pertama, ketua kelompoklah yang memilih anggota kelompok. Akhirnya terbentuklah dengan

beranggotakan 11 orang, yakni aku, Elsa, Cucun, Guntara, Vito, Lukman, Yani, Febri, Tono, Fatur dan Nofal. Selanjutnya akhirnya dipilihlah susunan

kepengurusannya, pembagian tugas dan tanggung jawab. Seperti siapa yang menyiapkan naskah dialog dan alur cerita, kuserahkan tugas sebagai seorang penulis ke Cucun. Lalu editor sekaligus merangkap menjadi

kameramen aku serahkan pada Guntara dan Nofal, lighting kuserahkan pada Fatur, logistic Vito, penata busana dan make up kuserahkan pada Yani dan Elsa, aku sendiri yang menjadi sutradara, dan sebagainya. Pembagian tugas dan tanggung jawab selesai, sekarang waktunya penentuan tema dan judul film. Dan inilah salah satu hambatan utamanya, yang

menyebabkan pembuatan film menjadi molor, tidak sesuai dengan target awal. Sempat beberapa kali kami

57

ganti cerita, sehingga akhirnya proses syuting belum bias dilaksanakan karena naskah belum terselesaikan. Akhirnya kami menemukan cerita yang pas dan rasanya kami srek dengan cerita itu. Ceritanya agak

horror, namun kami mengangkat horror yang berbeda dari biasanya. Yaitu horror yang bernuansa komedi.

Mengangkat kisah dibalik gudang sekolah, menyebakan kami memerlukan latar tempat gudang sekolah dan waktu pada malam hari. Setelah menemukan cerita yang pas dan naskah pun sudah jadi. Akhirnya kami pun mulai menyusun jadwal syuting. Dan hambatan yang kedua datang lagi, ketika itu waktu terpotong oleh libur semester karena ada anggota yang pulang kampong dan sebagainya maka syutingpun terhentikan untuk sementara waktu. Ini pertama kalinya kami syuting dimalam hari. Dengan lighting yang kami punya kami pun memulai syuting. Ternyata dengan lighting yang hanya seperti itu tidak dapat menembus gelapnya gudang, ketika kami harus mengambil gambar digudang. Akhirnya syuting
58

kami tertunda dan diundur sampai esok, karena lighting yang kurang memadai. Dengan segala hambatan dan kesukaran yang ada, kami lewati itu semua. Tak jarang pula kami

berseteru, hampir terjadi perkelahian karena emosi yang tak bisa diredam dikala itu. Tetapi masih banyak

moment lucu dan seru dikala-kala itu, ketika Vito kaget alami tanpa dibuat-buat ketika ia harus memerankan adegan bertemu dengan makhluk halus, beralay-alay ria karena sudah begitu penatnya, tak bisa menahan tertawa ketika menjalani adegan. Yang akhirnya menjadi behind the sceen yang menyimpan sejuta kenangan. Merasakan lelahnya menjadi artis sesaat karena harus syuting seharian, itu yang anak kelas 12 rasakan disaat itu. Sampai insiden kamera yang rusak hingga akhirnya memberikan kami kerjaan tambahan yaitu mencari tempat sevis kamera yang dapat dijangkau oleh saku pelajar. Dan terakhir moment-moment ketika pengeditan film berlangsung, waktu itu musim hujan. Tak jarang
59

kami akhirnya harus hujan-hujanan demi berkumpul untuk mengedit film. Dan ada rasa bangga tersendiri ketika melihat prkembangan-perkembangan disetiap waktunya. Film kami hampir jadi! Yupp pengeditan selesai, tinggal mendesain cover DVD. Singkat cerita, Alhamdulillah film kami selesai. Hasil karya kami, hasil keringat kami yang

didalamnya terdapat canda tawa sampai pahitnya perkelahian.. The Warehouse gua masukin youtube tuh. Hasil karya kita-kita seru Nofal dikala itu. Satu tantangan akhirnya selesai kami lalui kembali. Tak luput dari kebersamaan, kebersamaan

dengan para sahabatku, para rekan seperjuanganku. Terimakasih sahabat, kalian menguatkanku.

