Professional Documents
Culture Documents
Penerapan konsep manajemen risiko dalam sistem data center stadion untuk mengantisipasi berbagai macam sumber ancaman risiko yang menghambat pelayanan informasi di dunia olahraga yaitu sepak bola. Dalam konsep layanan informasi stadion misalnya apabila terjadi pemutusan arus listrik dan jaringan mendadak pada saat layanan data masuk dan keluar, maka dapat dipastikan layanan kepada penikmat sepak bola akan terhenti atau memiliki gangguan sementara. Risikonya adalah berupa sumber ancaman (threat) berupa terputusnya aliran listrik dan jaringan, sedangkan akibatnya (consequences) adalah berhentinya layanan informasi data stadion. Namun demikian data center stadion dengan basis teknologi informasi tentunya paham akan risiko tersebut. Dalam contoh sederhana seringkali data center telah melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko tanpa disadari yakni, melakukan backup data yang ada dikomputer, serta menyimpan setiap dokumen pada aplikasi pengolahan dokumen. Singkat kata apapun yang dilakukan untuk menghindari atau meminimalkan efek kerugian, kerusakan pada pekerjaan ataupun harta benda, dapat secara sederhana dikategorikan sebagai usaha untuk mengelola risiko. Mungkinkah data center membuat keputusan menghindari risiko? Alasanya karena data center sebagai organisasi telah berjalan dengan aman dan nyaman, maka data center takut menanggung risiko. Tentunya memerlukan jawaban yang tidak sederhana. Namum demikian pada hakikatnya semua aspek kehidupan mengandung risiko. Kemanapun kita menghindari risiko atau lari dari risiko, maka disitupun akan menemukan risiko yang lainnya. Risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan, bahkan sebagian orang mengatakan tidak ada hidup tanpa risiko, sebagaimana tidak ada hidup tanpa maut. Jadi setiap hari kita mengadapi risiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai organisasi. Orang berusaha melindungi diri terhadap risiko, demikian pula organisasi melindungi kegiatannya dari risiko. Utamanya bagi stadion sebagai sebuah organisasi publik yang berbasis layanan informasi kepada masyarakat. Yang perlu diperhatikan adalah menerapkan konsep ilmu manajemen untuk mengelola risiko agar dapat meminimalisasi kerugian-kerugian dalam melaksanakan kegiatan informasi stadion yang berlandaskan sistem data center stadion dan teknlogi informasi pada umumnya. Definisi, cakupan & Tujuan
Database kerugian (loss event database) merupakan sekumpulan data-data kerugian yang dialami atau pernah dialami Data Center, yang telah diorganisasikan secara teratur dengan klasifikasi tertentu. Database kerugian dimaksud mencakup kerugian yang bersifat financial dan non financial serta termasuk operational risk near miss serta opportunity cost yang mungkin timbul dari setiap event. Near miss adalah event / kejadian risiko yang tidak menimbulkan kerugian danopportunity cost didefinisikan sebagai kerugian / biaya timbul akibat kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan. Pengumpulan data loss event internal merupakan prasyarat penting untuk pengembangan dan berfungsinya sistem pengukuran risiko operasional yang dipercaya. Data kerugian internal sangat penting untuk menghubungkan perkiraan risiko Data Center terhadap pengalaman kerugian aktual. Pencatatan dan penatausahaan data tersebut yang disusun dalam suatu data statistik dapat digunakan sebagai dasar untuk
perkiraan risiko empiris, sebagai alat untuk memvalidasi input dan output dari sistem pengukuran risiko Data Center, atau sebagai penghubung antara pengalaman kerugian dengan manajemen risiko serta keputusan pengendalian. Dalam melakukan perkiraan risiko empiris tersebut, Data Center dapat pula menggunakan data eksternal guna melangkapi data internal Data Center yang telah diorganisasikan. Data center stadion merupakan Perusahaan Proyek yang di jalankan untuk membuat server data yang memiliki prospek kedepan untuk memajukan olahraga di Indonesia khususnya sepak bola.
