You are on page 1of 11

1.

Pengertian Pencemaran Tanah

Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap kehidupan sangat besar. Tanah adalah tempat produksi sebagian besar makanan bagi makhluk hidup, oleh karenanya , patut dibicarakan lebih mendalam. Tanah terdiri atas berbagai lapisan yang disebut horizon-horizon. Dengan demikian dikenal lapisan atas atau horizon A, atau top soil, di bawahnya ada horizon B, atau sub soil, dan didapat horizon C yang terdiri atas hasil pelapukan batuan, dan dibawahnya lagi ada batuan-batuan atau bedrock.1 Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan mengandung bahan-bahan padat dan zat organic, air, dan rongga-rongga udara, bagian-bagian mineral dari tanah dibentuk oleh batuan induk oleh proses-proses pelapukan fisik, kimia dan biologis.2 Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organic dan anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Sebagai factor produksi pertanian tanah mengandung hara dan air yang perlu di tambah untuk mengganti yang habis di pakai.3 Komposisi tanah bergantung kepada proses pembentukanya kepada iklim,kepada jenis tumbuhan yang ada,kepada suhu dan kepada air yang ada di sana. Pencemaran menyebabkan susu-tanah mengalami perubahan sususnannya,sehingga mengganggu kehidupan jasad yang hidup di dalam tanah maupun di permukaan.4 Bila dibandingkan dengan luas bumi secara keseluruhan, maka tanah pada permukaan bumi hanya merupakan lapisan selaput tipis. Tetapi, lapisan tipis dari tanah ini sangat penting karena menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.5 Akan tetapi, akhir-akhir ini makin banyak polusi di lingkungan kita. Tanah pun menjadi tempat penampungan berbagai bahan kimia. Banyak dari gas SO2 yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batu bara atau bensin berakhir dengan sulfat yang masuk ke dalam tanah atau tertampung di atas tanah. Nitrogen Oksida (NO) yang dirubah di atmosfer menjadi nitrat akhirnya akan terdeposit ke tanah. Tanah menyerap NO dan NO2 dengan cepat dan gas-gas tersebut mengalami oksidasi menjadi nitrat dalam tanah. Karbon monoksida diubah menjadi CO2 oleh bakteri dan ganggang dalam tanah. Partikel timbal (Pb), yng berasal dari gas buang kendaraan bermotor ditemukan pada lapisan atas tanah sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas. Timbal di lapisan atas tanah ditemukan juga di daerah yang dekat dengan penambangan dan peleburan timbal. Tanah juga sebagai tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan penumpukan sampah (landfill), kolam lumpur (lagoon), dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan pertanian dari bahan-bahan organic berbahaya yang dapat mengurai juga merupakan tempat pembuangan yang menyebabkn pencemaran tanah terjdi. Hal ini terjadi

1 2

Juli Soemirat Slamet. Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), hlm. 138 Saeni M. S, Kimia lingkungan, (Bogor:IPB Press, 1989), hlm. 110 3 Tresna A. Sastrawijaya, Pencemaran lingkungan, (Jakarta: Rinekacipta, 1991), hlm. 60 4 Ibid, hlm. 67 5 Dr, Rukaesih Achmad, M.Si, Kimia lingkungan edisi kesatu, (Yogyakarta: ANDI, 2004), hlm. 77

karena bahan organic tadi di dalam tanah diuraikan oleh mikroba-mikroba tanah. Selain itu pembuangan kotoran dan pemupukan yang berlebihan dapat menambah pencemaran tanah. Senyawa-senyawa organic menguap (VOC), seperti benzene, toluene, xeylen, diklorometan, trikloroetana dan trikloroetena, merupakan bahan pencemar tanah yang umum dikeluarkan industry atau daerah perdagangan bahan-bahan tersebut. Salah satu sumber kontaminan yang paling umum adalah kebocoran dari bagian bawah tangki penyimpan limbah cair. Beberapa bahan pencemar senyawa organik terlihat pada humus pada waktu proses pembentukan humus dalam tanah. Bahan-bahan ini menetap dalam humus sehingga menyebabkan terjadi pencemaran pada humus yang akan terbentuk. Tanah menerima sejumlah besar pertisida sebagai akibat dari penggunaan yang berlebihan pada pemberantasan hama pertanian. Secara global diperkirakan pestisida digunakan sebanyak 2,5 juta ton per tahun. Degradasi dari sejumlah besar pestisida dalam tanah sangat memberikan pengaruh terhadap lingkungan.6

2.

