You are on page 1of 54

LARUTAN, EMULSI, SUSPENSI dan EKSTRAK

PENDAHULUAN

Alasan penggunaan sediaan cair:


Dapat digunakan untuk berbagai rute pemberian: oral, diberikan ke rongga tubuh, pemakaian luar. Absorbsi larutan berair > suspensi berair > tablet atau kapsul. Tujuan penggunaan obat Penggunaan internal atau eksternal Kelarutan dan konsentrasi obat Pemilihan pembawa cairan Stabilitas fisika dan kimia obat dan eksipien Pengawetan Penggunaan eksipien yang tepat: dapar, peningkat kelarutan, zat pensuspensi, zat pengemulsi, zat pengatur viskositas, pewarna dan perasa.

Pertimbangan dalam penyiapan sediaan:


PELARUT

Memilih pelarut yang tepat karakteristik FISIKOKIMIA!


Kelarutan Kejernihan Toksisitas Viskositas Tersatukan dengan eksipien lain (kompatibilitasinkompabilitas) Inert secara kimia Bau Warna Harga

AIR

Paling umum digunakan Tidak berasa, tidak mengiritasi, ideal secara farmakologi Kualitas air sangat berpengaruh terhadap stabilitas sediaan:

Air murni: air yang diperoleh dengan deionissasi, destilasi, penukar-ion, reverse osmosis, filtrasi, atau cara lain yang sesuai. untuk sediaan farmasi, pengujian, semua operasional farmasetik. Air Untuk Injeksi Bakteriostatik atau Air Untuk Injeksi Steril: untuk pemberian parenteral.

ALKOHOL

Keumuman penggunaannya di urutan kedua setelah air.


+ air hidroalkohol: banyak digunakan untuk ekstraksi. Alkohol (USP): 94,9 % - 96,0 %. Alkohol terdehidrasi (USP): 99,5 %.

Alasan penggunaan: dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan, dapat melarutkan zat-zat yang tidak larut dengan air, dapat berfungsi sebagai pengawet atau membantu pengawetan dengan paraben, benzoat, sorbat, dll. Punya potensi toksik pembatasan dan peringatan pada label:

Obat bebas (OTC) untuk anak < 6 tahun: kadar alkohol 0,5 %. OTC untuk anak 6 12 tahun: kadar alkohol 5 %. OTC untuk anak 12 tahun dan dewasa: kadar alkohol 10 %.

GLISERIN: jernih, manis, dapat bercampur dengan air dan alkohol.

Digunakan untuk sediaan oral, tetes telinga, tetes mata, topikal, parenteral.

PROPILEN GLIKOL: cairan kental, dapat bercampur dengan air dan alkohol.

Digunakan sebagai ekstraktan, pelarut, pembawa untuk emulsi, pembawa untuk flavour, pengganti etanol karena tidak mudah menguap.

PERTIMBANGAN STABILITAS

Sediaan cair kurang stabil dibanding sediaan padat. Faktor-faktor penyebab ketidakstabilan:

Reaksi asam basa Katalisis asam basa Oksidasi reduksi

interaksi komponen zat-zat, interaksi wadah-produk

Zat yang mudah teroksidasi: + antioksidan dan zat pengkhelat.

Tabel 1. Antioksidan dan Zat Pengkhelat yang Umum Digunakan dalam Sediaan Cair
Antioksidan Zat Pengkhelat

Alfa tokoferol
Asam askorbat Acorbil palmitat Butylated hyroxyanisole

Asam sitrat monohidrat


Dinatrium edetat Dikalium edetat Asam edetat

Butylated hyroxytoluene
Monotiogliserol Kalium metabisulfit Asam propionat

Asam fumarat
Asam malat Asam fosfat Natrium edetat

Propil galat
Natrium askorbat Natrium bisulfit Natrium sulfit

Asam tartrat
Trinatrium edetat

Natrium metabisulfit

PENGAWETAN TERHADAP MIKROORGANISME

Sediaan cair sangat baik bagi pertumbuhan kapang, jamur dan bakteri (terutama Pseudomonas, E.Coli, Salmonella, Staphylococcus) Pemilihan:

Merupakan antimikroba berspektrum luas Stabil selama penyimpanan Tidak toksik Tidak men-sensitisasi Kompatibel dengan komponen-komponen dalam sediaan Murah Relatif bebas rasa dan bau.

