You are on page 1of 3

1.

Quercetin Quercetin merupakan bagian dari kelas senyawa polifenol flavonoid (Lamson dan Matthew

2000). Nomenklatur untuk quercetin menurut IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) adalah 3,3 ', 4', 5,7-pentahy-droxyflavanone (atau sinonimnya 3,3 ', 4',5,7-pentahydroxy-2phenylchromen-4-one) (Kelly, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa quercetin memiliki gugus OH terikat pada posisi 3, 5, 7, 3 ', dan 4' (Gambar ) (Kelly, 2011). Quercetin terdapat sebagai glycoside (berikatan dengan gula [kelompok glycosyl]) atau sebagai aglycone (tidak berikatan dengan gula) (Ross JA, 2002). Quercetin (terutama sebagai quercetin glycoside), jenis paling melimpah dari molekul flavonoid, tersebar luas di kingdom plantae. Quercetin ditemukan dalam berbagai makanan termasuk apel, buah beri, sayuran brassica, caper, anggur, bawang, bawang merah, teh, dan tomat, biji-bijian, kacang-kacangan, bunga, kulit, dan daun. Quercetin juga ditemukan dalam tanaman obat, termasuk Ginkgo biloba, Hypericum perforatum (St John Wort), dan Sambucus canadensis (Kelly,2011). Berdasarkan penelitian, konsumsi jus buah dan sayuran mengalami peningkatan kadar quercetin yang sangat rendah bila dibandingkan dengan kenaikan dilaporkan setelah konsumsi bawang. Bentuk quercetin aglikon ditemukan dalam jumlah yang jauh lebih rendah dalam makanan. Dua macam sumber makanan yang lebih baik adalah bawang dan bawang merah, tetapi tergantung pada bagian mana dari makanan ini yang dimakan mempengaruhi banyaknya jumlah flavonol yang masuk dalam tubuh. Misalnya, quercetin dalam daging bawang merah adalah sekitar 99,2% quercetin glikosida dan 0,8 % quercetin aglikon. Pada kulit bawang merah kering komposisi hampir sebaliknya 83,3% quercetin aglikon dan 16,7% quercetin glukosida. Perbedaan yang sama terdapat juga pada bawang. Daging bawang berisi sebagian besar quercetin glukosida, dengan sedikit quercetin aglikon. Seperti bawang merah, lapisan kulit terluar dan bawang memiliki lebih banyak quercetin aglikon. Quercetin glikosida ditemukan dalam jumlah yang jauh lebih besar dalam makanan daripada quercetin aglikon. Ketika quercetin glikosida dikonsumsi, kelompok glycosyl dapat dilepaskan selama pengunyahan, pencernaan, dan penyerapan. Enzim di mulut dan usus dapat menghidrolisis quercetin glikosida menjadi aglikon. Bentuk quercetin aglikon dapat diserap lebih baik daripada bentuk

glikosida. Hal yang sama berlaku ketika mengkonsumsi daging bawang merah (hampir seluruhnya quercetin glukosida) dibandingkan dengan mengkonsumsi kulit bawang merah kering (mengandung banyak quercetin aglikon) pada sembilan relawan. Konsentrasi quercetin plasma maksimum

meningkat hampir empat kali lipat lebih besar setelah mengkonsumsi kulit kering bawang merah . Studi ini menunjukkan bahwa, pada manusia, quercetin aglikon lebih bioavailable dari pada quercetin glikosida. Quercetin akan lebih baik diserap ketika dikonsumsi dengan pectin dari apel. Hal tersebut karena perubahan komposisi dan jumlah ketika diserap dalam usus. Quercetin tampaknya juga lebih baik diserap ketika dikonsumsi dengan makanan yang memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi (dibandingkan dengan makanan yang sangat rendah lemak). Eliminasi dari quercetin ketika dicerna akan terhambat ketika dikonsumsi dengan makanan dengan lemak yang lebih tinggi.

