You are on page 1of 80

Laterit 1.

Formasi Laterit Laterit didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari pel apukan yang kuat pada daerah-daerah tropis, lembab, dan hangat yang kaya akan le mpung kalolinit sebagai oksida dan oksihidroksida dari Fe dan Al. Laterit pentin g secara ekonomi karena mengandung logam alumunium (bauksit). Berikut merupakan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada profil laterit. Mineral utama pada zona ferruginous Aluminosilikat (muskovit, kaolinit) oksida b esi; emas pada saprolit bagian atas Aluminosilikat (muskovit) Ferromagnesia (klo rit, talk, amfibol) Lempung smektit pada saprolit bagian bawah Aluminosilikat Fe rromagnesia (piroksen, olivin, amfibol, klorit, biotit) pada zona pelapukan sulf ide Pencucian K, Rb, Cs mineral jejak : Au Mineral Sekunder Si, Al (kaolinit) Cs, K, Rb Mg, Li Ca, Mg, Na Si, Al (kaolinit) Fe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V, (Oksida Fe dan Mn) Si, Al (kaol init) Si, Al (kaolinit); Ba Fe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V (Oksida Fe dan Mn) Ca, Cs, K, Na, Rb Ca, Mg pada daerah karbonatan As, Au, Cd, Co, Cu, As, Cu, Ni, Pb, Sb, Zn (oksida besi; Mo, Ni, Zn, S sulfat, a rsenat, karbonatan, alunitjasorit) Ca, Mg, Fe, Mn, Sr 2. Formasi bauksit Bijih bauksit, sebagai sumber utama logam alumunium, mengandu ng mineral gibsit, boehmit, dan diaspor. Akumulasi dari residu kaya alumina, pad a bagian atas dari profil laterit, sebagai hasil dari curah hujan yang tinggi, t emperatur yang agak rendah (22C), dengan kelembaban yang tinggi. Proses yang berl angsung pada bagian atas dari profil laterit berupa pelarutan inkongruen yaitu : Feldspar (kehilangan Si) kaolinit (kehilangan Si) gibsit (Al(OH)3) Variasi iklim musiman juga dianggap penting dalam pembentukan formasi bauksit. M usim panas dan dingin membuat fluktuasi pada muka air tanah, yang membuat terjad inya pelarutan dan transfer massa. Variasi pada profil bauksit sebagai transform asi dari gibsit yang terdehidrasi menjadi versi yang terhidrasi secara relatif, boehemit atau diaspor (ALO(OH)), dihasilkan dari fluktuasi tersebut. Profil mine ralogical untuk zona mineralisasi bauksit dapat bervariabel. 3. Laterit Nikel

Laterit nikel berasal dari batuan ultramafik yang mengandung olivin dan ortopiro ksen dengan berlimpah, dan karenanya kaya akan nikel. Laterit nikel mengandung k onsentrasi nikel silikat atau nikel oksida yang mencapai 10 kali lipat dari kons entrasi aslinya. Penambangan laterit nikel jauh lebih mudah daripada penambangan bijih sulfida magmatik. Bijih nikel berhubungan dengan eluviasi nikel dari resi du pada lapisan laterit teratas dan konsenrasi di dasar illuvium saprolit sebaga i talk nikeliferous, serpentin, atau smektit, dan bersamaan dengan geotit meskip un jarang. Mineral olivin dan ortopiroksen sebagai sumber nikel utama merupakan penyusun utama dari batuan ultramafik mungkin berasal dari bagian kompleks ofiol it obduksi atau berupa intrusi mafik. Alterasi olivin terjadi karena proses hidr asi dari silika, serpentinit, dan limonit . Pada tanah laterit, keasaman air tan ah semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman dan bikabornat bertin dak sebagai anion utama dalam proses pelarutan ini. Olivin bereaksi pada kondisi ini, diikuti dengan ortopiroksen, serpentin, klorit, dan talk. Berikut ini meru pakan contoh reaksi pada olivin. 4(Fe2,Mg3)SiO4 + 8H+ + 4O2 (Fe2,Mg3)Si4O10(OH)2 + 6FeO(OH) + 5Mg2+ olivin smekti t goetit Konsentrasi nikel dipengaruhi oleh pertukaran kation, kemungkinan oleh Mg2+. Has ilnya adalah suatu jenis mineral pilosilikat yang kaya nikel seperti kerolit (Ni -talk), nepouit (Ni-serpentin), dan pimelit (Nismektit). Salah satu contoh dari reaksi pertukaran kation adalah sebagai berikut : Mg2Si2O5(OH)4 + 3Ni2+(aq) Ni3Si2O5(OH)4 + 3Mg2+(aq) serpentin nepouit Konsentrasi dari nikel juga sering berasosiasi dengan goetit, sekalipun mekanism enya belum diketahui. Kemungkinan absorbs dari nikel pada koloid goetit terjadi pada alam karena pH yang agak basa. Zona limonit yang ada pada bagian atas dari profil laterit pada umumnya tidak mengandung nikel. Laterit yang sangat tebal da n sangat kaya dengan garnierit terjadi pada batuan dasar yang mengalami sirkulas i air tanah maksimum dan peran dari interaksi air antar batuan. Konsentrasi nike l juga dikontrol oleh keadaan topografi dan cenderung terjadi dibawah perbukitan atau pinggiran plato atau teras. Hal ini dikarenakan deposit sensitif untuk men galami erosi permukaan dan fluktuasi muka air dikonrol oleh distribusi zona eluv iasi dan iluviasi. Nikel laterit Batuan a basa ebagai g. dan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultr rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut s terdapat hasil dalam kisi-kisi terhadap kristal atom mineral dan olivin M piroksin, terjadinya substitusi Fe Proses

substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan i on yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi y ang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan mer ubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit perodit it. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas din gin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan i nduk. Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stab il (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang la rut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat hal us. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhi rnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat perm ukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah k ecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membe ntuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydro silikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada ce lah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan kriso pras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut sapr olit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan M g yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan d an akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahanrekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai bata s petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan ak ar pelapukan (root of weathering). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan b ijih nikel laterit ini adalah: a. Batuan asal. Adanya nikel batuan asal merupaka n batuan syarat asalnya utama adalah untuk batuan terbentuknya endapan laterit, macam ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineralmineral yang palin g mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan

piroksin mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel. b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjad inya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-r ekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia ad alah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH laru tan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, v egetasi akan mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah deng an mengikuti jalur akar pohon-pohonan akumulasi air hujan akan lebih banyak humu s akan lebih tebal. Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan ka dar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis. d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur Seperti kekar (joint) batuan diba ndingkan beku terhadap struktur dan patahannya. diketahui, mempunyai porositas permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif. e. Topografi. Keadaan topografi setempat a kan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah y ang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesemp atan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-po ri batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sam pai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti b entuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang

meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif. f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan meng akibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tingg i. Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut : 1. Iron Capping : merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iro n capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkada ng terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous. 2. Limonite Layer : fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi da ri limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis oxide, pada daerah y ang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini ha dir di dalam mineral manganese lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, t remolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite. 3. Silika Boxwork : putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagia n mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin ber asal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized. 4. Saprolite : campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saproliti c rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada bebe rapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi yang dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat yang mineral sebagai quartz mengisi reka han, lebih mineral-mineral atau kurang primer terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi kolloidal

talc dengan nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terl ihat. 5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar)

dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mende kati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membu ka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan men jadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya t ersembunyi. 4. Emas pada laterit Telah diketahui dengan baik bahwa emas dapat te rbentuk pada bagian pedolitik atas pada zona pelapukan laterit. Bentuk emas yang dihasikan bermacam-macam dari yang berukuran besar, partikel membundar seperti nugget, dan dendritus emas pada celah dan retakan, sampai kristal-kristal kecil pada pori-pori tanah. Sebenarnya sumber emas secara primer adalah pada lingkunga n yang juga kaya akan perak. Emas dapat berada pada profil laterit karena proses kimiawi. Berbeda dengan proses mobilisasi dan penghilangan perak, dimana Ag ber peran sebagai air meteorik pada zona pelapukan. Proses perpindahan Au dan Ag han ya terjadi pada kondisi spesifik tertentu. Mungkin perpindahan tersebut berhubun gan dengan asamnya air tanah dekat permukaan pada lingkungan laterit. Kedua reak si berikut merupakan contoh dari proses pengasaman yang berlangsung pada profil laterit. 2FeS2 + 2H2O +7O2 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+ 2Fe2+ + 3H2O + O2 2 FeOOH + 4H+ Percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa pada keadaan pH rendah, Eh tinggi, dan keberadan ion Cl-, emas yang berada di dekat permukaan dapat menjadi AuCl4-. Ha l ini dikontrol oleh oksidasi dari Fe 2+ yang berhubungan dengan ketersedian oks igen. Sebagai perbandingan, perak akan bereaksi dengan lebih cepat, pada daerah reduksi, sebagai AgCl, AgCl2-, dan AgCl32-. Reaksi berikut mengasilkan Au murni pada kondisi reduksi yang terjadi pada bagian yang kaya akan ion Fe2+ dan Mg2+. AuCl4- + 3Fe+ + 6H2O Au + 3FeOOH + 4Cl- +9H+ Perlu diketahui bahwa mikroorganisme juga berhubungan dengan konsentrasi emas pa da tanah laterit. Emas sekunden yang berbentuk nugget dapat ditemukan pada lingk ungan yang berbeda dari tempat deposit emas terjadi. Hal ini disebabkan oleh bak teri pada tanah yang memiliki kemampuan untuk mengakumulasi emas melaluiproses d ifusi melewati dinding selnya dan masuk ke dalam cytoplasmanya. Diagenesis subse kuen dari sedimen yang mengandung mikroorganisme yang kaya akan emas akan menyeb abkan terjadinya rekristalisasi dari emas menjadi bentuk seperti nugget. 5. PGE pada laterit Unsur-unsur kelompok platinum juga terdapat pada laterit. Kristal-k ristal Pt-Fe atau Os-Ir-Ru dapat PGE ditemukan juga pada pedolith, dengan sebaga i hasil yang perpindahan PGE pada zona pelapukan. Dipercaya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi sama faktor-faktor

mempengaruhi Au dam Ag. Pada daerah klorit non laterit, PGE tidak akan tetapi tertransportasi sebagai senyawa sebagai senyawa (PdCl42- dan Pt OH2). PtCl42-), Proses hidroksida (PdOH2 dan laterisasi menyebabkan berpindahnya komponen-komponen bijih berpindah, dengan mineral dasar terbentuk pada oksida Mn dan Au-Pt-Pd terbentuk bersamaan dengan karbon nonkris tal, dan oksida atau oksihidroksida dari De-Mn. 6. Deposit lempung Mineral-miner al lempung merupakan produk pelapukan yang sangat berlimpah, baik yang terdapat in situ maupun yang berpindah dan mengalami deposisi. Mineral-mineral ini pentin g secara ekonomi pada industry kertas, keramik, filtrasi, dan minyak pelumas. ka olinit, Mineral-mineral illit, dari dan kondisi lempng lembab yang penting ini d iantaranya adalah kelompok smektit yang (termasuk mendukung monmorilonit). Kaolinit berasal terjadinya hidrolisis asam pada batuan feldspar. Illit terjadi pada kondisi basa dengan pelapukan feldspar dan mika. Sedangkan smektit merupakan hasil pelapukan dari batuan intermediet sampai basa dibawah kondisi basa, dengan lapisan-lapisa n intrakristalin air dan kation-kation yang dapat bergantiganti. Mineral-mineral lempung tidak hanya dihasilkan dari pelapukan batuan saja, tetapi dapat ditemuk an sebagai produk dari alterasi hidrotermal bertemperatur rendah. Eksplorasi min eral merupakan salah satu kegiatan penting untuk mendapatkan informasi dimana lo

kasi mineral berada, namun selama ini proses tersebut membutuhkan waktu yang lam a dan biaya yang besar terutama jika dilakukan pada daerah yang luas. Di dalam p enelitian ini penulis akan menyajikan aplikasi penginderaan jauh diterapkan dala m pemetaan mineral deposit nikel laterit. Dengan menggunakan metode defoliant te chnique dan citra sensor ASTER, akan ditunjukkan bagaimana pemetaan potensi depo sit mineral dilakukan padawilayah tropis. Sorowako merupakan contoh menarik untu k dikaji, wilayahnya yang merupakan bagian dari singkapan ultramafik terbesar di dunia disertai lingkungan mendukung menjadikan sorowako kaya akan deposit nikel laterit.