60

Pak Presiden
Paling bercabang lagi. tidak sekarang konsentrasiku tidak

Sekarang waktuny aku benar-benar

focus pada kesiapan Ujian Nasional. Terhitung dari sekarang berarti Ujian Nasional tinggal 2 bulan lagi. Ujian Nasional benar-benar sudah didepan mata. Kami mulai sibuk dengan pedalaman

materi. Sudah menjadi tradisi bagi kami pulang ketika maghrib tiba, penambahan beberapa jam lagi setelah jam sekolah usai, pembentukan kelompok belajar entah di Sekolah atau di rumah salah satu teman kami. Dan

disaat ini aku beruntung, aku berada diantara para sahabat-sahabatku dan dia. Dia yang sekarang seperti mendekat padaku, entah hanya perasaanku, entah memang kenyataannya, atau entah karena waktu yang akhirnya mendekatkan kami. Robi Juwindra, belakangan ini ia terlihat sangat aneh. Tidak seperti biasanya, tidak seperti dulu ketika kami dalam JS. Biasanya dia adalah orang yang paling iseng, orang yang paling kasar menurutku.
61

Karena

setiap kali dia dating menghampiri kami yang sedang berkumpul, ketika ia akan duduk disampingku, tak bias pelan-pelan dia menjatuhkan badannya dalam posisi duduk, pasti aku tersenggol. Dan setelah itu dia pasti langsung menempeleng kepalaku sambil menyerukan wooy lolaaa ingaat sekali kebiasaan dulu, pasti seperti itu. Tapi sekarang? Megapa ia begitu berbeda? Tak

seiseng dulu, dan kerap kali setiap aku sedang sendiri ia menghampiriku. Seperti ada yang berbeda, tetapi aku tak bisa menebak apa yang berbeda itu. Hingga ketika itu, ketika sekolah kami datang ke JCC karena pada saat itu ada edufair tentang universitasuniversitas se-Indonesia, akhirnya semua keanehannya selama ini terjawab. Ia mendekatiku. Selalu berusaha disampingku, sampai akhirnya acara edufair selesai, dan sebagai penutupan kami semua ke TMII. Sepanjang perjalanan ke TMII dia seperti mengutarakan isi hatinya selama ini, ia berusaha menjelaskankan semuanya. Ya baru

menjelaskan, belum mengatakan. Ingat sekali, mimic mukanya menggelikan sekali, gugup, bingung, entah
62

bagaiman yang ia rasakan. Ingin sekali aku tertawa saat itu. Sepanjang perjalanan, sampai kami ramai-ramai naik gondola, ke benteng pertahanan di TMII tetapi tetap saja mukanya itu memancarkan kecemasan. Bi, muka lo jelek banget waktu itu, gumamku dalam hati sambil menahan tawa. Sampai akhirnya waktunya kami kembali ke bis, dan akan segera melakukan perjalan pulang, mukanya masih menunjukkan kecemasan. Seperti ada sesuatu

yang ingin dia sampaikan tapi tak bisa. Dan ditempat itu, ketika kami melewati halaman masjid Pangeran Diponegoro ia menyatakan apa yang ingin dia

sampaikan. Kata-katanya terbata-bata bahkan sampaisampai keringat bermunculan dari pori-pori kulitnya. Hemmm RobiRobi ada-ada aja. Dan inilah awal dari segalanya. Dari segala kebahagiaan disela-sela

tertawa kami, dan kebahagiaan disela-sela pertengkaran kami sekarang. Minggu, 27 Januari 2013.

63

Detik-Detik Terakhir di Zona Nyaman


Sebulan lagi. Ujian Nasional Sebulan lagi sebelum akhirnya tiba. Kami semakin giat

mempersiapkannya.

Dan mungkin permulaan yang

kemarin itu menjadi motivasi tersendiri untukku dan Robi. Akhirnya ia menunjukkan progress yang drastis, bahkan banyak guru yang

meningkat

berkomentar atas peningkatannya. Disaat ini lah aku pun tersadar, waktuku dengan para sahabatku tinggal sebentar lagi. Sambil menyelam minum air, itulah yang kami lakukan. Sembari kami belajar sembari kami menghabiskan waktu-waktu

terakhir kami. Cun lanjut ke rumah lo yuk belajarnya kataku sambil melihat jam tanganku, pukul 16.30. Yuk le, ajak anak-anak juga sahut cucun. Oke deh