Penyebab Pencemaran Tanah

Bahan kimia berdasarkan sumbernya yaitu berasal dari industri, pertanian, domestic, perkotaan, dan peristiwa alam. Sumber kontaminasi berdasarkan pergerakan sumber pencemar bisa berupa titik dan nontitik. Biasanya sumber pencemar bisa berupa titik, lebih mudah diidentifikasi daripada sumber pencemar nontitik. Produksi, penggunaan, dan pembuangan bahan kimia industri mengakibatkan kontaminasi tanah dan air. Kegiatan produksi mengakibatkan kontaminasi bila hasil samping bahan kimia itdak diolah sebelum dibuang. Contohnya limbah Arsen pada tambang tembaga yang sering dijumpai pada tanah dan air. Selain itu adanya merkuri organic yang bersumber dari pabrik kertas, bahan kimia yang berasal dari pertanian misalnya pestisida dan pupuk kesemuanya akan mengkontaminasi tanah, air, dan air tanah. Beberapa peptisida akan berada dalam tanah sampai beberapa tahun kemudian akan mengalir kebadan air dan mengkontaminasi organisme yang ada di dalamnya. Bahan organic tanah terbagi menjadi dua, yaitu bahan nonhumus yang merupakan bahan dari sisa tanaman dan binatang yang masih segar dan belum terdegradasi misalnya protein, karbohidrat, asam organic, gula, lemak, dan pigmen. Bahan humus adalah bahan yang sudah mengalami degradasi dan menghasilkan humus, misalnya asam fulcata, asam humus, (karboksil, phenol hidroksil, karbonil).7 2.1 Sampah

Tanah digunakan untuk membuang sampah berbahaya yang cair maupun padat. Yang dimaksud dengan sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang
6 7

Ibid, hlm. 134 H.J. Mukono. Toksikologi Lingkungan (Surabaya: Airlangga University Press, 2005), hlm. 216-222

tidak mudah membusuk. Yang membusuk terutama terdiri atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun, dan lain-lain. Sedangkan yang tidak mudah membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, logam, ataupun abu, bahan bangunan bekas, dan lainlain. Kotoran manusia, sekalipun padat tidak termasuk ke dalam definisi sampah ini, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar. Atas dasar definisi tersebut, maka sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut : 8 A. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan antara lain, gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun, H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima; jadi penumpukan sampah yang membusuk tidak dibenarkan. Di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, sampah kebanyakan terdiri atas sampah seperti ini. Tetapi bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat anorganik yang berguna bagi fotosintesa tumbuhan. B. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya. Sampah jenis ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bemanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut. C. Sampah yang berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu inipun tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Hanya, karena ukuran debu atau abu itu relatif kecil, maka fraksi ukuran yang <10 mikron dapat memasuki saluran pernapasan. D. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya 2.2 Sumber Polutan Bahan Kimia dalam Tanah dan Air:9 A. Pestisida Pestisida dapat digolongkan menjadi pestisida nonpersisten (sedikit mengandung residu), agak persisten (mengandung residu sedang) dan persisten (mengandung residu cukup besar). Dikatakan persisten apabila 75-100% pestisida tersebut tinggal dalam media tanah dan air. Pestisida nonpersisten mempunyai nilai persistensi antara 1-12 minggu. Pestisida agak persisten mempunyai persisensi antara 1-18 bulan dan pestisida yang persisten mempunyai nilai persistensi 2-5 tahun. Hal tersebut tergantung kondisi lingkungan dan kelas dari pestisida tersebut.
8 9