Report Preview I. Pendahuluan Nikel merupakan salah satu barang tambang penting di dunia. Manfaatnya yang begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembu atan logam anti karat, campuran dalam pembuatan stainless steel, baterai Nickelmetal hybride, dan berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang me njadikan nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata-rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan diperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan (Da lvi et al., 2004). Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbent uk akibat pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0.2 - 0.4 % (Golight ly, 1981). Jenis-jenis batuan tersebut antara lain olivine, piroksin, dan amphib ole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya ditemukan pada daerah tropis, dikarena kan iklim yang mendukung terjadinya pelapukan, selain topografi, drainase, tenag a tektonik, batuan induk, dan struktur geologi (Elias, 2001). Selama ini eksplor asi terhadap nikel laterit dilakukan dengan mencari singkapan ultramafik, pemeta an lapangan, pengeboran, dan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan min eral dan kimiawi nikel. Namun salah satu hambatan besar dari kegiatan tersebut a dalah pada tahap pemetaan lapangan, dimana membutuhkan waktu yang lama dan berbi aya besar, terutama untuk daerah baru, sehingga seringkali sulit untuk dilakukan pada wilayah luas. Namun seiring berkembangnya teknologi dalam bidang pemetaan, keterbatasan tersebut kini dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi dari tekno logi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Rajesh, 2004). Apli kasi penginderaan jauh dan SIG dalam eksplorasi mineral memiliki banyak keuntung an, antara lain cakupan wilayahnya luas, hemat biaya, data yang mudah diperbahar ui (up date) dan memungkinkan integrasi dengan berbagai jenis data satelit, geof isika, geokimia, Digital Elevation Model (DEM), dan sebagainya. Sehingga proses analisa semakin efisien, cepat, dan akurasi yang meningkat. Penggunaan penginder aan jauh dalam eksplorasi pertambangan telah lama digunakan dan sudah berkembang luas, beberapa pendekatan yang banyak diaplikasikan antara lain, pemetaan litho logi, struktur, dan alterasi (Rajesh, 2004; Siegal dan Gillespie, 1991). Pemetaa n lithologi merupakan pemetaan sumberdaya mineral, dengan menarik kesimpulan dar i beberapa parameter utama yang diperoleh melalui observasi penginderaan jauh, s eperti mengidentifikasi nilai spektral batuan, penampakan struktural, pelapukan dan bentuk daratan (landform), serta pola aliran sungai. Pemetaan struktur didas arkan pada hubungan antara deposit mineral dengan beberapa tipe deformasi, seper ti patahan, lipatan atau struktur geologi lainnya. Sedangkan pendekatan alterasi merupakan teknik pemetaan mineral yang mengasosiasikan deposit mineral dengan a lterasi hidrothermal dan batuan sekitar, jenis dan luasnya zona alterasi menggam barkan tipe dari deposit mineral (Rajesh, 2004). Distribusi spasial dari batuan hasil alterasi hidrothermal merupakan kunci utama untuk mengetahui zona aliran d ari hidrothermal dan sebagai petunjuk penting untuk mengenali deposit mineral (P irajno, 1992 dalam Rajesh, 2004). Identifikasi sebaran nikel laterit melalui tek nologi penginderaan jauh dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan altera si, yaitu dengan memetakan mineral permukaan hasil lapukan batuan ultramafik pad a lapisan

limonite, antara lain mineral goethite, hematite dan chlorite. Metode yang digun akan untuk mendeteksi mineral tersebut yaitu Defoliant Technique atau Directed P rincipal Component (DPC). Pemilihan metode tersebut didasarkan pada karakteristi k wilayah tropis yang bervegetasi rapat, sehingga menjadi hambatan tersendiri da lam mendeteksi deposit mineral. Untuk itu metode yang mampu meminimalisir pengar uh vegetasi, seperti Defoliant Technique sangat cocok untuk digunakan (Carranza, 2003; Rojas, 2003). Defoliant Technique pada dasarnya adalah teknik penajaman y ang dilakukan dengan menggabungkan dua rasio saluran (Carranza, 2002; Fraser dan Green, 1987 dalam Rojas, 2003), adapun hasil dari proses ini adalah sebaran min eral permukaan yang digambarkan dalam citra skala keabuan (grayscale). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Defoliant Technique mampu mengidentifika si keberadaan alterasi hidrothermal di daerah bervegetasi, seperti yang dilakuka n oleh Carranza dan Hale pada tahun 2001 di wilayah Baugio, Filipina. Kemudian u ntuk menguji tingkat akurasi, hasil pencitraan akan diverifikasi dengan data tit ik bor. Sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi deposit mineral adalah Adva nced Spaceborne Thermal Emission Radiometer (ASTER). Salah satu kelebihan citra ASTER dalam memetakan sebaran mineral permukaan adalah ketersediaan saluran (ban d) yang lebih banyak (VNIR saluran 1 3, SWIR saluran 4 9, dan TIR saluran 10 14) dan resolusi spasial yang lebih baik dibandingkan citra Landsat, oleh karena it u ASTER cocok dalam memetakan berbagai jenis batuan dan mineral. Kemudian harga citra ASTER yang jauh lebih murah dibandingkan menggunakan satelit hyperspectral ataupun pemetaan udara menjadikan ASTER menarik untuk digunakan lebih jauh. Beb erapa penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuan ASTER yang baik dalam pemetaan geologi, seperti yang dilakukan oleh Simpson, Mars, dan Rowan pada tahun 2004 d alam pemetaan lithologic komplek ultramafik di Australia serta Debgani dan Ginge rich tahun 2005 untuk ekstrasi mineral di Iran. Sorowako merupakan salah satu wi layah Sulawesi yang kaya akan kandungan nikel laterit dalam jumlah besar. Hal in i didukung oleh bentukan geologi yang terdiri atas volcano plutonic arc, methamo rphic belt, ophiolite belt, banggai-sula dan tukang besi disisi Barat dan Utara, Tengah, Timur, serta beberapa pecahan fragmen di Timur dan Tenggara. Selain itu kondisi ini juga tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topogra fi Sulawesi yang cocok terhadap pementukan nikel laterit. Endapan nikel laterit di Sorowako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang terben tang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km, dimana sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara (Waheed, 2005). Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi dan pen ambangan nikel laterit di beberapa wilayah Sulawesi bagian Tengah, Tenggara dan Selatan adalah PT. International Nickel Indonesia, Tbk (PT INCO). Perusahaan mul tinasional yang diakuisisi sahamnya sejak tahun 2007 oleh Companhia Vale do Rio Doce (CVRD) yang kini bernama Vale, dan berubah menjadi Vale Inco, ltd; telah be roperasi sejak tahun 1968, terutama di wilayah Sorowako. Nikel laterit PT INCO d iperoleh dengan mengambil mineral dari endapan nikel laterit yang mengandung uns ur nikel dalam jumlah besar, antara lain limonite dan saprolite, kemudian diolah secara pyrometallurgical atau hydrometallurgical dan dihasilkan nikel dalam ben tuk matte. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran potensi, tingk at akurasi pencitraan dan ASTER di areal eksplorasi tambang PT INCO blok Sorowak o. Hasil penelitian dapat menyediakan informasi sebaran potensi nikel laterit se cara spasial dengan metode yang lebih cepat dan efisien,

mempermudah dalam pemetaan awal (reconnaissance mapping) geologi dan mineral pad a daerah yang luas, serta sebagai decision maker support system bagi kepentingan PT INCO dalam melakukan eksplorasi tambang nikel laterit. II. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran potensi deposit nikel laterit di areal eksplorasi tambang PT INCO berdasarkan interpreta si citra satelit dan kaitannya dengan variabel fisik batuan induk, struktur geol ogi, dan lereng. Sehingga hasil penelitian diharapkan dapat menyediakan informas i sebaran potensi nikel laterit secara spasial dengan metode yang lebih cepat da n efisien, mempermudah dalam pemetaan awal geologi (reconnaissance mapping) dan mineral pada daerah yang luas, serta sebagai decision maker support system bagi kepentingan PT INCO dalam melakukan eksplorasi tambang nikel laterit. III. Kondi si Geologi Beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik dan geo logi di daerah sulawesi, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau Su lawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu : 1) Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api paleogen, intrusi neogen dan sedimen mesozoikum. 2) Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupa batuan ultramafik peridotite, harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang diperkirakan berumur kapur. 3) Mandala Geologi Banggai Sul a, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan metamorf permo-karbon, batuan pluto nik yang bersifat granitis berumur trias dan batuan sedimen mesozoikum. Menurut Hamilton (1979) dan Simanjuntak (1991), Mandala Geologi banggai Sula merupakan m ikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea yang bergerak keara h barat sepanjang sesar sorong.( Gambar 1 ) Gambar 3.1 Garis Besar Kondisi Litho logi dan Struktur Geologi Pulau Sulawesi (Ahmad, 2006) Geologi daerah Sorowako d an sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya secara umum oleh Brouwer, 1934; Va n Bemmelen, 1949; Soeria Atmadja et al., 1974; dan Ahmad, 1977 dalam Mustaring, 2006. Namun yang secara spesifik membahas tentang geologi deposit nikel laterit adalah Golightly pada tahun 1979, dimana ia membagi geologi daerah Sorowako menj adi tiga bagian, yaitu : 1) Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri da ri batu gamping laut dalam dan rijang. Terdapat dibagian barat Sorowako dan diba tasi oleh sesar naik dengan kemiringan kearah barat. 2) Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari jenis peridotit, sebagian mengal ami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-intrusi pegmatit yang bersifat gabr oik dan terdapat dibagian utara. 3) Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrin e) yang berumur kuarter, umumnya terdapat dibagian utara dekat desa Sorowako. Ba tuan induk dari endapan nikel laterit adalah batuan ultrabasa dengan

kandungan mineral ferromagnesian (olivine, piroksin, dan amphibole) dalam jumlah besar yang berasosiasi dengan struktur geologi yang terbentuk pada masa Precamb rian hingga Tersier (Ahmad, 2006). Batuan ultrabasa wilayah Sorowako tersusun da ri batuan peridotite yang dapat dibagi menjadi empat satuan batuan, yang merupak an batuan induk pembawa nikel dengan kadar sekitar 2 %. Batuan-batuan sejenis pe ridotite antara lain : 1) Dunite, yang mengandung olivine lebih dari 90% dan pir oksen sekitar 5%. 2) High Serpentinized, yang mengandung olivine 85% dan pirokse n 15%. 3) Low Serpentinized, yang mengandung olivine 65% dan piroksen 35%. Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah Soro wako termasuk ke dalam jenis nikel laterite dan bijih nikel silikat (garnierit). Bijih nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan pelindihan (leaching) batua n ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa. Na mun berdasarkan ciri fisik dan kimiawinya, endapan nikel laterit di Sorowako dap at dibagi menjadi dua, yaitu Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu sama lainnya (gambar 2). Perbedaan topografi sangat menyolok, pada umumnya di East Block memiliki topografi yang landai sedikit berbukit seda ngkan di West Block pada umumnya topografi terjal membentuk pegunungan. West Blo ck meliputi 36 bukit dengan luas sekitar 46,5 km persegi, secara umum merupakan batuan peridortite yang tidak terserpentinisasi dengan bentuk morfologi yang rel atif lebih terjal dibandingkan East Block (karena pengaruh struktur yang kuat), banyak dijumpai bongkah bongkah segar peridotit (Boulder) sisa proses pelapukan sehingga recovery menjadi kecil. Umumnya boulder dilapisi oleh zona pelapukan ti pis dibagian luarnya. Daerah West banyak mengandung urat-urat kuarsa yang sulit dikontrol pola penyebarannya. Sedangkan East Block meliputi 44 bukit menempati a rea seluas 36,3 km persegi. Topografi pada daerah ini relatif lebih landai dari pada daerah West Block. Batuan dasar dari tipe ini umumnya adalah serpentine per idotite, lherzolite, dengan derajat serpentin yang bervariasi. Estimasi dan pemo delan cadangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam tahap evaluasi pena mbangan, karena keputusan teknis yang berhubungan dengan kegiatan penambangan sa ngat bergantung pada jumlah cadangan. Metode estimasi cadangan yang berkembang s aat ini cukup banyak, namun salah satu metode estimasi yang terbaik yang berhubu ngan dengan pemodelan dan perhitungan cadangan adalah metode geostatistik berupa kriging. Metode kriging tersebut diterapkan dalam penelitian ini untuk melakuka n estimasi dan pemodelan cadangan nikel laterit daerah Pulau Gee, Halmahera timu r, Propinsi Maluku Utara. Metode kriging yang digunakan dalam penelitian ini ada lah metode ordinary kriging blok 3 (tiga) dimensi karena mempertimbangkan penggu naan data dalam aspek ruang tiga dimensi. Pemodelan dan perhitungan cadangan dil akukan berdasarkan konsep model blok, dimana cadangan dibagi menjadi unit-unit b lok untuk memperoleh variabel taksiran cadangan secara detail. Adapun variabel t aksiran yang digunakan dalam melakukan estimasi cadangan nikel laterit ini yaitu data kadar nikel (Ni) dan besi (Fe). Dimensi unit-unit blok cadangan yang digun akan adalah 25 25 1 meter yang disesuaikan dengan daerah pengaruh lubang bor dan spasi assay per meter kedalaman yang dilakukan terhadap conto bor.

Berdasarkan analisis variogram, dapat diketahui karakterisik spasial antar data. Dimana, data pada arah horizontal memiliki daerah pengaruh (range) sebesar 35-4 3 meter dan pada arah vertikal memiliki daerah pengaruh sebesar 10-15 meter. Pad a beberapa lokasi yaitu Blok Utara dan Blok Selatan A, variogram memiliki nugget effect yang cukup tinggi yang menunjukkan adanya data yang bersifat erratic. Ba tuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut ter dapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substit usi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg d apat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antar a unsurunsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batu an serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fis ika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebab kan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Pada pelapukan kimia khususn ya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuh an menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batu an ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidas i dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral sep erti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada su atu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan ba tuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang te rkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin be rvariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dike nal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan m embentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerah an. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magn esit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahanrekahan pada batuan induk. Dilap angan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering). Fakto r-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah: a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nike l laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada bat uan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineralmineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, s eperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan me mberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel. b. Iklim. Adanya perganti an musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permu kaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur

yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pad a batuan. c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reage n kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merub ah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan akumulasi air hujan akan lebih b anyak humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutann ya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menja ga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis. d. Struktur. Struktur yang sangat dom inan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar (joint) dibandingk an terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porosi tas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, mak a dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif. e. Topografi. Keadaan topografi se tempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunya i kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang la ndai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan men gikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yan g meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabka n pelapukan kurang intensif. f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut : 1. Iron Capping : Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit. Kompos isinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisasisa organik lainnya. Wa rna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite da n limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous. 2. Limonite L ayer : Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun d alam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrab asa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral d i batuan beku basaultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pe lapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah

yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini h adir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite. 3. Silika Boxwork : putih - orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian mengganti kan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan stru ktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. A kumulasi dari garnieritepimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized. 4. Saprolite : Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yan g masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bong kah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpen tin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memil iki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari si sa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garni erite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxw ork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terda pat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan , chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal tal c dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. 5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan s ecara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel la terit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit ya ng pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan sili ka > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpe ntinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral gar nierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root z one yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi. Nikel laterite merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting, menyumbang terhadap 40% dari produksi nikel dunia. Endapan nikel laterite terbentuk dari hasil pelapukan yan g dalam dari batuan induk dari jenis ultrabasa. Umumnya terbentuk pada iklim tro pis sampai sub-tropis. Saat ini kebanyakan nikel laterite memang terbentuk di da erah ekuator. Negara penghasil nikel laterite di dunia diantaranya New Caledonia , Kuba, Philippines, Indonesia, Columbia dan Australia. yang kaya akan Nikel; Ga rnierite ( max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari fase limonite (Fe Oxyhydroxi de) dan terendapkan bersama mineral silicate hydrous atau mensubtitusi unsure Mg pada serpentinite yang teralterasi (Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel later ite adalah produk pelapukan, tapi dapat dikatakan juga bahwa proses enrichment s upergene sangat penting dalam pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapa n hydrous silicate ini. Type ini dapat ditemui dibeberapa tempat seperti di New Caledonia, Indonesia, Philippines.Dominika dan Columbia.

