You are on page 1of 57

MAKALAH DASAR DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PENGANTAR FAAL KERJA DAN ERGONOMI

Oleh :

KELOMPOK 11

Andry Caniago Ahmad Tarmizi Aprizal Satria Hanafi Aulia Aina Rahman Eliya Damayanti Martina Saita E.W. Sariyati

I1A111218 I1A111056 I1A111033 I1A111019 I1A111203 I1A107231 I1A111049

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

2012 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, berkah, dan ridho-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengantar Faal Kerja dan Ergonomi. Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas dan memberikan informasi tambahan kepada para pembaca agar dapat lebih memahami Pengantar Faal Kerja dan Ergonomi. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa artikel, tulisan, dan buku yang telah kami jadikan referensi guna penyusunan makalah ini. Kami berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf jika banyak kekurangan dan kesalahan. Kami sangat menerima kritik dan saran yang membantu penyempurnaan makalah ini.

Banjarbaru,

Maret 2012

TIM PENYUSUN

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................ . KATA PENGANTAR.......................................................................... . DAFTAR ISI......................................................................................... . DAFTAR GAMBAR............................................................................ . BAB I Pengantar Faal dan Ergonomi Kerja A. Sejarah Ergonomi dan Perkembangannya...................... B. Pengertian Faal Kerja................................................... . C. Pengertian Ergonomi Kerja........................................ . D. Program Faal dan Ergonomi Kerja.............................. . E. Pilar Ergonomi........................................................ BAB II Ruang Lingkup Ergonomi A. Ruang Lingkup......................................................... . 33 35 36 36 . 1 1 3 4 10 i ii iii iv

B. Pelatihan Ergonomi........................................................ C. Metode Ergonomi..................................................... .

D. Aplikasi/penerapan Ergonomik.................................. . BAB III Masalah Ergonomi Kerja A. Sakit dan Cacat Akibat Cara Kerja yang Tidak Ergonomis...................................................................... B. Penyebab................................................................. .

39 40 41

C. Masalah ergonomi pada proses industri...................... . DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENGANTAR FAAL DAN ERGONOMI KERJA

F. Sejarah Ergonomi dan Perkembangannya Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang digunakan, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia sejak awal kebudayaan berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya. Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini terus berkembang terus menerus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut Ergonomi. Istilah untuk ilmu baru ini berbeda dibeberapa negara, seperti: Arbeltswissenschaft di Jerman Bioteknologi dinegaranegara Skandinavia: Human Engineering. Human Factor Engineering di negara-negara Amerika bagian utara. Perbedaan nama-nama diatas

hendaknya tidak dijadikan masalah, karena secara praktis istilah-istilah tadi mempunyai maksud yang sama.

G. Pengertian Faal Kerja Ilmu faal kerja atau fisiologi kerja adalah ilmu faal yang dikhususkan untuk manusia yang bekerja. Secara fifiologis, bekerja adalah hasil kerja sama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer, panca dria (mata, telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), serta otot dan rangka (kedua yang terakhir ini adalah pelaku utama perbuatan). Bekerja mungkin

dikelompokan menjadi kerja otak (mental), dan kerja otot (fisik). Dalam faal kerja, perhatian utama difokuskan kepada kerja fisik atau otot. Untuk bekerja pertukaran zat dalam organ tubuh yang diperlukan sebagai sumber energi dan transportasi sisa metabolisme yang harus dibuang, jelas sangat penting peran peredaran darah ke dan dari susunan saraf serta otot-otot dan rangka (muskulo-skeletal) dan juga organ-organ lainnya. Selain jantung dan sistem peredaran darah, paru dan alat pernafasan lainnya, sistem gastro-intestinal (mulut, esofagus, usus, hati, dan lainnya) juga memainkan fungsi masingmasing dalam mendukung dan menunjang kelancaran berlangsungnya aktivitas dan rangkaian kegiatan dilakukannya pekerjaan. Untuk

kelangsungan pelaksanaan pekerjaan, semua organ terkait dan juga seluruh sistem yang beroperasi fisiologis dalam tubuh harus berada pada kondisi optimal (bila mungkin prima) (1). Mekanisme bekerja fisik diperlihatkan oleh gambar 17.

Mula-mula koordinasi anatara susunan saraf pusat, indra, otot, dan organ-organ tubuh tidak mudah diwujudkan dan pada stadium tersebut untuk berlangsungnya koordinasi yang baik diperlukan upaya yang cukup intensif. Kenyataan ini terlihat pada tenaga kerja baru yang mulai bekerja dan sedang menjalani latihan keterampilan atau permagangan. Tidak jarang ditemukan keadaan betapa seorang tenaga kerja yang tidak terlatih menghadapi kesulitan

10

untuk bekerja dengan benar, sekalipun prosedur kerja sebenarnya sangat sederhana. Melalui pendidikan dan pelatihan koordinasi yang baik dapat dibina dan diciptakan; pelatihan keterampilan yang tepat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan termasuk gerakan yang dilakukan berlangsung sebagai suatu refleks, sehingga bekerja merupakan proses yang berlangsung secara otomatis dengan penuh kemudahan serta pencapaian kualitas hasil kerja yang baik. Semakin pendek waktu yang diperlukan bagi siklus yang bersifat refleks dalam bekerja atau kiat cepatnya otomatis pekerjaan dilakukan menunjukkan semakin baiknya koordinasi berfungsinya organ-organ tubuh dalam memberikan dukungan kepada pelaksanaan kerja serta merupakan peluang bagi pencapaian hasil kerja yang baik sebagai konsekuensi semakin baiknya keterampilan tenaga kerja. Untuk pekerjaan fisik, otot adalah bagian tubuh terpenting bagi pelaksanaan aktivitas kerja. Otot bekerja dengan mekanisme kontraksi (mengerut) dan melemas. Kekuatan bekerjanya suatu otot ditentukan oleh jumlah dan kualitas serat yang menyusunnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi serta melemas. Pada waktu otot kontraksi dalam (mengerut), darah yang berada antara serat-serat otot atau diluar pembuluh darah otot terjepit sehingga peredaran darah terhambat, jadi pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi salah satu penyebab dari timbulnya kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, sebagaimana biasanya disebut kontraksi otot dinamis, sangat tepat dipakai sebagai prisnsip pelaksanaan bekerjanya otot pada setiap pekerjaan yang berkaitan dengan dilaksanakannya kegiatan dan proses pekerjaan.

