You are on page 1of 7

WATTMETER

Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam satuan watt di mana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Cara menggunakan wattmeter pertama-tama telitilah kedudukan jarum penunjuknya jika kedudukannya sudah tepat pada angka 0 berarti wattmeter sudah siap untuk digunakan. Apabila kedudukan jarum penunjuk belum tepat pada angka 0, maka harus diatur dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum. Pengukuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter, ada beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter induksi, wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling banyak digunakan adalah wattmeter elektrodinamik, karena sesuai dengan karakteristiknya. Jika ditinjau dari fasanya ada 2 jenis, yaitu : wattmeter 1 fasa dan wattmeter 3 fasa.

-Wattmeter 1 Fasa
Wattmeter 1 (satu) fasa dapat dibangun dengan komponen utama berupa elektrodinamometer. Elektrodinamometer merupakan komponen utama dari wattmeter analog. Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya, wattmeter tipe Elektrodinamometer dapat dipakai untuk mengukur daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja. Wattmeter tipe elektrodinamometer terdiri dari satu pasang kumparan yaitu kumparan tetap yang disebut kumparan arus dan kumparan berputar yang disebut dengan kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya akan berputar melalui suatu sudut, yang berbanding lurus dengan hasil perkalian dari arus-arus yang melalui kumparan-kumparan tersebut. Gambar Konstruksi Wattmeter 1 Fasa

Arus sesaat didalam kumparan yang berputar (kumparan tegangan) adalah Ip, besarnya Ip=e/Rp dimana e adalah tegangan sesaat pada jala jala dan Rp adalah tahanan total kumparan tegangan beserta tahanan serinya. Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian Ic dan Ip , defleksi ratarata selama satu perioda dapat dituliskan :

Dimana : rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan K = konstanta instrumen Ic = arus sesaat dalam kumparan arus Ip = Arus sesaat di dalam kumparan tegangan

Dengan menganggap sementara Ic sama dengan arus beban I (secara aktual Ic = Ip + I) dan menggunakan nilai Ip = e/Rp didapatkan :

Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :

Elektrodinamometer yang dihubungkan dalam konfigurasi gambar tadi mempunyai defleksi yang sebanding dengan daya ratarata. Jika f dan I adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt + f ) maka persamaan (*) berubah menjadi :

dimana E dan I menyatakan nilai nilai rms tegangan dan arus f menyatakan sudut fasa antara tegangan dan arus. Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya sangat kecil dibandingkan daya beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, arus kumparan harus sama dengan arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan diantara terminal beban. Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan tegangan diatasi dengan wattmeter yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masingmasing mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat lebih besar yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan tegangan. Kumparan lain menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan. Tetapi arus ini berlawanan dengan arus didalam kumparan besar, menyebabkan fluks yang berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter menunjukkan daya yang sesuai.

-Wattmeter 3 Fasa
Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan pemakaian dua atau lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur dengan mengurangi satu elemen wattmeter dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak, dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian potensial. Gambar konfigurasi wattmeter dibawah menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara delta. Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan dihubungkan antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2 dihubungkan dalam jaringan B , dan kumparan tegangannya antara jaringan B dan C. Daya total yang dipakai oleh beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor gambar diagram fasor tegangan tiga fasa dibawah menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB, VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB, dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dan dihubungkan secara induktif dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut .

Gambar Konfigurasi Wattmeter 3 Fasa

Gambar Diagram Fasor Tegangan 3 fasa VAC, VCB, VBA dan Arus 3 Fasa IAC, ICB, dan IBA

Kumparan arus wattmeter 1 membawa arus antara IAA yang merupakan penjumlahan vektor dan arus-arus fasa IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan ke tegangan antara VAC. Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus antara IBB yang merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IAC, sedang tegangan pada kumparan tegangannya adalah tegangan antara VBC. Karena beban adalah setimbang, tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan : VAC= VBC= V dan IAC= ICB=IBA= I Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter adalah: W1= VAC. IAA Cos (30- ) = VI Cos (30- ) W2= VBC. IBB Cos (30+ ) = VI Cos (30+ )

Dan W1+W2= VI Cos (30- ) + VI Cos (30+ ) = VI Cos 30 Cos + Sin 30 Sin + Cos 30 Cos - Sin 30 Sin ) = 3 VI Cos Persamaan diatas merupakan besarnya daya total dalam sebuah rangkaian tiga fasa, dan karena itu kedua wattmeter pada gambar secara tepat mengukur daya total tersebut. Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan memberikan nilai daya yang benar untuk setiap kondisi yang tidak setimbang. Jika kawat netral dari system tiga fasa juga tersedia seperti halnya pada beban yang tersambung dalam hubungan bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema Blondel, diperlukan tiga wattmeter untuk melakukan daya nyata total.

Prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja amperemeter dan voltmeter induksi. Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Didalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan. Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC. Daya listrik DC dirumuskan sebagai: = Dimana: P = daya (Watt) V = tegangan (Volt) I = arus (Ampere)

Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu fasa dan daya untuk tiga fasa. Pada sistem 1 fasa dirumuskan sebagai berikut: = cos Dimana: V = tegangan kerja (Volt) I = arus yang mengalir ke beban (Ampere) cos f = faktor daya

Pada sistem 3 fasa dirumuskan sebagai: = 3. cos Dimana: V = tegangan kerja (Volt) I = arus yang mengalir ke beban (Ampere) cos f = faktor daya

VAR METER
VAR Meter adalah sebuah alat yang merupakan gabungan antara wattmeter dan transformator pergeseran fasa, digunakan untuk pengukuran daya reaktif yang timbul pada sebuah rangkaian arus bolak-balik. Daya reaktif yang disuplai ke sebuah rangkaian arus bolak-balik dinyatakan dalam satuan VAR (Volt-Ampere-Reaktif)

Besar daya nyata adalah perkalian komponen-komponen sefasa antara tegangan dan arus, yaitu : ( E I Cos ), sedangkan daya reaktif adalah perkalian komponen-komponen reaktif, yaitu : E I Sin atau E I Cos ( - 90o ). Jika tegangan bergeser sebesar 90o dari nilai sebenarnya, komponen tegangan sefasa yang tergeser akan menjadi E Cos ( - 90o ), sehingga perkalian komponen-komponen yang sefasa, yaitu : E I Cos ( - 90o ), merupakan daya reaktif. Untuk mengukur daya reaktif ini, digunakan wattmeter bersama-sama dengan sebuah jaringan penggeser fasa. Pada sebuah rangkaian satu fasa, komponen-komponen R, L, dan C yang berim-bang dapat menghasilkan pergesaran fasa sebesar 90o. Rangkaian pengukuran daya reaktif ( VAR ) dalam sistem tiga fasa dimana pergeseran fasa yang diinginkan dilakukan dengan menggunakan dua autotransformator yang dihubungkan dalam konfigurasi delta terbuka , seperti ditunjukkan pada gambar. Kumparan-kumparan arus dari wattmeter dihubungkan seri dengan jala-jala ( line ), sedangkan kumparan-kumparan potensialnya dihubungkan ke kedua autotransfor-mator seperti ditunjukkan pada gambar. Kawat antaran fasa B dihubungkan ke terminal bersama ( common ) kedua autotransformator dan fasa antaran A dan C dihubungkan ke pencabangan ( tap ) 100 % dari kedua transformator. Kedua autotransformator menghasilkan 115,4 % tegangan antaran pada gulungan total. Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan dari pencabangan ( tap ) 57,7 % transformator 1 ke pencabangan 115,4 % transformator 2, yang akan menghasilkan tegangan yang sama dengan tegangan antaran tetapi bergeser sejauh 90o, seperti ditunjukkan pada diagram fasor gambar.

Kumparan tegangan wattmeter 2 dihubungkan dengan cara yang sama, yaitu dari pencabangan 57,7 % transformator 2 ke pencabangan 115,4 % transformator 1. Karena kedua kumparan tegangan menerima gaya gerak listrik ( ggl ) yang sama dengan tegangan antaran tetapi bergeser 90o , maka kedua wattmeter akan membaca daya reaktif yang digunakan oleh beban. Jumlah aljabar dari pembacaan kedua wattmeter, merupakan daya reaktif total yang disuplai ke beban.

POWER FAKTOR METER


Menurut definisi, faktor daya adalah cosinus sudut fasa antara tegangan dan arus, dan pengukuran faktor daya biasanya menyangkut penentuan sudut fasa ini. Pada dasarnya instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip elektrodinamometer, dimana elemen yang berputar terdiri dari dua kumparan yang dipasang pada poros yang sama tetapi tegak lurus satu sama lain. Kumparan putar berputar di dalam medan magnetik yang dihasilkan oleh kumparan medan yang membawa arus jala-jala, ini ditunjukkan dalam kerja alat ukur faktor daya. Prinsip Kerja Dianggap bahwa power-faktor (pf) = 1, yaitu I (arus) sefasa dengan V (tegangan) Kemudian I1 sefasa dengan I sedangkan I2 lagging 90o terhadap I. Akibatnya timbul sebuah kopel yang bekerja pada C1 menimbulkan gaya gerak mengarah bidang tegak lurus terhadap sumbu magnet kumparan F1 dan F2. Secara bersamaan dengan posisi penunjuk pada pf = 1. Sedangkan pada C2 tidak ada kopel. Sekarang anggap bahwa pf = 0,yaitu I lagging 90 terhadap V. Dalam hal ini I2 dibuat sefasa dengan I sedangkan I1 berbeda fasa 90 dengan I. Akibatnya, tidak ada kopel pada C1 tetapi akan timbul kopel pada C2 sehingga bidangnya tegak lurus terhadap sumbu megnetis F1 dan F2. Pada harga pf pertengahan,simpangan penunjuk akanbersesuaian dengan simpangan sudut pf, yaitu , atau cos . Jika instrumen ini dikalibrasi langsung menunjukkan besarnya pf .Pada beban seimbang 3 fasa, instrumen ini dimodifikasi sedemikian agar C1 dan C2 bersudut 120 satu sama lain, bukannya 90 seperti pada supply fasa tunggal. Seperti terlihat pada gambar 4-28, C1 dan C2 dihubungkan seri terhadap fasa ketiga (sehingga mengalirkan arus line). Karena tidak diperlukan fasa bercelah diantara arus-arus pada C1 dan C2, I1 dan I2 tidak ditentukan oleh circuit fasa bercelah (fasa splitting), akibatnya instrumen ini tidak akan berpengaruh oleh perubahan frekuensi maupun bentuk gelombang arus.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/3597264/huiu http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/12/06.-PENGUKURAN-BESARANLISTRIK-PENGUKURAN-DAYA1.doc

You might also like