Istilah laterite bisa diartikan sebagai endapan yang kaya akan ironoxide, miskin u nsure silica dan secara intensif ditemukan pada endapan lapukan di iklim tropis (eggleton, 2001). Ada juga yang mengartikan nikel laterite sebagai endapan lapuk an yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat di tambang. Batuan induk dari endapan Nikel Laterite adalah batuan ultrabasa; umumnya harzburgite (peridotite yang kaya akan unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain. Proses Kimia Pembentukan Nikel Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pela pukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedik itnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, s aprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional. En dapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering sepanjang join ts dan fractures ( boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg larut da n Silika larut bersama groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapis an horizontal diatas saprolite yang sekarang kita kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite. Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %. Kondisi Mineralogy Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide. Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+ memun gkinkan substitusi ion diantara keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis hidr ous silicate seperti talc, smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama pr oses metamorphisme temperature rendah dan selama proses pelapukan dari batuan in duk. Umumnya, mineral mineral tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Minera l garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik , dan berstuktur seperti serpentinite (Brindley,1978). Genesis of Nikel Laterite Umunya Nikel deposit terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di oli vine yang tinggi dan Nikel berkadar antara 0.2% 0.4% wt. Secara mineralogi nikel laterite dapat dibagi kedalam tiga kategori (Brand et all.,1998) 1.Hydrous Sili cate Deposits Profil dari type ini dari vertical dari bawah ke atas : Ore horizo n pada lapisan saprolite (Mg-Ni silicate), grade Nikel antara 1.8% 2.5%. Pada zo na ini berkembang box-works (apa tuh..), veining, relic structure, fracture dan grain boundaries dan dapat terbentuk mineral 1.Clay Silicate Deposits Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut oleh melalui groundwater. Si yang tersi sa akan bergabung dengan Fe,Ni,dan Al untuk membentuk mineral lempung (clay mine rals) seperti Ni-rich Notronite pada bagian tengah profil saprolite (see profile ). Ni-rich serpentine juga dapat

di replace oleh smectite atau kuarsa jika profile deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan groundwater. Ni grade pada endapan ini lebih rendah dari Hydr osilicate deposit (1.2%;Brand et all,1998). 1.Oxide Deposits Type terakhir adala h Oxide. Profile bawah menunjukkan Protolith dari jenis harzburgitic peridotites (mostly mineral olivine,serpentine, piroksen), sangat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Diatasnya terbentuk saprolite dan mendekati permukaa n terbentuk limonite dan ferricrete (dipermukaan) ( see profile). Pada tipe depo sit oxide ini, Nikel berasosiasi dengan Goethite (FeOOH) dan Mn Oxide. Sebagai t ambahan, Nikel laterite sangat jarang atau tidak sama sekali terbentuk pada batu an carbonate mengandung mineral talc. Tektonik Setting Nikel laterite berkembang di kompleks Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic, terutama Cretaseous-Miose n. Ophiolite ini telah mengalami fault dan joint sebagai efek dari tectonic upli ft yang dapat memicu intensitas pelapukan dan perubahan pada water table level. Deposit Nikel lainnya ditemukan pada Archean Craton yang tergolong stabil beraso siasi dengan layer mafic complexes and komatiite (Butt,1975). Semakin banyak zon a shear dan steep fault ( normal??), semakin tinggi pula tingkat enrichment pros es untuk menghasilkan grade Nikel yang tinggi. Sebaliknya, zona thrust fault ber asosiasi dengan emplacement kompleks ophiolite dan bersama dengan greenstone mem bentuk zona serpentine milonite atau talc-carbonates-altered ultramafic rocks. K omposisi seperti itu tidak memungkinkan terbentuknya Nikel pada endapan residu ( regolith/lapukan). Kondisi Topografi dan Morfologi Dua faktor tersebut sangat pe nting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya dengan posisi water table, st uktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite berada di topografi bagian at as (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zon a ini dangkal,apalagi ditambah dengan adanya zona patahan n shear or joint. In c onsequence, akan mempercepat proses palarutan kimia (leaching processes) yang pa da akhirnya akan terbentuk endapan saprolite mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti Indonesia,New Caled onia, Ural (Russia) dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang rendah, water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur unsur dari batuan induk (baca:enrichment proses). Iklim Tempat tempat yang beriklim tropis seperti Indon esia, Columbia memungkinkan untuk terjadinya endapan Nikel laterite. Kondisi cur ah hujan yang tinggi,temperatur yang hangat ditambah dengan aktivitas biogenic a kan mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah terbent uk. 4. NIKEL Sifat-sifat nikel : Putih mengkilat Sangat keras Tidak berkarat Tah an terhadap asam encer

Bijih nikel yang utam adalah nikel sulfida . Nikel-nikel yang diekspor dalam ben tuk 3 macam yaitu bijih, nikel kasar, dan ferronikel. Daerah penambangan nikel a da di Koala, Soroako, Maluku Utara. Cara penambangan nikel melalui berbagai cara , antara lain ; Penebangan pohon dan semak Pengupasan tanah permukaan Penggalia n dengan sistem tangga (benching system) yaitu dimulai dari bawah ke atas mengik uti garis kontur dengan alat gali power shovel atau dozer shovel Pengolahan nike l melalui beberapa tahap , yaitu : Pemanggangan Peleburan Elektrolisis Penggunaa n Nikel Untuk melapisi barang yang terbuat dari besi, tembaga, baja karena nikel mempunyai sifat keras, tahan korosi dan mudah mengkilap jika digosok. Untuk mem buat baja tahan karat (stailess stell) Untuk membuat aliase dengan tembaga dan b eberapa logam lain seperti : a. Monel (Ni, Cu, Fe) Digunakan untuk membuat instr umen tranmisi listrik b. Nikrom(Ni,Fe,Cr) Digunakan sebagai kawat pemanas c. Aln iko (Al, Ni, fe, Co) Untuk membuat magnet. d. Palinit dan Invar yaitu paduan nik el yang mempunyai koefisien muai yang sama dengan gelas yang digunakan sebagai k awat listrik yang ditanam dalam kaca, misalnya pada bolam lampu pijar. e. Serbuk nikel digunakan sebagai katalisator, misalnya pada hidrogenansi (pemadatan) min yak kelapa, juga pada cracking minyak bumi. Genesa Endapan Nikel Akibat Replacem ent Unsure logam Ni dan Co sebagai penyusun utama magma basa hadir dalam Kristal olivine dan enstatite karena adanya kesamaan jari-jari ion (Ni= 0,78 A dan Co = 0,82 A) dengan jari-jari mg dan Fe sehingga Ni dan Co dapat bertukar (proses re placement) dengan Mgf dan Fe pada jaringan mineral asli. Ni dan Co menjadi bagia n yang tak terpisahkan dalam batuan peridotit, dimana dalam keadaan segar mengan dung Ni sebesar 0,1% sampai 0,3 % ( Prijono, 1977) Genesa Endapan Nikel Laterit Tubuh endapan nikel laterit terbentuk setelah tubuh batuan beku tersingkap di pe rmukaan dan mengalami pelapukan secara terus menerus yang mengakibatkan batuan m enjadi Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batu an ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel ter sebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasi l substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit me njadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kim ia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu , menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (ol ivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; S i cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Di dalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya m embentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya b ersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adany a kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat deng an komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah at au rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedang kan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang be rwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terla rut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan dien dapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahanreka han pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk a ntara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering). EKSPLORASI ENDAPAN NIKEL LATERIT Pendahuluan Secara umum endapan nikel laterit dibedakan menjadi beberapa bagian lapisan (Elias, et al., 1981) yaitu : a. Tanah penutup (Overburden). Merupakan b agian yang paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya adalah akar tu mbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya. Warna khas adalah cokl at tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tida k diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. b. Limonit Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komp osisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lap isan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, me skipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan bek u ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-m ineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasi l dari pelapukan yang belum tuntas.

c. Saprolit Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah san gat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, kr isopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kad ar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. c. Batuan dasar (Bedrock). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pa da rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentini sasi. WARNA PROFIL ZONA Tanah Penutu p Limoni t Saprol it Batuan Dasar KE DALAM AN (m) 0.3-6 8-15 5-18 Ni <0.8 0.81.5 1.53 0.3 KANDUNGAN UNSUR (% berat total) Co Fe MgO <0.1 >50 <0.5 0.10.2 0.020.1 0.01 40-5 0 10-25 5 0.55 1535 3545 SiO2 <7 7-10 3335 >35 Profil lapisan endapan nikel laterit (Elias M., et. al., 1981)

Exercise : Dari peta dasar yang telah tersedia pada Lapangan SDW, terdapat lokasi/ titik-titik pengeboran dangkal. Analisa kimia terhadap sampel batuan hasil penge boran dilakukan untuk mengetahui persentase dari unsur Ni, Co, Fe, MgO, SiO2, da n CaO. Berdasarkan data-data yang tersedia, maka tugas anda adalah: Berdasarkan data pengeboran: Tentukanlah zona/profil lapisan endapan nikel laterit! (Gunakan klasifikasi Elias, et. al., (1981)). Buatlah korelasi zona/profil lapisan endap an nikel laterit berdasarkan pekerjaan 1 yang telah anda kerjakan sebelumnya, ya ng melewati: Section 1: GBR1 - PX3 PX2 HGT11 HGT5 SPT1 SPT4 DNT4 Section 2: HGT HGT4 HGT9 HGT10 HGT11 Section 3: DNT1 DNT3 DNT2 DBS1 PETUNJUK: Untuk m nampang gunakan data elevasi masing-masing sumur, jarak antar sumur dan kedalama n harus refresentatif!!!) Dalam melakukan korelasi perhatikan topografi!!! Karen a endapan ini berhubungan dengan proses pelapukan. Berdasarkan data kandungan Ni , Co, Fe, MgO, SiO2, dan CaO: Buatlah grafik yang menggambarkan variasi kandunga n unsur Fe, MgO, dan SiO 2 terhadap kedalaman untuk setiap sumur. Berikan analis a anda mengenai kondisi endapan nikel laterit di daerah SDW!! Dan tentukan tipe da ri endapan nikel laterit tersebut (laterit lempungan, laterit silikaan, atau lat erit oksida???). Buatlah grafik yang menggambarkan variasi kandungan Ni dan Co t erhadap kedalaman. Bagaimanakah hubungan antara kandungan Ni dan Co untuk setiap batuan yang berbeda dan masing-masing profil endapan nikel laterit? (Catatan: k ode sumur menunjukkan komposisi batuan, GBR: Gabro PX: Piroksenit HGT: Harzburgi t SPT: Serpentinit DNT: Dunit DBS: Diabas). Jika akan dilakukan penambangan, dae rah dengan batuan dan pada zona apa yang akan anda usulkan untuk penambangan Ni dan Co? (dengan anggapan cut off grade untuk Ni 1.5% dan Co 0.1%) HGT6 HGT7

(Data pengeboran menggunakan interval kedalaman, untuk pengeplotan kandungan unsur gunakan nilai bottom dari masing-masing interval kedalaman terse but!!!) Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua) kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder. 1.Genesa Primer Logam tembaga , proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu suatu proses yang ber hubungan langsung dengan intrusi magma. Bila magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-miner al yang merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang terdapat dalam cairan sisa. Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahanrekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (in trusi). Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang menyebabk an bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan bahan non volat ile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping (country rock) sehing ga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal. Endapan pegmatite sering dijumpai b erhubungan dengan batuan plutonik tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkal i, aluminium, kuarsa dan beberapa muskovit dan biotit. Endapan hidrotermalmerupa kan endapan yang terbentuk dari proses pembentukan endapan pegmatite lebih lanju t, dimana larutan bertambah dingin dan encer. Cirri khas endapan hidrotermal ada lah urat yang mengandung sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan semula. Endapan bijih tembaga porfiri merupaka n suatu endapan bijih tembaga yang mempunyai kadar rendah, tersebar relatif mera ta dengan jumlah cadangan yang besar. Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang bertekstur porfitik. Pa da umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke batuan granit ik dan monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus yang membent uk meshed network sehingga derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted rock). Mineralisasi bijih su lfidanya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan hidrotermal. Zo na pengayaan pada endapan tembaga porfiri: Zona pelindian. Zona oksidasi. Zona p engayaan sekunder. Zona primer. Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan terseb ut adalah : 5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ + 2H+ + 17SO42Sifat s usunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah: -Mineral utama terdiri : pi rit, kalkopirit dan bornit.

-Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit, k asiterit, kuebnit dan emas. -Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalko sit, digenit dan tembaga natif. Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intr usi hidrotermal maka mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batua n metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn. 2.Genesa Sekunder Dalam pem bahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama akan ditinjau proses uba han (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami o ksidasi dan berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dal am air. Akhirnya didapatkan suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa berkar at yang disebut Gossan (penudung besi). Sedangkan material logam yang terlarut a kan mengendap kembali pada kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona penga yaan sekunder. Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum proses pengen dapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative, hem imorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan kay a bijih. Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona ai r tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi pr oses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen. Dengan dem ikian terbentuklah suatu zona pengayaan sekunder yang dikontrol oleh afinitas be rmacam logam sulfida. Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belera ng, dimana larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalk opirit yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya deng an kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zon a pengayaan sekunder yang mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila di banding bijih primer. Sumber : Diktat Kuliah - Mineralogi Endapan Bijih Tembaga (Cu) Bijih adalah sejenis batu yang mengandung mineral penting, baik itu logam m aupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimu rnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis. Kandungan atau kadar mineral, atau logam, juga bentuk keujudannya, secara langsung akan memeng aruhi ongkos pertambangan bijih. Ongkos ekstraksi harus diberi pembobotan untuk dibandingkan dengan nilai ekonomis logam yang terkandung untuk menentukan bijih yang mana yang lebih menguntungkan dan bijih yang mana yang kurang atau tidak me nguntungkan. Bijih logam secara

umum merupakan persenyawaan oksida, sulfida, silikat, atau logam "murni" (misaln ya tembaga murni yang biasanya tidak terkumpul di dalam kerak Bumi atau logam "m ulia" (biasanya tidak berbentuk persenyawaan) seperti emas. Bijih harus diolah u ntuk mengekstraksi logam-logam dari "batuan sampah" dan dari mineral bijih. Tubu h bijih dibentuk oleh berbagai macam proses geologis. Di dalam bahasa Inggris, p roses "pembentukan bijih" disebut sebagai ore genesis. Pembentukan Proses terben tuknya bijih sangatlah kompleks. Sering lebih dari satu proses bekerja bersama-s ama. Meskipun dari satu jenis bijih, apabila terbentuk oleh proses yang berbedabeda, maka akan menghasilkan tipe endapan yang berbeda-beda pula. Proses pembent ukan Konsentrasi magmatik > deposit magmatik 1.Sublimasi > sublimat 2.Kontak met asomatisme > deposit kontak metasomatik 3.Konsentrasi hidrotermal > pengisian ce lah-celah terbuka (pertukaran ion pada batuan) 4.Sedimentasi lapisan sedimenter (evaporit) 5.Pelapukan Konsentrasi residual 6.Metamorfisme > deposit metamorfik 7.Hidrologi > air tanah Contoh proses pengendapan bijih besi 1.Diferensiasi magm atik 2.Larutan hidrotermal 3.Proses sedimentasi 4.Proses pelapukan Kategorisasi endapan bijih besi 1.Mutu 2.Besar cadangan 3.Jenis mineral ikutan

Manfaat pengenalan proses pembentukan 1.Membantu dalam proses pencarian 2.Memban tu dalam proses penemuan 3.Membantu dalam proses pengembangan bahan galian Cadan gan bijih Cadangan kawasan mineral mineral. Sebagian bijih" yang yang atau "ceba kan bijih" adalah Ini timbunan berbeda satu menurut bijih pada satu daya daya ditentukan bijih batas-batasnya. menurut adalah bijih menurut tokoh MKD-5 atau nama dengan sumber sumber didefinisikan cadangan kriteria penggolongan jenis lokasinya Cadangan besar kenampakan dinamai pengebor terkemuka, sandi adalah nama bijih tertentu. (misalnya, menurut kraken, yang Witswatersrand, Afrika Selatan), atau menurut penemunya (misalnya cadangan nikel kambalda dinamakan lelucon, tokoh sejarah, dll) serepentleopard, mendirikannya perintisnya), mitologi singkatan perusahaan atau (phoenix, sumber untuk daya (misalnya perusahaan tambang nikel Mount Keith). Mineral bijih penting Argenit :Ag2S untuk menghasilkan perak Barit: BaSO4 Bauksit Al2O3 untuk menghasilkan aluminium Beril: Be3Al2(SiO3)6 Bor nit: Cu5FeS4 Kasiterit: SnO2 Kalkosit: Cu2S untuk menghasilkan tembaga Kalkopiri t: CuFeS2 Kromit: (Fe, Mg)Cr2O4 untuk menghasilkan kromium Sinabar: HgS untuk me nghasilkan Raksa Kobaltit: (Co, Fe)AsS

Kolumbit-Tantalit atau Koltan: (Fe, Mn)(Nb, Ta)2O6 Galena: PbS Emas: Au, biasany a berserikat dengan kuarsa atau sebagai cadangan utama Hematit: Fe2O3 Ilmenit: FeTiO3 Magnetit: Fe3O4 Molibdenit: MoS2 Pentlandit:(Fe, Ni)9S8 Pirolusit:MnO2 Skeelit: CaWO4 Sfalerit: ZnS Uraninit: UO2 untuk menghasil kan uranium Wolframit: (Fe, Mn)WO4 BAHAN GALIAN LOGAM Bahan galian logam (bijih) atau ore dapat merupakan senyawa M isal: Calaverite AuTe2 Sylvanite (Ag.Au)Te2 Atau dalam bentuk unsur logam tungga l Misal: Native gold (Au) Ore adalah batuan dan mineral, tidak hanya metal atau mineral yang mengandung metal, tetapi beberapa non-metalik seperti sulfur dan fl ourite juga termasuk disebut ore. Yang tidak termasuk ore: batuan, pasir untuk b angunan, lempung, garam. Ini adalah batuan dan mineral industri atau mineral-min eral ekonomis. Sehingga kita dengan mudah dapat memisahkan yang mana material in dustri atau mineral bijih. Teori modern mengenai ore diformulasikan oleh:

1. Georg Bauer atau Georgius Agricola pada abad 16, mengamati dan mengobser-vasi ore deposit. Beliau juga disebut sebagai BAPAK EKONOMI GEOLOGI. B uku yang diterbitkan berjudul: De re Metallica (tahun 1556) 2. Nicolaus Steno pa da pertengahan abad 18: memberikan pandangan mengenai tanggung jawab dan kontrib usi seorang ahli geologi yang berhubungan dengan geologi umum harus dihubungkan dengan mineral bijih; di mana sebagai produksi/ kondensasi dari uap/gas yang nai k melalui rekahanrekahan (fisures). 3. Henkel (tahun 1725 dan 1727) dan Zimmerma n (tahun 1746) memberi masukan tentang pentingnya hydrothermal solution atau uap yang berasal dari bagian paling dalam (deep seated origin) yang menghasilkan en dapan bijih karena proses metasomatisme (replacement). 4. Von Oppel (tahun 1749) membuat perbedaan antara urat kuarsa (vein) dan lapisan endapan (bedded deposit s), yaitu cross cutting features adalah sekunder dan open fissure adalah origin (primer), dan kemudian menyesuaikan diri dengan lapisan interbedded sedimen. 5. Delius (tahun 1770 dan 1773) mempelajari tentang alterasi batuan/bijih oleh agen atmosfer, beliau juga mengamati perkembangan mineral sekunder pada zone alteras i sebagai zone supergen. 6. Charpenter seorang profesor dari Jerman (tahun 1778 dan 1779) yakin bahwa urat kuarsa dan (vein) terbentuk oleh alterasi dinding dar i yang batuan di induk (country rock) memotong batuan-batuan antaranya terjadi silifikasi. 7. Gerhard (tahun 1781) menulis bahwa urat kuarsa (vein) mem buka dan terisi oleh sisa cairan magma atau mineral-mineral yang terbawa (minera l leached) atau open fissure fillid dari dalam bumi. Teori lateral secretion (ba tuan ore deposits berasal dari mineral cucian (mineral leached) dari wall rock o leh air (meteoric origin) dari Charpenter dan Gerhard ini bertahan + 100 tahun ( tahun 1882) 8. James Huton, a Scot dan Abraham Gottlob Wenner dari Jerman, mempr ediksikan pengaruh yang luas tentang ore deposits. Huton seorang plutonist (tahu n 1888 dan 1895) terkenal dengan teorinya: yaitu magma yang berhubungan dengan e ndapan mineral logam, berasal dari perputaran cairan sisa magma.

9. Joseph Bruneur (1801), Scipione Breaslak magma magma (1811) dapat bijih bahwa sedimen of the dasar ahli geologi Italia menyebutkan 10. 11. Spurr Werner bahwa proses segregasi bahwa menjelaskan (ore magma) bagaimana diterima mineral hadir terkonsentrasi dalam lapisan batuan beku. (1923) memodifikasi Nept unist berjudul: vein sebagai pembawa/mengandung bodi bijih (ore bodies). seorang ore yang menerangkan sebagai teory dari New basalt, awal formation laut. sandst one, lautan. veins. dari of limestone, Dalam Diterangkan deposit terbentuk beras al dalam bukunya bahwa Bermula terbentuknya sebagai rekahan/crack yang disebabkan oleh slumping atau gempa bumi , kemudian crack terisi oleh proses resapan kimia. Hutton dan Werner yang terken al dengan plutonist dan neptunist selama bertahun-tahun mengadakan observasi dan menghasilkan bahwa lava bukan suatu formasi sedimen, karena mereka melihat bahw a terdapat mineralmineral (termasuk mineral bijih) larut dan tertranspot serta t erendapkan dari media air/cairan. Sehingga dapat diketahui bahwa magmatisme dan singenetis tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Sebagai contoh: nikel selalu ber asosiasi dengan norites (batuan beku basa) dan peridotit. Kehadiran monsonit dan atau quartz monzonite stock) dissemi-nated copper. Timah akan ditemukan berasos iasi dengan siliceous plutonic rock (granit) Hal ini merupakan bukti dari hubung an bijih dengan aktivitas volkanik yaitu adanya fumarol atau mataair panas/hot s pring. 12. Pada abad 19 banyak ilmuan terkenal yang menyumbangkan teori tentang bijih Bohemia, dan pengendapannya. dari Di antaranya: Vogt dari Von Cotta, dan t rans-portasi Poepny dari akan ditemukan Sandberger dan Stelzner dari Jerman, Danbree dan Launay dari Perancis, Phillips Inggris, Norwegia Emmons dari amerika Serikat. Secara umum banyak ilmu pengetahu an yang dikemukakan, tetapi para ahli geologi masih belum mengetahui secara jela

s, bahwa tidak ada teori single yang dapat menjelaskan genesis endapan bijih sec ara keseluruhan.

13. Pada abad 20, klasifikasi endapan bijih sangat meningkat dengan pesat, Lindgren (tahun atau group 1907, 1913 dan deposit 1922) dari mempopulerkan produk Genetic atau beku klasifikasi Lindgren mekanika (batuan dan Classification vein). Dalam konsentrasi kimia dan klasifikasi urat-urat hidrotermal (hydrothermal termasuk p irometa-somatik metamorpik) dan deposit hidrotermal. Berdasarkan 1. 2. atas pros es cara terbentuknya bahan galian logam/mineral bijih/ore dibagi menjadi 2 yaitu: Bijih primer = bijih hipogen Bijih yang dienda pkan pada saat terjadinya proses metalisasi Bijih sekunder = supergen Bijih yang diendapkan sebagai akibat alterasi dari bijih primer, oleh proses pelapuk-an da ri air permukaan yang meresap ke dalam tanah. Proses pembentukan bahan galian: P roses terbentuknya bahan galian adalah sangat komplek. Sering lebih dari satu pr oses bekerja bersama-sama. Meskipun dari satu jenis bahan galian logam, apabila terbentuk oleh proses yang berbeda-beda, maka akan menghasilkan tipe endapan yan g berbeda pula. Contoh endapan bijih besi dapat dihasilkan oleh: 1. 2. 3. 4. Diferensiasi magmat ik Larutan hidrotermal Proses sedimentasi Proses pelapukan Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda dalam: 1. Mut u 2. Besar cadangan 3. Jenis mineral ikutan Mengenal proses yang membentuk endap an bahan galian akan sangat membantu di dalam:

1. pencarian 2. Penemuan 3. Pengembangan bahan galian DaFINISI DAN KONSEP DASAR Dasar dasar Geokimia : Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yan g dilakukan oleh Goldschmidt menekankan pada dua aspek yaitu: 1. Distribusi unsu r dalam bumi (deskripsi) 2. Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut di atas (interpretasi) Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempel ajari jumlah dan distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer. Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkeci l dari material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan ser ta distribusi inti atom. Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada peng ukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur ya ng berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistem atis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vege tasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu konsentrasi abnor mal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya (background geokimia ). A.1 Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi Geokimia Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode : 1. Metode yang menggunakan pola dispers i mekanis diterapkan pada mineral yang relatif stabil pada kondisi permukaan bum i (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit, mineral tanah jarang). Cocok digun akan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi. 2. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini dapat diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang lapuk a taupun yang tidak lapuk. Pola ini kurang terlihat seperti pada pola dispersi mek anis, karena unsur-unsurnya yang membentuk pola dispersi bisa : a. Memiliki mine ralogi yang berbeda pada endapan bijihnya (contohnya: serussit dan anglesit terb entuk akibat pelapukan endapan galena) b. Dapat terdispersi dalam larutan (ion C u2+ dalam airtanah berasal dari endapan kalkopirit) c. Bisa tersembunyi dalam mi neral lain (contohnya Ni dalam serpentin dan empung yang berdekatan dengan sutu endapan pentlandit) d. Bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung a tau material organik pada aliran sungai bisa dipasok oleh airtanah yang melewati endapan kalkopirit)

e. Bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu dalam umbuhan atau khewa n) A.2. Daur Geologi Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di da lam prosesproses geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen dan batuan . Gambar merupakan ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih yang dihasilkan pada berbagai stadia daur : A.3. Dispersi Dispersi geokimia adalah p roses menyeluruh tentang transpor dan atau fraksinasi unsur-unsur. Dispersi dapa t terjadi secara mekanis (contohnya pergerakan pasir di sungai) dan kimiawi (con tohnya disolusi, difusi dan pengendapan dalam larutan). Tipe dispersi ini mempen garuhi pemilihan metode pengambilan conto, pemilihan lokasi conto, pemilihan fra ksi ukuran dsb. Contohnya dalam survey drainage pertanyaan muncul apakah conto d iambil dari air atau sedimen ; jika sedimen yang dipilih, haris diketahui apakah pengendapan unsur yang dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya adsorpsi Cu oleh lempung) atau kecepatan aliran sungai (contohnya dispersi Sn sebagai but iran detrital dari kasiterit). Jika adsorpsi dari ion-ion yang ikut diendapkan d icari dalam tanah atau sedimen, maka fraksi yang halus yang diutamakan; jika uns ur yang dicari hadir dalam mineral yang resisten, maka fraksi yang kasar kemungk inan mengandung unsur yang dicari. A.4. Lingkungan Geokimia Lingkungan geokimia primer adalah lingkungan di bawah zona pelapukan yang dicirikan oleh tekanan dan temperatur yang besar, sirkulasi fluida yang terbatas, dan oksigen bebas yang r endah. Sebaliknya, lingkungan geokimia sekunder adalah lingkungan pelapukan, ero si, dan sedimentasi, yang dicirikan oleh temperatur rendah, tekanan rendah, sirk ulasi fluida bebas, dan melimpahnya O2, H2O dan CO2. Pola geokimia primer menjad i dasar dari survey batuan sedangkan pola geokimia sekunder merupakan target bag i survey tanah dan sedimen. A.5. Mobilitas Unsur Mobilitas unsur adalah kemudaha n unsur bergerak dalam lingkungan geokimia tertentu. Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat terpindahkan jauh dari asalnya, ini disebut mudah bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya: unsur gas mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi endapan Uranium. Mobilias unsur akan berbeda dalam lin gkungan yang berbeda, contohnya : F bersifat sangat mobil dalam proses pembekuan magma (pembentukan batuan beku), cebakan pneumatolitik dan hidrotermal, namun a kan sangat tidak mobil (stabil sekali) dalam proses metamorfose dan pembentukan tanah. Bila F masuk ke air akan menjadi sangat mobil kembali. Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa memiliki mobilitas yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak memberikan anomali yang sama secara spasial. Misalnya: P b dan Zn sangat sering terdapat bersama-sama (berasosiasi) di dalam endapan biji h (di dalam lingkungan siliko-alumina), sedangkan dalam lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih

mobil daripada Pb akan mudah mengalami pelindian, sehingga Pb yang tertinggal ak an memberikan anomali pada zona mineralisasinya. Contoh lainnya : 1. Emas yang t ahan terhadap larutan akan tertinggal dalam gossan 2. Galena terurai perlahan da n menghasilkan serusit dan anglesit yang relatif tidak larut. oleh karena itu Pb cenderung tahan dalam gossan 3. Mineral sulfida Cu, Zn dab Ag mudah terurai dan bermigrasi ke level yang lebih rendah membentuk bijih oksida yang kaya atau bij ih supergen A.6. Unsur Penunjuk Karena unsur-unsur memperlihatkan mobilitas yang berbeda (dikontrol oleh perbedaan stabilitas dan oleh lingkungan tempat mereka bermigrasi) sering dilakukan penggunaan unsur penunjuk dalam prospeksi suatu uns ur. Unsur penunjuk adalah suatu unsur yang jumlahnya atau pola penyebarannya dap at dipakai sebagai petunjuk adanya mineralisasi. Alasan penggunaan unsur penunju k antara lain : 1. Unsur ekonomis yang diinginkan sulit dideteksi atau dianalisi s 2. Unsur yang diinginkan deteksinya mahal 3. Unsur yang diinginkan tidak terda pat dalam materi yang diambil (akibat perbedaan mobilitas) Contohnya : Emas keli mpahannya kecil dalam bijih, oleh karena itu pola dispersinya hanya mengadung ka dar emas yang sangat rendah, kurang dari batas minimal yang dapat dianalisis. Di lain pihak, Cu, As, atau Sb dapat berasosiasi dengan emas dalam kelimpahan yang relatif besar. A.7. Anomali Geokimia Bijih mewakili akumulasi dari satu unsur a tau lebih diatas kelimpahan yang kita anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusu s di dalam batuan barren disebut background. Penting untuk disadari bahwa tak ad a unsur yang memiliki background yang seragam, beberapa unsur memiliki variasi y ang besar bahkan dalam jenis batuan yang sama. Contohnya background nikel : 1. D alam granitoid kira-kira 8 ppm dan relatif seragam 2. Dalam shale berkisar antar a 20 - 100 ppm 3. Dalam batuan beku mafik Ni rata-rata sekitar 160 ppm dan relat if tidak seragam 4. Dalam batuan beku ultramafik Ni rata-rata sekitar 1200 ppm d engan variasi yang besar. Tujuan mencari nilai background adalah untuk mendapatk an anomali geokimia, yaitu nilai di atas background yang sangat diharapkan berhu bungan dengan endapan bijih. Karena sejumlah besar conto bisa saja memiliki nila i di atas background, maka ada nilai ambang/nilai batas yang digunakan untuk men entukan anomali, yang dikenal dengan sebutan threshold, yaitu nilai rata-rata pl us dua standar deviasi dalam suatu populasi normal. Semua nilai di atas nilai th reshold didefinisikan sebagai anomali. Teknik-teknik interpretasi baru melibatka n grafik frekuensi kumulatif, analisis rata-rata yang bergerak, analisis regresi jamak banyak menggantikan konsep klasik background dan threshold.

Mineral dan Bijih Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya bat uan dan jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineraladalah endapan baha nbahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang m empunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat manusia ). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ek onomis adalah : 1.Bentuk Jebakan 2.Besar dan volume cadangan 3.Kadar 4.Lokasi ge ografis 5.Biaya Pengolahannya Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam mineral kulit saja bumi yang menunjukkan mempunyai bahwa hanya beberapa unsure logam dan prosentasi relative besar, karena pengaru h proses dan aktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur unsur dan mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena Proses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk endapan mineral yang m empunyai nilai ekonomis. Proses pengayaan ini dapat disebabkan oleh : 1.Proses P elapukan dan transportasi 2.Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma Pro ses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan terten tu. Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar d aripada kadar rata-ratadalam mineral yang kulit kecil bumi. Faktor perkalian yan g bisa kadar memperbesar kadar sehingga bisa menghasilkan minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan ( Enrichment Factor atau Concentrati on Factor). Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, te rnyata hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atau elemen t unggal (native element). Sebagian besar merupakan persenyawaan unsurunsur daaan me mbentuk mineral atau asosiasi mineral. Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam disebut mineral logam(Metallic mineral). Apabila ka ndungan logamnya trelatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral tersebut disebut Mineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/ore adalah

material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (m ineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis. Apab ila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apab ila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore. Mine ral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak sering menguntu ngkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga dibuang. Kadang-kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak bisa d imanfaatkan sebagai hasil sampingan (by-product), misalnya mineral kuarsa, fluorit , garnet dan lain-lain. Mineral non logam tersebut disebut gangue mineral apabila terdapat bersama-sama mineral logam didalam suatu batuan. Apabila terdapat didal am endapan non logam yang ekonomis, disebut sebagai waste mineral. Yang termasuk g olongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaa n hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain. Kadar (prosentase) r ata-rata minimum ekonomis suatu logam didalam bijih disebut cut off grade. Kandung an logam yang terpadat didalam suatu bijih disebut tenor off ore. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam caracara pemisahan logam, sering menyebabkan minera l atau batuan yang pada mulanya tidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bij ih atau bijih yang ekonomis. Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam satu macam mineral saja, tetapi juga terdapat terdapat pada pada lebih dari satu macam mineral. atau Misalnya krisokola. logam Cu bisa mineral kalkosit, bornit Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering dapat mengandung lebih dari satu j enis logam. Misalnya mineral Pentlandit mengandung logam nikel dan besi. Mineral wolframit mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut disebabk an karena logam-logam tertentu sering terdapat bersamasama pada jenis batuan ter tentu dengan asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya dengan pro ses kejadian (genesa) mineral bijih. 1.2. Hubungan antara Konsep Geologi dengan proses mineralisasi Konsep geologi adalah konsep mengenai proses-proses geologi yang berlangsung secara menerus dan berulang sepanjang sejarah geologi. Prosespr oses tersebut sering diikuti dengan pembentukan endapan mineral. Pada

saat-saat dan tempat-tempat tertentu pembentukkan endapan mineral terutama bijih bisa efektif dan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak. Konsep dan geologi ya ng serta mula-mula sintesa muncul yang adalah konsep dilakukan para geoloi klasi k yang maka dikemukakan oleh STILLE.Kemudian atas dasar penemuan bukti-bukti lap angan hipotesa penyelidik, muncullan konsep geologi modern/ Konsep Tektonik Lemp eng. Konsep geologi modern ini makin lama makin berkembang dan bertambah banyak penganutnya. Unsur-unsur Tektonik Lempeng : Cekungan Laut Dalam (deep ocean) : Potensi ekonominya relative kecil (Mn,Co,Ni,C u). Jenis jebakan yang mungkin ada berupa sulfide Cu Pb Zn, seperti di P. Cyprus Palung (trench) : Kecil sekali ditemukan jebakan mineral ekonomis Busur Palung T erpisah (Arctrench Gap) : Jebakan mungkin pada batuan sedimen, akibat intrusi da n arus panas, kemungkinan Pb Zn dan endapan Placer. Busur Kepulauan (Island Arc) : Daerah mineralisasi paling intensif (Cu, Mn, Au) Cekungan Tepian (Marginal Basin) : apabila merupakan daerah kerak benua yang men galami Oceanization, maka asosiasinya berupa Cu, Sn Pb Zn Au Tepian granit Benua (Continental Margin) : Jebakan Timah dan Tungsten dari Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses pemben tukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama mempelajar i genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan d iterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan baha n galian tersebut. Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asal nya disebut dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah t erubah melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).

A. KETERDAPATAN MINERAL BIJIH Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedime n, dan metamorfik.Pengertian bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekst rak (diambil) mineral berharganya secara ekonomis, dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat terkonsentrasi (kandungan l ogam berharga pada endapan), letak serta ukuran (dimensi) endapan tsb. Untuk men capai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat minimum y ang tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya. Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen (terbentuk dari be berapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen. Deret rea ksi Bowen (deret pembentukan mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli , V.M. Goldshmidt, dan H. Schneiderhohn. Gambar Diagram urutan pengendapan miner al Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi larutan (kons entrasi suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi kristalisasi dari magma induk telah didesign oleh Niggli.

Gambar Diagram Temperatur-Konsentrasi-Tekanan (Diagram Niggli) Jika pembentukan endapan mineral dikelompokkan menurut proses pembentukannya, ma ka salah satu pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut : Klasifikasi Lindgren (Modifikasi) 1. Endapan yang terbentuk melalui proses konse ntrasi kimia (Suhu dan Tekanan Bervariasi) a. Dalam magma, oleh proses differens iasi *) Endapan magmatik (segresi magma, magmatik cair); T 700-15000C; P sangat tinggi. *) Endapan Pegmatit; T sedang-sangat tinggi; P sangat tinggi

b. Dalam badan batuan *) Konsentrasi karena ada penambahan dari luar (epigenetik ) *) Asal bahan tergantung dari erupsi batuan beku - Oleh hembusan langsung beku an (magma) + Dari efusif; sublimat; fumarol, T 100-6000C; P atmosfer-sedang + Da ri intrusif, igneous metamorphic deposits; T 500-8000C, P sangat tinggi - Oleh p enambahan air panas yang terisi bahan magma + Endapan hipothermal; T 300-5000C, P sangat tinggi + Endapan mesothermal; T 200-3000C, P sangat tinggi + Endapan ep ithermal; T 50-2000C, P sangat tinggi + Endapan telethermal; T rendah, P rendah + Endapan xenothermal; T tinggi-sedang, P sedang-atmosfer *) Konsentrasi bahan d alam badan batuan itu sendiri : - Konsentrasi oleh metamorfosis dinamik dan regi onal, T s/d 4000C; P tinggi. - Konsentrasi oleh air tanah dalam; T 0-1000C; P se dang - Konsentrasi oleh lapukan batuan dan pelapukan residu dekat permukaan; T 0 -1000C; P sedang-atmosfer c. Dalam masa air permukaan *) Oleh interaksi larutan; T 0-700C; P sedang - Reaksi anorganik - Reaksi organik *) Oleh penguapan pelaru t 2. Endapan-endapan yang dihasilkan melalui konsentrasi mekanis; T & P sedang. B. PENGERTIAN MENDALA METALOGENIK Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian suatu area yang dicirikan oleh kumpulan endapan min eral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi . Suatu mendala metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu episode mineralisas i yang

disebut dengan Metallogenic Epoch. Beberapa contoh mendala metalogenik antara la in ; segregasi lokal dari kromium dan nikel di bagian yang paling dalam dari ker ak samudera, dan pengendapan sulfida-sulfida masif dari tembaga dan besi di temp at-tempat yang panas, metal-bearing brine menuju samudra melalui zona regangan, endapan-endapan mineral magmatik-hidrotermal berhubungan dengan prosesproses sub duksi. Tumbukan dan subduksi membentuk gunung-gunung yang besar seperti di Andes , yang mana endapan-endapan mineral dibentuk oleh diferensiasi magma. Gambar Diagram Skematis yang Menggambarkan Setting Geologi Endapan-endapan Miner al, dan Hubungannya dengan Proses-proses Tektonik Lempeng (Gocht, Zantop, Eggert ; 1988) Contoh mendala metalogenik yang terdapat di Indonesia antara lain: mendala metal ogenik Malaya (terdiri dari batuan beku asam dengan mineral berharga kasiterit), manda metalogenik Sunda (terdiri dari batuan intermediet dengan mineral berharg a elektrum (Au, Ag)), serta mendala metalogenik SangiheTalaut (terdiri dari batu an ultrabasa dengan mineral berharga nikel). C. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINER AL PRIMER Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan men jadi lima jenis endapan, yaitu : a. Fase Magmatik Cair b. Fase Pegmatitil c. Fas e Pneumatolitik d. Fase Hidrothermal e. Fase Vulkanik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yan g berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan : 1. Kristalisasi magmanya 2. Jara k endapan mineral dengan asal magma a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan b eku tidak jelas d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku 3. Bagaimana cara pengendapan terjadi a. terbentuk karen a kristalisasi magma atau di dalam magma b. terbentuk pada lubang-lubang yang te lah ada c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang te lah ada dengan larutan pembawa bijih 4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan 5.Waktu terbentuknya endapan a. syngenetic, jika endapan terbent uk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan b. epigenetic, jika endapan terb entuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan. a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase) Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mine ral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalny a dengan cara gravitational settling (Gambar 6). Mineral yang banyak terbentuk d engan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit (lihat juga Gambar 4). Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :

1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa b atuan. Contoh intan dan platina. 2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak ters ebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi di dalam batuan. Injeksi, minera l yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi telah terdorong keluar dari magma. b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase) Pegmatit adal ah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalis asi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork. Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehin gga pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : log am-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logamlogam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr , La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal). Gambar Skematik proses differen siasi magma pada fase magmatik cair Keterangan untuk Gambar : 1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur vol atile seperti air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S ) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini memben tuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik

dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti sodium dan potasium. 2 . Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan mater ial dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lam bat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jik a magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan disirkulasi dekat dinding di mana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain da ri dinding reservoar. 3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodiu m dan potasium cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas r eservoar dengan unsur-unsur sodium dan potasium. 4. Gravitational Settling, Mine ral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan besi, cenderung memperk aya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur te rsebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapi san. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat sepe rti mineralmineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-minera l silikat yang lebih ringan. 5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement ma gma, batu yang jatuh dari dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga me rubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan sodium, potasium dan siliko n, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi gabroik. 6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensia si magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagia n sebelah dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dim ana mineral silikat yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral sil ikat yang lebih ringan. c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase) Pneumatoliti k adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yan g dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karen a adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda . Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap

panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reak tif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), am phibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin , diopsit, dan skarn. Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: ba king (pemanggangan) dan hardening (pengerasan). Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan penerobosan batuan beku. Ba tuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-rekristalisasi, terub ah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas da n fluidafluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena it u endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak. Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air. Pirometamorfisme menekank an hanya pada pengaruh temperatur sedangkan pirometasomatisme pada reaksi pengga ntian (replacement), dan metamorfisme kontak pada sekitar kontak. Letak terjadin ya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan dan temperatur ting gi. Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana da n oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terd apat dalam endapan jenis ini (SingkepIndonesia). d. Fase Hidrothermal (Hydrother mal Phase) Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebaga i hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Be rdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yait u : 1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan. 2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batua n dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrotherma l, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C3500C), dan Hipoth ermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mi neral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbaga i macam batuan dinding. Tetapi mineramineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2) , kalkopirit (CuFeS2), floridaflorida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal. Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4 , Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feld spar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat Sedangkan p aragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn, Cu) sulf ida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stib nit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalko pirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit. Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native coo per (Cu), argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), piri t (FeS2), cinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), den gan mineral-mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonatkarbonat, rhodokrosi t (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).

Gambar Endapan bijih perak berupa endapan hidrothermal tipe epithermal dengan pe ngkayaan bijihdi sepanjang rekahan-rekahan dan urat-urat di Pachuca Meksiko (Dar i Park, 1975 p 349) e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase) Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulka nis adalah : 1. Lava flow 2. Ekshalasi 3. Mata air panas Ekshalasi dibagi menjad i : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar (berbentuk gas SO2), m ofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk (komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat. Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan eko nomis dari phase vulkanik adalah : belerang (kristal belerang dan lumpur beleran g), oksida besi (misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubunga n dengan vulkanisme bawah laut, sebagai contoh endapan tembaga-timbal-seng Kurok o di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada.

Gambar Model Geologi Endapan Tembaga-Timbal-Seng volkanogenik (After Horikoshi & Sato, 1970; Sato,1981) D. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN SEDIMENTER Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, keh idupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hid rotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau b erbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di daerah Bangka-Be litung dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. End apan sedimenter karena pelapukan kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/ Selatan. Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan sumber metal dan berd asarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi dua yaitu endapan superge n endapan yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau bijih primer), s erta endapan hipogen (endapan yang metalnya berasal dari aktivitas magma/epither mal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan terbentu knya batuan) serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk setelah batuan ada). Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu : sumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (prime r atau sekunder), erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan di atomae, batubara, dan minyak bumi, serta dari magma dalam kerak bumi atau vulkan isme (hypogene).

1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pel apukan Permukaan dan Transportasi Secara normal material bumi tidak dapat memper tahankan keberadaanya dan akan mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribu si kembali dan bercampur dengan material lain. Proses dimana unsur-unsur berpind ah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara kimia pe nyebab suatu dispersi. Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispers i geokimia sekunder. Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak bumi, meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geo kimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di permukaan bumi, meliputi pe ndistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang biasanya terjad i di permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Bah an terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat mempengaruhi dispersi. Uns ur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat dengan tubuh bijihnya, se dangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari tubuh bi jihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkunga n seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah. Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan late ritik. Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udar a atau air permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Ak ibat proses oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meres ap ke bawah permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian pe rmukaan yang tidak larut, akan jadi berongga, berwarna kuning kemerahan, dan ser ing disebut dengan gossan. Contoh endapan ini adalah endapan nikel laterit.

2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari residu. Proses pemila han yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasite rit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb. Be rdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi men jadi : 1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer. Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), m aterial mengalami pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals. 2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapa t kalau kecepatan aliran menurun, seperti di sebelah dalam meander, di kuala sun gai dsb. Contoh endapan tipe ini adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-plaser di California. 3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas ge lombang memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umu m di sini adalah ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantun g dari batuan terabrasi. 4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang t elah mengalami pembatuan dan kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapa n ini adalah Proterozoikum Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas t erbesar di dunia, produksinya lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam be berapa lapisan konglomerat. Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km. Tambang terd alam di dunia sampai 3000 meter, ini dimungkinkan karena gradien geotermis disan a sekitar 10 per 130 meter.

Gambar Sketsa mekanisme endapan bijih sedimenter 3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia a. Lingkungan Darat Ba tuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut red beds. Kalau konsentrasi eleme n logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memu ngkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian (leaching/pel indian) meresap bersama air tanah yang kemudian mengisi antar butir sedimen klas tik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe dan mineral l empung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri. b. Lingkungan La ut Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan d arat yang umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tingg i dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Se bagai contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi minera l logam yang berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn) seperti : a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal da ri pelapkan batuan di daratan atau dari sistem hidrotermal bawah permukaan laut. b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang domi nan dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel. c. Endapan di dalam cebakan sedime nter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fesilikat tergantung perbedaanpotensial reduks i (Eh). Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh l arutan koloid membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertum buhan yang terus menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar

laut dimana tertanam dalam material lempungan karbonatan yang mengandung beberap a besi yang bagus. Di dasar laut mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil k eadaan tersebut bijih besi dan mangan sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan. E. CONTOH BEBERAPA ENDAPAN MINERAL YA NG PENTING 1. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses-proses magmatik Ter gantung pada kedalaman dan temperatur pengendapan, mineral-mineral dan asosiasi elemen yang berbeda sangat besar , sebagai contoh oksida-oksida timah dan tungst en di kedalaman zona-zona bertemperatur tinggi; sulfidasulfida tembaga, molibden um, timbal, dan seng dalam zona intermediet; sulfida-sulfida atau sulfosalt pera k dan emas natif di dekat permukaan pada zona temperatur rendah. Mineral-mineral dapat mengalami disseminated dengan baik antara silikat-silikat, atau terkonsen trasi dalam rekahan yang baik dalam batuan beku, sebagai contoh endapan tembaga porfiri Bingham di Utah. Gambar Model Geologi Jenis Endapan Tembaga Porfiri di A merika Selatan (After Sillitoe,1973) Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan sebagian di gantikan oleh mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng (dalam kontak m etasomatik atau endapan skarn). Jika larutan bergerak melalui rekahan yang terbu ka dan logam-logam mengendap di dalamnya (urat emas-kuarsa-alunit epithermal), s ehingga terbentuk cebakan tembaga, timbal, seng, perak, dan emas.

Gambar Model Geologi Endapan Urat Logam Mulia (After Buchanan,1981) Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral menu ju batuan yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan blanket- sh aped sulfida, atau bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan emas, perak, dan a ir raksa dalam pusat mata air panas silikaan atau karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat dalam beberapa lapangan geotermal aktif di New Zealand. Ji ka larutan volkanik yang membawa logam memasuki lingkungan laut, maka akan terbe ntuk kumpulan sedimen-volkanik dari tembaga- timbal-seng. 2. Endapan mineral yan g berhubungan dengan proses sedimentasi Erosi benua dan pengisian cekungan sedim en di samudera memerlukan siklus geologi dan kimia yang dapat berhubungan dengan formasi dari jenis endapan mineral selama pelapukan, perombakan menjadi unsur-u nsur pokok berupa fragmental (sebagai contoh kwarsa atau kadang-kadang emas atau mineralmineral berat), dan menjadi elemen-elemen yang larut secara kimiawi (seb agai contoh adalah kalsium, sodium, atau elemen-elemen metalik pembentuk bijih y ang potensial seperti besi, tembaga, timbal, dan seng). Unsur-unsur pokok fragme ntal tertransportasi oleh air permukaan diendapkan sebagai batuan. Klastik-klast ik sedimen di benua dan di lingkungan tepi laut cenderung berbutir kasar dan bis a mengisi pengkayaan lokal mineral-mineral berharga

yang telah tertransportasi dengan fraksi klastik, sebagai contoh konsentrasi ema s placer pada endapan Witwatersrand di Afrika Selatan dan timah placer di Asia b agian selatan. Seringkali formasi endapan sulfida stratiform tidak tampak berhub ungan dengan proses magmatisme atau vulkanisme, tetapi agak berhubungan dengan s irkulasi larutan hidrotermal dari sumber-sumber yang lain, sebagai contoh peniri san dari cekungan sedimen yang dalam. Endapan-endapan yang dihasilkan sangat mir ip dengan beberapa asal-usul volkanogenik karena mekanisme traping yang sama. Ha nya mineral-mineral sulfida yang dapat mengalami presipitasi pada sediment-water interface atau dalam batuan yang tidak terkonsolidasi, waktu dari formasi bijih berhubungan terhadap waktu pengendapan sedimen, terhadap waktu kompaksi dan kon solidasinya, atau terhadap waktu-waktu berikutnya saat sedimen-sedimen mengalami indurasi penuh dan dapat termineralisasi oleh larutan yang bergerak melalui bat uan yang porous atau struktur-struktur geologi. Untuk proses ini, contoh yang ba gus adalah endapan timbal-seng di Mississippi Valley. Gambar Model Geologi Endap an Sediment-Ekshalatif Timbal-Seng (After Lydon, 1983) Proses-proses sedimentasi juga membentuk akumulasi fosil-fosil bahan bakar, batu bara, minyak dan gas alam. Untuk membentuk batu bara, gambut terkompaksi dan me ngalami pemanasan akibat penurunan dan proses burial. Demikian juga, minyak dan gas terbentuk oleh maturasi unsur-unsur organik dalam batuan sedimen oleh pening katan temperatur dan tekanan. Minyak dan gas dapat bermigrasi melalui batuan yan g porous membentuk reservoir yang

besar dalam struktur yang baik, atau tetap di dalam batuan sumber membentuk oil shale. 3. Endapan Mineral Yang Berhubungan Dengan Proses Metamorfisme Metamorfis me yaitu proses rekristalisasi dan peleburan akhir dari batuan beku atau batuan sedimen, yang disebabkan oleh intrusi dari magma baru atau oleh proses burial ya ng dalam . Endapan hidrotermal kontak metasomatik terbentuk di sekitar magma yan g mengalami intrusi, seperti yang digambarkan di atas. Metamorfisme burial yang dalam dapat menimbulkan overprinting terhadap akumulasi mineral yang ada sebelum nya, sebagai contoh yang besar adalah endapan sediment-hosted lead-zinc di Broke n Hill, Australia. Metamorfisme burial juga membebaskan sebagian besar larutan h idrotermal yang melarutkan logam-logam dari country rock, diendapkan saat laruta n bertemu dengan suatu lingkungan dengan kondisi temperatur, tekanan, dan kimia yang tepat untuk formasi bijih. Formasi endapan emas di beberapa jalur metamorfi k Precambrian berhubungan terhadap transportasi emas oleh metamorfic water menuj u urat kwarsa yang mengandung emas. Kecuali jenis endapan tersebut, metamorfisme regional tidak terlalu banyak membentuk formasi dari endapan bijih metalik. Str uktur Khusus Endapan Mineral : a. Struktur Banded Struktur banded dalam suatu batuan menunjukkan adanya perlapisan mineral mineral terang dan gelap yang yang umumnya dibentuk oleh pengaruh panas dari source roc k yang relatif tidak stabil sehingga memungkinkan pembentukan mineral yang heter ogen yang menunjukkan perlapisan

