You are on page 1of 22

LAPORAN ANALISIS FARMASI PERCOBAAN II

PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN ASETOSAL, PARASETAMOL DAN KAFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETER UV

OLEH

NAMA STAMBUK KELAS KELOMPOK ASISTEN

: : : : :

MEI KURNIAWATI F1F1 11 054 FARMASI A (GENAP) V (LIMA) AZHAR

LABORATORIUM FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013

PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN ASETOSAL, PARASETAMOL, DAN KAFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET

A. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar

multikomponen campuran asetosal, parasetamol, dan kafein secara ultraviolet.

B. Landasan Teori Sediaan campuran farmasi zat yang beredar di pasaran kebanyakan berupa ini bertujuan untuk

berbagai

berkhasiat.

Campuran

meningkatkan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian. Campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk antiinfluenza dengan berbagai merek dagang (Naid, 2011). Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan sampai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen, sedangkan kafein adalah basa lemah yang merupakan turunan xantin, memiliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik parasetamol. Dilihat dari strukturnya, parasetamol mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, yang dapat menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan dengan metode

spektrofotometri, tetapi kendala yang sering dijumpai adalah terjadinya tumpang tindih spektra (overlapping) karena keduanya memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan sehingga diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu (Naid, 2011). Kafein adalah salah satu jenis alkaloid. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Pengujian kuantitatif kafein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri uv-vis (Maramis, 2013).

Kafein merupakan zat alami yang ditemukan pada daun, biji atau buah pada lebih dari 63 spesies tanaman di seluruh dunia. Sumber yang paling umum dikenal dengan kandungan kafeinnya mencakup kopi, biji kakao, kacang-kacangan, cola dan daun teh (Phan, 2012). Kafein tidak menumpuk pada tubuh dalam jangka waktu yang lama namun biasanya dikeluarkan dalam beberapa jam setelah konsumsi (Wanyika, 2010). Kafein diserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh oleh peredaran aliran darah ke suatu tujuan akhir dalam otak (Sather, 2011). Kafein diabsorpsi dengan cepat dan mendekati sempurna melalui saluran gastrointestinal dalam waktu 30-60 menit. Kafein didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi maksimum dalam plasma (tmaks) dicapai bervariasi rata-rata 5 jam dengan rentang 2-12 jam. Eliminasi kafein dari tubuh melalui metabolisme. Metabolisme kafein sangat kompleks, paling sedikit ada 25 metabolit yang dihasilkan. Kafein dieksresikan melalui urin dalam bentuk tidak berubah yaitu hanya 1-4% setelah pemberian oral (Dalimunthe, 2011). Efek farmakologi kafein yaitu merangsang sistem saraf pusat, mengurangi kelelahan yang menyebabkan aliran pikiran jernih, upaya intelektual dipertahankan dan asosiasi lebih sempurna dari ide dengan apresiasi yang lebih baik dari rangsangan sensorik pada manusia. Pada tingkat ini, ia memiliki efek diuretik pada ginjal maka mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh. Hal ini juga meningkatkan laju detak jantung, melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dan glukosa dalam plasma. 1 g kafein menyebabkan insomnia, gugup, mual, telinga dering, berkedip derillum cahaya dan tremulousness (Wanyika, 2010). Ada efek lain dari konsumsi kafein, termasuk peningkatan kejadian kanker kandung kemih dan lambung, tekanan darah yang meningkat dan memperburuk diabetes dan merusak lapisan perut (Nour, 2012). Aspirin memiliki nama kimia asam2-acetoxybenzoic merupakan penghambat enzim siklooksigenase non selektif yang digunakan sebagai agen analgesik, antipiretik, antiinflamasi dan antitrombosit. (Doshi, 2013). Dosis