64

Setelah kuajak anak-anak yang lain, akhirnya kami-Guntara, Vito, Elsa, Robi, aku dan juga Cucun bergegas kerumahnya. Disela-sela kami bergelut dengan soal-soal, disaat yang bersamaan pula aku merasakan rasa ini, rasa nyaman. Hemm bahkan akupun tidak bisa menjelaskannya. Sahabataku sayang kalian *** Ujian Nasional semakin dekat, hari ini H-3. Mala mini adalah agenda Qiyamul Lail, kami bermalam disekolah, untuk bermunajat memohon kemudahan dalam menghadapi Ujian Nasional. begitu khidmat. Begitu khusyu

Malam ini kami para saudara

seperjuangan, semua orang tua kami disekolah begitu tulus saling mendoakan. Malam ini malaikat mnjadi

saksi permohonan kami. Setelah solat dan malam dan muhasabbah, kamipun saling bermaaf-maafan, memohon ridho satu sama lain dari semua saudara seperjuangan. Di depanku, di hadapaku itu sosok yang amat sangat aku kenal. Ia hanya bisa berdiri terpatung di

hadapanku, mukanya memerah menahan semua gejolak


65

yang ada, seolah-olah ingin memendamnya sendiri. Aku langsung memeluknya, memeluk sahabatku Cucun. Aku tak bisa lagi menahannya. Isak tangis pun menghiasi malam itu. Ada yang menimpa pelukan kami. Ya Allah, Elsakami bertiga berpelukan di malam syahdu itu. Maafin Khansa ya Cun, Sa. Maafin Khansa kalo selama 3 tahun ini Khansa banyak salah sama kalian. Maafin Khansa yang masih suka egois ucapku disela-sela tangisanku. Iya Cucun juga minta maaf. Cucun juga banyak salah sama kalian. CucunCucun sayang sama kalian semakin deras tangisannya, sampai-sampai aku tak kuasa mendengarnya. Semakin erat pelukan kami Pokoknya kita engga boleh pisah. Walaupun kita udah jarang ketemu, walaupun nanti jarak kita jauh pokoknya kita engga boleh pisah. Kita harus jaga komunikasi kita, janji ya kata Elsa sambil melepas pelukan kami. Tangannya menyentuh tulus kedua pipiku, menghapus aliran air mataku. Udah ah jangan

66

pada mewek lagi, gua tau lo lo pada abis keilangan uang gope kan? tambahnya lagi. Kami pun cengengesan, wataknya terlihat lagi. Obat tertawa disuntikkan lagi olehnya untuk kami. Di area kaum Adam, ternyata ada yang memperhatikan kami, Guntara dan Vito. Mereka diam membisu, tetapi seakan-akan mereka berbicara melalui pancaran mata. *** Tak terasa hari tenang telah usai. Hemm besok Ujian Nasional, fikirku dalam hati sembari menyiapkan seragam untuk hari esok *** Hari pertama Langkah kakiku yang pertama kalinya memasuki ruang ujian. Bismillah Kuhitami lingkarang demi lingkaran identitas yang harus diisi.
67

Kubuka lembaran soal, mngecek

terlebih dahulu kelengkapan soal dan mulai mengerjakan butir demi butir soal. 10 soal pertama kukerjakan 20 soal 30 soal Dan 20 soal terakhir Alhamdulillah Ya Allah. Alhamdulillah untuk hari ini. Hari kedua, hari ketiga, dan hari keempat kulalui dengan sangat berhati-hati dan dengan kesungguhan. Alhamdulillah Ujian Nasional telah kami lalui. Begitu lega rasanya, paling tidak kami sudah berusaha semaksimal mungkin, dan sekarang tinggal menunggu hasilnya. Aaaaaa Alhamdulillah udah selesaaaai seru Elsa. Terlihat wajah-wajah yang menampakkan

kelegaan tersendiri. Satu moment besar lagi yang kami lewati bersama
68

*** Yaaah le masa engga ikut sih? Nampak kekecewaan diwajah Elsa ketika ia menjengukku. Mau gimana lagi saa, lele masih belom sembuh total kaya gini, nanti kalo dipaksa ikut malah makin parah gimana? sahut Cucun sembari memberiku potongan buah mangga. Malangnya nasibkusetelah selesai Ujian Nasional aku langsung ambruk. Alhasil aku tidak bisa ikut tour sekolah dalam rangka perpisahan kelas 12. Hemmm yaudah ih pokoknya nanti jangan lupa oleh-oleh sama dokumentasinya jangan lupaaa pokoknya gua harus liat ujarku berusaha menguatkan diri. Hemm kali ini aku engga bisa ngelewatin moment berharga ini. Yaudahlah masih banyak moment di lain waktu, hiburku dalam hati.