b. Struktur Comb c. Struktur Colloform d. struktur Vug

vug adalah struktur mineral yang menampakkan suatu rongga kecil dalam suatu batu an dimana rongga ini (Cavity Filling) terisi oleh kristal mineral mineral yang t erbentuk dari berbagai proses, umumnya rekahan ini dibentuk oleh aktifitas tekto nik yang kemudian terisi oleh larutan sisa kristalisasi magma primer yang kemudi an karena sifat dari magma yang terus mencari celah atau rekahan menuju ke permu kaan menembus batuan samping dan batuan sumbernya, proses ini biasa disebut Meta somatisme kontak. Struktur mineral deposit merupakan salah satu ciri fisik yang sangat berhubungan dengan genesa pembentukan suatu mineral. Beberapa endapan bah an galian dijumpai tersusun dan terdapat pada tubuh batuan beku, sedimen ataupun batuan metamorf. Bahan galian industri umumnya dijumpai seperti demikian, misal nya bahan galian batugamping (limestone).Bahan galian lainnya, misalnya beberapa tubuh bijih besi merupakan bagian dari suatu sekuen stratigrafi yang terbentuk pada bersamaan dengan proses sedimentasi, yang kemudian dikenal dengan istilah e ndapan syngenetic. Adapula bahan galian yang berbentuk seperti tubuh batuan beku yang berbentuk dykes, yang memotong batuan sekitarnya dan terbentuk setelah bat uan induknya yang dikenal dengan istilan endapan epigenetic. Bentuk dan morfolog i badan bijih Secara umum parameter dimensional dari suatu badan bijih yaitu uku ran, bentuk (pola) sebaran dan keberadaannya merupakan akibat dari variasi dan d istribusi kadar mineral bijih. Bentuk sebaran suatu badan bijih akan mempengaruh i teknik penambangan yang akan digunakan untuk menambangnya. Bahan galian yang t ersebar luas dan berkadar rendah (low grade) yang terdapat pada permukaan bumi d apat ditambang dengan metoda tambang terbuka, sementara endapan bahan galian yan g berbentuk urat (vein-veinlets) dengan kadar yang relatif lebih tinggi (high gr ade) dapat ditambang dengan metode tambang bawah tanah. Dalam hal bentuk (pola) sebaran, endapan bahan galian dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan l ebih mudah ditambang daripada endapan bahan galian dengan badan bijih yang mempu nyai bentuk (pola) yang tersebar (disseminated). Strike dan dip badan bijih Peng etahuan dasar struktur geologi seperti strike dan dip batuan sangat penting untu k mengetahui dimensi suatu badan bijih. Bidang suatu badan bijih yang memiliki d imensi yang lebih panjang jika dibandingkan dengan

arah lainnya merupakan arah jurus (strike) badan bijih tersebut (Gambar 2.1) Ink linasi (penunjaman) bidang badan bijih dalam arah tegak lurus bidang strike meru pakan arah kemiringannya (dip). Jika terdapat suatu struktur geologi (misalnya s esar), maka informasi arah pitchdan plunge menjadi sangat penting. Bentuk-bentuk badan bijih Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran mineral bijihnya jika dihubungkan dengan batuan sekitarnya (batuansamping/induk), tubuh endapan bijih dapat dikelompokkan atas 2, yaitu: badan bijih berbentuk discorda nt dan badan bijih yang berbentuk concordant. Discordant yaitu jika bada bijih m emotong perlapisan batuan sekitarnya. Sedangkan concordant yaitu jika badan biji h membentuk pola yang tidak memotong perlapisan batuan sekitarnya. Badan bijih d iskordan (discordant ore bodies) Badan bijih diskordan dapat dijumpai mempunyai bentuk yang beraturan (regular shapes) maupun dengan bentuk yang tidak beraturan (irregular shapes). Badan bijih yang bentuknya beraturan dapat dibedakan atas: 1.Badan bijih yang berbentuk tabular (Gambar 2.2 dan 2.3), dengan ciri antara la in: badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D (panjang dan l ebar), tetapi terbatas dalam arah 3D (tipis), berbentuk urat (vein-fissure veins- Gambar 2.4) dan lodes, urat-urat umumnya terbentuk di zona rekahan sehingga menunjukkan bentuk yang ter atur dalam orientasinya (Gambar 2.5), mineralisasi pada umumnya berupa asosiasi dari beberapa kombinasi mineral bijih dan pengotor (gangue) dengan komposisi yang sangat bervariasi, dan batas d ari penyebaran urat ini umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi dengan dinding ur at. Gambar 2.2. Badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein yang mengalami se sar normal.

Gambar 2.3 Contoh badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein dan veinlets. Gambar 2.4. Pembentukan vein. 1.badan bijih yang berbentuk tubular (Gambar 2.6), dengan ciri antara lain: badan bijih dengan pola penyebaran relatif pendek (ter batas) dalam arah 2D namun relatif dalam kearah 3D (arah vertikal),

jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal-sub vertikal biasanya disebut sebagai pipes atauchimneys, jika penyebarannya horizontal atau subhoriso ntal disebut mantos. Salah satu contoh badan bijih yang berbentuk tubular adalah badan bijih yang ditemukan di timur Asutralia, sepanjang 2400 km, memanjang dar i Queensland sampai New South Wales, yang terdiri dari ratusan pipa di dalam dan dekat dengan intrusi granit. Sebagian besar terisi mineralisasi kuarsa dan bebe rapa diantaranya termineralisasi dengan bismuth, molybdenum, tungstehn dan tin ( Gambar 2.7). Badan bijih berbetnuk mantos dan pipes dapat dijumpai memiliki perc abangan (Gambar 2.8). Mantos dan pipes umumnya dijumpai berasosiasi, pipes umumn ya bertindak sebagai sumber (feeders) terhadap mantos. Terkadang mantos saling b erhubungan diantara lapisan batuan dengan perantaraan pipes, namun ada pula yang dijumpai sebagai percabangan dari pipes, contohnya pada Providencia Mine di Mex ico dijumpai sebuah badan bijih berbentuk pipa jauh di kedalaman sebagai sumber dari duapuluh mantos yang dekat dengan permukaan.Pada beberapa tubuh bijih yang berbentuk tubular terbentuk oleh aliran larutan mineralisasi secara subhorisonta l sehingga tubuh bijih dapat dijumpai diskontinyu membentuk tubuh bijih yang ber bentuk pod Badan bijih bentuknya tidak beraturan (irregular shapes) dibedakan at as: 1. Badan bijih disseminated: Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih ya ng tersebar di dalam host rock (Gambar 2.10). Mineral-mineral bijih tersebut tersebar merata di dalama host rock berupa (dalam bentuk)veinlets yang saling berpotongan menyeruapai jarring-jaring yang s aling berkaitan membentuk sistem veinlets yang sering disebut stockwork. Stockwork ( Gambar 2.11) dijumpai dalam bentuk tubuh endapan yang besar pada lingkungan intrusi batuan beku asam sampai intermedit, akan tetapi stockwor k juga dapat dijumpai memotong kontak country rocks dan beberapa dijumpai sebagi an atau seluruhnya berada padacountry rocks.

2. Badan bijih irregular replacement (Gambar 2.12): Merupakan badan bijih yang t erbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Proses replacement ini umumnya terjadi pada temperatur rendah sampai sedang (<400oC), contohnya endapan magnesit pada carbonate-rich sediments.

Proses replacement lainnya dapat juga terjadi pada suhu tinggi pada kontak intrusi batuan beku yang membentuk endapan skarn. Tubuh endapannya dicirikan den gan pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti diopside, wollastonite, an dradite, garnet dan actinolite. Endapan bahan galian ini umumnya berbentuk sanga t tidak beraturan (Gambar 2.12). Disebut juga endapan metasomatisme kontak (piro metasomatik). Badan bijih konkordan (concordant ore bodies) Badan bijih konkordan umumnya terb entuk pada batuan induk (host rock) sebagai endapan hasil proses pelapukan. Enda pan-endapan yang mempunyai badan bijih berbentuk konkordan ini dikelompokkan ses uai dengan jenis batuan induknya: 1. Sedimentary host rock: Merupakan endapan dengan batuan induk adalah batuan sedimen (Gambar 2.13). Endap an-endapan bijih yang tekonsentrasi dalam batuan sedimen cukup penting, terutama endapan-endapan logam dasar dan besi. Di dalam batuan sedimen, mineral-mineral bijih terbentuk (terkonsentrasi) sebagai suatu bagian yang integral dari urutan stratigrafi, yang dapat terbentuk secara epigenetic filling ataureplacement pada rongga-rongga (pori-pori). Tubuh endapan umumnya menunjukkan perkembangan kearah 2D dan kurang berkembang kearah tegak lurusnya (Gambar 2.14 dan 2.15).

Endapan-endapan seperti ini pada umumnya tersebar sejajar pada batuan induknya d engan bidang perlapisan batuan sekitarnya. Gambar 2.13. Bentuk endapan konkordan pada batuan sedimen

Mangan Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih ma ngan utama adalah pirolusit besi 6, dan psilomelan, kilap berat namun yang mempu nyai sampai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan-cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai tingkat Mangan warna abu-abu 2 dengan metalik jenis sub -metalik, reniform, sebagai kekerasan memiliki lainnya 4.8, massif, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. berkom posisi oksida memiliki peran bukan mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauk sit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat a dalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika. Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, c ebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava untuk bawah laut, cebakam metamorfosa, baja, cebakan laterit dan akumulasi untuk residu. Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu proses produksi besi se dangkan penggunaan mangan tujuan non-metalurgi antara lain adalah untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain. Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang terseba r di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan R iau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Pa pua. Menurut total data statistic ton pada dari Central dan Bureau of pada Stati stics tahun 2003 memperlihatkan bahwa konsumsi atau penggunaan mangan sangat besar dengan 43,579. 26 tahun 2002 meningkat sebesar 52,242.67 ton dengan konsumsi terbesar pada indu stri besi dan baja yang bisa mencapai 90%. Secara geologi, daerah Sumbawa masi m emiliki potensi terdapatnya mineral logam dan mineral-mineral lainnya. Batuan vulkanik dan batuan terobosan sebagai pembawa mineral logam yang merupakan batuan utama di daerah ini mempunya i prospek terdapatnya endapan mineral logam.

Ditinjau dari tatanan tektonik terbentuknya Pulau Sumbawa erat kaitannya dengan penunjaman lempeng Hindia yang berarah utara-timurlaut di bawah daratan Sunda yang menerus mulai dari Pulau Sumatera hingga Pulau Jawa dan mene rus ke arah timur membentuk busur kepulauan Banda yang terbentuk pada masa Kenoz oikum, yang dilandasi oleh batuan gunung api kalk alkalin dari busur dalam Banda yang masih aktif hingga sekarang oleh batuan sediment pinggiran benua yang bera laskan batuan metamorf. Geologi daerah Sumbawa disusun oleh terbentuknya batuan gunung api tersier (miosen awal) breksi-tuff bersifat andesit dengan sisipan tuf f pasiran, tuff batuapung dan batupasir tuffan. Satuan breksi tuff ini menjemari dengan batuan sediment yaitu satuan batu pasir tuffan dan juga satuan batugampi ng. Yang kemudian diterobos oleh batuan andesit, basalt, dasit, Miosen dan batua n lalu yang tak teruraikan, oleh diperkirakan berumur dari Miosen jaman Tengah. Diatasnya terdapat batu gamping koral yang diendapkan pada jaman Akhir, dilanjut kan batulempung tuffan Pliosen dengan sisipan batupasir dan kerikil hasil rombak an gunung api, menindih tidak selaras batuan yang lebih tua, kemudian diendapkan batuan gunung api kuarter yang diendapkan mulai dari satuan breksi tanah merah, batuan breksi andesit basalt dan satuan lava breksi, juga diendapkan batuan sed imen kuarter yaitu terumbu koral yang terangkat, terakhir pada jaman Holosen die ndapkan alluvium dan endapan pantai. Oksida besi manganese yang berupa bongkah-b ongkah ini diduga terbentuk akibat yang proses pelapukan/oksidasi dalam tufa res idual dari mineral-mineral berkomposisi mafik besiterkandung andesitik-dasitik y ang magnesium-aluminium silika. Hidrotermal Sumber larutan magma mengandung Mn, bent uk urat-urat, lensa tak beraturan, berlapis. Mineral rodonit (MnSiO3) atau rodok rosit (MnCO3). Pengayaan sekunder

Pelarutan dari mangan primer, fasa koloidal, bentuk konkresi/nodul, lensa, urat dalam retakan batuan. Mineral pirolusit (MnO2), psilomelan (MnO.MnO22H2O), manga anit (Mn2O3.H2O). Sedimenter Mangan berlapis dalam sediment marin, sebaran later al luas, tebal, pra tersier, bantuan bakteri dan ganggang, lingkungan craton yan g stabil. Marine-nodule Relasi dengan kegiatan gunung api bawah laut, pelarutan unsur-unsur logam membentuk polimetalik-nodule. Mineral pirolusit, psilomelane. Laterit dan elluvial Pengayaan dari konsentrasi kimia dan mekanik dari bijih man gan dan batuan. Pada tahun 1859 ada suatu teori kuno yang dikemukakan oleh Van C otta yang menjelaskan proses terjadinya bijih di alam yaitu : a.Teori disensioni s Bahwa endapan bijih berasal dari air permukaan yang meresap ke dalam bumi lalu dipanaskan oleh panas alami, mengakibatkan logam yang terdapat pada batuan laru t dan masuk ke dalam celah-celah batuan. b.Teori sensionis Bahwa endapan bijih b erasal dari liquid atau cairan yang berhubungan dengan kegiatan magma yang naik mendekati permukaan, kemudian mengendapkan bijih-bijih pada dinding celah-celah. c.Teori pemisahan sekresi lateral Bahwa bijih terbentuk karena adanya sekresi y ang berjalan secara mendatar. Kemudian bermunculan teori-teori baru yang telah m embrikan konsep dasar mengenai proses terbentuknya bijih, yaitu selalu berkaitan dengan batuan. Proses-proses tersebut melibatkan pemisahan bijih atau injeksi gas-gas dan uap b ermineral, air bermineral pada suhu tinggi.Logam-logam yang berguna biasanya ter ikat di dalam mineral bijih bersama-sama dengan

unsur kimia lainnya. Mineral-mineral ini biasanya tersebar dalam batuan dan terd iri dari mineral pembentuk batuan yang tidak atau sedikit sekali mengandung unsu r logam. Biasanya mineral-mineral non logam dikenal sebagai gangue. Campuran min eral bijih dan mineral gangue akan membentuk mineral bijih. Mineral bijih dapat dikelompokkan menjadi : Mineral hipogene, mineral yang terbentuk bersama-sama den gan mineral lain dan belum mengalami pelapukan. Mineral supergene, mineral yang m erupakan hasil proses pelapukan. Proses-proses pembentukan bahan galian logam ad alah sebagai berikut : Kristalisasi magma Magma yang merupakan larutan silikat b erasal dari perut bumi mengandung berbagai unsur kimia, baik berbentuk logam, se mi logam dan bukan logam ataupun unsur-unsur volatil (pembentuk gas). Magma yang memiliki sifat mobilitas akan melalui celah-celah pada kulit bumi bila ada kese mpatan dan membentuk intrusi. Magma akan mengalami penurunan tekanan dan tempera tur kemudian akan mengalami kristalisasi mineral-mineral silikat. Sublimasi Meru pakan proses pengendapan langsung dari uap dan gas. Pembentukan bahan galian ini relatif sangat kecil dibandingkan dengan proses lainnya. Konsep kerja proses te rsebut sebagai akibat terjadinya penurunan tekanan. Terbentuknya endapan mineral ini sebagai akibat terjadinya reaksi antara dua gas atau lebih. Metasomatisme k ontak Intrusi magma yang telah menjadi padatan, mempunyai sisa magma yang berupa cairan dan gas yang bersuhu tinggi. Apabila cairan dan gas ini masuk dan bersen tuhan pada celah-celah batuan lainnya dapat mengadakan reaksi kimia dan menghasi lkan mineral-mineral baru. Dalam hal ini perlu dibedakan antara metamorphose kon tak dan metasomatisme kontak. Pada metamorphose kontak, suhu memiliki peranan pe nting dan hanya mengakibatkan terjadi pemanggangan (baking effect). Sedangkan pa da metasomatisme kontak, tekanan juga memegang peranan penting selain suhu, terj adi penambahan tekanan pada sisa cairan magma yang mampu mengadakan reaksi dan m enghasilkan mineral baru. Hidrothermal