oral ASA sebagai analgesik dan antipiretik adalah 300-1000mg sebagai dosis tunggal, diulang setiap 4-8 jam sesuai dengan klinis needs.6 Dosis harian maksimum adalah 3-4 g.Hanya sekitar 1% dari dosis oral ASA diekskresikan tidak berubah dalam urin. Sisanyadiekskresikan dalam urin sebagai SA dan metabolitnya. Asam salisilat terutama dieliminasi oleh metabolisme hati, metabolit termasuk asam salicyluric, salisil fenolik glukuronida, SA glukuronat, asam gentisic, dan asam gentisuri(Dressman, 2012). Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran berbagai zat ber-khasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkat-kan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian (Naid, 2011). Untuk menentukan campuran dari 2 atau lebih senyawa aktif pada satu campuran tanpa melakukan proses pemisahan terlebih dahulu, dapat menggunakan metode spektrofotometri (Hajian, 2012). Penggunaan spektrofotometri UV-Vis untuk analisis kualitatif sediaan obat mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : sensitif, selektif, akurat, teliti, dan lebih cepat bila dibandingkan metode konvensional lainnya seperti titrimetri dan gravimetri (Henry,

2002).Sedangkan untuk analisis kuantitatif, metode spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak digunakan untuk menetapkan kadar senyawa dalam jumlah yang sangat kecil (Triyati, 1985). Metode spektrofotometri merupakan metode untuk analisis kuantitatif. Metode spektrofotometri digunakan untuk mengukur absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang (Suhartini, 2013). Metode

spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan

mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di berbagai bidang analisis kimia terutama farmasi (Karinda, 2013). Spektra serapan UV-Vis direkam oleh spektrofotometer. Spektrum setiap larutan dicatat pada rentang panjang gelombang 200-230 nm (Hajian, 2013). Prinsip kerja spektrofotometri UV-VIS berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang

diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif (Triyati, 1985). Prinsip yang paling penting dalam analisis penyerapan adalah hukum Beer-Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa, untuk solusi ideal yang diberikan, ada hubungan linier antara konsentrasi dan absorbansi asalkan panjang jalur dipertahankan konstan, absorptivitas (e) adalah konstan untuk setiap molekul untuk setiap panjang gelombang.

dimana e absorptivitas zat, konsentrasi c dan l panjang jalan. Asalkan e dan L tetap konstan untuk satu set percobaan, sebidang absorbansi sampel terhadap konsentrasi zat penyerap harus memberikan garis lurus. Dalam prakteknya, kurva kalibrasi dibuat dengan memplot absorbansi dari serangkaian sampel standar sebagai fungsi konsentrasi mereka. Jika absorbansi suatu sampel kemudian diukur, konsentrasi komponen menyerap dapat dinilai dari grafik ini. Konsentrasi senyawa dalam suatu campuran yang mengandung n

komponen dapat dicari dengan rumusan matematik sebagai berikut(Upstone, 2000):

Syarat terabsorpsinya cahaya adalah adanya gugus kromofor pada molekul. Kromofor adalah gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya contohnya antara lain: C = C, C = O, N = N, N = O, dan sebagainya. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang (Triyati, 1985) :

C. Alat dan Bahan a) Alat Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Batang pengaduk 2. Corong 3. Erlenmeyer 4. Gelas kimia 5. Labu takar 100 ml 6. Labu takar 50 ml 7. Mortar dan alu 8. Pipet tetes 9. Spektrofotometer UV 10. Timbangan analitik b) Bahan Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Sediaan obat (tablet) 2. Bahan obat murni (asetosal, parasetamol, kafein) 3. Etanol 95% 4. Aquades 5. Kertas timbang c) Uraian Bahan 1. Asetosal (Dirjen POM, 1979 : Nama resmi Sinonim Berat molekul Rumus struktur : : :
:

Acidum acetylsalicylium Asam asetilsalisilat 180,16 g/mol

Pemerian

Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform Kegunaan : Analgetikum, antipiretikum

2.

Parasetamol (Sweetman, 2009: 108) Nama resmi Sinonim : : Acetaminophen Acetaminofeno; Acetaminophen; N-Acetylp-aminophenol;Asetaminofen; Paractamol; Paracetamolis; Paracetamolum; Parasetamol; Parasetamoli. 4-Hydroxyacetanilide; N-(4Hydroxyphenyl) acetamide Rumus molekul : Berat molekul Rumus struktur : : C8H9NO2 151.2 g/mol

Pemerian :

Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa pahit.

