Professional Documents
Culture Documents
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial
items).
1 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
(BPKP)
SAMBUTAN
Dengan dikeluarkannya Standar Khusus Akuntansi Industri Minyak dan Gas Bumi
maka lkatan Akuntan Indonesia sekali lagi telah turut menampilkan peranannya di
bidang penertiban akuntansi yang sangat penting bagi pembangunan Negara.
Meskipun peranan minyak bumi dalam penerimaan Negara makin lama makin
berkurang, namun peranan gas bumi semakin meningkat sehingga totalitas kedua
unsur kekayaan bumi milik Negara tersebut tetap sangat penting bagi pembangunan
Negara kita.
Kiranya Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini penting pula
diketahui dan dilaksanakan oleh setiap perusahaan dan badan maupun perorangan
yang berkecimpung di bidang usaha minyak dan gas bumi.
KEPALA BADAN
Drs. GANDHI
NIP. 060006034
2 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
(PERTAMINA)
DEREKTUR UTAMA
PERTAMINA
SAMBUTAN
Saya sangat gembira dengan berhasilnya Tim Kerja Standar Akuntansi lndustri
Perminyakan Indonesia yang dibentuk berdasarkan kerja sama antara lkatan
Akuntan Indonesia, BPKP dan PERTAMINA untuk menyelesaikan Standar Khusus
Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini.
Dengan terbitnya Standar Khusus Akuntansi ini, yang merupakan tonggak kemajuan
bagi sistem Akuntansi migas, kami mengharapkan agar tercipta keserasian dan
keselarasan prilaku pihak-pihak yang terkait dalam proses penyusunan, penyajian
dan pemeriksaan laporan keuangan tersebut. Di samping itu sistem Akuntansi
tersebut menjadi kerangka acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek-
praktek akuntansi yang sehat bagi industri minyak dan gas bumi Indonesia di masa-
masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan pengaruh kemajuan teknologi
sektor migas.
DEREKTUR UTAMA
F. ABDA'OE
3 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
SAMBUTAN KETUA
Menyusul kedua Standar Khusus Akuntansi mengenai badan usaha koperasi dan
asuransi kerugian, maka lkatan Akuntan Indonesia kembali mengeluarkan standar
akuntansi yang khusus mengatur jenis badan usaha tertentu. Standar Khusus
Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini disusun atas kerja sama antara lkatan
Akuntan Indonesia, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta
PERTAMINA. Diharapkan Standar tersebut dapat menunjang pertumbuhan industri
minyak dan gas bumi serta peranannya dalam perekonomian Indonesia secara
keseluruhan.
Pada kesempatan ini, kami juga menyampaikan penghargaan kepada Tim Penyusun
Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi, serta Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia yang telah berjerihpayah menyusun Standar ini.
Kepada BPKP dan PERTAMINA, kami sampaikan terima kasih atas kerja sama yang
telah dijalin. Kiranya kerja sama seperti ini akan dapat terus berlanjut untuk
pengembangan akuntansi maupun industri minyak dan gas bumi di Indonesia.
Subekti lsmaun
Ketua
4 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
KATA PENGANTAR
Dewasa ini industri minyak dan gas bumi masih memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai salah satu
pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri. Pertanggungjawaban pengelolaan
perusahaan minyak dan gas bumi tercermin dalam laporan keuangan. Penyusunan
dan penyajian laporan keuangan perusahaan tersebut memerlukan suatu standar
akuntansi yang jelas.
Prinsip akuntansi Indonesia 1984 yang berlaku saat ini belum sepenuhnya dapat
memenuhi keperluan standar akuntansi tersebut. Ruang lingkup industri minyak dan
gas bumi mencakup kerja sama internasional, baik dalam permodalan maupun
dalam aktivitas operasi. Karena Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 belum mengatur
secara khusus perlakuan akuntansi untuk industri minyak dan gas bumi, maka dalam
praktek terdapat berbagai perlakuan akuntansi untuk mempertanggungjawabkan
transaksi yang sejenis. Hal inilah yang sering menjadikan sumber perbedaan
pendapat antara perusahaan yang menyusun laporan keuangan (auditee) dengan
pihak pemeriksa (auditor). Menyadari hal ini lkatan Akuntan Indonesia, BPKP dan
PERTAMINA mengadakan kerja sama untuk menyusun Standar Khusus Akuntansi
lndustri Minyak dan Gas Bumi yang merupakan acuan bagi perusahaan minyak dan
gas bumi dalam menyusun laporan keuangan yang wajar, maupun sebagai dasar
bagi auditor eksternal dalam memberikan opini bagi kewajaran penyajian laporan
keuangan.
Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 memuat konsep dasar, prinsip, prosedur, metode
dan teknik akuntansi yang merupakan norma umum dalam praktek penyusunan
laporan keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak luar (akuntansi
keuangan). Untuk melengkapi dan mengembangkan buku PAI 1984, maka
diterbitkan seri "Pemyataan" dan "Interpretasi Prinsip Akuntansi Indonesia" (IPAI).
Untuk penyusunan laporan keuangan industri atau jenis usaha tertentu, lkatan
Akuntansi lndonesia akan menerbitkan serangkaian standar khusus yang akan diberi
nama seri penerbitan tersendiri. Setelah diadakan pengkajian secara mendalam dari
sudut pengetahuan dan praktek akuntansi, maka terdapat kesepakatan penggunaan
istilah "Standar Khusus Akuntansi" untuk setiap Pernyataan PAI yang khusus berlaku
bagi suatu jenis industri atau jenis usaha tertentu.
Berdasarkan piagam kerja sama lkatan Akuntan Indonesia, BPKP dan PERTAMINA
telah dikeluarkan Surat Keputusan Ketua lkatan Akuntan Indonesia No. Kep
101/SIV1987 tanggal 23 September 1987, tentang Pengangkatan anggota Tim Kerja
Standar Akuntansi lndustri Perminyakan Indonesia yang terdiri dari:
Drs. Soegianto
5 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim dibantu oleh Drs. Murgianto dan Drs. Johanes
lrmanto sebagai staf sekretariat.
Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan.
Pengurus Pusat
6 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Pengurus Pusat
Hein G. Sujaatmadja
Katjep K. Abdoeikadir
Wahjudi Prakarsa
Sunaria Tadjudin
Drs. M. Ashadhi
Bambang Heryanto
7 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
1. Karakteristik Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi
2. Ruang Lingkup dan Penerapannya
II. AKUNTANSI EKSPLORASI
1. Definisi Eksplorasi
2. Uraian Kegiatan Eksplorasi
3. Jenis Biaya Eksplorasi
4. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya Eksplorasi
III. AKUNTANSI PENGEMBANGAN
1. Definisi Pengembangan
2. Uraian Kegiatan Pengembangan
3. Jenis Biaya Pengembangan
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya Pengembangan
IV. AKUNTANSI PRODUKSI
1. Definisi Produksi
2. Uraian Kegiatan Produksi
3. Jenis Beban Produksi
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Produksi
V. AKUNTANSI PENGOLAHAN
1. Definisi Pengolahan
2. Uraian Kegiatan Pengolahan
3. Jenis Beban Pengolahan
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pengolahan
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva
Tetap Pengolahan
VI. AKUNTANSI TRANSPORTASI
1. Definisi Transportasi
2. Uraian Kegiatan Transportasi
3. Jenis Beban Transportasi
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Transportasi
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Transportasi dan Harga
Perolehan Aktiva Tetap Transportasi
VII. AKUNTANSI PEMASARAN
1. Definisi Pemasaran
2. Uraian Kegiatan Pemasaran
3. Jenis Beban Pemasaran
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pemasaran
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Pemasaran dan Harga Perolehan
Aktiva Tetap Pemasaran
8 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Lampiran 1
9 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Lampiran 2
Pertamina
1. Organisasi
2. Tujuan dan Tugas Perusahaan
3. Kegiatan dan Kuasa Pertambangan
Lampiran 3
DAFTAR ISTILAH
10 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB I
PENDAHULUAN
b. Sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi berbeda dengan
industri lainnya. Pencarian (exploration) minyak dan gas bumi
merupakan kegiatan untung-untungan (gambling), karena meskipun
telah dipersiapkan secara cermat dengan biaya yang besar, tidak ada
jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan
cadangan minyak. Berhubung minyak dan gas bumi merupakan usaha
yang memerlukan teknologi tinggi, padat modal dan sarat risiko, maka
diperlukan pengelolaan yang benar-benar professional.
