You are on page 1of 11

TUGAS II FILSAFAT DAN METODOLOGI HI Nama: Deden Habibi Ali Alfathimy NPM: 170210100122 Teks: Dillon, Michael (1996).

Politics of Security: Towards a Political Philosophy of Continental Thought. Routledge. FILSAFAT KEAMANAN DILLON: BAHAYA HANYA ANCAMAN DARI LUAR? Pada mulanya, judul buku Politics of Security membawa Saya pada ingatan tentang konsep sekuritisasi Ole Waever dalam bukunya bersama Barry Buzan Security: A New Framework of Analysis (1998). Sekuritisasi merupakan suatu konsep dalam pemikiran keamanan Copenhagen School yang sangat dipengaruhi oleh perspektif sosialkonstruktivisme dan telah hadir sejak 1995. Sekuritisasi ini pada dasarnya mengonsepsikan sebuah proses peninjauan suatu isu menjadi hirauan keamanan sehingga perlu ditanggapi dengan kekuatan sebagaimana halnya terhadap ancaman bagi suatu negara lewat proses securitizing act oleh politisi. Namun, semua perkiraan Saya sirna karena tidak satu kali pun pengarang buku ini menyebutkan konsep securitization, nama seorang Waever, atau bahkan sosial-konstruktivisme. Justru, nama-nama para filsuflah yang mendominasi pembahasan buku ini: Heidegger, Foucault, Derrida, Levinas dan Arendt. Akhirnya Saya sadar, inilah saatnya melihat keamanan (security) jauh lebih berfilsafat. Pembahasan Michael Dillon semakin mengherankan Saya ketika ternyata, justru, filsafat yang dimaksud lebih banyak difokuskan untuk menelaah terlebih dahulu, bahkan terutama, aspek politik, baru kemudian pada aspek keamanan.
Termotivasi oleh kesadaran adanya krisis di antara filsafat dan politik, dan dengan keyakinan bahwa ada hubungan intim di antara keduanya yang paling kasar dan terlihat diperagakan secara global dalam politik (inter)nasional, tujuan buku ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap memikirkan kembali beberapa dasar-dasar Hubungan Internasional melalui apa yang saya sebut filsafat politik pemikiran kontinental kontemporer. Niat utamanya adalah, oleh karena itu, untuk memberikan kontribusi terhadap rekonstruksi Hubungan Internasional sebagai situs pemikiran politik, dengan berangkat dari sangat komitmen terhadap politik subjektivitas yang di atasnya Hubungan Internasional didasarkan. (Dillon, 1996:p.2) Kontribusinya (Dillon) terhadap awal yang berasal dari titik masuk ke krisis filsafat dan politik--yakni keamanan...( Dillon, 1996:p.9)

Dalam kritik terhadap studi keamanan ini, dengan wawasan pemikiran Heidegger, Foucault, Derrida, Levinas dan Arendt, Michael Dillon (1996) berkontribusi pada pemikiran ulang beberapa dasar-dasar politik internasional. Terilhami dari karya Martin Heidegger, Politics of Security menetapkan hubungan antara fenomenologi radikal hermeneutik Heidegger dan Politik. Istilah hermeneutika meliputi baik seni urutan pertama dan teori urutan kedua dari