H. Pengertian Ergonomi Kerja Ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti Arbeitswissenschaft di Jerman Human Factors Engineering atau Personal Research di Amerika Utara. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu

11

biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yan manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Tidak jarang pula kepada ergonomi diberikan pengertian sebagai ilmu tentang bekerja (study of work) atau ilmu tentang kerja (1). Untuk ergonomi, di Indonesia digunakan pula istilah tata karya atau tata kerja. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

I.

Program Faal dan Ergonomi Kerja Ergonomi merupakan perpaduan dari berbagai lapangan ilmu seperti antropologi, biometrika, fisiologi kerja, higiene perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan sibernatika (cybernatics). Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan tata kerja yang dilaksanakan dengan cara yang lebih baik dalam hal metoda kerja dan peralatan serta perlengkapannya (8). Program ergonomi meliputi identifikasi problema yang dihadapi, pengambilan kebijakan pemecahan masalah, implementasi rumusan jalan keluar dengan memulainya pada skala kecil untuk dievaluasi efektivitasnya 12

dan selanjutnya pelaksanaan hasil uji yang positif pada lingkup yang luas. Dalam praktek, pendekatan seringkali dilakukan melalui trial and error. Dengan cukup berkembangnya keilmuan dan praktek ergonomi, pendekatan demikian sudah sepatutnya tidak digunakan lagi. Penentuan problema ergonomi dilakukan dengan antara lain pengamatan terhadap gejala atau tanda seperti absenteisme, kebiasaan sering pindah atau ganti kerja dan lainlain yang mungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan dan tidak terpikulkan oleh tenaga kerja, organisasi kerja yang sistemnya tidak memperhatikan kapasitas faktor manusia, kesulitan melakukan pekerjaan sebagai akibat buruknya desain mesin dan pengaturan tata kerja. Kelanjutan dari pengamatan adalah dibuatnya analisis pekerjaan, yang meliputi sistem kerja; hala ini dapat diselenggarakan, dengan melakukan time and motion study dari aktivitas faktor manusia dalam proses produksi, observasi langsung atau telemetris dari cara melakukan pekerjaan atau juga terhadap parameter fisiologis faktor manusia, analisis potensi dan risiko bahaya atau kecelakaan yang sumbernya karakteristika fisik atau kejiwaan. Penilaian dan koreksi atau perencanaan ergonomi ditujukan kepada operasi dan proses produksi, dengan memanfaatkan model-model penerapan ergonomi yang telah dikembangkan melalui penelitian, percobaan, pengujian atau pengalaman lapangan. Atas dasar setiap temuan yang sifatnya non-ergonomis misalnya penggunaan alat kerja yang tidak cocok untuk suatu pekerjaan, waktu kerja yang mengabaikan,waktu istirahat dan waktu untuk makan, beban kerja yang melebihi kemampuan, tenaga kerja, pekerjaan pada posisi berdiri tanpa kempatan untuk duduk, dan sebainya senantiasa harus diikuti dengan upaya koreksi, yang hasilnya tercermin dari perbaikan pelaksanaan pekerjaan ke arah pencapaian tujuan efisiensi dan kesejahteraan yang optimal. Pedoman yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk penerapan ergonomi, yaitu : 1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,ukuran, susunan,dan penempatan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja; juga bentuk, ukuran dan penempatan alat kendali

13

serta alat petunjuk, cara kerja mengoperasikan mesin dan peralatan yang merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan. 2. Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peralatan kerja, harus diambil ukuran terbesar (misal rerata + 2 deviasi standar) sebagai dasar serta diatur suatu cara, sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan peralatan kerja dapat dioperasikan oleh tenaga kerja yang ukuran antropometrisnya kurang dari ukuran standar. Sebagai contoh adalah

kursi yang tingginya dapat dinaik turunkan sesuai dengan ukuran antropometris tenaga kerja yang duduk pada kursi tersebut, atau tempat duduk yang dapat disetel (diatur posisinya) mundur ke belakang atau maju ke depan untuk menyesuaikannya terhadap ukuran jarak unjuk lutut ke garis belakang punggung. 3. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain dan pengoperasian mesin atau peralatan kerja antara lain : Berdiri : a. Tinggi badan berdiri ; b. Tinggi bahu; c. Tinggi siku ; d. Tinggi pinggul ; e. Panjang depa ; f. Panjang lengan ; Duduk : a. Tinggi duduk ; b. Panjang lengan atas ; c. Panjang lengan bawah dan tangan ; d. Jarak lekuk lutut-garis punggung ; e. Jarak lekuk lutut-telapak kaki. 4. Standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri : a. Pada pekerjaan tangan (manual) yang dilakukan dengan cara berdiri, tinggi meja kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku ;

14

b. Apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan di atas meja dan dtaran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka bidang kerja : i. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0+(5-10) cm ; ii. Untuk pekerjaan ringan 0-(5-10) cm ; iii. Untuk pekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan memerlukan bekerjanya otot punggung 0-(10-20) cm. 5. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari aspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak dalam keadaan yang lemas.Sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi duduk yang tegak dengan di selingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk. 6. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar ; b. Tinggi papan sandaran punggung dapat di atur dan menekan dengan baik kepada punggung : c. Lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran antropometris pinggul misalnya lebih dari 40 cm ; d. Tinggi meja kerja merupakan ukuran dasar sesuai dengan pedoman pada butir 4b. 7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan yang menjadi posisi duduk. Untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri, bagi tenaga kerja disediakan tenpat duduk dan diberi kesempatan untuk duduk. 8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 ke bawah sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan posisi kepala yang berada pada keadaan istirahat (relaxed).