11 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
12 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB II
AKUNTANSI EKSPLORASI
1. Definisi Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi (exploration) atau pencarian adalah setiap usaha daLam rangka
mencari dan menemukan cadangan minyak dan gas bumi di daerah-daerah yang
belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi, yang antara lain meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Penyelidikan geologi di antaranya terdiri dari penginderaan jauh foto udara (side
lookling air radar = SLAR), geologi lapangan dan geokimia yang bertujuan untuk:
13 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Pemboran sumur eksplorasi, terdiri dari pemboran sumur taruhan (wild cat ) dan
sumur kajian (delineasi), bertujuan untuk mengetahui data rinci stratigrafi dan
penentuan ada tidaknya cadangan minyak dan gas bumi dalam arti ekonomis.
Pemboran sumur uji stratigrafi terdiri dari kegiatan pemboran berdasarkan hasil
penyelidikan geologi, menguji batuan dan sumur yang dapat ditinggalkan
(expendable holes) yang berkaitan dengan eksplorasi hidrokarbon. Tujuan pemboran
sumur uji stratigrafi adalah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi
tertentu. Pemboran semacam ini pada umumnya tidak dimaksudkan untuk
menghasilkan hidrokarbon.
14 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
a. Biaya SLAR
b. Biaya geologi lapangan
c. Biaya geokimia.
a. Biaya gravitasi
b. Biaya magnetik
c. Biaya seismik.
Biaya pemboran sumur eksplorasi terdiri dari biaya tak berwujud (intangible) dan
biaya berwujud (tangible).
Sedang biaya yang berwujud dalam pemboran sumur eksplorasi antara lain
meliputi :
Biaya pemboran sumur uji stratigrafi terdiri atas biaya pemboran di daerah cadangan
tidak terbukti (exploratory type) dan di daerah cadangan terbukti (development
type). Jenis-jenis biayanya tidak berbeda dengan jenis-jenis biaya pada pemboran
sumur eksplorasi yang telah dirinci di atas.
15 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Perlakuan biaya eksplorasi dapat menggunakan baik metode Full Cost (FC) maupun
Succesful Efforts (SE).
Menurut metode Full Cost (FC) semua biaya dikapitalisasi sebagai bagian dari asset
minyak dan gas bumi di dalam suatu negara sebagai pusat biaya.
Menurut metode Succesful Efforts (SE), semua biaya-biaya eksplorasi, di luar biaya-
biaya yang dialokasikan ke sumur-sumur eksplorasi (termasuk sumur eksplorasi tipe
stratigrafi) yang mempunyai cadangan terbukti, diperlakukan sebagai beban pada
periode akuntansi yang bersangkutan. Selanjutnya, kecuali tanah yang mempunyai
nilai ekonomis, biaya-pemboran sumur eksplorasi, baik tak berwujud maupun
berwujud, dikapitalisasi kalau ditemukan cadangan terbukti atau diperlakukan
sebagai beban kalau cadangan terbukti tersebut tidak ditemukan.
16 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB III
AKUNTANSI PENGEMBANGAN
1. Definisi Pengembangan
Kegiatan pengumpulan dan penampungan minyak dan gas bumi meliputi penyiapan
peralatan pengukur, tangki penampungan dan fasifitas pembuangan limbah
produksi.
17 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
d. Biaya pemasangan jaringan pipa air, dan pernasangan tangki air serta bahan
bakar untuk pemboran.
e. Biaya untuk pemindahan dan menegakkan perangkat pemboran.
f. Biaya pembuatan rak sarana penyimpanan pipa bor, berbagai macam pipa
lainnya yang digunakan dalam proses pemboran.
g. Biaya lain-lain.
a. Biaya pengadaan air, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam
pemboran sumur.
b. Biaya penanaman jangkar penahan yang digunakan untuk menstabilkan
perangkat pemboran.
c. Biaya pemboran yang tarif biayanya dihitung berdasarkan kedalaman sumur atau
tarif harian.
d. Biaya penggunaan jasa teknik selama kegiatan pemboran yang dilakukan oleh
ahli teknik, ahli geologi, teknisi fluida.