pemahaman dan interpretasi ekspresi linguistik dan non-linguistik (Bjrn, 2013). Namun lewat bukunya, Sein und Zeit (1927), Heidegger benar-benar mengubah disiplin hermeneutika (Bjrn, 2013). Dalam pandangan Heidegger, hermeneutika bukanlah masalah pemahaman komunikasi linguistik, bukan juga tentang dasar metodologis untuk ilmu manusia (Bjrn, 2013). Hermeneutika adalah ontologi: tentang kondisi paling mendasar dari keberadaan manusia di dunia. Dari hubungan tersebut, Michael Dillon menelusuri akar dari keinginan akan keamanan menuju keinginan metafisik manusia akan kepastian (certitude). Tujuan Dillon yang Saya tuliskan di atas hanyalah sebagian saja dari apa yang dibahas dalam Politics of Security. Begitu mendalamnya pembahasan buku ini membuat Saya membatasi kajian (bukan pembahasan) terhadap materi yang ada. Saya tertarik pada pembahasan bab pertama, Security, philosophy and politics. Wacana-wacana tentang keamanan yang sampai saat ini saya dapatkan memang kebanyakan berangkat dari perspektif-perspektif besar Hubungan Internasional, terutama Realisme (dan semua variannya), Neoliberalisme, Sosial-konstruktivisme, dan beberapa pemikiran Post-post dalam Critical Security Studies (CSS) seperti feminisme, critical theory, dan lain-lain. Sisi filsafat dari keamanan sebagai keamanan atau security as security on its own cenderung hanya didapatkan dalam bentuk simplifikasi tentang bebas dari ancaman. Makna bebas (free/freedom), dari (from/against?), dan ancaman (threats/vurnerabilities) ini sebenarnya sangat diperdebatkan. Itu baru definisi dasar, bagaimana dengan definisidefinisi dari masing-masing teori HI yang tadi saya sebutkan? Dengan berbekal sejumlah (kecil) pengetahuan Saya tentang toeri-teori keamanan, Saya mencoba meninjau kritisisme Michael Dillon ini. Kemanan harus diamankan? Di dalam bab pertamanya, Dillon mempertanyakan apakah keamanan harus diamankan? Pertanyaan ini ternyata tidak hanya tentang bagaimana mengamankan Modernitas politik dalam Hubungan Internasional, tetapi, lebih jauh lagi, bagaimanakah hubungan antara politik dan filsafat? Hubungan itu menurut Dillon terdapat di antara politik dan metafisika manusia tentang mortality (kematian) sebagai limit (batasan) di mana pemikiran politik dan keamanan dimulai. Kematian merupakan inti dari keamanan secara filosofis. Di dalam People, State, and Fear (1991), Barry Buzan menyatakan bahwa keamanan pada level individu sebagai permasalahan sosial memiliki tiga unsur, yakni terjaga dari bahaya (objective security), merasa aman (subjective security), dan bebas dari keraguan (free from doubt). Ketiga unsur ini dimiliki oleh setiap individu dan sayangnya, bila saling berbenturan, akan memunculkan ancaman bagi manusia satu sama lain. Ancaman-ancaman yang akan hadir bisa berupa ancaman fisik (luka, cedera, kematian), ancaman ekonomi (pemiskinan, sulit mengakses sumber daya), ancaman hak-hak (penjara, hilang kebebasan sipil), dan ancaman terhadap status/posisi (penghinaan). Menurutnya, ancaman-ancaman ini mengerucut pada dilema besar yang mendasari banyaknya filsafat politik tentang

bagaimana menyeimbangkan antara kebabasan berbuat suatu individu dengan potensi maupun ancaman nyata yang dihadirkan ketika kebebasan tersebut memengaruhi yang lain (Buzan, 1991). Jika disandingkan dengan filsafat politik keamanan Dillon tentang mortality, Buzan, meski menyebut kematian sebagai salah satu contoh ancaman fisik, lebih menekankan balance of freedom of action. Filsafat Dillon sangat mendasar, sedangkan Buzan cenderung bersifat relasional. Namun, itu bukan berarti filsafat Dillon tidak operasional, melainkan justru menyediakan landasan yang lebih leluasa tentang bukan hanya bagaimana suatu konsep keamanan terbentuk, tetapi juga bagaimana filsafat politik yang mendasarinya terbentuk terlebih dahulu. Kita sering tidak menyadari bahwa konsepsi Barry Buzan tentang keamanan langsung meloncati proses pembentukan filsafat politik itu sendiri, seakan-akan samar, dan langsung serta-merta menggiring kita pada pemahaman keamanan relasionalnya yang ternyata sangat dipengaruhi oleh neorealisme. Bahaya dari Ancaman atau Kita sendiri? Meski begitu, Barry Buzan memiliki pemahaman yang selaras tetang hubungan security/insecurity bahwa dampak dari ancaman-ancaman sosial tadi menyebabkan suatu kausalitas: jika kebebasan (freedom) dikehendari, ketidakamanan (insecurity) harus diterima. Menurut Dillon, ini merupakan salah satu bahaya yang harus dicermati dengan seksama. Bahaya ini bukan terdapat pada realitas maupun potensi ancaman, melainkan terdapat pada bagaimana kita memikirkannya. Hannah Arendt, filsuf yang sangat dipengaruhi oleh Heidegger, menyatakan bahwa Tidak ada pemikiran yang berbahaya. Berpikir itu sendirilah yang berbahaya (Dillon, 1996:p.32). Menurut Dillon, jika kita terus menerus berpikir keamanan tentang sejumlah anti-, kita pun pada akhirnya tidak sadar bahwa akan selalu ada diferensiasi antara kita dan orang lain. Keamanan dan ketidakamanan jadinya merupakan humanitys share. Jika hal ini terus dibiarkan, berpikir tentang keamanan akan menggiring kita pada nihilism. Jika kita pada zaman totalitarian, makna perjuangan begitu tergambar jelas. Bagaimana dengan sekarang? Semua semakin kabur dan tanpa nilai. Namun, menurut Dillon, nihilism tidak akan terjadi jika kita berfokus pada metafisika yang ada untuk diakhiri: memperingatkan kita terhadap kekerasan tak terhindarkan dan keharusan dogmatis dalam praktek pemberian nilai yang paling mendasar dalam pemikiran politik (inter) nasional kita, serta sistem pengaturan (sistem of rule) kita; karena keamanan melakukan hal-hal daripada hanya menamai hal-hal, kita harus mengajukan pertanyaan tentang keamanan dalam suara interogatif aktif dari genealogy dan hermeneutika; mencari tau tentang penciptaan dan eksplorasi strategi-strategi politik lewat pertanyaan: Seperti apa yang praktik politik kematian (mortality), sekarang