15

9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan juga oleh lengan bawah ; pegangan dari obyek kerja harus diletakkan di daerah ruang gerak tersebut ; hal ini lebih penting lagi bila sikap tubuh berada pada posisi tidak berubah. 10. Macam gerakan yang kontinyu (tidak mendadak atau tersendat atau putus-putus) dan berirama lebih diutamakan, swedangkan gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan pakas asangat melelahkan. Gerakan keatas harus dihindarkan.Papan penyokong bagian anggota badan misalnya lengan atas atau lainnya dipakai untuk posisi kerja lengan yang melelahkan misalnya menahan beban suatu berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem otottulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya. 11. Pembebanan kerja sebaiknya dipilih yang optimal, yaitu beban kerja yang dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien.Beban fisik maksimum menurut ILO sebesar 50 kg (untuk Indonesia beban demikian terlalu besar dan 35 kg adalah realistis). Cara mengangkat dan menolak serta menarik memperhatikan kaidah ilmu gaya mekanika dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Gaya dari beban diupayakan berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem oto-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya. 12. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda atau menggergaji memerlukan frekuensi siklus gerak repetitif yang optimal dengan menggunakan tenaga yang efisien. Sebagai misal pada frekuensi siklus gerakan ritmis 60 kali setiap menitnya mengayuh pedal atau memutar roda dirasakan lebih enteng. 13. Apabila seorang tenaga kerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan pada jalan yang menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum sebagai berikut : Jalan menanajak 10

16

Tangga rumah 30 Tangga 70

(dengan anak tangga yang berukuran berkisar anatara 20-30 cm tergantung pada beban kerja.) 14. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja serta keselamatan, kesehatan dan kepuasan kerja sangat menurun. 15. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas pertimbangan ergonomi.Harus dihindari istirahat sekehendak tenaga kerja atau istirahat curian diluar sistem kerja, yaitu istirahat oleh karena turunnya kemampuan dan kesanggupan tubuh untuk melakukan pekerjaan atau tenaga kerja sebenarnya telah menjadi lelah dan tidak kuat lagi bekerja. 16. Beban tambahan akibat lingkungan kerja fisik, mental,psikologis,dan sosial sebaiknya sedapat mungkin dikurangi. 17. Pemeliharaan indera penglihatan dilakukan sebaik-baiknya terutama dengan penyelenggaraan pencahayaan dan penerangan yang baik terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan. 18. Kondisi mental psikologis dipelihara dan ditingkatkan dengan

memberikan insentif atau perangsang dan juga bila perlu disinsentif, menggelorakan motivasi kerja untuk menaikkan produktivitas dan kesejahteraan, mewujudkan harmoni iklim kerja dan lain-lain. 19. Beban kerja fisik dinilai antara lain dengan mengukur konsumsi O2, frekuensi nadi, suhu badan, dan lain-lainnya atau analisi kegiatan dari pekerjaan itu sendiri. 20. Batas kemampuan atau kesanggupan bekerja sudah tercapai,apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit diatas bilangan nadi istirahat,sedangkan nadi kerja tersebut tidak terus naik dan sehabis bekerja nadi pulih kembali kepada keadaan istirahat sesudah lebih kurang 15 menit.

17

Untuk menentukan sejauh mana prinsip-prinsip ergonomi telah diterapkan pada suatu kegiatan atau proses pekerjaan, biasanya disusun kuesioner yang dapat diaudit olehnya pelaksana ergonomi pekerjaan yang bersangkutan. Bagi keperluan dimaksud, daftar pertanyaan menurut keperluan dan disesuaikan dengan sifat dan karakteristika pekerjaan yang penerapan ergonominya akan dinilai.

J.

Pilar Ergonomi

1. Antrometri Antrometri adalah Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ukuran tubuh manusia bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, suku bangsa, bahkan kelompok pekerjaan. Interaksi antara ruang dengan manusia secara dimensional dapat menimbulkan dampak antropometris, yaitu kesesuaian dimensi-dimensi ruang terhadap dimensi tubuh manusia. secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Tujuan penggunaan antropometri untuk pekerja adalah untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja,meningkatkan performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja (Mustafa, Pulat, Industrial ergonomics case studies, 1992). 18

Data antropometri digunakan untuk Perancangan areal kerja, perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools) dan sebagainya, Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer dan lain-lain dan Perancangan lingkungan kerja fisik. Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu Antropometri statis dan antropometri dinamis. Antropometri statis dimana pengukurn dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak. Dan Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak. Ada terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas, contohnya mempelajari performasi seseorang, Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan Pengukuran variabilitas kerja. Anthropolometer adalah suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut suatu titik dari suatu posisi acuan tertentu. Realisasinya, alat ini berguna sebagai alat bantu untuk mendisain atau mengetahui posisi alatalat atau instrumen pengendali dari suatu mesin atau sistem kerja terhadap posisi operatornya.

1). Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah( Roebuck, 1995) Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish requirement). Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai. a. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya. b. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil). c. Penentuan sumber data ( dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang akan dipakai. d. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.

19

e. Pengambilan data. f. Pengolahan data g. Visualisasi rancangan

2). Prinsip Penerapan Anthropometri dalam Ergonomika Populasi manusia memiliki variasi bentuk dan ukuran tubuh yang tinggi. Dengan menggunakan sebaran normal, persentil dalam data anthropometri menunjukkan bila suatu ukuran adalah rata-rata, diatas atau dibawah rata-rata. Jika kita membuat grafik tinggi tubuh (atau dimensi lainnya) dari sebuah populasi.