Kelarutan

Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkalihidroksida

Kegunaan

Analgesik, antipiretik dan anti inflamasi lemah

Penyimpanan

Dalam wadah kedap udara, lindungi dari

cahaya, lembab dan panas.

3. Kafein (Sweetman, 2009: 1116). Nama resmi Sinonim : :Caffeine Anhydrous Coffeinum; Kofeina; Caffeine; Cafena; Cafine; Kofein; Koffein; 1,3,71,3,7-

Guaranine;Kofeiini; Kofeinas;

Methyltheobromine;Thine. Trimethylpurine-2,6(3H,1H)-dione;

Trimethylxanthine;7-Methyltheophylline. Rumus molekul Berat molekul Rumus struktur : : : C8H10N4O2 194.2 g/mol

Pemerian

Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat, biasanya, biasanya menggumpal, putih tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan

Agak sukar larut dalam air, dan dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam klorofom P, sukar larut dalam eter P

Kegunaan

Analgesik, antipiretik dan anti inflamasi lemah

Penyimpanan

Dalam wadah kedap udara

4. Etanol (Dirjen POM, 1979 : 65). Nama resmi Nama lain : : Aethanolum Etanol, alkohol

Berat molekul

46,07 g/mol C2H6O

Rumus molekul :

Rumus bangun

Pemerian

Cairan

tidak

berwarna,

jernih,

mudah

menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung daricahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api. Khasiat : Zat tambahan

5. Akuades (Dirjen POM, 1979 : 96) Nama resmi Nama lain Rumus kimia Rumus Bangun Berat molekul Pemerian : : : : : : 18,02 Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup. Aquadestillata Air suling, Aquadest H2O

D. Cara Kerja 1. Pembuatan larutan standar 0,25 gram asetosal - Digerus hingga halus - Dimasukkan dalam gelas kimia - Ditambahkan 3 ml etanol - Dimasukkan dalam labu takar - Diencerkan hingga 100 ml - Dilakukan perlakuan yang sama pada parasetamol (0,5 g) dan kafein (0,5 ) Parasetamol 5 mg/ml Asetosal 2,5 mg/ml Kafein 5 mg/ml

2. Penentuan Spektrum Absorbsi Larutan Standar Masing-masing larutan standar dimasukkan dalam kuvet Diukur panjang gelombang maksimal masing-masing sampel antara 220 nm sampai 350 nm dengan interval 2 nm.

Hasil pengamatan

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar kafein ( 5 mg/ml) dan parasetamol (5 mg/ml) Masing-masing larutan standar dibuat dengan konsentrasi 4 ,3, 2, 1 dalam 100 ml Diukur masing-masing absorbansinya pada 307,2 nm untuk Parasetamol dan 301,8 nm untuk kafein Hasil Pengamatan

Larutan Standar asetosal (2,5 mg/ml) - dibuat larutan standar dengan konsentrasi 2, 1,5, 1, 0,5 - diukur absorbansinya pada asetosal 298,6 nm

4. Penentuan kadar asetosal, parasetamol dan kofein dalam sediaan Bahan obat (serbuk poldanmig)

Ditimbang sebanyak 0,1 mg Ditambahkan etanol 3 ml Dilarutkan sampai 100 ml dengan akuades Diukur absorbansinya pada asetosal (298,6 nm), Parasetamol (307,2 nm) kafein (301,8 nm) - Ditentukan kadarnya menggunakan persamaan kurva standar

Hasil

E. Hasil Pengamatan 1. Asetosal Penentuan panjang gelombang asetosal


1.5 ABS 1.4 1.3 1.2 1.1 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.4 -0.5 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 nm Smooth: 0 Deri.: 0

Penentuan kadar asetosal Standard Data No. 1 2 3 4 5 Sample Data No. Sample Name Sampel 1 Asetosal WL1[296.4nm] ABS 0,695 0,695 Conc(mg/ml) 3,4764