secara global terancam sendiri oleh politik (inter)nasional keamanan mereka, yang mungkin? mempertanyakan kebersikerasan dan klaim bahwa keamanan internasional memengaruhi imajinasi politik kita.

Semua pertanyaan ini akan mendorong kitauntuk bergerak pada ranah metafisik yang dipengaruhi oleh batasan (limit) seperti yang Dillon dapatkan dari Heidegger. Mulai dari nilai, asal muasal, praktik politik, dan imajinasi, kita dituntut untuk benar-benar berfilsafat. Tujuannya bukan untuk mencapai nihilism tadi, tetapi justru untuk semakin menyadari bahwa sebelum mencapai pemikiran tentang ancaman keamanan, kita harus melewati dahulu bahaya dari bagaimana kita memikirkannya. Keamanan itu Kata Kerja, bukan Pengenal Kita mengenal terminologi amity dan enmity di dalam Regional Security Complex Theory (RSCT) (Buzan & Waever, 2003). Amity sebagai teman dan Enmity sebagai musuh di dalam tananan keamanan regional. Dengan kedua istilah ini, kita akan mengenali subjeksubjek negara dalam perspektif keamanan. Proses pengenalan ini merupakan langkah awal yang akan menentukan segala bentuk kebijakan keamanan suatu negara. Namun, apakah itu yang dijadikan tujuan? Apakah dengan mengenali siapa teman dan siapa musuh keamanan sudah tercapai? Seperti pada poin kedua dalam usaha berpikir pada metafisika keamanan bagi manusia sebelumnya, Dillon menekankan bahwa keamanan bukanlah usaha untuk menamai hal-hal, tetapi lebih kepada melakukan hal-hal. Kita harus lebih cermat lagi menilai eksistensi pihak-pihak luar yang seringkali telah berlebihan keberadaannya (Beings) dari penampilannya (appearance) lewat genealogi, hermeneutika, dan dekonstruksi (Dillon, 1996:p.34) untuk menjaga esensi. Sayangnya, langkah-langkah esensial ini sering tidak konsisten dengan apa yang Dillon anggap bahwa keamanan adalah tentang melakukan sesuatu. Menurut Saya, pada akhirnya, politik keamanan tidak bisa didekati hanya dengan pendekatan filsafat seperti itu, kita tetap memerlukan art atau keterampilan pada tataran praktis yang bisa menjawab tantangan keamanan yang sifatnya immediate dan unik di segala ruang dan waktu karena adanya batasan mortality yang Dillon sendiri ungkapkan begitu sulit diukur. Namun, kontribusi besar Dillon tentang filsafat politik pembentuk keamanan merupakan insight yang sangat bernilai untuk mengkaji keamanan lebih dalam lagi dan lebih berdiri sendiri lagi. Mungkin suatu saat, keamanan bisa menjadi salah satu core subject dalam kajian Hubungan Internasional, seperti Diplomasi, Hukum Internasional, atau Ekonomi Politik, berkat karyanya ini. Referensi: Buzan, Barry (1991) People, States and Fear: An Agenda For International Security Studies in the Post-Cold War Era 2nd Edition. Hertfordshire: Harvester Wheatsheaf .