Tabel 2. Pengawet yang Umum Digunakan pada Sediaan Cair

Antimikroba Benzalkonium klorida Benzetonium klorida Benzil alkohol Bronopol Setrimida Setilpiridinium klorida Klorheksidin Klorobutanol Klorkresol Kloroxylenol Kresol

Antimikroba Etil alkohol (15-20%) Gliserin (20 30%) Heksetidin Imidurea Fenol Fenoksietanol Feniletil alkohol Fenilmerkuri nitrat Timerosal

Antifungi Butil paraben Metil paraben Etil paraben Propil paraben Asam benzoat Kalium sorbat Natrium benzoat Natrium propionat Asam sorbat

SEDIAAN LARUTAN

DEFINISI

Larutan adalah campuran homogen ( molekul solut terdispersi di antara molekul-molekul solven) yang disiapkan dengan melarutkan padatan, cairan, atau gas dalam cairan lain.

Penggolongan

Berdasarkan tempat pemberian: larutan oral, larutan otis (telinga), larutan oftalmik (mata), larutan topikal (kulit). Berdasarkan komposisi: sirup (larutan berair mengandung gula), eliksir (larutan hidroalkoholik yang manis); spiritus (larutan zat aromatis dalam alkohol); air aromatis (jika pelarutnya air). Berdasarkan metode pembuatan dan konsentrasi: tingtura atau ekstrak cair.

MACAM-MACAM SEDIAAN LARUTAN BERAIR


1.

Air aromatis USP: air aromatis adalah larutan jernih yang dijenuhkan dengan minyak atsiri atau zat aromatis dan volatil lainnya.

Digunakan sebagai pembawa flavour (pemberi aroma) atau parfum. Air peppermint, kayumanis, dll terkonsentrasi dibuat dengan cara: larutkan 20 mL minyak atsiri dalam 600 mL etanol 90%. Tambahkan air murni secukupnya ad 1000 mL. Aduk keras-keras. Tambahkan 50 g talc murni steril, kocok beberapa jam, dan saring. Air aromatis dibuat dengan mengencerkan konsentrat tersebut di atas sebanyak 39 kali.

2.

DOUCHES Adalah larutan berair yang digunakan langsung pada bagian atau lubang di tubuh, sebagai pembersih atau antiseptis. Contoh: eye douchess, pharyngeal douches, vaginal douches. Komponen:
Antimikroba: benzalkonium klorida, paraben, klorotimol; Anestetik atau antripruritus: fenol atau mentol; Astringen (zink sulfat, kalium alum); Surfaktan (Na lauril sulfat); Pengubah pH (Na bikarbonat, asam sitrat)

3.

ENEMA Adalah larutan yang digunakan secara rektal untuk efek lokal (misalnya hidrokortison) atau sistemik (misal aminofilin). Harus steril. Komponen:

Zat: antelmintik, nutritive, sedatif, stimulan, metronidazol, indometasin, asam valproat. Pembawa: NaCl, Na2CO3, NaHPO4, mineral, etanol, propilenglikol.

4.

5.

GARGLE Adalah larutan berair yang mengandung antiseptik, antibiotik dan/atau anestetik untuk digunakan di faring atau nasofaring. Contoh zat: nistatin untuk infeksi fungi. Digunakan dengan cara dikumur-kumur selama mungkin, kemudian dibuang. PENCUCI MULUT Adalah larutan berair yang biasanya konsentrasinyatinggi yang mengandung satu atau lebih zat akif dan eksipien. Mengandung alkohol, flavouring agent, pewarna, surfaktan.

6.

JUS Adalah sediaan yang dibuat dari buah matang segar yang digunakan dalam pembuatan sirup. Harus ditambah pengawet, misalnya asam benzoat, kemudian didiamkan beberapa hari sampai pektin diuraikan oleh aksi enzimatis yang ditunjukkan oleh jus yang disaring menghasilkan larutan jernih dengan alkohol.