Std. Name Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5

WL1[296.4nm] 0,088 0,291 0,381 0,404 0,393

ABS Conc(mg/ml) 0,088 0,5 0,291 1 0,381 1,5 0,404 2 0,393 2,5

2. Kofein

Penentuan panjang gelombang kofein


1.5 ABS 1.4 1.3 1.2 1.1 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.4 -0.5 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 nm Smooth: 0 Deri.: 0

Penentuan konsentrasi kofein Standard Data No. Std. Name 1 Standar 1 2 Standar 2 3 Standar 3 4 Standar 4 5 Standar 5 WL1[302.0nm] ABS 0,103 0,103 0,325 0,325 0,412 0,412 0,451 0,451 0,49 0,49 Conc(mg/ml) 1 2 3 4 5

Sample Data Sample No. Name Sampel 1 Kafein 0,762 0,762 6,844 WL1[302.0nm] ABS Conc(mg/ml)

3. Parasetamol Penentuan panjang gelombang parasetamol


1.5 ABS 1.4 1.3 1.2 1.1 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.4 -0.5 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 nm Smooth: 0 Deri.: 0

Penentuan kadar parasetamol Standard Data No. Std. Name WL1[305.6nm] ABS 1 Standar 1 2 Standar 2 3 Standar 3 4 Standar 4 5 Standar 5 Sample Data No. Sample Name Sampel 1 PCT WL1[305.6nm] ABS 0,753 0,753 Conc(mg/ml) 5,7013 0,129 0,129 0,376 0,376 0,488 0,488 0,546 0,546 0,563 0,563 Conc(mg/ml) 1 2 3 4 5

F. Pembahasan Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar campuran multikomponen asetosal, parasetamol, dan kofein yang terdapat dalam sediaan obat poldanmig dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet. Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra UV-Vis dari senyawasenyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatantingkatan tenaga elektronik. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron- terkonjugasi dan atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Pemilihan spektrofotometer UV-Vis adalah karena spektrofotometer merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya tinggi. Selain itu, senyawa asetosal, parasetamol dan kofein yang akan dianalisis memiliki kromofor pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakan senyawa aromatik karena memiliki gugus aromatik sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Dalam percobaan ini, metode analisis yang digunakan adalah metode kurva kalibrasi. Dalam metode ini dibuat suatu larutan standar dari asetosal, parasetamol dan kofein dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur spektrofotometer UV-Vis. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.

Pada proses pelarutan dalam percobaan ini, bahan murni tidak langsung dilarutkan dalam pelarut akuades, namun terlebih dahulu dilarutkan dengan etanol. Pelarutan dengan etanol dimaksudkan untuk mengurangi tegangan antarmuka partikel bahan dan permukaan air yang tidak saling melarut. Dalam konteks ini etanol berfungsi sebagai kosolven. Setelah bahan larut dalam etanol barulah akuades sebagai pelarut ditambahkan. Kosolvent merupakan pelarut yang dapat membantu pelarutan 2 komponen yang dapat larut namun dengan jumlah kecil. Sebagai contoh bahan yang digunakan pada percobaan ini merupakan komponen yang memiliki kelarutan dengan akuades sangat rendah. Bila langsung dilarutkan dengan air maka akan terbentuk endapan, sedangkan yang diharapkan dari pelarutan ini adalah larutan homogeni. Solusi terbaik untuk membantu pelarutannya digunakan etanol yang merupakan pelarut semipolar. Mekanisme pelarutan bahan murni,etanol dan akuades berupa bagian nonpolar dan karbon dari etanol akan mengikat gugus nonpolar dari sampel, sedangkan bagian polar dari etanol akan berikatan dengan molekul akuades dengan ikatan lemah berupa ikatan hidrogen. Penggunaan etanol sebagai kosolven tidak terlepas dari keseimbangan gugus polar-non polar dalam molekulnya, dimana gugus polarnya berupa OH, sedangkan gugus nonpolarnya adalah gugus alkil. Kedua gugus polar dan non polar yang dimiliki oleh alkohol menyebabkan peningkatan kelarutan bahan aktif dan akuades. Alasan penggunaan etanol dan tidak menggunakan turunan etanol lainnya disebabkan oleh bila menggunakan alkohol dengan rantai alkil yang lebih panjang seperti butanol, propanol maka daya kosolvennya akan semakin kurang. Berkurangnya daya kosolvennya dipengaruhi oleh besarnya kecenderungan alkohol untuk lebih mengikat bagian nonpolar dibandingkan mengikat polar, dimana semakin banyak rantai alkil maka semakin banyak pula kemungkinan untuk terjadinya ikatan antar alkil dan rantai alkil ini akan mendominasi molekul dibandingkan bagian polar untuk mengikat senyawa polar. Untuk penggunaan metanol sebagai kosolven dimana rantai alkil yang cenderung lebih sedikit pula memungkinkan sedikitnya ikatan antar alkil yang dapat terjadi. Sehingga bisa saja