3). Aplikasi Data Antropometri Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu : Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem Perancangan untuk pemakaian rata-rata, Data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%. Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan (adjustable), Data dengan persentil 50 %. Intinya untuk merancang bagi ukuran yang kecil seperti tinggi orang pendek maka gunakan persentil5, dan untuk ukuran yang besar seperti tinggi pintu maka gunakan persentil95.

2. Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan

20

berkaitan untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini.

A). Konsep Biomekanika Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : 1). General Biomechanic General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum hukum dan konsep konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu: a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform). b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik) (5, Tayyari, 1997).

2). Occupational Biomechanic. Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational

Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang

21

anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan biomekanik. Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tulang Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan yang ada padanya. Tulang yang besar dan panjang berfungsi untuk memberikan perbandingan terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam aplikasinya

biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh sebab itu di bawah ini adalah gambar kerangka manusia (Eko Nurmianto, 1996). Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung (connective Tissue) yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi tubuh agar tetap sikap sempurna.

2.

Connective Tissue atau jaringan penghubung

a. Cartilagenous Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang relatif kecil. Contoh : Sambungan tulang iga (ribs) dan pangkal tulang iga (sternum) Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang belakang) yaitu dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada ligamen dan otot. Adanya gerakan yang relatif kecil pada setiap jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan manusia

22

untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc berfungsisebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik translasi dan rotasi (2, Nurmianto, 1996).

b. Ligamen Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk stabilitas sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang. Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak paralel. Oleh karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan akan dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam menstabilkan sambungan (joints). Lengan dan tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk mengadakan gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat tangan, sambungan siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan lengan tangan pada sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia

mempunyai flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya (2, Nurmianto, 1996).

c. Tendon Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri dari sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel dengan panjang tendon. Tendon bergerak dalam sekelompok jaringan serabut dalam sutu area dimana adanya gaya gesekan harus diminimumkan. Bagian dalam dari 3. Otot ( Muscle ) Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber (fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40

23

mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses aerob maupun anaerob.

a. Anaerobic Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara local, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung. Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat. b. Aerobic Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi dan dalam kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.

24

Hal tersebut di atas merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari (Nurmianto, 1996): a) Beban otot statis (static muscle loads). b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut). c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.

Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah : a. Kekuatan kerja otot. Kekuatan kerja otot bergantung pada : 1. Posisi anggota tubuh yang bekerja 2. Arah gerakan kerja. 3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh. 4. Usia.

b. Kecepatan dan ketelitian.

c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban. Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis.

25

Biomekanika

dapat

diterapkan

pada

[CHA91]:

perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan statis dan penentuan sistem waktu. Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban [CHA91]: 1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan. 2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat. 3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya. 4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang. 5. 6. 7. 8. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu. Kurangi frekuensi pemindahan. Berikan waktu istirahat. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga. 9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat dengan tubuh. 10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak menimbulkan cidera punggung. B. Kelelahan Kelelahan ditimbulkan oleh bekerjanya otot yang terus menerus tanpa berhenti, sekalipun disusun dalam sistem kontraksi otot dinamis dalam bekerja, selalu diikuti dengan terjadinya kelelahan yang memerlukan istirahat untuk pemulihan. Kelelahan menyebabkan proses menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Atas dasar kenyataan itu, waktu

26

istirahat dalam bekerja atau sesudah melakukan pekerjaan sangat penting. Kelelahan otot secara fisik anatara lain merupakan akibat dari efek zat sisa metabolisme seperti asam laktat, CO2, atau lainnya. Selain itu, kelelahan tidak hanya ditentukan oleh kondisi ototnya sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh aspek mental-psikologis yang biasanya berefek cukup besar. Unsur mental-psikologis bagi timbulnya kelelahan otot mencerminkan mekanisme bekerja itu sendiri, oleh karena susunan saraf dan faktor kejiwaan memegang peran besar sebagai pengendali pelaksanaan pekerjaan. Kelelahan otot bersumber kepada menurunnya kekuatan otot itu sendiri, bertambah panjangnya waktu laten kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi antara berbagai otot yang harus serempak bekerja atau antara otot dengan saraf dan indera, serta terjadinya tremor atau gemetannya otot. Tremor adalah tanda dari kelelahan otot tetapi juga mungkin oleh penyebab lainnya seperti kondisi sakit fisik atau kurangnya kepercayaan diri. Kelelahan ini juga tidak lepas dari biomekanik karena dalam aplikasinya biomekanik melihat orang secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan pada manusia tidak dapat dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai keterbatasan yaitu salah satunya keadaan yang dinamakan lelah (5). Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. 2. Kelelahan yang patologis Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.

27

3. Psikologis dan emotional fatique Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Ada beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti: 1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan ketika otot harus menerima beban berlebihan. 2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek. 3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti berfikir sering juga disebut sebagai lelah otak. 4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan. Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi, akan menyebabkan apa yang disebut dengan lelah kronis. Di mana gejalagejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat dicirikan seperti: 1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau asosial terhadap orang lain. 2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan. 3. Depresi yang berat.

28

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi : Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam

peningkatan semangat kerja. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya; Pekerja remaja Wanita hamil dan menyusui Pekerja yang telah berumur Pekerja shift Migrant. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.

Pemeriksaan kelelahan : Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah

29

ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

1). Proses Terjadinya Kelelahan Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivitas otot dan mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga orang menjadi lambat bekerja. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot dan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan. Secara lebih jelas terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu: 1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic, phosphati dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemusian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluaran, sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan disimpan dihati dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati karena bekerja persediaan glikogen akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.