7.

LARUTAN NASAL Adalah larutan yang digunakan untuk dilewaktkan melalui hidung sebagai tetes hidung atau spray. Mengandung:

Simpatomimetik lokal untuk mengurangi kongesti (sumbatan) pada hidung, misalnya efedrin sulfat, naphazolin HCl. Diatur pH, dan viskositasnya. Antimikroba

8.

LARUTAN OTIS Adalah larutan yang digunakan untuk telinga. Mengandung:


Analgesik atau anestesi (mis. Benzokain) Antibiotik (mis. Neomisin) Antiinflamasi (mis. Kortison).

8.

IRIGASI Adalah larutan steril dan non-pirogenik yang digunakan untuk mencuci atau membasuh irisan bedah, atau jaringan pada tubuh. Mengandung:
Dimetil sulfoksida Antibiotik: neomisin, polimiksin B Sulfat. NaCl 0,9 %

PEMBUATAN SEDIAAN LARUTAN


1.

Larutan sederhana: larutkan solut dalam solven, campur sampai terlarut, lalu tambahkan solven sampai ke volume yang dikehendaki. Solvent dapat mengandung zat tambahan yang akan menstabilkan atau meningkatkan kelarutan zat aktif. Contoh-contoh: Larutan topikal kalsium hidroksida Tiap 100 mL larutan Ca(OH)2 mengandung tidak kurang dari 140 mg Ca(OH)2. Caranya: aduk 3 g Ca(OH)2 dengan 1000 mL air murni dingin. Kelebihan Ca(OH)2 disaring dan dibuang. Maka diperoleh cairan supernatan yang jernih. Catatan: kelarutan Ca(OH)2 menurun dengan naiknya temperatur.

2.

Larutan Iodine pekat


Tiap 100 mL mengandung 4,5 5,5 g iodine, dan 9,5 10,5 g KI. Cara: larutkan 50 g iodine ke dalam 100 mL air murni yang mengandung 100 g KI. Air murni secukupnya ditambahkan untuk mendapatkan 1000 mL larutan.

LARUTAN KENTAL YANG MANIS 1. SIRUP


Sirup adalah larutan gula dalam air atau penganti gula yang pekat, kental, dengan atau tanpa pengaroma dan zat aktif. Simple syrup USP (sirupus simplex), adalah air murni yang mengandung 85% sukrosa. Medicated syrup : sirup yang mengandung beberapa zat aktif. Flavored syrup: umumnya tidak mengandung zat aktif namun mengandung zat pengaroma dan digunakan sebagai pembawa atau pengaroma sediaan. Contoh: sirup akasia, ceri, kelapa, jeruk dan strawberi.

Sirup untuk anak-anak:


Favorit: yang pembawanya flavored syrup. Mengurangi karies gigi: sukrosa diganti sebagian atau seluruhnya dengan sorbitol atau campuran berbagai poliol, contoh sorbitol + gliserin. Larutan sorbitol USP: mengandung 64% sorbitol alkohol polihidrat. Kelemahan: sorbitol dalam jumlah besar berefek laksatif dibatasi maks 20 g/hari untuk dewasa. + glycyrrhizin: mengurangi rasa garam dari bromida, iodida dan klorida. Juga menutupi rasa tajam vit B kompleks. + sirup akasia: aksinya dengan pembentukan lar koloidal. konsentrasi encer: disukai jamur, kapang, mikroorganisme lain. Konsentrasi > 65% : menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Namun, dapat menyebabkan kristalisasi: dicegah dengan penambahan gliserin atau sorbitol.

Untuk menutupi bau tak enak/menyengat zat aktif:


Sukrosa:

Pembuatan Sirup
Pelarutan menggunakan panas 2. Pelarutan dengan pengadukan 3. Penambahan sukrosa ke larutan zat aktif. 4. Perkolasi. Metode yang dipilih disesuaikan sifat fisikokimia zat aktif. Umumnya dibuat dengan lebih dari satu metode di atas.
1.