18 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
e. Biaya lain-lain.
a. Biaya perekaman sumur (lagging) dan uji kandung lapisan (drill stem rest) serta
pengujian lain-lainnya seperti pengujian contoh batuan inti dan contoh dinding
sumur.
b. Biaya melubangi dinding pipa selubung, penyemenan, penyedotan peretakan dan
pengasaman.
c. Biaya transportasi dan pemasangan peralatan di bawah tanah.
e. Biaya lain-lain.
e. Biaya pengangkutan pipa selubung dan pipa sembur dari tempat penyimpanan.
j. Biaya lain-lain.
Biaya pemboran sumur pengembangan yang berwujud meliputi semua biaya aktiva
berwujud termasuk pipa sembur (tubing) di bawah permukaan tanah, antara lain:
19 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
20 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB IV
AKUNTANSI PRODUKSI
1. Definisi Produksi
Produksi adalah semua kegiatan dalam rangka pengangkatan minyak dan gas bumi
ke permukaan bumi dari cadangan terbukti serta pengangkutannya ke stasiun
pengumpul yang antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut :
Kegiatan produksi meliputi pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi
(lifting), pemisahan minyak, gas bumi dan BS&W, pengangkutan serta pengumpulan
minyak di lapangan produksi dan di lokasi distribusi.
Tekanan alamiah tejadi kalau di dalam cadangan terdapat kandungan air atau
gas tekanan tinggi dengan tenaga untuk mendorong minyak ke permukaan bumi
melalui lubang sumur.
Kalau tekanan alamiah tersebut tidak cukup kuat untuk mendorong minyak ke
permukaan bumi, maka digunakan sumur buatan dengan bantuan gas alam (gas
lift) atau dengan pompa (pumping unit).
Pengurasan tahap kedua dilakukan setelah produksi minyak dan gas bumi
dengan melalui pengurasan tahap pertama menjadi kurang ekonomis.
Pengurasan pada tahap ini dilakukan dengan menginduksikan suatu dorongan
(tenaga) buatan ke datam formasi. Metode peluapan air adalah metode yang
paling umum digunakan yaitu dengan mengalirkan air bertekanan tinggi ke
21 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
b. Proses pemisahan minyak meliputi pemisahan gas dan cairan separator dan
pemisahan minyak mentah, endapan dasar dan air melalui dehydrator.
c. Proses pengangkutan meliputi kegiatan mengangkut minyak dari permukaan
sumur ke tempat penimbunan sementara kemudian ke instalasi pemisahan, dan
selanjutnya ke tempat penimbunan di lapangan produksi dan yang akhirnya ke
lokasi distribusi.
Fungsi produksi pada umumnya dianggap berakhir pada saat minyak dan gas
bumi ke luar melalui katup saluran di pusat pengumpulan produksi. Dalam keadaan
di mana secara fisik atau operasional tidak seperti biasanya, fungsi produksi berakhir
pada saat minyak, gas bumi atau kondensat untuk pertama kaii dialirkan ke pipa
utama, kendaraan pengangkut, pengilangan atau ke terminal laut.
Beban produksi meliputi beban lifting, beban pemisahan, beban pengangkutan dan
beban pengumpulan.
1. Beban pengurasan tahap pertama terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam
pengurasan di bawah tanah ke atas tanah (dari kepala selubung bawah sampai
kepala selubung atas).
2. Beban pengurasan tahap kedua terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam
water flooding, gas injection, steam combustion dan insitu combustion dan beban
lain-lain.
3. Beban pengurasan tahap ketiga.
22 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Kegiatan produksi meliputi pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi,
pemisahan minyak, gas bumi, BS&W, dan pengangkutan minyak di lapangan
produksi serta lokasi distribusi.
Semua beban yang menyangkut kegiaran produksi diperlakukan sebagai beban pada
saat terjadinya.