30

3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam pernafasan kira-kira 4 Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 Lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tetentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan yang timbul dikarenakan reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi air dan karbon dioksida agar dikeluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot dalam peredaran darah) 2). Gejala-Gejala Kelelahan Secara pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas mengukur lingkungan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performansi kerja yang bisa mengevaluasi tingkatan kelelahan. Kelelahan dapat kita lihat melalui indikasi-indikasi (gejalagejala) sebagai berikut: 1. Perhatian pekerja yang menurun. 2. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat menguap, pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring. 3. Merasa susah berpikir menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu cenderung lupa kurang kepercayaan cemas terhadap sesuatu tidak dapat

mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan. 4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan suara serat, haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan merasa kurang sehat badan. 31

Kemudian untuk mengetahui dan menilai kelelahan dapat dilakukan pengukuran/pengujian mengenai : 1. Waktu reaksi (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi kompleks yang memerlukan koordinasi); 2. Konsentrasi (pemeriksaan Bourdon Wiersma, uji KLT); 3. Uji fusi kelipan (flicker fusion test); 4. Elektro-ensefalogram

3). Upaya Mengurangi Kelelahan. Problematika kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk selalu berupaya mencari jalan keluar. Karena apabila kelelahan tidak segera ditangani secara serius akan menghambat produktivitas kerja dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja (5). Adapun upaya-upaya untuk mengurangi kelelahan adalah sebagai berikut; 1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.

2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan. 3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasanbatasannya. 4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan saranasarananya. Masa-masa libur dan rekreasi.

32

5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran, bau/wangi-wangian, dll. 6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll. 4). Penyebab Kelelahan Kelelahan yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal penyebab yang paling penting adalah: 1. Monotonitas 2. Intensitas dan durasi kerja 3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan. 4. Fisiologi tanggung jawab. 5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi

3.

Fisiologis Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil kerja manusia, dan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1) Faktor-faktor terdiri dari : sikap, sistem, nilai, karakteristik, fisik, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dll. 2) Faktor-faktor situasional : lingkungan fisik, mesin dan peralatan, metode kerja dll. Kerja manusia bersifat mental dan fisik yang masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Tingkat Intensitas yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan, sebaliknya Intensitas yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan jenuh. Karena itu perlu diupayakan tingkat Intensitas yang optimum yang ada diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya untuk tiap individu berbeda. Tingkat Intensitas kerja optimum, umumnya apabila tidak ada 33

tekanan dan ketegangan. Tekanan disini berkenaan dengan beberapa aspek dari aktivitas manusia dari lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi individu tersebut tidak mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu yang bersangkutan sebagai akibat dari tekanan. 1. Kerja Fisik dan Mental Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga manual operation dimana performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat

dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung.Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan factor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui : 1. Konsumsi oksigen 2. Denyut jantung 3. Peredaran udara dalam paru-paru 4. Temperatur tubuh 5. Konsentrasi asam laktat dalam darah 6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni 7. Tingkat penguapan 8. Faktor lainnya

34

Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran : 1. Kecepatan denyut jantung 2. Konsumsi Oksigen

Sedangkan kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan kelelahan mental bila kerja tersebut dalam kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh aktivitas fisik secara langsung melainkan akibat kerja otak kita. Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat erat dengan aktivitas faali lainnya. 1. Tekanan Darah 2. Aliran Darah 3. Komposisi Kimia dalamr Darah 4. Temperatur Tubuh 5. Tingkat Penguapan 6. Jumlah udara yang dikeluarkan oleh paruparu Hubungan Kecepatan Denyut Jantung

Gambar 1.1 Hubungan kecepatan denyut jantung dengan aktivitas faali 2. Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologi Dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi Oksigen, Heart Rate, Temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller :

35

1. Kerja total seluruh tubuh, yang menngunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh. 2. Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit. 3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar : 1. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan. 2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi. 3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi Oksigen.

Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi : 1. Pengetahuan baru tentang performans manusia 2. Lebih memantau perilaku / sifat para atlit juara. 3. Membantu kendala fisik seseorang

Tiffin mengemukakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu : Kriteria Faali, kriteria kejiwaan dan kriteria hasil kerja. Kriteria Faali meliputi: Kecepatan denyut jantung, konsumsi Oksigen, Tekanan darah, Tingkat penguapan, Temperatur tubuh, komposisi kimiawi dalam darah dan air seni. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh. Kriteria Kejiwaan meliputi: pengujian tingkat kejiwaan pekerja, seperti tingkat kejenuhan, emosi, motivasi, sikap dan lain-lain. Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama bekerja.

36

Kriteria Hasil Kerja meliputi: hasil kerja yang diperoleh dari pekerja. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari pekerja tersebut.

3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidaktersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut: 3.1 Denyut Nadi (Denyut/Menit) = 60 10 x itungan WaktuPenghDenyut Kepekaan denyut nadi terhadapa perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan, 1995). Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup unutk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek beban kerja. Astrand & Rodahl (1997); Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang

37

sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean (1993) : 1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai. 2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja. 3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL ) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

3.2 Denyut nadi maksimum = 220 umur (Astrand and Rodahl, 1977) Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut - X 30 % = tidak terjadi kelelahan - 30 < X 60 % = diperlukan perbaikan - 60 < X 80 % = kerja dalam waktu singkat - 80 < X 100 % = diperlukan tindakan segera

38

- X > 100 % = tidak diperbolehkan beraktivitas

4. Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata, terlatih dan berpengalaman dapat berproduksi pada level sekitar 125% saat intensif diberikan. Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar. Ternyata sebagian Operator dapat bekerja dalam performans 100% dengan jauh lebih mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa orang yang memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan energi Ekspenditure sama dengan orang yang performansnya 110% sampai 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya. Pengukuran Fisiologis dapat digunakan untuk membandingkan cost energi pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan serupa yang tidak standar, tetapi perundingan harus dibuat untuk orang yang sama. Dr.Lucien Broucha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan berat ringannya pekerjaan.