Buzan, Barry, Ole Wver (2003), Regions and Powers: The Structure of International Security. Cambridge University Press. Buzan, Barry, Ole Wver, and Jaap de Wilde (1998) Security: A New Framework for Analysis. Boulder: Lynne Rienner Publishers. Dillon, Michael (1996). Politics of Security: Towards a Political Philosophy of Continental Thought. Routledge. Ramberg, Bjrn and Gjesdal, Kristin, "Hermeneutics", The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Summer 2013 Edition), Edward N. Zalta (ed.), URL = <http://plato.stanford.edu/archives/sum2013/entries/hermeneutics/>.

ENGLISH
DILLONS SECURITY PHILOSOPHY: DANGER THREAT FROM JUST OUTSIDE? At first, the title of the book Politics of Security brings Me to the memory of Ole Waever securitization concept in his book with Barry Buzan Security: A New Framework of Analysis (1998). Securitization is a concept in the Copenhagen School of security thinking is strongly influenced by social-constructivist perspective and has been present since 1995. Securitization basically conceive of a process of reviewing a security issue that needs to be addressed with power as well as the threat to the country through the process of securitizing act by politicians. However, all the estimates I have not gone even once mentioning the author's concept of securitization, the name of a Waever, or even social-constructivism. Indeed, the names of the philosophers who dominated the discussion of this book: Heidegger, Foucault, Derrida, Levinas and Arendt. Finally I realized, this is the time to see security is far more philosophical. Discussion of Michael Dillon all the more surprising when it turned out I was, in fact, the philosophy is much more focused to examine first, even especially, the political aspect, then the security aspect.
Motivated by the existence of a crisis in consciousness between philosophy and politics, and with the conviction that there is an intimate relationship between two of the most rugged and exhibited globally visible in politics (inter) national, the purpose of this book is to contribute to rethink some of the basics International Relations through what I call the political philosophy of contemporary continental thought. Its main intention is, therefore, to contribute to the reconstruction of International Relations as a site of political thought, by departing from the very commitment to political subjectivity upon which international relations are based. (Dillon, 1996: p.2) Contribution (Dillon) derived from the initial entry point into crisis and political philosophy - namely security ... (Dillon, 1996: p.9)

In this critique of security studies , with insights into the thinking of Heidegger , Foucault , Derrida , Levinas and Arendt , Michael Dillon (1996 ) contribute to a rethinking of some of the fundamentals of international politics. Inspired by the work of Martin Heidegger, Politics of Security establishes the relationship between radical hermeneutic phenomenology of Heidegger and Politics. The term hermeneutics covers both the first order art and the second order theory of understanding and

interpretation of linguistic expressions and non - linguistic (Bjrn , 2013). But through his book , Sein und Zeit (1927) , Heidegger actually change the discipline of hermeneutics (Bjrn , 2013) . In view of Heidegger , hermeneutics is not a matter of understanding linguistic communication, not about the methodological basis for the human sciences (Bjrn , 2013). Hermeneutics is ontology : about the most fundamental conditions of human existence in the world . From that relationship , Michael Dillon trace the roots of desire for security to the metaphysical desire for certitude. Dillon purpose that I wrote above is just a part of what is discussed in the Politics of Security . So this book makes a profound discussion I restrict the study to the existing material. I am interested in the discussion of the first chapter, "Security , philosophy and politics" . Discourses on security, which until now I get it mostly departed from the perspectives of International Relations, especially Realism (and all its variants), Neoliberalism, Social - constructivism , and some post - post thoughts in Critical Security Studies (CSS) such as feminism , critical theory , and others. Philosophical side of security as security or security as security on its own tends to be only available in the form of a simplification of the "free from threat" . The meaning of " free " ( free / freedom) , " from " ( from / against ? ) , And the " threat " (threats / vurnerabilities ) is actually very debatable . That's just basic definition, how the definitions of each of the IR theory that I mentioned earlier ? Armed with a (small) knowledge of security theories, I tried reviewing the criticisms of Michael Dillon. 'Security' must be secured? In the first chapter, Dillon questioned whether the 'security' must be secured? This question was not only about how to secure political Modernity in International Relations, but, furthermore, how is the relationship between politics and philosophy? Relationship, according to Dillon are among the political and human metaphysics of mortality (death) as the limit where the political and security thinking begins. Death is at the core of security philosophically. In the People, State, and Fears (1991), Barry Buzan states that security at the level of the individual as a social problem has three element , namely awake from danger (objective security), feel secure (subjective security), and free from doubt. These three elements owned by each individual and unfortunately, when the clash, will bring the threat to humans from each other . The threats that may be present in the form of physical threats ( wound , injury , death ), the threat of economic (poverty , difficult access to resources), the threat of the rights (prison , lost civil liberties) , and a threat to the status / position (insult) . According to him, these threats converging on a great dilemma underlying many political philosophies about how to balance between the freedom of action of an individual with potential or real threats presented when these freedoms affect others (Buzan , 1991). When juxtaposed with the political philosophy of mortality Dillon security, Buzan, despite calls death as one example of a physical threat, emphasizes the balance of freedom of action . Dillons is very basic philosophy, while Buzans tend to be relational. However, it does not mean that Dillon is not operational philosophy, but rather to provide a more flexible foundation on not only how a security concept is formed, but also how the political philosophy underlying formed first. We often do not realize that Barry Buzan's conception of security directly skip the process of the formation of political philosophy itself, as if faint, and directly and immediately lead to the understanding of relational security that was very influenced by neorealism.