Pelarutan menggunakan panas


Untuk zat aktif yang tidak mudah terurai oleh panas dan tidak mudah menguap. Air murni dipanaskan 80 85 oC, + sukrosa, aduk larut. + komponen yang tahan panas biarkan dingin + komponen yang tidak tahan panas/ mudah menguap.

Pengadukan tanpa pemanasan.

Untuk zat aktif yang terurai oleh panas dan mudah menguap. Sirupus simplex lebih sering digunakan sebagai pemanis dan pembawa dibandingkan sukrosa. Sirup + zat aktif yang sudah dilarutkan dengan sedikit air murni aduk (lebih lama dan lebih intensif).

Kedua metode di atas digunakan secara luas untuk pembuatan sirup, contoh: sirup obat batuk. Zat aktif: efedrin sulfat, disiklomin HCl, kloral hidrat, klorpromazin HCl. Zat tambahan: pengaroma, pewarna.

Penambahan sukrosa ke larutan zat aktif.


Untuk ekstrak cair dan tingtura. Sering membentuk endapan karena resin dan zatzat berminyak yang tersari oleh alkohol membentuk endapan ketika air ditambahkan diatasi dengan membiarkan campuran beberapa waktu sehingga zat-zat tak larut memisah saring larutkan sukrosa ke dalam filtrat. Namun cara ini tidak diperbolehkan jika zat yang mengendap adalah zat yang punya efek terapi.

Perkolasi.
Air murni + sumber zat aktif dilewatkan perlahan melalui suatu wadah berisi sukrosa kristalin, sehingga melarutkan sukrosa dan membentuk sirup. Digunakan pada skala komersial untuk membuat sirup yang digunakan untuk pembuatan permen. Contoh: sirup ipeka, sebagai emetik untuk antidotum pada anak-anak. Melibatkan 2 prosedur terpisah:
Pembuatan ekstrak obat. 2. Pembuatan sirup. Perlu diperhatikan: Bentuk perkolator silindris/semisilindris, bawah mulut perkolator berbentuk kerucut. Granul gula kasar harus digunakan, jika tidak, gula akan menggumpal dan cairan tidak bisa menembus gula.
1.

Pembuatan Muscilago

Muscilago adalah cairan pekat, kental dan lengket yang dihasilkan dengan mendispersikan gum ke dalam air, atau dengan mengekstrak bagian tanaman yang bersifat muscilago dengan air. Sifat: mudah terurai, memperlihatkan penurunan viskositas selama penyimpanan. Kegunaan: meningkatkan stabilitas suspensi. Contoh muscilago: tragakan, akasia, pisang, gum coklat, biji rami. Larutan 60 % akasia dibuat dengan 20 % alkohol dan larutan 4 % akasia dibuat dengan 50 % alkohol; tragakan mengendap dengan alkohol.

Zat pengemulsi dan zat pensuspensi sintesis pengganti muscilago: polivinil alkohol, karboksimetil selulosa. Metilselulosa, psillium dan karaya gum mengabsorpsi air dan mengembang mjd hidrogel di usus laksatif. Pembuatan larutan oral metilselulosa: tambahkan perlahan metilselulosa ke dalam 1/3 jumlah air mendidih, aduk sampai semua terbasahi. + air dingin, lanjutkan pengadukan sehingga bahan basah akan melarut. Konsentrasi NaCMC sebagai zat pensuspensi: 0,25 1%. Gum-gum sintetik ini non-glycogenetic sirup diabetik. Musilago yang lembut di semua bagiannya terkadang sulit dibuat karena ada beberapa bagian yang tidak terbasahi kecuali untuk metilselulosa, partikel gum dihaluskan dulu dan didispersikan ke dalam alkohol 95 % atau air dingin dengan pengadukan ringan, kemudian + air sampai jumlah yang ditentukan dengan pengadukan konstan.