Tabel 1.1 Tabel Klasifikasi Beban Kerja


Oxygen consumtion (liter/min) 0.5 1.0 1.0 1.5 1.5 2.0 2.0 2.5 Energi Expenditure (cal/min) 2.5 5.0 5.0 7.5 7.5 10.0 10.0 12.5 Heart Rate during Work (Beats/min) 60 100 100 125 125 150 150 175

Work Load

Light Moderate Heavy Very Heavy

39

Selain itu, fisiologis kerja juga mempelajari bagaimana tubuh bereaksi kala melakukan berbagai tipe kerja dan aktivitas. Fisiologi mempelajari informasi mengenai seberapa besar aktivitas berbagai sistem tubuh (sirkulasi darah, pernafasan, pencernaan, dan aktivitas muskuloskeletal) dpt bertahan tanpa mengalami kerja yg berlebihan dan mengalami kelelahan (7).

4. Psikologis Psikologi sebagai ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi, yaitu sisi perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis (sistem syaraf, faal manusia), dan lingkungan sosial. Jadi yang ditampilkan merupakan hasil dinamika yang terjadi dalam diri manusia meliputi aspek biologis dan psikologis. Psikologi juga mempelajari tentang : - bagaimana kita berpikir dan bersikap. - bagaimana perasaan kita bekerja & bgmn motivasi & atensi mempengaruhi kinerja & perilaku. - bagaimana kita menyelesaikan masalah. - bagaimana perkembangan dari anak sp dewasa & bgmn emosi berperan terhadap apa yg dikerjakan & putuskan. Data psikologis digunakam utk memastikan agar disain tdk membebani pikiran dan perilaku.

40

BAB II RUANG LINGKUP ERGONOMI

E. Ruang Lingkup Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya. Ergonomi memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan, produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara harmonis sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia (International Ergonomic Assosiation, 2002). Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik. Adapun isi ruang lingkup bidang ergonomi meliputi: Ergonomi Fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang

berhubungan dengan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, sumber daya manusia (SDM), tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction, kehandalan manusia, dan stress kerja.

41

Kognisi merupakan suatu aktifitas mental yang melibatkan proses akuisi (acquisition), penyimpanan (storage), pemanggilan (retrieval) dan penggunaan (use) pengetahuan (Matlin, 1994). Simon dan Kaplan (1989) menyebutkan bahwa studi kognitif (cognitive science) merupakan studi mengenai kecerdasan dan system cerdas dengan referensi tertentu mengenai prilaku kecerdasan sebagai komputasi. Keilmuan kognitif dapat pula dilihat sebagai studi dari kognitif itu sendiri yang meliputi prototype dari sebuah fenomena atau biasa dikenal dengan presepsi, pemecahan masalah (problem solving), reasoning, pembelajaran (learning), dan memori (pylyshyn, 1989). Cognitive science juga merupakan suatu bidang keilmuan yang berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai proses munculnya suatu pengetahuan, termasuk komponen, pengembangan, dan

pemanfaatan pengetahuan tersebut (Gardner, 1985). Adapun bahasan kognitif meliputi (Matlin, 1994): Proses presepsi (perceptual process). Memori (memory). Model Mental (mental images). Kemampuan bahasa: mendengarkan (listening), membaca (reading). Produksi bahasa (language speaking): berbicara (speaking), menulis (writing). Pemecahan masalah dan kreativitas (creativity). Pertimbangan logis (logical reasoning) dan pengambilan keputusan (decision making). Kemampuan kognitif diatas akan digunakan pada saat membaca, mendengarkan dan memahami instruksi, menghadapi masalah yang harus dipecahkan, menghadapi pilihan keputusan dan lain-lain. Kognitif atau disebut juga kognisi yang berarti adalah proses berpikir. Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses berpikir yang 42

dilakukan

adalah

memperoleh

pengetahuan

dan

memanipulasi

pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognitif yang dimiliki setiap individu erat kaitannya dengan kecerdasan atau inteligensi. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut test IQ. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukksan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara lain; komunikasi, manajemen sumber daya manusia (MSDM), perancangan kerja, perancangan waktu kerja, teamwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, cultur organisasi, organisasi virtual, dll. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain; perancangan ruang kerja, sistem akustik dan lain-lain.

F. Pelatihan Ergonomi Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

43

C. Metode Ergonomi 1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks. 2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja. 3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

D. Aplikasi/penerapan Ergonomik: 1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 2. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. 3. Tata letak tempat kerja Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata. 4. Mengangkat beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat

44

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. a. Menjinjing beban Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb: - Laki-laki dewasa 40 kg - Wanita dewasa 15-20 kg - Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg - Wanita (16-18 th) 12-15 kg

b. Organisasi kerja Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara : - Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun - Frekuensi pergerakan diminimalisasi - Jarak mengangkat beban dikurangi - Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi. - Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat beban Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : - Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung - Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : o Posisi kaki yang benar o Punggung kuat dan kekar o Posisi lengan dekat dengan tubuh o Mengangkat dengan benar o Menggunakan berat badan

45

d. Supervisi medis Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. - Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya - Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan - Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.