69

Wisuda
23 Mei 2013 Agendanya wisuda di Sekolahku. Dan

Alhamdulillah kali ini aku bisa turut berpartisipasi didalamnya. Leleee lo dimana? Bantuin gua dandan leee, bantuin gua pake kerudung yang dimodel-modelin kaya gitu. Cepet leee kesini cepet gua tunggu. Dadah lele Assalamualaikum terdengar suara Cucun via telfon. Tak diberi kesempatan untuk aku berbicara. Aku

langsung bergegas berangkat kerumahnya. Ketika aku tiba ternyata Elsa sudah lebih dahulu berada disana. Lele ih buruan sini dandanin gua sama Elsa. Udah keburu mulai ini acaranya ujar Cucun. Iyaaa baweeel nyerocos mulu kaya terompet. Mana sini make-up nya, merem matanya sahutku sambil mulai mendandaninya.

70

Satu jam yang penuh canda tawa, satu jamku bersama para sahabatku. Rusuh, ribet, bawel semuanya itu yang akan menjadi kenangan. Dan setelah selesai berdandan, kami semua berdiriberjajar didepan kaca, spontan kami tertawa melihat penampilan kami

yangberbeda 180 derajat dari biasanya. Hemmm kita mau wisuda ya? ujar Elsa menghentikan tawa kami. Aku dan Cucun hanya bisa tersenyum, tersenyum dengan arti yang sama. Tetep jadi sahabat gua ya tambahnya sambil merangkul kami berdua. Heey ibu-ibu rempong liat ini udah jam berapa, ayo berangkat suara yang taka sing bagiku, Guntara membuyarkan lamunan kami. sudah siap didepan. Ayo kereta kencana

Ayo sa lo sama gua, lo yang

bonceng gua ya mumpung lo lake make samping. Cun lo sama big boss Vito. Le lo sama itu tuh, pak presiden Robi sudah menunggu ibu negaranya daritadi Hemm Guntara ada-ada aja, ucapku dalam hati. ***
71

Sesampainya kami di Sekolah, ternyata acara sudah dimulai. Setelah duduk ditempatnya masing-

masing sesuai absen dan mengikuti acar pembukaan. Tibalah saatnya pertunjukan-pertunjukan kesenian

tradisional yang ditampilkan oleh siswa-siswi SMA baik kelas 10 maupun kelas 11. Dan sekarang saatnya dokumentasi kelas. Kami pun foto bersama wali kelas kami. Ketika kami sedang berfoto ria bersama, tiba-tiba Gilang berteriak Parjo! sembari meninggalkan kerumunan kami dan

menghampiri teman dekatnya itu seraya langsung memeluknya. Tahun depan gua susul kelulusan lo lang kata Parjo sambil melepas pelukan sahabatnya sembari menepuk pundaknya, menguatkan sahabatnya itu. Janji sama gua ya jo, harus tahun depan. Lo engga boleh sampe ngelakuin hal yang kaya kemaren lagi. Gua sama temen-temen kelas bakalan dating jo kesini tahun depan, ke acara wisuda lo. Kita wisuda bareng-bareng ujarnya.
72

Terharu. Pasti itu yang akan dirasakan ketika melihat pemandangan itu. Parjo adalah teman sekelasku, Fariz nama aslinya namun kami sering memanggilnya dengan sebutan Parjo. Dia seorang yang berhati sekuat ksatria, sangat tegar dan menerima ketidak adilan yang menimpanya. Ia tidak naik kelas, ya memang salahnya terlalu banyak alpa yang ia torehkan di absen, namun ada ketidak adilan disini. Apapun itu masalahnya, ini adalah pelajaran untuk kami. Fariz, dengan jiwa besarnya menerima

resiko yang harus ia terima. Tekadnya adalah ia harus tetap melanjutkan sekolah disini. Ia harus buktikan