Quercetin memiliki banyak manfaat potensial pada kesehatan manusia, misalnya pada penyakit kardiovaskuler, diabetes, hipertensi, penyakit imunitas, kanker, dan sebagai antioksidan (Kelly, 2011). Quercetin dapat mencegah kanker melalui beberapa mekanisme dibawah ini

Major Molecular Mechanisms of Action


Menurunkan Mutasi pada Protein P53 Mutasi p53 adalah kelainan genetik yang paling umum terjadi pada penyakit kanker. Quercetin (248 microM) ditemukan dapat menurunkan ekspresi protein p53 yang mengalami mutasi pada tingkat yang hampir tidak terdeteksi sebagai sel kanker pada kanker payudara. Quercetin dapat mencegah terbentuknya sel kanker dengan beberapa mekanisme, yaitu:

Penahanan pada Fase G1


Check-point pada fase G1 yang dikontrol oleh gen p53 adalah tempat utama untuk mengontrol proliferasi sel. Pada fase G1, jika ada sel yang mengalami kerusakan, gen p21 akan berhenti memberikan sinyal pada, sehingga sel tersebut akan keluar dari siklus sel dan mengalami proses repair. Contohnya, quercetin ditemukan dapat menangkap sel-T pada kasus leukemia dalam fase G1 akhir dari siklus sel. Jika kerusakan sel yang terjadi tidak dapat direpair, maka mutasi dapat bersifat permanen sehingga diturunkan kepada sel selanjutnya. Akumulasi dari mutasi ini akan memicu terbentuknya sel kanker. Quercetin juga memiliki fungsi untuk menahan fase G1, sehingga sel kanker tidak bisa melanjutkan ke fase selanjutnya dan mutasi gen yang terjadi tidak terlalu banyak yang diturunkan pada sel anak selanjutnya.

Penghambatan Tyrosin Kinase


Tirosin kinase adalah keluarga protein yang terletak pada atau dekat membran sel yang terlibat dalam transduksi sinyal faktor pertumbuhan (growth factor) ke nukleus. Ekspresi tirosin kinase diduga terlibat dalam oncogenesis karena kemampuannya untuk mengesampingkan pengaturan kontrol pertumbuhan peraturan normal. Quercetin adalah senyawa penghambat pertama tirosin kinase yang telah diuji coba pada manusia. Obat menargetkan aktivitas tirosin kinase (tyrphostins) yang diharapkan dapat berperan sebagai agen antitumor yang sebisa mungkin tidak memiliki efek samping sitotoksik.

Penghambatan Ekspresi dari Protein Ras


Mutasi pada protooncogen-ras ini efeknya dapat merusak enzim GTP di dalam sel, yang memicu timbulnya aktivasi sinyal terus-menerus untuk induksi replikasi DNA pada sel. Hal ini memicu terjadinya proliferasi sel yang tidak terkontrol, sehingga proses repair tidak dapat berjalan secara sempurna dan menginduksi akumulasi mutasi gen pada sel. Quercetin (10 microM) ditemukan dapat menghambat ekspresi onkogen ras p21 dalam kultur sel kanker usus besar.

Efek Samping dan Toksisitas


Berdasarkan penelitian, quercetin umumnya telah ditoleransi dengan baik . Dosis hingga 1.000 mg / hari selama beberapa bulan telah dibuktikan tidak menghasilkan efek samping pada darah pada fungsi hat i dan ginjal, hematologi, atau serum elektrolit. Saat ini, kekhawatiran toksisitas terbesar adalah kombinasi dari quercetin dosis tinggi dengan digoxin, karena efek yang mematikan dalam penelitiannya terhadap babi. Sampai informasi lebih lanjut tersedia pada tingkat dosis yang aman, penggunaan quercetin sebaiknya dihindari oleh orang-orang yang mengonsumsi digoxin.

Dosis
Dosis 150 mg / hari secara signifikan meningkatkan konsentrasi quercetin dalam plasma dan menunjukkan efek biologis pada manusia. Dosis yang paling umum dalam studi telah 1.000 mg / hari, umumnya terbagi dalam dua kali pemberian.

Lamson , Davis W., Matthew S. Brignall. 2000. Antioxidants and Cancer III: Quercetin. The
Official Journal of The American College for Advancement in Medicine. 5(3):196-208 Kelly, Gregory S. 2011. Quercetin. The Official Journal of The American College for Advancement in Medicine. 16(2):172-194

Ross JA, Kasum CM. 2002. Dietary flavonoids: Bioavailability, Metabolic Effects, and safety. Annu Rev Nutr. 22:19-34.

You might also like