You are on page 1of 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Biosorpsi Biosorpsi logam terjadi karena kompleksitas ion logam yang bermuatan positif dengan

pusat aktif yang bermuatan negatif pada permukaan dinding sel atau dalam polimer-polimer ekstraseluler, seperti protein dan polisakarida sebagai sumber gugus fungsi yang berperan penting dalam mengikat ion logam. Proses penyerapan ini berlangsung cepat dan terjadi pada sel hidup maupun sel yang telah mati (Volesky, 2000). Selain itu biosorpsi juga terjadi karena adanya peristiwa pertukaran ion dimana ion monovalent dan divalent seperti Na , Mg , Ca , K pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat (Suhendrayatna, 2001).
+ 2+ 2+ +

2.2.

Proses Elektroplating Proses elektroplating merupakan suatu proses (coating) oleh logam tertentu pada suatu

obyek dari bahan logam secara elektrolisis. Pada proses ini logam pelapis harus lebih mulia dari logam yang akan dilapisi. Logam yang akan dilapiskan bertindak sebagai anoda yang dihubungkan dengan kutub positif dari sumber tegangan, dibenamkan kedalam larutan elektrolit. Logam yang akan dilapisi (benda kerja) berlaku sebagai katoda dan dihubungkan dengan kutub negative dari sumber tegangan. Jika sumber tegangan dinyalakan maka arus akan mengalir melalui larutan elektrolit, sehingga menyebabkan anoda melarut dan selanjutnya menempel pada katoda membentuk suatu lapisan logam. Elektroplating merupakan salah satu cara penanggulangan korosi terhadap logam dan menambah ketahanan bahan. Disamping itu merupakan produk dekoratif atau memberi warna atau texture tertentu. Elektroplating merupakan salah satu aplikasi dari metode elektrokimia. Sesuai dengan namanya, metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks, yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda yang sama/berbeda dalam suatu system elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi elektrokimia. Sel elektrokimia yang menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi spontan didalamnya disebut sel galvani. Sedangkan sel elektrokimia dimana reaksi tak-spontan terjadi di dalamnya disebut sel elektrolisis.

Peralatan dasar dari sel elektrokimia adalah dua elektroda, umumnya konduktor logam, yang dicelupkan ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan maupun cairan) dan sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama yang berperan dalam metode ini adalah elektron yang dipasok dari suatu sumber listrik. Sesuai dengan reaksi yang berlangsung, elektroda dalam suatu sistem elektrokimia dapat dibedakan menjadi katoda, yakni elektroda dimana reaksi reduksi (reaksi katodik) berlangsung, dan anoda, dimana reaksi oksidasi (reaksi anodik) berlangsung.

2.3.

Limbah Industri Elektroplating Dari proses elektroplating dihasilkan limbah padat, limbah gas, dan limbah cair. Total

volume buangan limbah dari limbah pelapisan logam tidak banyak tapi racun yang dikandung dalam buangan ini cukup bahaya. Kebanyakan racun yang terkandung dalam limbah cair ini, adalah asam dan logam, seperti Cr, Cu, Zn, Ni, Cd, Co, pembersih alkalin, lemak dan minyak. Untuk membatasi polusi, limbah yang mengandung chrom seharusnya dipisahkan dan tidak diperbolehkan dicampur dengan limbah cair lain yang mengandung ammonia, urea,dan lain lain. Campuran antara limbah chrom dan limbah yang lain (urea dan ammonia) diusahakan memiliki persentase chromium sekecil mungkin dan sebelum tercampur sebaiknya kandungan chrom dihilangkan terlebih dahulu. Konsentrasi yang diijinkan untuk limbah chrom adalah tidak lebih dari 10 mg/lt sebelum dialirkan ke pengolahan secara biologi. Kandungan chrom dapat dideteksi antara lain dengan metode spektrofotometri dimana penyerapan warna pada chromium kompleks dapat diukur dengan panjang gelombang 540 m. Limbah yang akan dihasilkan pada proses elektroplating sebenarnya ada dua macam senyawa atau zat, yaitu zat organik dan zat inorganik selain juga sisa dari cairan proses elektroplating ini. Cairan sisa hasil proses ini mungkin bisa dicegah masuk ke saluran umum dengan cara menampung sisa prosesnya, tapi pada proses pencucian bahan hasil proses elektroplating kita tidak bisa menghindarkan cairan ini untuk masuk ke saluran pembuangan. Sebelum cairan ini masuk ke saluran umum sebaiknya cairan ini diolah terlebih dahulu dalam penampungan khusus. Cara pengolahannya bisa dilakukan secara bertahap. Tahap pertama menghilangkan zat zat anorganik berbahaya yang masuk ke dalam cairan buangan, Zat anorganik yang terbawa adalah bahan kimia proses elektroplating seperti krom, nikel, tembaga, asam sulfat, dan sebaganya. Untuk pengolahan limbah anorganik ini diuraikan secara detail di bagian