Dangers of Threat or Our own? Even so, Barry Buzan has aligned understanding of neighbor relationships security / insecurity that the impact of social threats had led to a causality: if freedom (freedom) dikehendari, insecurity (insecurity) should be accepted. According to Dillon, this is one of the dangers that must be examined closely. This danger is not present in reality as well as potential threats, but there is in how we think about it. Hannah Arendt, the philosopher who greatly influenced by Heidegger, stating that 'There are no dangerous thoughts. Thinking itself that dangerous' (Dillon, 1996: p.32). According to Dillon, if we continue to think about the security of a number of 'anti-', we are not aware that in the end there will always be differentiation between us and others. Security and insecurity would happen as humanity's shared. If this trend continues, think about security will lead us to nihilism. If we are in the totalitarian era, meaning struggle so clearly defined. What about now? All the more vague and without value. However, according to Dillon, nihilism is not going to happen if we focus on the metaphysics that is to end: warn us against the inevitable violence and dogmatic necessity in the practice of the most fundamental values in our (inter)national political thought, as well as our system of rule; because of security do things rather than just naming things, we must ask questions about the safety of the active interrogative voice of genealogy and hermeneutics; finding out about the creation and exploration of political strategies through the question: What is the political practice of death (mortality), now globally threatened themselves by political (inter) national security of those who might? questioned the claims about the affecting international security upon our political imagination. All these questions will drive the move to the realm of metaphysical kitauntuk influenced by constraints (limits) as Dillon got from Heidegger. Starting from the value, origin, political practices, and imagination, we are required to actually do philosophy. The goal is not to achieve earlier nihilism, but rather for more and more aware that before reaching thinking about security threats, we must first pass through the dangers of how we think about it. Verbs security, not Identity We know the terminology of amity and enmity in the Regional Security Complex Theory (RSCT) (Buzan & Waever, 2003). Amity as friends and Enmity as enemies in the regional security detainees. With these two terms, we will identify the subjects of the state in a security perspective. This recognition process is the first step that will determine all forms of security policy of a country. However, if it is used as a destination? Does by anyone know who the friend and enemy, security has been reached? As in the second point in the effort to think on metaphysics security for humans before, Dillon stressed that security is not an attempt to name the things, but rather to do things. We need to more carefully assess the existence of external parties often have excessive presence (Beings) of appearance through genealogy, hermeneutics, and deconstruction (Dillon, 1996: p.34 ) to keep pursuing the essence .

Unfortunately, these essential steps are often not consistent with what Dillon assume that security is about doing something . I think, in the end , the security policy can not be approached only by such a philosophical approach , we still need art or skill on a practical level that can answer the security challenges that are immediate and unique in all of space and time because of the restrictions which Dillon himself revealed mortality so difficult to measure. However, a major contribution Dillon about forming a political philosophy that security is a very valuable insight for assessing security deeper and more stand alone again . Perhaps one day, the security may be one of the core subjects in the study of international relations, such as Diplomacy, International Law or Political Economy , thanks to this work .