Pembuatan Jeli

Jeli adalah sejenis gel yang di dalam struktur matriknya yang saling berkaitan terkandung sejumlah besar cairan, umumnya air. Contoh: akasia, gelatin, Na alginat, CMC, hidroksietil selulosa = bahan pembuat muscilago. Perbedaan muscilago dan jeli: konsistensi jeli < muscilago. Penggunaan:

lubrikan untuk sarung tangan bedah, kateter, termometer rektal. anestetik topikal (lidokain HCl). jeli vaginal terapetik. Contoh: kontraseptif.

Zat tambahan:

pengaroma, misal metil salisilat dan eucalyptol. Pengawet. Contoh: metil p- hidroksibenzoat. Ion-ion kalsium,misal kalsium glukonat, untuk menghasilkan sambung silang (cross linking) konsistensi lebih kuat.

LARUTAN NON AIR

Pelarut non air: etanol, gliserin, propilen glikol, minyak-minyak tertentu, parafin cair. Untuk penggunaan luar: isopropil alkohol, PEG, etereter, ester-ester. Kelompok sediaan larutan non-air:

Larutan alkoholik atau hidroalkoholik eliksir, spiritus Larutan eter kolodion Larutan gliserin gliserin Larutan oleaginous linimen, oleovitamin, tetes untuk sakit gigi. Inhalasi.

KOLODION

Kolodion adalah sediaan cair yang mengandung piroksilin, suatu selulosa yang ternitrasi secara parsial, dalam campuran dengan etil eter dan etanol. Digunakan di kulit dengan kuas lembut sehingga meninggalkan selaput piroksilin di permukaan. Contoh:

kolodion asam salisilat USP (mengandung 10% asam salisilat) keratolitik.

ELIKSIR

Eliksir adalah cairan hidroalkoholik yang jernih, mempunyai aroma enak, manis dan digunakan untuk oral. Zat utama: etanol dan air. Zat tambahan: gliserin, sorbitol, propilen glikol, pengaroma, pengawet dan sirup. Pembuatan: larutkan zat-zat yang mudah larut dalam air di sebagian air. Larutkan sukrosa di larutan berair tersebut. Zatzat yang terlarut di alkohol dilarutkan di alkohol. Tambahkan fase air ke larutan alkohol, saring, dan tambahkan air sampai volume yang ditentukan. Eliksir kering: mengandung obat OAIN dan etanol, terkapsul dalam dekstrin. OTT: tragakan akasia, agar-agar, garam anorganik mengendap. Contoh: eliksir fenobarbital, eliksir teofilin.

INHALASI DAN INHALAN

Inhalasi adalah obat atau larutan atau suspensi yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang diberikan secara nasal atau rute pernafasan oral untuk efek lokal atau sistemik. Larutan obat dalam air steril untuk inhalasi atau dalam larutan inhalasi NaCl perlu dinebulasikan dengan gas inert dalam ukuran droplet yang cukup halus dan seragam sehingga mencapai bronkhiole. Inhalan adalah sejenis inhalasi yang terdiri dari satu atau kombinasi obat yang karena tekanan uap yang tinggi, dapat dibawa oleh aliran udara ke saluran nasal dimana obat tersebut bekerja.

Contoh: dosis inhalasi terukur: epinefrin, isoproterenol HCl, fenilefrin bitartrat. Komposisi:

Gas propelan: CFC, hidrofluoroalkana.

LINIMEN

Linimen adalah larutan alkoholik atau berminyak atau emulsi yang mengandung zat aktif yang ditujukan untuk pemakaian luar dengan cara digosokkan di daerah yang terkena. Penggunaan: mengurangi iritasi, sebagai astringen ringan, efek penetrasi, untuk pijat. Zat-zat aktif: zat antipruritus, astringen, emolien (pelembab), analgesik, capsaicin.

OLEOVITAMIN

Oleovitamin adalah minyak hati ikan yang diencerkan dengan minyak nabati yang sesuai atau larutan vitamin (biasanya A dan D) dalam minyak hati ikan.

EMULSI

Adalah sistem dua fase yang disiapkan dengan menggabungkan dua cairan yang tak bercampur dimana globul-globul kecil suatu cairan terdispersi secara seragam dalam cairan lainnya. 2 tipe: m/a dan a/m Komponen

Air Minyak Zat pengemulsi Pengawet Antioksidan dll

PREPARASI
1. 2.