bahwa anggapan-anggapan selama ini tentangnya tidak benar. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa. Suatu hal yang amat sulit, untuk melanjutkan sekolah di tempat yang sama ketika kita tinggal kelas. Mendengar cibiran orang, sekelas dengan adik kelas sendiri. Tapi Fariz bisa, dia kuat. Satu moment berharga lagi bagiku dapat merasakan kehangatan kelas seperti ini. Acara inti sudah dimulai. Pemanggilan

wisudawan-wisudawati untuk menerima medali. Setelah


73

semuanya telah dipanggil, saatnya pengumuman siswasiswi berprestasi. Lulusan terbaik periode 2012-2013 Maharani Amelia, Noverina Saum, Dwi Astuti, dan Khansa Halimatus Sadiyah terdengar suara pembawa acara menyerukan hal tersebut. Namaku disebut? Alhamdulillah Ya Allah, ujarku dalam hati. Segera aku ndan rekan-rekan

seperjuanganku yang tadi disebut menaiki panggung. Menerima sertifikat penghargaan. Dan amat sangat

bahagia, berdiri disana menerima penghargaan dari Kepala Sekolah dan dari sana pula aku dapat melihat ibu dari kejauhan, terlihat ibu beberapa kali mengusap matanya dengan ujung kerudungnya. Ibu menangis Ya Allah, ibu menangis. Setelah aku turun dari atas panggung, segera kuhampiri ibu. Ku raih tangan ibu, ku cium tangan Kuberikan Ibu bangga

ibuku yang sedang menangis terharu. Tak bisa kutahan tangisan ini.

sertifikat itu kepada ibu. Spontan ibu mengecup kedua pipiku.


74

sama mba Aca. Semoga nanti Nanah juga bisa bikin ibu bangga ucap ibuku. Ibu. Hari ini mba bahagiaa sekali. Ya Allah terimakasih untuk hari ini.

75

Saatnya keluar dari zona nyaman


Itu adalah hal yang harus aku lakukan saat ini. Keluar dari kenyamanan 12 social science, dari semua canda tawa, semua kehangatan, bahkan semua

perdebatan. berbeda. kembali.

Meneruskan 36 mimpi dari kepala yang

Dan suatu saat nanti kami akan berkumpul

Saatnya meneruskan pendidikan. Dikala itu ada beberapa rekan seperjuanganku yang lulus SNMPTN. Dan aku? Aku dalam situasi gentingnya kala itu. Pengumuman yang menyuruhku untuk berusaha lagi, ya belum jalanku mendapatkan SNMPTN. Saat itu pikiranku sempat kalut. Tak kuasa harus menambah pengeluaran ibu dan ayah untuk mengikuti SBMPTN. Mungkin karena terlalu optimis juga Aku uring-

makanya aku sempat merasa terjatuh.

uringan, mungkin bisa disebut aku galau akut dikala itu. Akhirnya ibu memberikan arahan kepadaku. Mencari solusi jalan keluar untukku, menyemangatiku
76

lagi, berusaha mengajakku melihat bahwa dibalik semua ini pasti aka nada yang lebih indah nantinya. Setelah berunding, akhirnya aku mengikuti SBMPTN ibu juga mendukungku mengikuti SMBPTN. Aku langsung cepat-cepat mendaftarkan diri dan bergegas menyiapkan diri dengan terus latihan soal-soal SBMPTN. Dengan kurun waktu yang singkat, hanya sekitar 2 minggu sebelum akhirnya aku melaksanakan tes. Batu kerikil untuk perjuanganku dikala itu, aku salah memilih lokasi tes. Aku memilih di Jakarta, padahal di Bekasi pun tersedia tempatya. Alhasil selama 2 hari tes aku bolak-balik Jakarta. Ayah, ayah dengan ketulusannya menemani perjuanganku. Mengantarkan bahkan menunggu disaat aku berjuang menjawab soal demi soal, lalu kami pulang lagi setelah itu. Bekai-Jakarta Selatan cukup jauh. Kami berangkat 2 jam sebelum tes dimulai. Dengan

mengendarai motor, bermacet-macetan selama 2 hari itu kami lakukan. Aku tahu ayah lelah, Nampak kelelahan
77

dari raut wajahnya.