Karakteristik risiko
Dari penjelasan dan contoh-contoh diatas, risiko dapat dikarakterisasikan dalam dua hal yaitu: 1. Threat (ancaman), contoh: kemungkinan terputusnya network dan server down antar stadion sehingga menggagu bagi layanan informasi terhadap pecinta sepak bola, 2. Concequences (konsekuensi), contoh: akibat dari putusnya network menimbulkan kurang nya controling dan monitoring pada database center, server rusak ataupun kehilangan data.
RISK
Kedua hal tersebut, ancaman dan konsekuensi adalah dua hal yang penting untuk membangun keseluruhan konsep risiko dan menjadi hal yang penting dalam pemahaman serta implementasi konsep manajemen risiko sistem data center dan teknologi informasi. Sebagai contoh sumber ancaman (threat) bagi data center adalah terputusnya jaringan antar stadion, maka konsekuensinya atau akibat dari putusnya jaringan adalah controling dan monitoring menjadi terbengkalai, kerusakan server data center,
maupun kehilangan data sehingga menghambat proses pemberian informasi kepada hal layak, termasuk media cetak maupun elektronik.
3. Strategi Strategi yang ditempuh perusahaan agar implementasi manajemen risiko dapat berjalan dengan baik: Membangun komitmen dari Direksi dan Pimpinan Unit Kerja untuk memberikan dukungan penuh terhadap penerapan Manajemen Risiko system data center; Menyusun dan menetapkan struktur tata kelola risiko (risk governance structure) yang sesuai di perusahaan dipimpinnya, serta menetapkan struktur akuntabilitas hingga level yang terendah; Penunjukan Champion yang bertanggung jawab untuk mendorong pelaksanaan penerapan manajemen risiko secara meluas ke seluruh organisasi. Champion ini dapat berupa penunjukan fungsi Manajemen Risiko tersendiri dan juga para individu pada setiap Unit Kerja dengan penugasan khusus untuk menjadi fasilitator penerapan manajemen risiko pada unit kerjanya; Penetapan secara jelas bahwa akuntabilitas pengelolaan risiko tetap berada pada para pemangku risiko (risk owner) dan bukan ke para Champion. Untuk itu maka Pimpinan Unit Kerja adalah pemangku risiko pada unit kerja tersebut dan juga menjadi Penanggung Jawab dalam melakukan pengelolaan risiko pada unit kerjanya. Demikian secara berjenjang hingga sampai pada penanggungjawab proses. Tugas para Champion lebih sebagai fasilitator untuk penerapan manajemen risiko; Penyusunan infrastruktur organisasi sebagai unit untuk mendorong penerapan manajemen risiko ke seluruh organisasi, termasuk di dalamnya akuntabilitas penerapan tersebut pada setiap tingkatan dalam organisasi; Menyediakan sumber daya yang diperlukan dan memadai dalam arti tenaga ahli, pelatihan, dana, sarana fisik, peralatan, dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan manajemen risiko dengan baik; Memastikan keselarasan program manajemen risiko dengan strategi perusahaan, sekaligus menentukan ukuran kinerja pencapaian sasaran manajemen risiko; Menerapkan proses Manajemen Risiko system data center yang telah berhasil digunakan oleh media lain atau sejenis (best practice);
Risiko Likuiditas
Ketika posisi arus kas Data Center tidak cukup untuk menutup liabilitas yang jatuh tempo. Kebutuhan likuiditas perusahaan terutama timbul dari kebutuhan untuk membiayai investasi tanaman dan non tanaman. Untuk dapat mengelola risiko likuiditas, manajemen perlu untuk terus memantau dan menjaga tingkat kas dan setara kas yang dianggap cukup untuk membiayai operasional perusahaan dan untuk mengurangi dampak fluktuasi arus kas. Manajemen juga secara berkala perlu untuk mengevaluasi proyeksi dan aktual arus kas, termasuk profil pinjaman yang akan jatuh tempo dan terus melakukan penelaahan kondisi di pasar keuangan untuk mendapatkan kesempatan memperoleh sumber pendanaan yang optimal. Perusahaan memantau likuiditasnya dengan menganalisis profil aset dan liabilitas yang akan jatuh tempo.