46

BAB III MASALAH ERGONOMI KERJA

D. Sakit dan Cacat Akibat Cara Kerja yang Tidak Ergonomis Cara kerja harus dilakukan dengan benar, karena sangat perlu mendapat perhatian yang layak, sebab cara kerja yang tidak benar dari segi faal kerja atau ergonomi dapat mengakibatkan risiko gangguan kesehatan, penyakit bahkan juga kecacatan. Sindrom Pemakaian atau Penggunaan Berlebihan Akibat Kerja (SPBAK), menunjukkan gejala rasa nyeri pada bahu, leher, lengan, dan tangan yang merupakan efek kerja berlebihan kepada sistem musko-skeletal yaitu otot, saraf, sendi, ligamen dan atau struktur lainnya. Manifestasi SPBAK dapat berupa : 1) Sindrom nyeri miofasial (myofacial pain syndrome) Gejala yang ditimbulkan adalah rasa nyeri pada bahu dan leher dan atau nyeri tekan pada sekurang-kurangnya salah satu pada otot leher bagian atas dan m.trapezius bagian atas; dan sekurang-kurangnya salah satu dari m.supraspinatus atau m.imfraspinatus. 2) Kapsulitis bahu (shoulder capsulitis) Dengan gejala nyeri pada bahu dan terjadinya hambatan gerak aktif dan pasif pada sendi glenohumoral dengan pola kapsuler yaitu hambatan gerak rotasi eksternal lebih besar daripada abduksi dan hambatan gerak abduksi lebih besar daripada rotasi internal. 3) Tendinitis tendo sekitar kapsul sendi bahu (rotator cuff tendinitis) Dengan gejala yang datang-hilang pada bahu yang rasa nyerinya bertambah saat mengangkat lengan dan/nyeri tekan pada tuberkulum majus humeri;paling sedikit terasa nyeri pada tahanan salah satu dari gerak aktif abduksi, rotasi eksternal atau internal. 4) Epikondilitis lateral (lateral epicondilitis)

47

Dengan rasa nyeri pada sisi lateral siku dan nyeri tekan pada bagian sisi tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri dibagian siku dimaksud pada tahanan ekstensi pergelangan tangan. 5) Epikondilitis medial (medial epicondilitis) Dengan rasa nyeri pada sisi merliar siku dan nyeri tekan pada bagian siku tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri di bagian siku dimaksud pada tahanan fleksi pergelangan tangan. 6) Sindrom syndrome) Dengan gejala rasa nyeri atau kesemutan (paraesthesia) atau rasa baal didaerah persyarafan n.medianus dan salah satu tanda obyektif hasil terowongan pergelangan tangan (karpal)(carpal tunel

positif tes Tinel atau tes Phalen; pada eksaserbasi sindrom ini gejalanya timbul malam hari; dan terdapat kelumpuhan (paralisis atau paresisi) atau kelemahan pada m.abduktor polisis brevis. 7) Penyakit de Quervain (tenosinovitis; de Quervains) Dengan gejala rasa nyeri pada sekitar prosessus stiloiedeus dan pembengkakan yang disertai rasa nyeri pada ekstensor jari pertama yang disertai timbulnya rasa nyeri pada tahanan ekstensi ibu jari atau tes Finkelstein positif. 8) Nyeri non-spesifik lengan bawah Dengan gejala rasa nyeri lengan bawah tanpa gambaran patologis spesifik dan tidak memiliki karakteristika untuk dipandang sebagai sindrom yang khusus. Adapun gejala atau tanda nyeri non spesifik lengan bawah meliputi rasa lemah atau kurangnya tenaga lengan bawah; kejang (cram) otot lengan bawah; lengan bawah tidak berfungsi sebagaimana mestinya; nyeri tekan dilengan bawah; dan pelambatan gerakan lengan bawah. E. Penyebab Cidera diakibatkan karena: 1. Penggunaan yg berulang-ulang alat atau peralatan yg bergetar. 2. Alat/tugas yg membutuhkan gerakan memutar tangan atau sendi.

48

3. Menggunakan kekuatan dlm posisi canggung (awkward posture). 4. Menggunakan tekanan yg berlebih pd bagian-bagian tangan, punggung, pergelangan tangan atau sendi-sendi. 5. Menggunakan tangan menjangkau di atas kepala. 6. Kerja membungkuk. 7. Mengangkat/mendorong beban berat.

F. Masalah ergonomi pada proses industri Ergonomi mempunyai peranan penting dalam mengawal proses industri. Mekanisasi dan otomasi adalah ciri masyarakat industri lebih-lebih masyarakat industri maju, tetapi hal itu bukan monopoli masyarakat demikian saja melainkan terjadi di dunia pertanian dan pedesaan serta sektor informal yang baru saja memulai pengembangan aktivitas kehidupannya dan juga pada pekerjaaan administrasi di perkantoran, maka biasanya timbul permasalahan sebagai berikut : 1. Terjadi pengaruh besar dari pekerjaan baru dalam hal pengerahan tenaga fisik dan daya mental pada pekerjaan yang bebannya berat dan dikerjakan secara berulang (repetitif) pada tenaga kerja pelaksanaannya; 2. Pengoperasian, perawatan dan perbaikan mesin dan peralatan kerja yang tidak dilaksanakan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang tidak memenuhi persyaratan ergonomis yang semestinya; 3. Kurang dipenuhinya persyaratan kesehatan fisik dan mental sehubungan dengan pekerjaan yang menyangkut besarnya beban fisik dan mental, lama dan tempo kerja, interaksi tenaga kerja dengan pekerjaannya, pengaruh kerja bergilir, perasan terisolasi dan bertambahnya tanggung jawab dan dan lainnya. Juga sangat besarnya beban tambahan yang dikarenakan oleh faktor lingkungan dalam pekerjaan, diperusahaan dan pada masyarakat umum; 4. Pindahnya tenaga kerja pertanian ke perindustrian dan perkotaan terutama dalam masyarakat yang sektor pertaniannya tidak cukup memberikan lapangan pekerjaan.

49

DAFTAR PUSTAKA 1. Sumamur. Hiegene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Hal. 319-371. Sabung Seto : Jakarta. 2009 2. Eko Nurmianto. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta. PT Candimas Metropole. 3. Julius Paneroand Martin Zelnik(1979), Human Dimension and Interior Space, Whitney Library of Design 4. Pheasant. S (1986), Body space, Anthopometri, Ergonomic and Design, London; Taylor and Francis. 5. Tayyari, N. Eko, 1996. Penguuran Kerja Fisik Manusia Dengan Pendekatan Biomekanika: Universitas Islam Indonesia 6. Carmel M. and Andre R. 2000. An Update on Ergonomic Issues in Sonography B.Sc. Healthcare Benefit Trust 7. Anonim.2008.Analisis Pengukuran Beban Kerja Fisik dengan Metode Fisiologi 8. www.isjd.com Ergonomi : Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI.