Tapi tak pernah sedikitpun aku

mendengar keluhan dari beliau. Ayahmaafin mbamba ngerepotin ayah.. 2 hari yang menjadi saksi perjuanganku ditemani dengan ayah *** Selagi menunggu pengumuman SBMPTN, aku ditawari tanteku untuk mengikuti seleksi STAN. Prospek kedepannya bagus, dan juga biaya pendidikan yang ditanggung pemerintah. STAN? Aku tes STAN? STAN itukan incaran semua orang, sedangkan kuota yang diterimanya sedikit sekali. Sehabis merundinginya dengan ibu, dan ibu

berpendapat tak ada salahnya dicoba. Akhirnya akupun mendaftarkan diri. Bismillah..hari ini adalah jadwalnya penyerahan berkas. Semua berkas telah kusiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Karena gawat jika ada yang tertinggal,

78

Bintaro jauh, tak mungkin kami bisa balik lagi, hanya karena ada berkas yang tertinggal. Setelah sampai sana. Waah benar saja kan, ribuan orang yang mendaftar. Sudah banyak sekali yang Sengaja kami datang

mengantri diberbagai tempat.

siang, ketika beberapa jam lagi penyerahan berkas ditutup. Karena pasti makin sore makin sedikit orang yang daftar, karena orang-orang lebih mengincar ketika pagi hari. Seperti biasa, aku ditemani dengan ayah. Setelah sepanjang perjalanan kami bertanya-tanya kepada orang dimna letak STAN, karena kami hanya berbekal google map saja. Dan sekarang setelah kami tiba, kamipun

segera bertanya-tanya kembali. Tahap penyerahan berkas tak hanya langsung menyerahkan berkas saja. beberapa tahap. Tetapi dibagi menjadi

Tahap pertama, tahap pemeriksaan

kelengkapan berkas. Ditahap pertama ini terjadi insiden, kartu pendaftaran online seharusnya berbarkot, tetapi kenapa disini tak ada barkotnya? Ternyata terjadi
79

kesalahan ketika aku print kartu pendaftaran onlinenya kemarin. Dan akhirnya kami harus mencari warnet

terdekat dulu untuk print ulang. Lagi-lagi aku sudah panic duluan, kebiasaanku yang jelek. Ayah

menenangiku saat itu, begitu sabar, begitu melindungiku. Setelah itu kami bergegas kembali lagi ketempat pemeriksaan kelengkapan berkas. Tahap pertama

selesai. Kami bergerak ketahap yang selanjutnya. Harus mengantri sepanjang ini disetiap tahap demi tahap. Dan selama 3 jam baru selesai ditahap akhir, aku

mendapatkan kartu tanda peserta tes STAN. Saat itu waktu menunjukkan jam 5 sore. Kami bergegas mencari masjid, setelah itu melakukan perjalan pulang. Perjalanan dimalam hari memberikan hambatan tersendiri bagi ayah. Matanya kurang awas dan suka linglung jika melakukan perjalanan dimalam hari. Perjuangan lagi ditemani oleh ayah. Ditemani oleh raut wajahnya yang menampakkan kelelahan tapi tetap tersenyum ***
80

Sambil menunggu waktu liburan panjangku berakhir akupun sempat bekerja selama sebulan dengan kedua temanku Wulan dan Putri. Menjadi tenaga klinik medical pemeriksaan tes NARKOBA. sedang mendapat relasi kerja Yang kali ini mengecek

untuk

NARKOBA penerimaan mahasiswa baru di Universitas Tarumanegara. Selama sebulan ini, aku bolak-balik BekasiGrogol setiap hari. Berangkat jam setengah 6 pagi,

menunggu bis bahkan berdesak-desakan di bis, tak dapat tempat duduk hingga akhirnya terpaksa berdiri. Itu

sarapan kami setiap pagi. Dan pulang ketika Maghrib tiba, tak jarang Isya kami baru sampai di Bekasi karena macet. Waktu H-7 datangnya bulan Ramadhan. Kami kerja di bulan Ramadhan. Pengalaman untukku,

meraskan bagaimana sulitnya mencari uang, kerja bermacet-macet ria setiap hari. Berangkat sebelum

matahari terbit dan pulang setelah matahari sudah tenggelam.

