You are on page 1of 18

JOURNAL READING

Fluoroquinolone antibacterial eye drops: effects on normal human corneal epithelium, stroma, and endothelium Pembimbing

dr. Trining Sp. M


dr. Sri Mastuti, Sp.M Disusun Oleh :

1. Ayu Nurhayati
2. Caesar Riefdi 3. Bramasto Adi Prabowo 4. Diana Hayati

01.207.5453
01.207.5361 01.208.5623 01.208.5631

5. Dimar Kumala Puspaningrum 01.208.5632


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Assalamualaikum Wr.Wb

LATAR BELAKANG

Fluorokuinolon merupakan tetes mata antibakteri spektrum luas yang efektif menghambat 2 enzim, bakteri topoisomerase IV & topoisomerase II (DNA gyrase). Tetes mata ini banyak digunakan utk infeksi mata & profilaksis perioperatif pada operasi mata karena keunggulannya. Fluoroquinolon relatif aman, meskipun telah menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap mamalia topoisomerase II, yg berkaitan dg DNA bakteri gyrase.1 Oleh karena itu juga mungkin obat tetes mata ini memiliki pengaruh pada sel kornea. Studi in vitro fluorokuinolon menggunakan kultur keratosit kornea manusia menunjukkan bahwa levofloxacin (LVFX) & moksifloksasin (MFLX) mungkin sitotoksik.2 Namun, efek dari obat ini secara in vivo tetap ditentukan.

LANJUTAN..

Dalam penelitian ini, menggunakan solusi oftalmik moksifloksasin 0,5% (MFLX) (Vegamox, Alcon Jepang, Tokyo, Jepang), sebuah fluoroquinolone generasi keempat dg penetration berair yg sangat baik3.4 & larutan tetes mata levofloxacin 0,5% (LVFX) (Cravit, Santen Pharmaceutical, Osaka, Jepang), sebuah fluoroquinolone generasi ketiga yg digunakan luas di Jepang, kami meneliti efek dari fluorokuinolon tetes mata antibakteri pada kornea manusia normal dalam hal waktu pecahnya lapisan dari film air mata (BUT) & tampilan morfologi epitel kornea, stroma, serta endotelium.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek dari dua obat tetes mata fluorokuinolon yaitu levofloxacin (LVFX) dan moksifloksasin (MFLX) pada kornea manusia.

METODOLOGI

Direkrut 40 relawan dewasa yg sehat dari masy di Departemen Ophthalmology, Tohoku University Graduate School of Medicine. Peneliti mengambil 30 relawan yg dinilai memenuhi syarat utk berpartisipasi melalui tes skrining & setelah memberikan persetujuan, mereka secara acak dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama menerima MFLX di mata kiri / LVFX di mata kanan mereka & kelompok kedua menerima MFLX di mata kanan / LVFX di mata kiri mereka. Penelitian dilakukan secara tersamar tunggal.

LANJUTAN.

Pemberian tetes mata ini diberikan 3x1 selama 7 hari perawatandinilai fungsional & morfologi perubahan kornea sebelum & sesudahnya serta dievaluasi dampak dari setiap studi obat pada epitel kornea, stroma, & endotelium melalui px ophthalmic termasuk waktu pecahnya lapisan air mata (BUT) yg diukur dg pewarnaan fluorescein & DR-1, uji Schirmer I, Heidelberg Retina Tomografi II Rostock Kornea Module (HRTII-RCM), mikroskop specular, & px Pentacum. Selain itu, subjek diminta utk mengisi kuesioner utk menilai kepuasan mereka dg studi tetes mata ini (sensasi iritasi & penurunan kenyamanan setelah perawatan) dg menggunakan skala analog visual (VAS) (0 hingga 100 mm).

LANJUTAN

Kriteria Eksklusi *memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap fluoroquinolon *cacat epitel kornea (termasuk superficial keratopathy pungtata (SPK)), *konjungtivitis, *riwayat keratitis herpes, *lakrimasi yg abnormal (uji Schirmer I pengukuran 5 mm / < / pengukuran BUT 5 detik / <), *penggunaan tetes mata antibakteri dlm wkt 1 minggu dr awal penelitian *penggunaan tetes mata selain tetes mata pada studi ini, *penggunaan lensa kontak dlm wkt 2 minggu dr awal penelitian *TIO > 21 mmHg *ketidakmampuan subjek utk memberikan persetujuan tertulis

LANJUTAN.