3.

4.

5.

6. 7.

Kelompokkan zat-zat atas dasar kelarutannya dalam air atau minyak. Tentukan tipe emulsi yang dibutuhkan dan hitung HLB yang dibutuhkan untuk menentukan zat pengemulsi serta jumlahnya yang tepat. Kombinasikan pengemulsi yang mempunyai nilai di bawah dan di atas HLB yang diperlukan sesuai perhitungan. Larutkan zat-zat larut minyak dan pengemulsi dalam minyak. Jika diperlukan bisa dipanaskan 5-10 oC di atas titik leleh tertinggi komponen atau 70 80 oC. Panaskan fase air pada temperatur yang lebih tinggi 3 5 oC di atas fase minyak. Tambahkan fase air ke fase minyak dengan pengadukan. Jika perlu penambahan asam atau garam, tambahkan sebagai larutaannya ke emulsi yang telah dingin.

METODE
1.

Penambahan fase dalam ke fase luar.


Contoh: emulsi gelatin: Gelatin tipe A 8g Asam tartrat 0,6 g Pengaroma q.s Alkohol 60 mL Minyak 500 mL Air murni ad 1000 mL Tambahkan gelatin dan asam tartrat ke 300 mL air murni, diamkan beberapa menit, panaskan sampai gelatin terlarut, lalu naikkan suhu sampai 98 oC dan jaga suhu selama 20 menit. Dinginkan sampai suhu 50 oC, tambahkan pengaroma, alkohol, dan air murni sampai 500 mL. Tambahkan minyak, aduk, dan lewatkan melalui homogenizer atau colloid mill sampai minyak terdispersi sempurna dan seragam. Emulsi ini tidak bisa dibuat dengan penggerusan atau peralatan pengaduk.

2.

Penambahan fase luar ke fase dalam, teknik gum kering


Contoh emulsi M/A: penambahan air (fase luar) ke minyak akan meningkatkan pembentukan emulsi A/M karena fase minyak lebih besar, setelah penambahan air, terjadi inversi fase sehingga terbentuk emulsi M/A. Ini khususnya jika zat hidrofilik seperti akasia, tragakan, metil selulosa dicampurkan dengan minyak terlebih dahulu, menyebabkan dispersi tanpa pembasahan. Air ditambahkan, dan emulsi M/A akan terbentuk. Merupakan metode cepat untuk emulsi yang berjumlah sedikit. 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gum digerus di mortir sampai terbentuk emulsi lalu diencerkan dengan air sambil terus diaduk untuk mencapai konsentrasi yang diinginkan. Contoh: emulsi minyak mineral.

3.

Pencampuran kedua fase setelah pemanasan.

Ini digunakan jika terdapat malam yang harus dilelehkan. Cara: zat pengemulsi larut minyak, minyak dan malam, dilelehkan dan dicampurkan sampai rata. Zat-zat yang larut dalam air dilarutkan dalam air dan dipanaskan sampai suhu = fase minyak, kedua fase kemudian dicampurkan dan diaduk sampai dingin. Metode ini terutama untuk pembuatan salep dan krim, atau emulsi oral yang mengandung obat tak larut.

4.

Penambahan berselang-seling kedua fase dengan zat pengemulsi

Jika dibuat emulsi M/A: sebagian minyak ditambahkan ke zat pengemulsi yang larut minyak dengan pengadukan, kemudian sejumlah yang sama air yang mengandung zat pengemulsi larut air ditambahkan dengan pengadukan sampai emulsi terbentuk. Demikian berselang-seling sampai produk akhir terbentuk. Metode ini terutama untuk pembuatan sabun.

SUSPENSIA

Suspensi adalah sistem dua fase yang terdiri dari bahan yang tak larut atau tak campur yang terdispersi dalam pembawa (padat, cair atau gas). Komposisi:

Zat aktif Zat pensuspensi Peningkat flokulasi Pengatur viskositas Pengatur pH Medium luar, terutama air. Pengaroma Pemanis Pewarna Pengawet.