81

Tampak kekhawatiran dari pak presidenku, sampai sering kali dia marah, caranya menunjukan kekhawatiran. Dia tak setuju karena tempatnya terlalu jauh. Jakarta, setiap hari harus berangkat pagi pulang malam. Selalu aku menenangkannya, meyakinkannya bahwa aku tak apa-apa, ini pengalaman untukku, aku juga harus belajar dewasa. Apalagi waktu itu, ketika ia sedang berada di Bekasi akhirnya ia yang mengantarkanku pagi-pagi ke tol. Tampaaak sekali kecemasan diwajahnya. Dan

pulangnya juga dia yang menjemputku, sampai-sampai dia marah-marah sendiri karena terlihat kelelahan diraut wajahku. Aku hanya bisa tertawa ketika dia ngomelngomel. Bilo itu orang terlebay yang pernah gua kenal. Makasih bi, makasih buat kekhawatirannya Oh iya hari ini pengumuman SBMPTN ya? Aku sampai lupa, karena begitu asyik dengan pekerjaanku. Nanti jam 5 sore. Itupun Robi yang mengingatkanku, coba kalau engga diingetin, mungkin aku lupa kalau hari ini pengumumannya.

82

Tak seperti dulu ketika pengumuman SNMPTN, semangatku amat menggebu-gebu untuk melihat hasil pengumumannya. Sekarang aku ingin bersikap biasa

saja, paling tidak aku sudah memberikan yang terbaik, kuserahkan semua hasilnya nanti kepada Allah, aku hanya ingin ditunjukkan yang terbaik. Jam 5 sore aku masih sibuk dengan tugasku. Pulang kerja seperti biasa mandi, makan, solat, setelah itu berkumpul sebentar dengan keluarga dan pergi tidur. Tak sempat membuka pengumuman, ingin cepat-cepat istirahat rasanya. Tak sempat membuka apa masih takut membuka? Tiba-tiba aku terfikir seperti itu. Ya mungkin dua-duanya lah, jawabku untuk diriku sendiri dan akhirnya memejamkan mata untuk mengistirahatkan diri. Mbambaliat sini mba keterima di UIN suara ayah membangunkanku. Masih setengah sadar

akupun beranjak bangun dari tempat tidurku, dan melihatnya. Iya aku diterima aku diterima di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tapi entah, itu menjadi pilihan
83

kedua, sebenarnya keinginanku bukan kesana. Antara senang dan tidak, bingung antara mengambil ini atau tidak. Seperti biasa aku berangkat kerja. jalan fikiranku masih kesana. Sepanjang

Tadi belum sempat

kurundingkan dengan ayah dan ibu karena aku sudah harus bersiap-siap. Rasanya ingin cepat-cepat pulang. Ingin cepacepat merundingkannya dengan ibu dan ayah. Singkat cerita, akhirnya sepulang kerja aku berunding dengan ayah dan ibu. Dengan obrolan ringan tapi ini sangat penting sekali. Akhirnya diputuskan aku mengambilnya. Ibu sudah bernazar katanya, kalau aku dapat SBMPTN ini maka aku kuliah, dan tadinya kalau SBMPTN belum rezekiku mungkin aku akan bekerja terlebih dahulu untuk setahun kedepan, lalu mencobanya lagi tahun depan. Namun mbah juga engga setuju,

katanya lebih baik kuliah di swasta, mbah merasa aku masih terlalu kecil untuk bekerja, tak tega melihatnya, ujar beliau waktu itu. Lagi pula umurku masih 17 tahun,
84

belum sampai kekriteria angkatan kerja. minimal berumur 19 tahun.

Karena

Mungkin memang ini jalan yang terbaik. Dan aku yakin suatu saat aku akan melihatnya bahwa memang inilah yang Allah berikan kepadaku adalah rencana-Nya yang paling baik.