diperlukan penggunaan kosolven berlebih untuk dapat mengikat seluruh rantai alkil sehingga proses pelarutannya bisa homogen bila diencerkan dengan akuades. Karena menggunakan metode analisis kurva kalibrasi maka larutan standar (senyawa murni obat) dibuat dalam 5 konsentrasi. Dalam percobaan ini dibuat larutan baku dengan konsentrasi masing-masing untuk parasetamol, kafein, dan asetosal adalah 1,2; 1,4; 1,6; 1,8; 2 mg/ml. Sebelum dilakukan pengukuran serapan, maka masing-masing komponen harus ditentukan panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Alasan penggunaan panjang gelombang maksimum ( maks) yakni panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum untuk asetosal adalah 297 nm, parasetamol 305,8 nm, dan kofein 301,6 nm. Larutan blanko yang digunakan adalah etanol. Digunakan blanko etanol karena pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel adalah etanol. Penggunaan etanol sebagai pelarut dikarenakan ketiga sampel yaitu asetosal, parasetamol dan kofein hanya sedikit larut dalam air. Seperti diketahui bahwa ketiga sampel tersebut terdiri dari gugus polar dan gugus nonpolar dimana apabila dilarutkan dengan air maka hanya bagian polar yang dapat larut. Oleh karenanya maka digunakan pelarut etanol karena etanol memiliki gugus polar dan non polar sama halnya seperti sampel. Sehingga bagian yang polar akan melarutkan bagian polar pada sampel dan bagian nonpolar akan melarutkan bagian nonpolar pada sampel. Setelah persamaan garis diperoleh maka kadar asetosal, parasetamol dan kofein masing-masing dapat dihitung. Pengukuran konsentrasi obat dalam sampel berdasarkan hokum lambert-beer. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu : Sinar yang digunakan dianggap monokromatis; penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama; senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam

larutan tersebut; tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi ; serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Berdasarkan data hasil pengamatan diperoleh kadar asetosal, kafein dan parasetamol pada tablet multikomponen masing-masing : 3,4764 mg/ml, 6,844 mg/ml, dan 5,7013 mg/ml. Bila dibandingkan dengan kadar masing-masing komponen pada tablet yang beredar ditemui berbedaan yang signifikan, dimana pada tablet tertera mengandung parasetamol 400 mg, asetosal 250 mg, kofein 65 mg yang apabila dilarutkan kedalam 100 ml pelarut, maka setiap ml nya mengandung parasetamol 4 mg/ml, asetosal 2,5 mg/ml dan kafein 0,65 mg/ml. Perbedaan kadar ini dapat dipengaruhi oleh faktor ketidak telitian pada proses penyiapan bahan, adanya zat pengotor pada larutan yang dianalisis dengan spektrofotometer sehingga mempengaruhi pembacaan detektor.