Zat pembasah

Surfaktan dengan HLB 7 9. Bekerja dengan menggantikan udara dari bahan hidrofobik sehingga memungkinkan cairan, terutama air, untuk mengelilingi partikel.

Zat pemflokula: elektrolit (Na- atau KCl) < 1%. Zat penambah viskositas: polimer mengandung gum alam (akasia, xanthan) dan turunan selulosa, tragakan 1,25%, guar gum 0,5%, NaCMC 2,5%, Na alginat. Buffer.

Pembuatan Suspensi
1.

2.

3.

4.

Partikel dihaluskan sampai ukuran yang tepat. Serbuk dibasahkan dengan sedikit pelarut ang tercampur dengan air, misalnya gliserin atau alkohol. Kemudian zat pensuspensi ditambahkan sambil diaduk sampai terbentuk produk yang seragam dan lembut. Tambahkan air sambil diaduk.

Sediaan Suspensi dari Tablet dan Kapsul


Eksipien tablet dan kapsul yang tak larut: disintegran (zat penghancur), lubrikan, glidan, pewarna, pengisi. Cara: haluskan tablet atau isi kapsul, basahkan dengan alkohol atau gliserin. Tambahkan zat pensuspensi, aduk rata, tambahkan air (atau sirup), diaduk sampai terbentuk produk yang seragam dan lembut. Tuang ke botol yang kedap udara dan cahaya. Anjurkan kepada pasien untuk menyimpannya dalam kulkas, kocok baik-baik sebelum digunakan. Contoh: clonidin HCl + sirupus simplex, cefuroxim axetil + sirup jeruk, famotidin + sirup ceri.

GEL DAN MAGMA

Gel adalah sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar yang saling berpenetrasi dengan air. Jika ukuran partikel yang terdispersi dalam sistem dua fase gel tersebut besar, disebut magma. Gel dan magma bersifat tiksotropik: membentuk semipadat jika didiamkan dan menjadi cair jika diaduk.

Komposisi:

Gelling agent: asam alginat, akasia, bentonit, karbomer, NaCMC, cetostearyl alcohol, silikon dioksida koloidal, etilselulosa, gelatin, guar gum, hidroksietil selulosa, maltodekstrin, PVA, PVP, tragakan, xanthan gum.

LOTION

Adalah sediaan cair atau semipadat yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam pembawa yang tepat. Dapat mengandung pengaset dan stabilizer. Komposisi:

Zat pensuspensi, contoh bentonit, NaCMC Zat pelembab: gliserin Zat aktif: anestetik, antipruritus, antiseptik, astringen, germisida, protektif atau tabir surya, antihistamin, benzokain, kalamin, resorsin, steroid, sulfur, ZnO, turunan betametason, asam salisilat, minoksidil.

Pembuatan:

Gerus bahan-bahan sampai menjadi pasta yang lembut Tambahkan fase cair yang tersisa dengan penggerusan.

EKSTRAK

Adalah sediaan pekat obat dari tanaman atau hewan dengan mengambil zat aktif menggunakan pelarut yang tepat, menguapkan semua atau sebagian pelarut, dan mengatur massa atau serbuk yang tersisa sesuai standar.

EKSTRAK

Ekstraksi: pemisahan bagian yang aktif secara medis suatu tanaman atau jaringan hewan dari komponen inaktif dengan menggunakan pelarut yang selektif. Metoda:

Maserasi Perkolasi Digesti Infusa Dekoksi

Maserasi: bahan padat ditempatkan di wadah + 750 mL pelarut, diamkan 3 hari sambil sesekali diaduk. Saring sampai bahan padat hampir kering, tambahkan pelarut dilewatkan ke bahan padat, sampai volume 1000 mL. Perkolasi: padatan dicampur pelarut sampai lembab, diamkan 15 menit, lewatkan perkolartor sampai 24 jam. Digesti: maserasi dengan sedikit pemanasan.

SEDIAAN EKSTRAK
1.

2.
3.

Tingtura Ekstrak cair Ekstrak

You might also like