Data subjek dimasukkan & dianalisis menggunakan software Microsoft Excel 2003 (Microsoft Corporation, Redmond, WA) & JMP Versi 6 (SAS Institut Jepang Ltd, Tokyo, Jepang). Perbandingan dari studi dua tetes mata dilakukan oleh uji-t berpasangan. Pengukuran diwakili dalam mean standar deviasi. Gradasi dari film lapisan lipid air mata dibuat dg Mann-Whitney U-test. Perbandingan pasien dg cacat epitel kornea sebelum & sesudah pengobatan dilakukan dg menggunakan uji eksak Fisher.

HASIL

LVFX adl fluorokuinolon generasi ketiga dg spektrum yg relatif luas dr aktivitas antibakteri, memiliki kelemahan yg kurang aktif thdp kokus gram (+). Konsentrasi hambat minimum generasi keempat fluoroquinolon, MFLX & gatifloksasin (GFLX), terhadap staphylococcus & streptococcus >>> dibandingkan LVFX krn MFLX diketahui memiliki sekitar 2-3 kali lipat penetrasi okular <<< daripada tetes mata antibakteri lain,3,4. Obat ini diharapkan dapat memberikan manfaat klinis yg sangat baik.

LANJUTAN

Secara objektif mengevaluasi efek in vivo dr tetes mata fluorokuinolon pd mata manusia normal, meskipun beberapa subjek mengalami cacat epitel ringan kornea menurut penilaian AD (wilayah dan kepadatan gradasi) tidak ada perbedaan statistik yg signifikan diamati antara kedua tetes mata LVFX & MFLX. Selain itu, tidak ada efek samping yang jelas dari kedua obat tersebut pada epitel kornea, stroma, dan endotelium dicatat dalam evaluasi lainnya. Selain itu, tidak ada masalah terkait keamanan / kepuasan subyektif dg menggunakan studi tetes mata ini.

Dalam penelitian in vitro menggunakan kultur sel keratosit kornea manusia dilaporkan berdasarkan proporsi dari waktu konsentrasi eksposur dimana fluoroquinolon yg sitotoksik Ciprofloxacin adl yg paling sitotoksik utk keratosit kornea manusia (96%) MFLX (67%) Ofloksasin( 62,5%) GFLX (58%)LVFX (42%) disimpulkan bahwa fluoroquinolon mungkin berbeda dalam potensi sitotoksiknya utk keratosit kornea manusia2.

LANJUTAN

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik yg signifikan antara kelompok sebelum dan 7 hari setelah perawatan. Peneliti juga tidak menemukan bahwa adanya sel-sel Langerhans atau tidak ada selsel inflamasi ditampilkan dalam salah satu lapisan stroma. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua LVFX & MFLX mempengaruhi toksisitas pada kornea. Selain itu, sulit utk mempertimbangkan bahwa MFLX memiliki beberapa pengaruh pada stroma kornea dalam kondisi normal. Pada studi saat ini, kita memberikan tetes mata antibakteri fluorokuinolon ke mata manusia normal, & menyimpulkan bahwa fluorokuinolon ini digunakan dalam pengaturan klinis normal, cenderung menyebabkan sedikit perubahan histologis kearah sitotoksisitas. Oleh karena itu, penggunaan tetes mata fluorokuinolon pada kornea normal utk sterilisasi sebelum operasi intraokular / pencegahan terhadap infeksi pasca operasi tidak harus menjadi khawatir tentang sitotoksisitas pada sel kornea.

LANJUTAN.

Terdapat keterbatasan dalam menerapkan temuan pada pasien dg mata kering / epitel yg abnormal krn hanya melibatkan relawan sehat. Selanjutnya, hasil mungkin berbeda jika frekuensi perawatan ditingkatkan (misalnya, instillations setiap jam utk ulkus kornea). Dalam kasus yg parah dg kornea abnormal, efek dari AB harus diperiksa dg cermat. Mungkin ada keterbatasan dalam membandingkan 2 AB menggunakan beberapa px dg variabilitas tingkat tinggi dlm penelitian ini, seperti BUT. Namun, tidak ada perbedaan yang jelas antara 2 AB dlm rangkaian px rutin kami ini. Sebuah studi perbandingan acak dari MFLX 1% solusi yg berhubungan dg mata, di mana konsentrasinya adl 2 kali lipat dari produk yg dipasarkan di Jepang, pada pasien dg keratitis bakteri, keselamatan MFLX adl sebanding, OFLX larutan tetes mata 0,3% & tobramycin (1,33%) / cephazolin (5%) larutan tetes mata, & waktu utk menyembuhkan pada pasien non-exiting cenderung lebih singkat (cepat) utk MFLX dibandingkan OFLX.9 selain itu, sebuah studi larutan tetes mata MFLX 0,5% diteteskan ke bilik anterior pada saat operasi katarak melaporkan tidak ada perbedaan statistik yg signifikan dlm densitas sel endotel kornea setelah operasi / ketebalan kornea setelah 1 bln.10 Hal itu diduga, berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahwa konsentrasi tinggi MFLX di jaringan kornea tidak akan menimbulkan efek samping klinis.