Slamet, Op cit., hlm. 153 Mukono, Op Cit., hlm. 216-222

Jadi peptisida yang amat membantu manusia jika di pakai dalam jumlah yang tepat, dapat membunuh mikroba jika di pakai berlebihan. Demikian juga pupuk yang amat berguna memberikan hara bagi tanaman, jika diberikan berlebihan menjadikan racun bagi tanaman. Tumbuhan hewan kecil dapat membunuhnya,jika ada dalam jumlah terlalu banyak dalam tanah. Deterjen yang bersisa tidak dapat terurai juga akan mencemari tanah. Zat-zat yang ada dalam deterjen itu masuk kedalam tanah dan mencemari tanah. Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan oleh makhluk pengurai dalam waktu lama akan mencemarkan tanah.10 B. Bahan Kimia Organik Non Pestisida Bahan tersebut antara lain hidrokarbon alifatik dan aromatic, dan merupakan bahan kimia dalam industri, plasticizer, dan pelarut. C. Logam Antara lain; merkuri (Hg), cadmium (Cd), timbale (Pb), arsen (As), selenium (Se). D. Ion Organik Ion NO3, PO4, dan O2 mengakibatkan gangguan lingkungan yaitu terjadinya eutrofikasi dan algae bloom. Juga Nitrat, Fosfat, dan Flourida. E. Asbestos Sebagai bahan dasar dari asbestos adalah mineral silikat yang banyak digunakan untuk peralatan rumah tangga seperti isolator listrik, produk semen, lantai, produk kertas, dan cat. Struktur partikelnya fibrous dan larut dalam asam serta dapat mencemari tanah dan air. Jenis asbestos seperti actinolite, serpentine, dan chisalite dapat mengganggu kesehatan. Efek asbestos terhadap gangguan kesehatan berupa penyakit asbestosis dan kanker seperti bronchogenic carcinoma, mesothelioma, dan squamous cel carcinoma.

3.

Dampak Pencemaran Tanah 3.1 Dampak Pada Kesehatan

Tanah dapat mempengaruhi kesehatan, karena mengandung berbagai zat fisis, kimia, dan biologis yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Contohnya, tanah yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang mungkin tidak dapat diobati, PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Pengaruh tanah terhadap kesehatan dapat ditinjau dengan membagikannya ke dalam pengaruh yang langsung dalam bentuk penyakit bawaan tanah (soil-borne) dan pengaruh kesehatan yang tidak

10

Sastrawijaya, Op cit., hlm. 73

langsung akibat pemanfaatan lahan, yakni khususnya, kesehatan lingkungan kelembapan, persampahan, kesehatan lingkungan kerja dan kesehatan radiologis.11 3.1. 1 Pengaruh Langsung Pengaruh tanah terhadap kesehatan digolongkan kepada penyakitpenyakit yang menyebar lewat tanah. Zat-zat yang terkandung dapat berasal dari tanah itu sendiri maupun berasalkan dari luar tanah, sebagai akibat pengotoran ataupun pencemaran. Penyakit-penyakit sedemikian disebut sebagai penyakit bawaan tanah atau soil-borne diseases; beberapa yang penting di antaranya tampak pada tabel berikut :

Penyakit Penyakit Menular Penyakit Bakterial : Tetanus Antrax Penyakit Jamur Histoplasmosis Aspergillosis Penyakit Cacing : Oxyuriasis Ancylostomiasis

Penyebab C. tetani B. anthrasis H. capsulatum A. fumigatus E. vermicularis N. duadenale

Penyakit Tidak Menular P. Itai-itai Byo Fuorosis

Keracunan Cd Keracunan Fluor

Penyakit bawaan tanah ini dapat berupa penyakit menular dan tidak menular. Penyakit yang menular dapat disebabkan oleh bakteri, terutama pembuat spora seperti Bakteri Tetanus dan Anthrax. Kemudian penyakit yang disebabkan oleh jamur, juga karena dapat membuat spora, dan cacing. Spora dan cacing ini kesemuanya dapat menyebar bersamasama debu2. 3.1.2. Pengaruh Tidak Langsung Bagaimana orang memanfaatkan tanah/lahan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Pengaruh tata guna tanah terhadap kesehatan dapat terjadi karena berbagai pemanfaatannya yang tampak dalam tabel berikut:

11

Slamet, Op cit., hlm. 140

Tata Guna Lahan Kehutanan Taman Bercocok Tanam Tanah berair, danau, rawa, teluk

Pengaruh terhadap Kesehatan Lingkungan Reservoir vektor, agent, dll Kesehatan Lingkungan Rekreasi Kesehatan makanan, air, dll Pekembangbiakan, vektor, dll

Tempat Tinggal Perkotaan Industri Transportasi

Kes. Lingkungan Pemukiman Kes. Lingkungan Bangunan, Persampahan Kes. dan Keselamatan Lingkungan kerja Kes. Lingkungan Transportasi, Pariwisata Kes. dan Keselamatan Lingkungan Kerja Toxikologi Lingkungan

Eksploitasi Mineral

Seperti juga halnya dengan lingkungan lainnya, manusia memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Litosfer digunakan manusia untuk bermukim, untuk melakukan segala kegiatan, seperti pertanian, industri, dan tempat pembuangan limbah yang padat, ataupun persampahan. 3.2 Dampak Pada Lingkungan Atau Ekosistem

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama. Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun atau berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut.

3.3

Dampak yang Disebabkan Oleh Sampah

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, tetratogenik, dan lainlainnya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industry. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobic, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara anaerobic apabila oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobic akan menghasilkan cairan yang disebut leachate beserta gas. Leachate atau lindi ini adalah cairan yang mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dan hasil penguraian mikroba; biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Khlorida, Sulfat, Phosfat, Zn, Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, asam organic, dan H2. Tergantung dari kualitas sampah, maka di dalam leachate bisa pula didapat pula mikroba pathogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya. Dengan bertambahnya waktu, maka jumlah lindi akan berkurang. Zat anorganik seperti khorida sulit sekali berkurang sekalipun terjadi proses atenuasi di dalam tanah. Proses atenuasi seperti telah diuraikan terdahulu dapat berupa pertukaran ion, adsorpsi, pembentukan kompleks, filtrasi, biodegradasi, dan presipitasi. Oleh karenanya, khlorida dan zat padat tergantung dapat digunakan sebagai indicator untuk mengikuti aliran lindi. Pengaruh terhadap kesehatan dapat terjadi karena tercemarnya air tanah, tanah, dan udara.12 Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan fektor yang berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus. Seperti kita ketahui, lalat adalah vector berbagai penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebabkan penyakit pest.

4.

Cara Penanggulangan Pencemaran Tanah 4.1 Penanganan Pestisida

Penanganan pestisida ialah dengan tidak menggunakannya. Cara ini terbaik hasilnya, tetapi hama tanaman mengakibatkan hasil produksi menurun. Cara yang dapat ditempuh antara lain: a. b. c.
12

Pengaturan jenis tanaman dan waktu menanam Memilih varietas tanaman yang tahan lama Menggunakan musuh alami untuk hama

Slamet, Op cit., hlm. 155

d. e. f.

Menggunakan hormon serangga Memanfaatkan daya tarik seks untuk serangga Pemandulan (sterilisasi)

Di samping itu kita juga perlu: a. b. c. d. e. Memahami kegunaan pestisida yang bersangkutan Mengikuti petunjuk pemakaian Mematuhi perizinan Hati-hati dalam penyimpanan Menggunakan alat-alat pelindung seperti masker, kacamata, dan pakaian