85

Membangun zona nyaman yang baru


Bandung Kali pertamanya aku menginjakkan kota

Bandung untuk meneruskan kelangsungan studiku. Hari ini aku izin tidak masuk kerja. Ditemani ibu dikala itu, pertama kalinya kakiku melangkah memasuki

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Masih asing tempat ini bagiku. Singkat cerita aku melakukan penyerahan berkas. Setelah itu aku dan ibu mencari koskosan untuk tempat tinggalku nanti. Setelah dapat yang cocok, dan melakukan pembayaran uang muka, kamipun kembali lagi ke Bekasi. Singkat cerita akhirnya habis waktu liburku. Aku harus kembali menjadi seorang pelajar. Hari ini kepindahanku ke Bandung. Pagi-pagi kami berangkat. Setelah sampai sana, membereskan dan menyusun semua barang menjadi kamar baruku disini, ahirnya tepat pukul 2 siang semuanya-ayah, ibu, salma, om, sama mbah-pamit pulang. Mengantarkannya sampai
86

keparkiran, berpamitan, melihat mobil itu semakin lama semakin hilang dari penglihatanku. Aku merasa benarbenar sendiri. Apalagi saat itu, 3 kamar yang lainnya masih kosong, belum ada yang pindahan selain aku. Kosanku hanya 4 kamar. Dan memang kebetulan semuanya MABA. Aku sudah takut duluan, sudah

hampir jam 5 sore tapi belum juga ada yang datang. Bagaimana jika sama sekali tidak ada yang datang? Aku akan sendirian disini malam ini. Tapi untunglah, ada satu teman baruku yang datang. Selesai ia beres-beres kamarnya, kamipun

berkenalan. Namanya Desy, dia Purwakarta. Seorang yang mempunyai kematangan dalam berpikir, curhat ke Desy itu menjadikan kelegaan tersendiri, seperti menemukan titik terang dari sebuah masalah. Ditambah ada Sinta, aku rasa dia pantas menjadi mamah untuk kami bertiga, dia yang paling mengayomi kami bertiga, pemikiran-pemikirannya yang begitu dewasa. Dan

terakhir ada Sabilla, menjadi pemanis diantara kami, menjadi kebisingan dan penghilang rasa stress ditengah

87

gemelut

tugas-tugas

seorang

mahasiswa.

Lalu

bagaimana pendapat kalian tentang diriku? Sama-sama melengkapi, merangkul satu sama lain. Ditengah kesendirin kami akhirnya kami mempunyai keluarga baru Dan mereka, seven icons sebutan kami. Lia

(yang sering kami sebut bundo), Maya, Harti, dan tak lupa trio Bekasi Ismi, Husnul, May. Mereka obat

tertawaku saat ini. Semoga kita bisa terus seperti ini ya kawan. Melukiskan kenangan-kenangan indah ditengah perantau kita demi pendidikan. Dan dia yang tetap setia, menemaniku yang masih takut tidur sendiri. Karena biasanya aku selalu tidur berdua dengan Hasna. Dia dengan setia

menelfonku tiap malam, kami mengobrol-ngobrol hingga rasa kantukku datang, dan akhirnya tertidur sendiri. Telfonnya pun mash tersambung ketika aku

tidur, setiap aku terjaga dari tidurku ia tetap ada. Sampai sekiranya aku sudah tertidur nyenyak baru ia tertidur juga.
88

Pernah waktu itu aku terjaga, ketika aku mau

memanggilnya lagi lewat telfon yang masih tersambung, tapi aku mengurungkan niatku karena kudengar

dengkurannya, nafas yang beraturan yang menandakan ia sudah tertidur nyenyak. Trimakasih pak presiden Dan bagaimana dengan para sahabatku? Cucun, Elsa, Guntara, Vito? Komunikasi kami tetap terjaga. Guntara meneruskan pendidikannya di Bekasi, Cucun dan Elsa meniti karir pekerjaan terlebih dahulu. Dan Vito, ia mendapatkan SNMPTN di Universitas

Padjajaran. *** Inilah awalnya dan disinilah nanti akan kubangun zona nyaman kembali. Dengan keluarga baruku, dengan teman-teman Sosiologi I C. baruku, dengan kelas baruku juga

Dan dengan mereka yang tetap setia

menemaniku, para sahabatku, dan dia pak presidenku. Dan yang lebih penting dengan Ridho dan doa serta keikhlasan ayah dan ibu. Untuk 4 tahun kedepan. Untuk meraih semua mimpi-mimpiku.

89

Dan suatu saat nanti semoga aku diberi kesempatan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku. Karena kesuksesanku berasal dari mutiara-mutiara keringat ayah dan ibu.

90

You might also like