BASA SUNDA
FILSAFAT KAAMANAN DILLON: BAHYA NGAN ANCEMAN TI JABI? Dina mimiti na, judul buku Politics of Security ngabantun Abdi dina ingetan ngeunaan konsep sekuritisasi Ole Waever dina bukuna sareng Barry Buzan Security: A New Framework of Analysis (1998). Sekuritisasi mangrupa hiji konsep dina pamikiran kaamanan Copenhagen School anu dipangaruhan pisan ku perspektif sosial-konstruktivisme sarta atos nyondong saprak 1995. Sekuritisasi ieu dina dasarna mengonsepsikeun hiji proses peninjauan hiji isu barobah kaayaan hirauan kaamanan ku kituna peryogi ditanggapi kalawan kakiatan sakumaha perkawis na ka anceman kanggo hiji nagara liwat proses securitizing act ku pulitisi. Nanging, sadaya perkiraan Abdi seep margi henteu hiji kali oge pangarang buku ieu nyebutkeun konsep securitization, wasta saurang Waever, atawa sumawonten sosial-konstruktivisme. Malahan, wasta-wasta para filsuf anu mendominasi pembahasan buku ini: Heidegger,Foucault,Derrida,Levinas sarta Arendt. Ahirna Abdi sadar, ieu pisan waktuna ningali kaamanan (security) tebih langkung berfilsafat. Pembahasan Michael Dillon beuki matak olohok Abdi sabot tetela, malahan, filsafat anu dimaksud langkung seueur difokuskeun kanggo menelaah leuwih tiheula, sumawonten utamana, aspek pulitik, anyar saterusna dina aspek kaamanan.
Termotivasi ku kasadaran kitu kaayaanana krisis di antawis filsafat sarta pulitik,sarta kalawan kayakinan yen aya hubungan intim di antawis duanana anu nu mawi dugal sarta katembong diperagakeun sacara global dina pulitik (inter)nasional,tujuan buku ieu teh kanggo mikeun kontribusi ka ngamanahan balik sababaraha dasar-dasar Hubungan Internasional ngaliwatan naon anu abdi sebat filsafat pulitik pamikiran kontinental kontemporer. Niat utamana nyaeta,ku margi eta,kanggo mikeun kontribusi ka rekonstruksi Hubungan Internasional minangka loka pamikiran pulitik,kalawan mios ti komitmen pisan ka pulitik subjektivitas anu di luhurna Hubungan Internasional didasarkeun. (Dillon,1996:p.2) Kontribusina (Dillon) ka mimiti anu asalna ti titik lebet ka krisis filsafat sarta pulitik--nyaeta kaamanan...( Dillon,1996:p.9)

Dina kritik ka studi kaamanan ieu,kalawan wawasan pamikiran Heidegger,Foucault,Derrida,Levinas sarta Arendt, Michael Dillon (1996) berkontribusi dina pamikiran deui sababaraha dasar-dasar pulitik internasional. Terilhami ti karya Martin Heidegger,Politics of Security netepkeun hubungan antawis fenomenologi radikal hermeneutik Heidegger sarta Pulitik. Istilah hermeneutika ngawengku sae seni urutan kahiji sarta teori urutan kadua ti pamahaman sarta interpretasi ekspresi linguistik sarta nonlinguistik (Bjrn,2013). Nanging liwat bukuna, Sein und Zeit (1927), Heidegger leres-leres ngarobah disiplin hermeneutika (Bjrn,2013). Dina tetempoan Heidegger,hermeneutika lain masalah pamahaman komunikasi linguistik,sanes oge ngeunaan dasar metodologis kanggo elmu jalmi

