You are on page 1of 7

GRANUL (GRANULA) Granul merupakan sediaan multiunit agglomerate dari partikel kecil serbuk.

Pemberian granul dapat dilakukan dengan memasukkan granul ke dalam kapsul gelatin lunak atau dibuat menjadi tablet yang dapat segera hancur. Granul merupakan hasil dari proses granulasi yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan bulatan atau agregat agregat dalam bentuk yang beraturan. Proses granulasi dapat dilakukan dengan metode granulasi kering dan granulasi basah (Pratiwi.2008). Formula Umum Granul 1. Zat Aktif Bisa terdiri dari satu jenis atau lebih bahan aktif. 2. Zat pengisi Diperlukan untuk memperbesar volume granul apabila zat aktif obat dalam jumlah kecil sehingga dapat dihasilkan berat dan volume granul yang sesuai. Contoh : Liquiritiae Radix, saccharum lactis, bolus alba (khusus untuk zat oksidator). 3. Zat pengikat Diperlukan untuk mengempalkan campuran serbuk agar dapat digulung menjadi massa granul. Contoh Succus Liquiritiae, tragakan, PGA, oleum cacao, adeps lance, vaselinum, pulvis gummosus (campuran PGA, tragakan dan saccharum album). 4. Zat pembasah Contoh : air, gliserol, sirupus simplex, madu, campuran bahan-bahan tersebut yang sesuai. 5. Zat penabur Diperlukan agar massa granul tidak lengket pada alat-alat/antara satu granul dengan granul yang lain. Contoh : Lycopodium talk. 6. Zat penyalut Diperlukan untuk : - menutupi rasa dan bau yang tidak enak, digunakan gula bila perlu dapat diberi pewarna/drages - mencegah oksidasi, digunakan perak, balsamum tolutanum - mencegah granul larut dalam lambung (salut enterik), biasanya untuk obat yang terurai oleh asam lambung/menyebabkan muntah, digunakan balsamum tolutanum, salol, gelatin, gula, kolodion (Stargoldman, 2012). Syarat Granul Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, sediaan memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan granul salut enterik tidak hancur dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus. 2. Memenuhi keseragaman bobot. 3. Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compressi yaitu dalam air 36- 38 selama 15 menit untuk granul tidak bersalut dan 60 menit untuk granul yang bersalut. Sedang untuk granul

salut enterik, direndam dulu dalam larutan HCI 0,06 N selama 3 jam, lalu dipindahkan dalam larutan dapar pH 6,8 suhu 36- 38, maka dalam 60 menit pengujian granul sudah hancur (Stargoldman, 2012). Granul effervescent (serbuk kasar) adalah granul-granul / serbuk kasar yang kering mengandung obat dan campuran lain, biasanya terdiri dari = Na bicarbonate, Acidum citrum, Acidum tartaricum (Sampoerna, 2013).

Dengan bentuk granul, maka kelarutan berkurang dan dapat menyebabkan sifat effervescentnya terkontrol, dengan cara :

Cara peleburan (fusion method) Cara basah ( wet method) Hasil yang diharapkan :

Granul yang stabil Sifat effervescent stabil Pemakaian asam basa efisien Rasa enak Lebih sering digunakan campuran acidum citricum dan acid tartaricum daripada sendiri sendiri. Acid citricum Acid tartaricum Cara peleburan = granul yang empuk = massa yang lengket sukar digranul

Campuran serbuk dipanaskan dalam oven ( 93-104oC ) / penangas air sampai terjadi massa yang lembab karena 1 molekul air yang keluar dari asam sitrat saat dipanaskan

Diayak (tergantung ukuran granul) Dikeringkan pada suhu rendah (<54oC ) Sebagai binding agent (bahan pengikat) adalah adanya 1 mol H2O kristal yang terdapat dalam satu mol acid citricum, jadi ditambahkan air ke dalam campuran serbuk Cara basah