Semua cairan, terutama Klasifikasi hidrotermal : Hipothermal, untuk cairan yang berada ditempat yang dalam dengan suhu berkisar antara 300o hingga 500o C. Mesot hermal, untuk cairan yang berada ditempat yangtidak begitu dalam dengan suhu ber kisar antara 150o hingga 300o C. Epithermal, untuk cairan yang berada ditempat y ang dangkal dengan suhu berkisar antara 50o hingga 150o C. Iron Ore Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dar i endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringka li ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat memi liki sebagai nilai kandungan ekonomis logam tanah (residual), besi yang namun ja rang yang tinggi. Endapan ekonomis umumnya berupaMagnetite,Hematite,Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral :Pyrite,Pyrhotite,Marcasite, dan Chamosite. Beberapa jenis genesa dan endapan ya ng memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain : 1. Magmatik:Magneti te dan Titaniferous Magnetite 2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite 3 . Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite 4. Sedimentasi/placer:Hematite, Limonite, dan Siderite 5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite,Magnetite d an Limonite 6. Oksidasi: Limonite dan Hematite 7. Letusan Gunung Api Dari minera l-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih u tama yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-

mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan Fe da n klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis Mineral Susunan kimia FeO, Fe2O3 Fe2O3 Fe2O3.nH2O FeCO3 Kandungan Fe Klasifikasi komersil (%) Magnetit Hematit Limonit Siderit 72,4 70,0 59 63 48,2 Magnetik ata u bijih hitam Bijih merah Bijih coklat Spathic, black band, clay ironstone Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Ec onomic Mineral Deposits, P. 392. Besi primer ( ore deposits ) Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi b erhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat perist iwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lem ah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alter asi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya. Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan baha n cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan m agma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfo sa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) bijih. seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengand ung Besi sekunder ( endapan placer ) Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergera kan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineralmineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber,

berat Dengan jenis, nilai ketahanan ekonomi kimiawi yang hingga lamanya para pelapukan ahli dan mekanisma. menyebut dimilikinya geologi endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer. Jenis cebakan ini telah terben tuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini , sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam w aktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat di tambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran ; dimana pemisahannya Penambangannya dapat menggunakan dengan alat semi-mobile d an pengerukan, yang relatif merupakan murah. metoda biasanya cara penambangan termurah. Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya: G e n e s a Terakumulasi in situ selama pelapukan J e n i s Placer residual Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak Placer eluvial Terkonsentrasi dal am media cair yang bergerak (air) Placer aluvial atau sungai Placer pantai Terko nsentrasi dalam media gas/udara yang bergerak Placer Aeolian (jarang) Placer residual. Partikel yang telah mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi kimiawi dan langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) mengalami pengrusakan/peng-hancuran terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata , dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaks i kimia (misal : beryl). Placer eluvial. placer Partikel eluvial mineral/bijih p embentuk dengan bahan-bahan jenis cebakan yang ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemuka n pembentuknya bernilai

ekonomis dasar. Placer terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan sungai atau aluvial. dengan bijih emas penting dalam dalam cebakan Jenis yang ini paling penting terutama yang berkaitan umumnya berasosiasi Telah lebih dengan bijih besi, bahwa fraksi fraksi dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijihmenjadi faktorfaktor mineral berat pembentukannya. ini berukuran dikenal kecil daripada mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk ba tuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik). Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sep anjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pant ai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana a ir yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kem udian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan me nunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar b erukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur me njadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat. Placer pantai (beac h placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasa ng-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimu ngkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, in tan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon. Mineral ikutan dalam endapan placer. Su atu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama terseb ut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantar anya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH

)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga miner al-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil

(TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), p latinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain. Eksplorasi bijih be si Penyelidikan dilakukan teknis umum dan eksplorasi pihak, besi. bijih besi di Indonesia sebagai sudah bahan banyak pedoman acuan oleh berbagai bijih sehingga Pedoman diperlukan penyusunan eksplorasi dimaksudkan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih b esi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pe laporan. Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplor asi sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan la pangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gamba ran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan pen ginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geol ogi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, ma gnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan ge ofisika. Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei geofisika dan pemboran inti. Kegiatan analisis setelah kimia pekerjaan fisika. lapangan Unsur yang dilakukan antara kimia lain adalah lain : analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi dan ya ng dianalisis antara Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2 O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, b erat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyel idikan lapangan dan analisis laboratorium. Tahapan umum, eksplorasi eksplorasi a dalah rinci. urutan Survei penyelidikan tinjau, geologi yang umumnya untuk dilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi tahap e ksplorasi mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan miner al pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit da erah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap

eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi . Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara r inci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencont ohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pem etaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sed angkan pengambilan conto berupa batuan terpilih. Penyelidikan Geofisika adalah p enyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan minera l, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung lang sung. Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan pena fsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai e konomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimasi re ncana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh. Dalam hal penen tuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain : - Memadai atau tida knya kegiatan dan hasil eksplorasi. - Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll. Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio, ked alaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya bertujuan untuk me ngetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah permukaan.

Metode penambangan ada 2 metode : Open Pit ( Tambang Terbuka ) 1. Truck and Shov el 2. Dragline Underground ( Tambang Bawah Tanah ) Metode tambang bawah tanah terbagi mejadi: Open Stope Methodes Supported Stope Met hodes Caving Methodes Coal Mining Methodes Berdasarkan pembagian metode penambanga n di atas, dapat kita ketahui bahwa penambangan metode penambangan batubara dipi sahkan dari metode-metode yang lain. Hal ini dikarenakan : Batubara berupa lapisan sedimen. Penyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane (gas beracun). Selanjutnya, metode tambang bawah t anah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.Open Stope Methodes Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan ciri-ciri : a.Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak ada. b.Umumnya merupakan cara penambangan se derhana, atau tradisional. c.Bisa menggunakan buruh-buruh yang tidak terlatih. d .Cocok untuk endapan bijih dengan ciri-ciri: -Endapan bijih dan batuan induk rel ative keras, sehingga tidak mudah runtuh. -Endapan bijih memiliki kemiringan lap isan (dip) lebih dari 70o. -Ukuran bijih tidak terlalu besar. -Tebal endapan bij ih kurang dari 5 m. -Antara batuan induk dan bijih mudah dibedakan atau terlihat jelas. Sedangkan metode Open Stope Methode sendiri dibedakan menjadi: a.Gopheri ng Coyoting b.Glory Hole Methode c.Shrinkage Stoping d.Sublevel Stoping Berdasar kan pembagian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: a.Gophering Coyoting Me tode Gophering Coyoting mempunyai ciri-ciri: -Arah penambangan hanya mengikuti a rah endapan bijih. -Cara pengerjaannya tidak sistematis.

-Alat dan cara penambangnya sangat sederhana. -Tanpa perencanaan rinci, karena d alam penambangnya hanya mengikuti arah endapan. b.Glory Hole Methode Metode Glor y Hole Methode merupakan system penambangan dengan cara bebas membuat lubang buk aan, dikarenakan baik batuan induk maupun endapan bijih relative kuat. mempunyai ciri-ciri: -Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relative sedikit. Lebar endapan antara 1 5 m, tetapi dengan arah memanjang ke bawah berbentuk bula t atau elips. -Endapan bijih dan batuan induk kuat. c.Shrinkage Stoping Metode S hrinkage Stoping mempunyai syarat atau ciri-ciri: -Cocok untuk batuan kuat. -End apan mempunyai kemiringan lebih dari 70o. -Tebal endapan tidak lebih dari 3 m. Endapan bijih memiliki nilai yang tinggi baik kadar maupun harganya. -Endapan bi jih harus homogen atau uniform. -Penambangan tidak selektif. -Bukan merupakan en dapan Sulfida (Fe), karena endapan Sulfida harus dengan metode selective mining, hal ini guna menghindari pengaruhnya pada asam tambang. d.Sublevel Stoping Subl evel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara membuat level-level, kem udian dibagi menjadi sublevel-sublevel. Sedangkan syarat-syaratnya sebagai berik ut: -Ketebalan cebakan antara 1 20 m. -Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30 o. -Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras. -Batas endapan bij ih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada retak-retak ketika dilakukan penamb angan. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi dilusi atau pencampuran dua materia l. Dalam hal ini pencampuran endapan bijih dengan batuan induk. -Penyebaran kada r bijih sebaiknya homogen. 2.Supported Stope Methode Supported Stope Methode ada lah metode penambangan bawah tanah yang menggunakan penyangga dalam proses penam bangannya. Secara umum ciriciri Supported Stope Methode antara lain: Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak. Cara penambangannya secara sistemati s. Penyangga dalam tambang bawah tanah dibedakan menjadi dua, antara lain: a.Pen yangga Alamiah Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material yang berada atau dihasilkan dari proses penambangan itu sendiri. Penyangga alamiah d ibagi menjadi: -Endapan bijih yang ditinggalkan atau tidak ditambang. -Endapan b ijih kadar rendah. Setelah dinilai tidak ekonomis, endapan bijih ini ditinggalka n sebagai penyangga. -Waste

-Batuan samping, atau material lain yang tidak ditambang. b.Penyangga Buatan (Ar tificial Support) Artificial support adalah penyangga buatan yang dimasukan ke d alam tamang bawah tanah, agar tidak runtuh. Bahan penyangga buatan ini disebut j uga Material Filling, dapat berupa tailing, pasir, tanah, semen, baja, kayu, mau pun baut batuan. Supported Stope Methode dibedakan menjadi: a.Shrink and Fill St oping Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-level, dimana level -level tersebut merupakan endapan bijih yang ditambang. Di dalam level-level ter sebut dibuat Stope-stope atau ruanganruangan. Setelah selesai menambang dalam sa tu level, maka level tersebut diisi kembali dengan material lalu dilanjutkan den gan membuat level baru. Arah tambang pada metode ini relative horizontal. b.Cut and Fill Stoping Merupakan metode penambangan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stop e tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level. Ini yang membe dakan dengan Shrink and Fill Stoping. Syarat Cut and Fill Stoping antara lain: Endapan bijih tebalnya antara 1 6 m. -Arah endapan relative mendatar tapi cukup tebal. -Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o.Dan unt uk endapan yang bukan vein kurang dari 45o -Endapan bijih keras, tapi batuan ind uknya lunak. -Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya. c.Square Set Stoping Pada dasarnya, system penambangan ini dengan cara membuat penyangga yang lebih sistematis, dimana penyangganya berbentuk ruang (tiga dimensi). Baik berupa kubus ataupun balok. Penyangganya sendiri dapat berupa kayu maupun besi. Ciri-ciri Square Set Stoping antara lain: -Ongkos penyangganya sangat mahal. -K emiringan endapan lebih dari 45o -Ketebalan bijih minimal 3,5 m. -Baik endapan b ijih maupun batuan induk mudah runtuh. -Endapan tidak perlu memiliki batasan yan g jelas antara endapan bijih dan batuan induknya. d.Stull Stoping System penamba ngan ini meruapkan system penambangan yang memasang penyangga dari footwall ke h anging wall. Stull sendiri berarti kayu, sehingga pada system penambangan ini pe nyangganya menggunakan kayu. Ciri-ciri system penambangan ini antara lain: -Biji h cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi batuan induk mudah pe cah menjadi bongkahan-bongkahan. -Kemiringan endapan bijih tidka terlalu berpeng engaruh. -Ketebalan endapan bijih antara 1 5 m. -Bijih harus bernilai tinggi. -R ecovery harus tinggi. Dan looses factor harus rendah, mengingat biaya yang dibut uhkan untuk penyangga sangat mahal.

*Cara pemasangan penyangga dibedakan menjadi: Raise Set Raise set merupakan cara pemasangan penyangga dari bawah ke atas. Lead Set Lead set merupakan cara pemasan gan penyangga maju, searah dengan penambangan endapan bijih. Corner Corner set me rupakan cara pemasangna penyangga ke arah samping atau juga menyudut. *Vein atau urat batuan adalah intrusi batuan lain ke dalam batuan induk. Intusi terjadi me lalui rekahan-rekahan batuan induk, dan lebih keras daripada batuan induk. * End apan bijih dalam sebuah cebakan relative berbeda kadarnya pada masingmasing bagi annya. Mengenai kadarnya dapat dihitung dengan menggunakan metode IMD dan juga I DW yang diperlajari di matakuliah Geostatik. *Drift adalah lubang bukaan yang me nghubungkan antar level secara vertikal. *Raise adalah lubang bukaan horizontal yang berfungsi sebagai jalan keluarmasuk pekerja dan juga mengeluarkan endapan b ijih. *Level adalah lubang bukaan yang bertingkat-tingkat.

You might also like