You are on page 1of 2

BAB III ANALISA KASUS

Seorang laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan utama gusi bengkak dan keluhan tambahan nyeri pada seluruh gigi dan sakit kepala. Sejak 7 hari yang lalu, penderita mengeluh gusi membengkak, terasa nyeri saat makan (-), nyeri spontan (-), mudah berdarah (-), gigi terasa goyang di daerah pembengkakan gusi (-), demam (-). Penderita juga mengeluh nyeri di seluruh gigi, terutama saat mengunyah, nyeri dirasakan terus-menerus, sakit kepala (+), demam (-). Sejak 1 hari yang lalu, gusi makin membengkak, nyeri dirasakan mulai mengganggu aktivitas, penderita mulai kesulitan bicara akibat nyeri tersebut, nyeri saat makan (+), demam (-), sakit kepala (+). Penderita lalu dikonsulkan ke poliklinik gigi dan mulut RSMH Palembang untuk mendapatkan perawatan pada giginya. Saat ini penderita dirawat dibagian penyakit dalam dengan diagnosa suspek leukemia. Riwayat mendapatkan perawatan gigi sebelumnya tidak ada. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan berbagai masalah yang menimbulkan keluhan utama. Dari hasil pemeriksaan didapatkan pembesaran ginggiva pada regio A, B dan C, warna sama dengan sekitarnya, teraba keras, nyeri (-), mudah berdarah (-), permukaan terlihat licin dan mengkilat. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan ini dapat disimpulkan terjadi hiperplasia ginggiva pada pasien ini dengan etiologi yang paling memungkinkan akibat penyakit leukemia yang dideritanya. Pembesaran gingiva merupakan komplikasi oral yang paling umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi endothelial sehingga infiltrasi leukosit meningkat. Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya yang disebabkan oleh inflitrasi leukosit secara premature ke gingiva, sehingga menyebabkan pembesaran yang tidak normal. Secara klinis hiperplasia gingiva tampak sebagai suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila interdental menyebar ke daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik. Untuk penatalaksanaan dilakukan perawatan periodontal yang memerlukan konsultasi antara dokter gigi dan dokter spesialis yang menangani pasien. Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien hanya bertujuan untuk mengurangi dan mencegah infeksi dengan meningkatkan dan memelihara kesehatan rongga mulut pasien, seperti edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut agar tidak menjadi fokal infeksi yang berhubungan dengan penyakit yang diderita. Seperti pemilihan

sikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar, waktu dan frekuensi menyikat gigi yang tepat, serta penggunaan sikat lidah untuk penatalaksanaan lanjutan diperlukan konsultasi ke bagian bedah mulut. Selain masalah diatas juga didapatkan masalah lain dimana pada pemeriksaan didapatkan malposisi pada gigi 11,21,22,23,41,42. Untuk penatalaksanaan dapat dilakukan ortodontik untuk memperbaiki estetik dan fungsi dari gigi yang mengalami malposisi tersebut.

You might also like