Penghilangan Kontaminan Inorganik. Setelah bahan pengotor anorganik ini diolah baru selanjutnya pengolahan bahan buangan organik yang terbawa dalam saluran buangan. Contoh bahan organik yang terbawa adalah, grease, oli, dan bahan pembersih seperti sabun. Cara pengolahan buangan bahan organik diuraikan di bagian Penghilangan Kontaminan Organik.

2.4.

Bacillus subtilis Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada

kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat (Cowandan Stells, 1973). Bacillus spp mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC dan suhu kurang dari 5 oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3) mampu tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10%), (4) mampu menghasilkan spora dan (5) mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya. Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang bersifat aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase. Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007). Jenis Bacillus (B. cereus, B. clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil terdiri dari spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi, immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya (Duc et al., 2004). Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan bakteriosin Bacillus sp. Gram positif diantaranya yaitu subtilin yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis (Kleinetal.1993), megacin yang dihasilkan oleh B. megaterium (Tagg et al., 1976), coagulin dihasilkan oleh B. coagulans (Hyronimus, 1998), cerein dihasilkan oleh B. cereus (Oscariz dan Pisabarro, 2000), dan tochicin yang dihasilkan oleh B. thuringiensis (Paik et al., 1997). Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein, atau senyawa yang mirip protein. Bakteriosin disintesis diri bosom oleh bakteri selama masa pertumbuhannya dan umumnya hanya menghambat pertumbuhan galur-galur bakteri yang berkerabat dekat dengan bakteri penghasil bakteriosin (Kone & Fung, 1992). Menurut Tagg et al., (1976), kriteria yang merupakan ciri-ciri bakteriosin adalah sebagai berikut: (1) memiliki spektra aktivitas yang lebih

sempit, (2) senyawa aktif merupakan polipeptida atau protein, (3) bersifat bakterisida, (4) mempunyai reseptor spesifik pada sel sasaran, (5) gen determinan terdapat pada plasmid. Senyawa antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp adalah basitrasin, pumulin, laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan bakteri Gram positif serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri Gram negatif. Sedangkan difficidin memilikis pektrum lebar, mikobacilin dan zwittermicin bersifat antijamur (Todar, 2005). Aplikasi bakteri ini dalam industry cukup banyak. Bacillus subtilis merupakan salah satu yang paling banyak digunakan untuk produksi enzymes dan bahan kimia khusus. Aplikasi industri termasuk produksi amylase, protease, inosine, ribosides, dan asam amino. Selain itu, aplikasinya banyak sekali. Enzymes diproduksi oleh B. subtilis dan B. licheniformis secara luas digunakan sebagai tambahan dalam laundry deterjen. Kemudian bakteri ini dapat memainkan peran dalam pengamanan limbah radionuclide (misalnya Thorium (IV) dan Plutonium (IV)) pembuangan dengan mengikat proton properti dari permukaan.

You might also like