(Bjrn,2013). Hermeneutika nyaeta ontologi: ngeunaan kaayaan nu mawi ngadasar ti ayana jalmi di dunya. Ti hubungan kasebat,Michael Dillon mapay-mapay akar ti kahayang bade kaamanan nuju kahayang metafisik jalmi bade kapastian (certitude). Tujuan Dillon anu Abdi tuliskeun di luhur saukur sapalih wae ti naon anu dibahas dina Politics of Security. Kitu mendalamnya pembahasan buku ieu midamel Abdi ngabatesan kajian (sanes pembahasan) ka materi anu aya. Abdi kabetot dina pembahasan bab kahiji, Security,philosophy and politics. Wacana-wacana ngeunaan kaamanan anu dugi ayeuna abdi dapatkan saleresna lolobana mios ti perspektif-perspektif ageung Hubungan Internasional, utamana Realisme (sarta sadaya variannya ), Neoliberalisme, Sosial-konstruktivisme, sarta sababaraha pamikiran Post-post dina Critical Security Studies (CSS) sepertos feminisme, critical theory, sarta sanes-sanes. Sisi filsafat ti kaamanan minangka kaamanan atawa security as security on its own condong ngan beunang dina wangun simplifikasi ngeunaan bebas ti ancaman. Hartos bebas (free/freedom), ti (from/against?), sarta ancaman (threats/vurnerabilities) ieu saleresna disawalakeun pisan. Eta anyar definisi dasar,kumaha kalawan definisi-definisi ti sewang-sewang teori HI anu tadi abdi sebutkan? Kalawan mawa bekel sajumlah (alit) kauninga Abdi ngeunaan toeri-teori kaamanan, Abdi mecakan ngalanglang kritisisme Michael Dillon ieu. Kemanan kedah diamankeun? Bi jero bab kahijina, Dillon nananyakeun yen keamanan kedah diamankeun? Patarosan ieu tetela henteu ngan ngeunaan kumaha ngamankeun Modernitas pulitik dina Hubungan Internasional,nanging,langkung tebih deui,bagaimanakah hubungan antawis pulitik sarta filsafat? Hubungan eta nurutkeun Dillon aya di antawis pulitik sarta metafisika jalmi ngeunaan mortality (tiwasna) minangka limit (watesan) di manten pamikiran pulitik sarta kaamanan dimulai. Tiwasna mangrupa inti ti kaamanan sacara filosofis. Di jero People,State,and Fear (1991), Barry Buzan nyatakeun yen kaamanan dina level individu minangka masalah sosial ngabogaan tilu unsur, nyaeta kajaga ti bahya (objective security),rumaos aman (subjective security), sarta bebas ti kamangmang (free from doubt). Katilu unsur ieu kagaduh ku saban individu sarta hanjakalna,lamun silih berbenturan,bade mewedalkeun anceman kanggo jalmi hiji sami sanes. Anceman-anceman anu bade nyondong tiasa mangrupi anceman fisik (tatu,tatu,tiwasna), anceman ekonomi (pemiskinan,sesah mengakses asal tanagi), anceman hak-hak (panjara,ical kabebasan sipil), sarta anceman ka status/posisi (panghina). Ceuk manehna, ancemananceman ieu mengerucut dina dilema ageung anu mendasari lobana filsafat pulitik ngeunaan kumaha menyeimbangkeun antawis kebabasan migawe hiji individu kalawan potensi atawa anceman tela anu dinyondongkeun sabot kabebasan kasebat mangaruhan anu sanes (Buzan,1991). Lamun disandingkeun kalawan filsafat pulitik kaamanan Dillon ngeunaan mortality, Buzan, cacak nyebutkeun tiwasna minangka salah sahiji conto anceman fisik, langkung nekankeun balance of freedom of action. Filsafat Dillon ngadasar pisan, sedengkeun Buzan condong boga sipat relasional. Nanging, eta sanes hartina filsafat Dillon henteu operasional, kalah malahan nyadiakeun landasan anu langkung sabarae ngeunaan sanes ngan kumaha hiji konsep kaamanan kabentuk, nanging oge kumaha filsafat pulitik anu mendasarinya kabentuk leuwih tiheula. Urang sering henteu nyadar yen konsepsi Barry Buzan ngeunaan kaamanan langsung meloncati proses pembentukan filsafat pulitik eta sorangan,