G. Kesimpulan Bersarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar asetosal, kafein dan parasetamol pada tablet multikomponen berdasarkan hasil pengukuran secara spektrofotometer uv masing-masing sebesar 3,4764 mg/ml, 6,844 mg/ml, dan 5,7013 mg/ml

DAFTAR PUSTAKA Dalimunthe.R.A., 2011, Kafein, USU Institutional Repository, Universitas Sumatera Press, Sumatera. Dressman.J.B., Anita. N., Bertil.A., Dirk M.B., D. W.Groot., Sabine.K., Peter.L., James E. P., Vinod P.S., Markus.Z., 2012, Biowaiver Monograph For Immediate-Release Solid Oral Dosage Forms: Acetylsalicylic Acid, Journal Of Pharmaceutical Sciences, Vol. 101, No. 8. Doshi.J.A., Bhavna A.P., Shraddha J.P., 2013, Development And Validation Of Hplc Method For Simultaneous Determination Of Aspirin AndEsomeprazole Magnesium In Binary Mixture, Int J Pharm Pharm Sci, Vol 5, Issue 3, hal. 256-261 Hajian.R., Soltaninezhad.A., 2012, Research Article : The Spectrophotometric Multicomponent Analysis ofa Ternary Mixture of Paracetamol, Aspirin, and Caffeine bythe Double Divisor-Ratio Spectra Derivative Method, Journal of Spectroscopy Vol. 2013, Article ID 405210, Hal : 1-7. Henry.A.l, Suryadi MT., Any.Y., 2002, Analisis Spektrofotometri Uv-Vis Pada Obat Influenza Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier, Proceedings Komputer dan Sistem Intelijen, Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta. Kalantzi.L., C. Reppas., J.B. Dressman., G.L. Amidon., H.E. Junginger., K.K. Midha., V.P. Shah., S.A. Stavchansky., Dirk M. Barends., 2006, Commentary : Biowaiver Monographs For Immediate Release Solid Oral Dosage Forms: Acetaminophen (Paracetamol), Journal Of Pharmaceutical Sciences, Vol. 95, No. 1 Karinda, Monalisa, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas, 2013, Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat, Vol. 2 No. 01. Maramis, Rialita Kesia, Gayatri Citraningtyas, Frenly Wehantouw, 2013, Analisis Kafein dalam Kopi Bubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat, Vol. 2 No. 01. Naid.T., Syaharuddin.K., Mieke.P., 2011,Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Kombinasi Parasetamol Dengan Kofein Secara Spektrofotometri Ultraviolet-Sinar Tampak, Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2, hlm. 77 82.

Nour. V.,Ion Trandafir., Mira.E.I., 2010, Violeta Nour1*, Ion Trandafir2, Mira Elena Ionic2, Chromatographic Determination Of Caffeine Contents In Soft And Energy Drinks Available On The Romanian Market, Scientific Study & Research Chemistry & Chemical Engineering, Biotechnology, Food Industry, Vol. 11, No. 3, Hal. 351 358 Phan.T.T.D., Vlastimil.K., Stanislav.K., 2012, Determination Of Caffeine Contents Of Coffee Brands In The Vietnamese Market, Journal of Microbiology, Biotechnology and Phan, Vol.1, No.1., Hal : 995-1002. Sather.K., Teresa.V., 2011, Determination of caffeine and vitamin B6 in energy drinks by high-performance liquid chromatography (HPLC), Concordia College Journal of Analytical Chemistry, Vol.2, No.1, Hal : 84-91. Suhartini, Siti, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas, 2013, Analisis Asam Retinoat Pada Kosmetik Krim Pemutih yang Beredar di Pasaran Kota Manado, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat, Vol. 2 No. 01. Sumarno, 2006,Interaksi Simetidin Terhadap Kinetika Eliminasi Parasetamol Pada Kelinci, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 3 No. 1, Hal. 22 27. Sweetman, S.C., 2009, Martindale: The Complete Drug Reference, Pharmaceutical Press, USA Triyati, E., 1985, Spektrofotometer Ultra-Violet Dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya Dalam Oseanologi, Jurnal Oseana, Volume X, Nomor 1, hal : 39 47. Upstone.S.L., 2000, Ultraviolet/Visible Light Absorption Spectrophotometry in Clinical Chemistry, Encyclopedia of Analytical Chemistry, John Wiley & Sons Press, Chichester. Wanyika.H.N., E.G.Gatebe., L.M. Gitu., E.K. Ngumba., C.W. Maritim., 2010, Determination of caffeine content of tea and instant coffee brands found in the Kenyan market,African Journal of Food Science, Vol. 4, No. 6, Hal : 353 358.

You might also like