Pada dasarnya cara-cara yang ditempuh itu berlaku untuk bahan kimia, pupuk, atau deterjen. Kehati-hatian pada penggunaan behan-bahan ini perlu diperhatikan. Jangan sampai bahan-bahan itu tercecer, mengenai badan manusia, atau mencemarkan lingkungan. 4.2 Penanganan Sampah Penanganan sampah ialah mencegah timbulnya pencemaran. Beberapa cara yang dapat dilakukan yakni: a. Cara Penimbunan (dumping) Cara ini bertujuan untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka, dan di laut. Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit, dan pencemaran. b. Sanitary landfill Cara kedua ini ialah pengisian tanah kesehatan dengan mengisi tanah berlegok dan kemudian menutupnya dengan tanah; pada cara ini dibutuhkan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena ditimbun dan ditutup. c. Pencacahan (grinding) Limbah organik dimasukkan ke dalam mesin penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih lanjut. d. Pengkomposan (composting) Pengolahan limbah untuk memperoleh kompos untuk menyuburan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan limbah organik menjadi
8

anorganik pada suhu dan kelembapan udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu (bakteri dan jamur). e. Pembakaran (incineration) Cara ini dengan pembakaran yang menghasilkan gas dan residu. f. Pirolisis Mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan pembakaran tidak sempurna atau suatu proses peruraian kimia isomerisasi, deoksigenasi, denitrogenisasi. Misalnya menjadi cairan, gas, dan padatan dari limbah asal selulosa.13 g. Pengolahan Sampah14 1. Reduce Reduce artiya mengurangi atau mereduksi sampah yang akan terbentuk. Hal ini dapat dilakukan bila ibu-ibu rumah tangga kembali ke pola lama yaitu membawa keranjang belanja ke pasar. Dengan demikian jumlah kantong plastic yang dibawa ke rumah akan berkurang (tereduksi) 2. Re-use Re-use adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk seperti penggunaan bahan-bahan plastic/kertas bekas untuk benda-benda souvenir, bekas ban untuk tempat pot atau kursi taman, botol-botol minuman yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya 3. Recycle Recycle agak berbeda dengan kedua progam sebelumnya. Dalam hal ini, sampah sebelum digunakan perlu diolah ulang terlebih dahulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur-ulang seperti kertas atau plastic bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas dan sampah organic yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur ulang menjad kompos (pupuk). Proses daur ulang ini juga dapat mengubah sampah menjadi energy panas yang dikenal dengan proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah dilakukan oleh beberapa industry di Jakarta yaitu menggunakan limbah padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan air limbahnya tidak dibuang ke tanah tapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami pengeringan. Untuk mendaur ulang bahan-bahan kertas, plastic, atau logam, dibutuhkan sampah dalam keadaan bersih artinya tidak tercampur antara suhu bahan dengan bahan lainnya. Ini berarti setiap orang harus memilah sampah sebelum dibuang ke tempat sampah. Pemisahan sampah dapat dilakukan antara sampah organic biodegradable seperti sampah dapur dengan nonbiodegradable seperti plastic. Selain itu dipisahkan antara kertas bekas, plastic bekas, karton, dan sebagainya
13 14

Sastrawijaya, Op cit., hlm. 73-74 Achmad, Op cit., hlm. 140-141

dari pecahan kaca atau logam. Hal ini telah dilakukan oleh beberapa Negara maju seperti Australia, Canada (yang dikenal dengan Blue Box System), dan Negaranegar Eropa. Dengan system kota biru ini yaitu pemilihan sampah untuk didaur ulang yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga di Ontario-Canada tahun 1990 telah menghasilkan 14% dari seluruh sampahnya dapat didaur ulang atau sekitar 260.000 ton sampah. Oleh karena itu sudah waktunya penghuni setiap rumah di Indonesia khususnya di kota-kota besar untuk melakukan pemilahan sampahnya sebelum dibuang ketempat pembuangan sementara (TPS)nya masing-masing. Selain itu juga diharapkan dapat turut serta dalam program reduce dan re-use sampah. Dengan demikian, bila seluruh warga melaksanakan ketiga pogram tersebut (3R), maka masalah pencemaran tanah oleh sampah akan berkurang.

10

Daftar Pustaka

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan Edisi Kesatu. Yogyakarta: ANDI H.J. Mukono. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press Saeni M. S. 1989. Kimia lingkungan. Bogor: IPB Press Sastrawijaya, Tresna A. 1991. Pencemaran lingkungan. Jakarta: Rinekacipta Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

11

You might also like