Risiko Ketenagakerjaan
Sebagai perusahaan perkebunan yang bersifat padat karya, risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan tentu tidak dapat dihindarkan, misalkan dalam rangka penetapan UMR dan aturan ketenagakerjaan lainnya. Di samping itu, dengan banyaknya tenaga kerja serta tersebarnya lokasi kerja akan berpengaruh pada rentang kendali pengawasan karyawan serta keinginan masyarakat untuk bekerja di perkebunan saat ini cenderung menurun. Kebijakan yang dilakukan adalah dengan peningkatan produktivitas karyawan melalui penerimaan karyawan yang selektif dan program pengembangan tenaga kerja melalui pendidikan serta pelatihan yang berkesinambungan, jenjang karir yang jelas, promosi, penghargaan minimal sesuai
ketentuan, seperti UMR, tunjangan, fasilitas dan program perusahaan lainnya dalam rangka mengikat tenaga kerja dan membuat industri perkebunan menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak pihak.
Sumber ancaman
Sumber ancaman dari risiko system data center dapat dikategorikan dalam 3 kategori yakni alamiah, teknis dan manusia. Alamiah Epidemik Teknis Kegagalan software Kegagalan hardware Angin puting beliung Gempa Aliran putus listrik Cacat software Manusia Serangan bom Hacker Huru-hara Pencurian Akses tak berotorisasi Serangan virus Sabotase
Ada tiga kesalahan risiko yang sering mendapat perhatian yaitu: 1. Semua risiko adalah buruk Ada risiko yang mencelakakan semua orang,tetapi sangat sukar mengidentifikasi itu risiko, karena tidak ada orang mendapat manfaat dari risiko tersebut contohnya seperti bencana alam. 2. Ada sebagian risiko sangat buruk, karenanya tidak pernah dapat toleransi, sehingga harus dihilangkan walaupun berapa biayanya, seperti adanya polusi 3. Bermain aman adalah yang paling aman dilakukan. Menganalisis dan identifikasi, serta pemecahan masalah yang sesuai prosedur dan tidak melawan arus.
Fase II: kajian opsi pengendalian risiko. Pada fase ini stadion mengkaji risiko dengan cara mengidentifikasi opsi atau pilihan apa saja yang dapat digunakan dan diimplementasikan untuk mengendalikan risiko. Kegiatan tersebuat antara lain a. Risk acceptance, menerima risiko tanpa melakukan tindakan apapun.
b.
c. Risk reduction, mengurangi efek negatif dari ancaman hingga pada tingkat yang dapat diterima organisasi, khususnya data center stadion. d. Risk transfer, memindahkan efek negatif dari ancaman kepada pihak lain, seperti yang terjadi pada sebuah perusahaan dengan cara mengasuransikan semua aset perusahaan pada asuransi.
Fase III: kajian efektivitas dan biaya pengendalian risiko. Pada tahap ini stadion mengkaji efektifitas dan biaya pengendalian risiko yang harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat keberhasilan mengendalikan risiko dengan memperhatikan juga faktor biayanya. Terdapat tiga kegiatan pada fase ini: pertama adalah mengidentifikasi semua biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan realisasi keempat opsi pengendalian risiko, kedua menguji efektivitas setiap opsi dalam hal mengurangi nilai risiko yang telah diidentifikasi, ketiga adalah menghitung nilai total biaya pengurangan kajian risiko yang paling sedikit memerlukan biaya.