LANJUTAN

Semua 30 subjek diminta utk mengisi kuesioner penilaian kepuasan mereka dg studi tetes mata ini (sensasi iritasi dan penurunan kenyamanan pada perawatan) menggunakan VAS (0 hingga 100 mm). Nilai rata-rata (95% confidence interval) dari "sensasi iritasi" adl 23,0 mm (14,1-31,8 mm) utk MFLX & 31,0 mm (22,4-39,6 mm) utk LVFX menunjukkan cenderung <<< pada MFLX, bagaimanapun, tidak ada tercatat perbedaan statistik yg signifikan (P = 0,1658, uji Wilcoxon rank-sum). Nilai rata-rata (interval kepercayaan 95%) dari "penurunan kenyamanan pada perawatan " adl 20,5 mm (12,9-28,1 mm) utk MFLX & 25,7 mm (17,1-34,4 mm) utk LVFX, juga menunjukkan kecenderungan <<< menguntungkan MFLX, bagaimanapun, tidak ada tercatat perbedaan statistik yg signifikan (P = 0,4539, Uji Wilcoxon rank-sum).

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan LVFX, MFLX digunakan dalam pengaturan klinis yang normal tidak menyebabkan efek samping yang jelas pada kornea manusia normal. Baik LVFX dan kelompok MFLX tidak mengalami perubahan yang signifikan dalam setiap pemeriksaan sebelum dan sesudahnya. Hal ini juga tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengukuran 7 hari setelah perawatan antara kelompok ini.

RANGKUMAN & HASIL PEMBELAJARAN

Pemberian tetes mata antibakteri fluoroquinolon relatif aman walaupun terdapat sedikit kejadian sitotoksisitas & tidak ada ES yg jelas dari kedua obat tersebut pada epitel kornea, stroma, & endotelium dicatat dalam evaluasi lainnya. Tidak ada masalah terkait keamanan / kepuasan subyektif dengan menggunakan studi tetes mata ini. Penilaian evaluasi tersebut dinilai melalui px ophthalmic termasuk waktu pecahnya lapisan air mata (BUT) yg diukur dg pewarnaan fluorescein & DR-1, uji Schirmer I, Heidelberg Retina Tomografi II Rostock Kornea Module (HRTII-RCM), mikroskop specular, & px Pentacum. Setelah itu, subjek diminta utk mengisi kuesioner utk menilai kepuasan mereka dg studi tetes mata ini (sensasi iritasi & penurunan kenyamanan setelah perawatan) dg menggunakan skala analog visual (VAS).

LANJUTAN.

Fluoroquinolon yg diteliti yaitu golongan generasi ketiga LVFX & golongan generasi keempat MFLX. Fluoroquinolon golongan generasi keempat MFLX merupakan yg paling efektif terhadap staphylococcus & streptococcus dibandingkan LVFX, & fluoroquinolon ini ditandai dg spektrum antibakterinya yg lebih luas. Secara khusus, karena MFLX diketahui memiliki sekitar 2-3 kali lipat penetrasi okular lebih rendah daripada tetes mata antibakteri lain. LVFX dan MFLX yg digunakan dalam pengaturan klinis dalam batas normal tidak menyebabkan efek samping yg jelas pada kornea manusia normal. Baik LVFX & kelompok MFLX tidak mengalami perubahan maupun perbedaan yg signifikan dalam setiap pemeriksaan sebelum & saat pengukuran 7 hari setelah perawatan antara kedua kelompok ini.

Alhamdulillah.. Terimakasih & Wassalamualaikum Wr.Wb

You might also like