kawas-bade samar,sarta langsung sarta-merta menggiring urang dina pamahaman kaamanan relasionalnya anu tetela dipangaruhan pisan ku neorealisme. Bahya ti Anceman atawa Urang sorangan? Cacak kitu, Barry Buzan ngabogaan pamahaman anu sauyunan tetang hubungan security/insecurity yen akibat ti anceman-anceman sosial tadi menyebabkeun hiji kausalitas: lamun kabebasan (freedom) dipikahayang, ketidakamanan (insecurity) kedah ditarima. Nurutkeun Dillon, ieu mangrupa salah sahiji bahya anu kedah dicermati kalawan seksama. Bahya ieu sanes aya dina realitas atawa potensi anceman, kalah aya dina kumaha urang mikiranana. Hannah Arendt, filsuf anu dipangaruhan pisan ku Heidegger, nyatakeun yen teu aya pamikiran anu picilakaeun. Mikir eta sorang anu berbahaya (Dillon,1996:p.32). Nurutkeun Dillon, lamun urang teras-terasan mikir kaamanan ngeunaan sajumlah anti-, urang oge dina ahirna henteu sadar yen bade sok aya diferensiasi antawis urang sarta batur. Kaamanan sarta ketidakamanan janten na mangrupa humanitys share. Lamun perkawis ieu teras diingkeun,mikir ngeunaan kaamanan bade menggiring urang dina nihilism. Lamun urang dina jaman totalitarian, hartos perjuangan kitu tergambar tangtos. Kumaha kalawan ayeuna? Sadaya beuki kabur sarta euweuh peunteun. Nanging, nurutkeun Dillon, nihilism moal lumangsung lamun urang berfokus dina metafisika anu aya kanggo ditamatkeun: ngemutan urang ka kekerasan anu teu tiasa diantep sarta keharusan dogmatis dina praktek pamasihan peunteun anu nu mawi ngadasar dina pamikiran pulitik (inter) nasional urang, sarta sistem pangaturan (sistem of rule) urang; karena kaamanan ngalakukeun perkawis-perkawis batan ngan nganamian perkawisperkawis, urang kedah ngusulkeun patarosan ngeunaan kaamanan dina soanten interogatif aktip ti genealogy sarta hermeneutika; mencari teurang ngeunaan panyiptaan sarta eksplorasi strategi-strategi pulitik liwat pertanyaan: Sepertos naon praktek pulitik tiwasna (mortality), ayeuna sacara global kaancam sorangan ku pulitik (inter)nasional kaamanan maranehanana, anu manawi? nananyakeun kebersikerasan sarta klaim yen kaamanan internasional mangaruhan imajinasi pulitik urang.

Sadaya patarosan ieu bade nyorong kitauntuk usik dina ranah metafisik anu dipangaruhan ku watesan (limit) sepertos anu Dillon meunangkeun ti Heidegger. Mimiti ti peunteun, kawit muasal, praktek pulitik, sarta imajinasi, urang ditungtut kanggo leres-leres berfilsafat. Tujuanana sanes kanggo ngahontal nihilism tadi, nanging malahan kanggo beuki nyadar yen sateuacan ngahontal pamikiran ngeunaan anceman kaamanan, urang kedah ngaliwatan kapungkur bahya ti kumaha urang mikiranana. Kaamanan eta kecap pagawean,sanes Pengenal Urang mikawanoh terminologi amity sarta enmity di jero Regional Security Complex Theory (RSCT) (Buzan & Waever,2003). Amity minangka rerencangan sarta Enmity minangka satru di jero tananan kaamanan regional. Kalawan kadua istilah ieu, urang bade mikawanoh jejer-jejer nagara dina perspektif kaamanan. Proses ngawanohan ieu mangrupa lengkah mimiti anu bade nangtukeun saniskanten wangun kawijakan kaamanan hiji nagara.

Nanging, eta anu dijadikeun tujuan? Eta kalawan mikawanoh saha rerencangan sarta saha satru kaamanan atos kahontal? Sepertos dina poin kadua dina usaha mikir dina metafisika kaamanan kanggo jalmi kawitna,Dillon menekankeun yen kaamanan lain usaha kanggo menamai perkawisperkawis,nanging langkung ka ngalakukeun perkawis-perkawis. Urang kedah langkung cermat deui meunteun eksistensi pihak-pihak jabi anu remen oge atos kaleuleuwihan di mana kaayaanana (Beings) ti rupana (appearance) liwat genealogi, hermeneutika, sareng dekonstruksi (Dillon,1996:p.34) kanggo ngajagi esensi. Hanjakalna, lengkah-lengkah esensial ieu sering henteu konsisten kalawan naon anu Dillon anggap yen kaamanan nyaeta ngeunaan ngalakukeun hiji hal. Nurutkeun Abdi, dina ahirna, pulitik kaamanan henteu tiasa dideukeutan ngan kalawan pendekatan filsafat sepertos eta, urang angger meryogikeun art atawa keterampilan dina tataran praktis anu tiasa ngawalon tangtangan kaamanan anu sipatna immediate sarta unik di saniskanten rohang sarta wanci margi kitu kaayaanana watesan mortality anu Dillon sorangan ungkapkan kitu sesah diukur. Nanging, kontribusi ageung Dillon ngeunaan filsafat pulitik pembentuk kaamanan mangrupa insight anu bernilai pisan kanggo mengkaji kaamanan leuwih jero deui sarta langkung tangtung sorangan deui. Manawi hiji wanci, kaamanan tiasa barobah kaayaan salah sahiji core subject dina kajian Hubungan Internasional, sepertos Diplomasi, Hukum Internasional, atawa Ekonomi Pulitik, berkat karya na ieu.

You might also like