Sebagai binding agent tidak perlu air kristalnya aidum citric, tapi bisa digunakan air yang ditambahkan pada cairan yang tidak melarutkan (alcohol), dan ini digunakan sebagai bahan pembasah yang bisa menghasilkan massa yang plastis. Dalam metoda ini bisa digunakan serbuk serbuk anhycleous jadi campuran serbuk dengan bahan pembasah yang tidak

melarutkan massa yang plastis/lembab, diayak, dikeringkan seperti pada peleburan (Sampoerna, 2013). Sistem Effervescent Pada system effervescent digunakan dua jenis pembawa, yaitu bahan pembentuk gel, yaitu polimer yang dapat mengembang atau golongan polisakarida, dan bahan pembentuk gas, yaitu sodium bikarbonat, asam tartrat, dan asam sitrat, Ketika obat kontak dengan asam lambung, asam lambung akan menembus polimer dan masuk ke dalam obat dan terjadi reaksi yang

menghasilkan gas CO2. Gas CO2 ini tidak dapat keluar karena tertahan oleh lapisan gel polimer hidrokoloid, sehingga menyebabkan sediaan dapat mengapung dan tertahan di lambung. Lapisan gel polimer memegang peranan penting dalam mempertahankan keterapungan untuk melepaskan obat secara terkendali. Jumlah dan jenis bahan pembentuk gas memilki efek yang besar terhadap ukuran partikel, kemampuan mengapung, struktur pori, morfologi, kecepatan pelepasan, dan kekuatan sediaan tersebut (Pratiwi.2008). Granul Effervescent Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan (Mohrle, 1989). Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas karbondioksida. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbondioksida sehingga dapat memberikan efek sparkle atau busa seperti soda (Lieberman et al, 1989). Garam effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dalam campuran yang kering, biasanya terdiri atas natrium bikarbonat, asam nitrat dan asam tartrat. Garam effervescent ini bila ditambah dengan air, maka komponen asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih. Segelas air yang ditambahkan pada

granul effervescent akan melarutkan dengan cepat dan hebat sehingga pembuihan terjadi di dalam gelas tersebut (Ansel, 1989). Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent dilarutkan di dalam air. Gas karbondioksida tersebut menghasilkan rasa seperti pada air soda dan gas tersebut akan menutupi beberapa rasa tertentu yang tidak diinginkan serta mempermudah proses pelarutan tanpa melibatkan pengadukan secara manual (Pulungan et al., 2004). Reaksi tersebut tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan, sehingga kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah penguraian dan ketidakstabilan produk, Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan granul effervescent. Jika komponen pembentuk effervescent kelarutannya rendah, maka reaksi tidak akan terjadi dan granul tidak larut dengan cepat (Lieberman et al, 1989). Effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dan tidak hanya dipilih satu macam asam saja karena penggunaan bahan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat digunakan sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Bila asam tartrat saja yang digunakan, akan menghasilkan campuran lengket dan sukar menjadi granul (Mohrle, 1989).

Sumber karbonat yang umum digunakan dalam pembuatan granul effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO3). Natrium bikarbonat yang digunakan akan bereaksi dengan asam dan perbandingan antara keduanya harus yang digunakan agar tidak menimbulkan rasa seperti sabun ataupun rasa asam dan pahit (Winarno, 1992). Natrium bikarbonat (NaHCO3) merupakan serbuk kristal berwarna putih yang memiliki rasa asin dan mampu menghasilkan karbondioksida dalam system effervescent. Natrium bikarbonat atau dalam makanan sering disebut soda kue mempunyai sifat larut sempurna dalam air, nonhigroskopik dan harganya murah (Rohdiana, 2004).

Daftar Pustaka SAMPOERNA, PUTERA, EKO. 2013. Granul Effervescent. Available online at http://ekoputerasampoerna.blogspot.com/2012/07/granul-effervescent.html [Diakses pada 9 Mei 2013]. Stargoldman. 2012. Granul. Available online at http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/investigative-medicine/2334091-granul-granula/ [Diakses pada 9 Mei 2013]

Pratiwi, Rezki, Nurina. 2008. Karakteristik Sediaan. FMIPA UI. Depok


Ansel, C. H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. UI Press, Jakarta. Mohrle, R. 1989. Effervescent tablets. Dalam :H.A. Lieberman, L. Lachman dan J.B. Schawartz. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets, Volume 1, 2nd Edition. Marcel Dekker, Inc. New York Lieberman, H.A., L. Lachman dan J.B. Schawartz. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets, Volume 1. Marcel Dekker, Inc. New York Pulungan, M.H., Suprayogi dan B. Yudha. 2004. Effervescent Tanaman Obat. Trubus Agrisarana. Surabaya Rohdiana, D. 2004. Mengenal Teknologi Tablet Effervescent. Available online at www.google.com/search?q=cache:79t26wYNIycJ:www.pikiranrakyat.com/cetak/0403/10/1 0/Cakrawala/lainnya2.html+effervescent&hl=en&Ir=lang_id. [Diakses pada 9 Mei 2013] Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta

You might also like