Fase IV: pelaporan hasil kajian risiko. Pada fase ini stadion membuat laporan hasil identifikasi kajian risiko dengan mengkaji berbagai macam sumber ancaman dan konsekunsi yang menghambat kelancaran sistem data center stadion. Kagiatan pelaporan kajian risiko tersebut memberikan gambaran jumlah biaya minimal dan maksimal yang digunakan untuk mengantisipasi risiko untuk layanan stadion. Fase V: pemilihan opsi pengendalian risiko. Fase kelima dari manajemen risiko tersebut adalah memilih opsi pengendalian risiko yang paling baik diterapkan distadion dengan memperhatikan komponen-komponen yang diperlukan oleh stadion. Pemilihan opsi ini harus disesuaikan dengan kondisi stadion secara global dan faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan pengendalian risiko.
Fase VI: implementasi pengendalian risiko. Pada kegiatan ini data center stadion hanya menjalankan program kegiatan pengendalian risiko yang telah disepakati, dikomunikasikan dengan pengambil kebijakan dengan terlebih dahulu melaksanakan kelima fase kegiatan pengendalian risiko sistem data center stadion tersebut .
Fase VII: Pengawasan dan pengendalian risiko. Kegiatan pengawasan dan pengendalian keseluruhan risiko harus menjadi standart operating procedure bagi stadion dengan basis teknologi informasi. Pengawasan tersebut dilaksanakan oleh
programmer yang berkedudukan sebagai administrator sistem informasi stadion. Fase pengawasan dan pengendalian risiko merupakan tahap akhir dalam mengkaji konsep manajemen risiko sistem data center stadion. Kegiatan lain yang perlu dilaksanakan pada fase ini adalah memberikan laporan secara periodik kepada pengambil kebijakan untuk memberikan gambaran perkembangan dan kelangsungan sistem data center stadion secara menyeluruh.
Penutup
Perkembangan dunia sepak bola belakangan ini berkembang begitu cepat dan dinamis, hingga dari teknologi dan informasi nya yang sangat berkembang pesat. Masing-masing Stadion berlomba memberikan layanan visual dan teknologi melalui media dan olahraga dengan semaksimal mungkin kepada masyarakat pecinta sepak bola dengan bentuk layanan prima berbasis teknologi informasi dan komunikasi, serta galeri bahkan telah merambah kedunia maya yang memberikan layanan realtime kapanpun dan dimanapun. Tulang punggung stadion data center adalah aset informasi yang berkolaborasi dengan perangkat teknologi informasi dan jarigan global dengan sistem informasi manajemen antar stadion sebagai pintu masuk utama memberikan layanan kepada pecinta bola. Namun demikian permasalahan aset informasi stadion data center dengan basis teknologi informasi ternyata masih diabaikan oleh stadion itu sendiri, padahal apabila terjadi kerusakan dalam pengelolaan aset informasi tersebut layanan data center dan galeri menjadi terhenti dan tidak berjalan maksimal.
Data center stadion sudah seharusnya mengantisipasi berbagai macam kendala yang dapat menghambat berjalannya sistem layanan stafion yang biasanya disebut sebagai sebuah risiko atau kejadian yang seharusnya dihindari dalam kegiatan stadion. Manajemen risiko sistem data center stadion menjadi jawaban memberikan solusi mengantisipasi risiko yang dapat dikaji dengan cara meminimalkan efek negatif dari risiko pada tingkat yang dapat diterima. Manajemen risiko merupakan proses identifikasi risiko, mengkaji risiko, dan membuat tindakan untuk mengurangi risiko pada batasan yang dapat diterima. Mengetahui dan memahami konsep manajemen risiko sistem data center stadion membantu programmer untuk lebih bijaksana dalam mengelola aset informasi yang dimiliki dan dilayankan kepada penikmat sepak bola. Ketika implementasi tersebut terlaksana maka layanan prima menjadi tolak ukur keberhasilan layanan visual stadion kepada masyakat.