50

GLOSARIUM

Abduksi : Gerakan tangan mendekati badan Anthropolometer : suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut suatu titik dari suatu posisi acuan tertentu. Antrometri : Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Biomekanika : penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Bioteknologi : cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi,virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk

menghasilkan barang dan jasa. Efisien : Penggunaan sesuatu secara tepat guna

Ergonomi :

perencanaan tata kerja yang dilaksanakan dengan cara yang lebih baik dalam hal perlengkapann metoda kerja dan peralatan serta

Faal kerja : Ilmu yang digunakan khusus untuk orang yang bekerja Fisiologi : mempelajari informasi mengenai seberapa besar aktivitas berbagai sistem tubuh (sirkulasi darah, pernafasan, pencernaan, dan aktivitas muskuloskeletal) dpt bertahan tanpa mengalami kerja yg berlebihan dan mengalami kelelahan Insentif : Pemberian bonus kepada tenaga kerja secara berkala Kuesioner : Suatu metode penelitian dengan mengajukan pertanyaan Konsumtif : Perilaku yang menggunakan sesuatu secara berlebihan(boros)

51

Musko-skeletal : Pelajaran tentang tulang dan penyusunnya Psikologis : ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi, yaitu sisi perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis (sistem syaraf, faal manusia), dan lingkungan sosial.

52

INDEKS

Abduksi, 39 Absenteisme, 5 Anthropolometer, 11 Antropologi, 4 Arbeitswissenschaft, 1,3 Biometrika, 4 Bising, 21,25 Carpal tunel syndrome, 4 Cartilagenous, 14 Checklist, 36 Connective Tissue, 14 Cardivascular, 29,30 Design, 5,6,35 Diagnosis, 36 Disinsentif, 9 Efisien, 4,5,7,9,18 Elektrik, 21 Emotional fatique, 20 Epikondilitis lateral, 39 Epikondilitis medial, 40 Ergonomi, 3,4,5,9,10,12,33,36,37,39 Ergonomi fisik, 33 Ergonomi kognitif, 33 Ergonomi lingkungan, 33,35 Ergonomi organisasi, 33,35 Ergonomi social, 33 Evaluasi, 36 Faal, 1,32,39 Fisiologi, 1,2,4,5,25,27,28,31,32,33,35

53

Furniture, 36 Higiene, 4 Horizontal, 18,37 Inelastic, 15 Kapasitas, 5,35 Kapsul sendi bahu, 39 Karakteristika, 10,40 Karpal, 40 Kelelahan, 19,20,21,22 Kinematik, 13 Kinetik, 13,37 Kognitif, 35 Lateral epicondilitis, 39 Metode, 4 Migrant, 21 Miofasial, 39 Monotonis, 20,25 Muskuloskeletal, 32,39 M.abduktor, 40 M.trapezius, 39 Observasi, 5 Obyektif, 36,40 Optimal, 2,4,5,8,33 Organik, 13 Organisasi, 5,35,37 Paralisis, 40 Paraesthesia, 40 Parameter, 5,36 Perifer, 1 Presepsi, 34 Produktif, 4,9

54

Psikosomatik, 20 Psiologis, 9,19,20,32,35 Refleks, 3,21 Repetitive, 8,41 Rotasi, 15,18,39 Shift, 21 Sibernatika, 4 Sindrom, 39,40 Subyektif, 36 Supervisi medis, 38 Tendinitis tendo, 39 Tes Finkelstein positif, 40 Tuberkulum, 39 Uniform, 13 Variabilitas, 11 Variasi, 36 Ventilasi, 21 Verterbrae, 14 Visual, 20 Visualisas, 12 Zat, 21 Zat adiktif, 21

55

Soal Pilihlah jawaban yang paling tepat. 1. Ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerja, tempat kerja dan rancangan pekerjaan adalah. . . A. ergonomi D. hiperkes B. faal E. fatologi C. fisiologi

2. Kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan. A. lelah otot mental D. lelah visual E. lelah kronis B. lelah monotonis C. lelah

3. Yang merupakan bagian dari pilar ergonomi, kecuali . . . A. fisiologi D. antropometri B. biomekanika E. ekologi C. psikologi

4. Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok adalah . . . A. antropometri D. fisiologis B. biomekanika E. ekologi C. psikologi

5. Masalah ini menempatkan stres pada sistem sirkulasi, termasuk jantung. Akibatnya, jantung harus memompa darah lebih banyak ke otot untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat. Merupakan masalah di bidang . . . A. antropometri B. kognitif. C. muskuloskeletal D. kardiovaskular E. psikomotor 6. Merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomik adalah . . . A. antropometri B. biomekanika C. psikologi

56

D. fisiologis

E. ekologi

7. Mempelajari bagaimana tubuh bereaksi kala melakukan berbagai tipe kerja dan aktivitas adalah . . . A. antropometri B. biomekanika C. psikologis kerja D. fisiologis kerja E. ekologi 8. Ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi, yaitu sisi perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis (sistem syaraf, faal manusia), dan lingkungan social adalah A. antropometri D. fisiologis B. biomekanika E. ekologi C. psikologis

9. Ergonomi memperhatikan beberapa faktor, yaitu kecuali . . . A. faktor fisik B. faktor biologik C. faktor kerja D. faktor organisasi E. faktor Kelimatik 10. Penyakit atau cacat akibat kerja yang tidak Ergonomis yaitu nyeri pada sisi lateral siku dan nyeri tekan pada bagian sisi tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri dibagian siku dimaksud pada tahanan ekstensi pergelangan tangan adalah . . . A. myofacial pain syndrome B. shoulder capsulitis C. rotator cuff tendinitis D. lateral epicondilitis E. medial epicondilitis

57

You might also like