23 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB V
AKUNTANSI PENGOLAHAN
1. Definisi Pengolahan
Yang dimaksud dengan pengolahan minyak dan gas bumi adalah proses pengolahan
minyak mentah dan gas bumi menjadi produk yang terdiri dari BBM dan Non BBM
serta pengolahan dari gas dan Non BBM meniadi produk petrokimia.
Yang dimaksud dengan BBM adalah avigas, avtur, super, premium, kerosene, solar
(Automotive Diesel Oil = ADO) minyak diesel (Industrial Diesel Oil = IDO), minyak
bakar (Fuel Oil = FO) dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan produk Non BBM adalah hasil kilang di luar BBM, yaitu low
sulphur waxy residu (LSWR), naptha, bahan pelumas, asphalt dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan produk petrokimia adalah hasil pengolahan dari gas dan
produk Non BBM yaitu purified terephtalic acid (PTA), methanol, polypropylene,
olefin, paraxylene dan lain-lain.
a. Menentukan jenis dan banyaknya minyak mentah yang akan diolah dan
produk minyak yang akan dihasilkan dengan memperhatikan karakteristik
dan kapasitas kilang, dan persediaan serta permintaan produk.
b. Mengolah minyak mentah dan gas bumi yang meliputi proses pengolahan
pertama, proses pengolahan kedua, proses pengolahan lain dan proses
treating unit.
24 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Beban pengotahan meliputi beban yang diperlukan dalam rangka mengolah minyak
mentah dan gas bumi hingga menjadi produksi BBM dan Non BBM serta pengolahan
dari gas bumi dan Non BBM menjadi produk petrokimia, yang terdiri dari
25 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
c. Beban pengolahan gas dan fraksi ringan pada LPG plant polypropylene plant.
i. Beban pabrik penunjang lainnya, seperti drumplant, oxygen plant dan lain-lain.
a. Beban umum langsung seperti beban sewa peralatan, beban tenaga ahli, beban
asuransi tenaga kerja langsung dan lain-lain.
b. Beban umum tak langsung seperti beban asuransi umum, beban penyusutan
aktiva tetap, beban pajak, beban overhead pengolahan dan lain-lain.
Harga perolehan Aktiva Tetap Pengolahan (ATP), baik pengolahan langsung maupun
tidak langsung meliputi :
26 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Semua beban yang timbul dalam unit-unit proses pengolahan pertama diperlakukan
sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini
dikelompokkan dalam tiga aktivitas, yaitu :
27 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Semua beban yang timbul dalam unit-unit proses pengolahan kedua diperlakukan
sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini
dikelompokkan dalam tiga aktivitas:
I. Beban perbaikan/pemeliharaan.
II. Beban utilitas.
III. Beban penimbunan, beban laboratorium pengujian dan beban
transportasi pipeline.
IV. Beban utilitas lainnya.
Semua beban Vang timbul dalam unit-unit proses pengolahan lainnya diperlakukan
sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini
dikelompokkan dalam tiga aktivitas :
I. Beban pada wax plant, lube plant, asphalt plant, coker unit dan lain-
lain.
II. Beban pada treating unit.
28 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Beban yang timbul dalam aktivitas ini antara lain adalah beban perbaikan dan
pemeliharaan, beban utilitas, beban penimbunan, beban laboratorium pengujian, dan
beban transportasi produk.
Semua beban umum yang timbul dalam aktivitas pengolahan baik yang langsung
berhubungan dengan aktivitas pengolahan maupun yang tidak langsung,
diperlakukan sebagai beban operasi pengolahan yang dialokasikan menurut
departemen atau unit kegiatannya masing- masing.
c. Nilai tunai dari pembayaran sewa guna dalam rangka capital lease,
d. Biaya bunga masa konstruksi atas dan pinjaman yang dipakai untuk
pembangunan proyek
29 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB VI
AKUNTANSI TRANSPORTASI
1. Definisi Transportasi
Transportasi melalui kapal atau alat apung lain meliputi kegiatan penerimaan,
pengangkutan dan penyerahan muatan minyak mentah dan produk dari pelabuhan
muat ke pelabuhan bongkar dengan menggunakan kapal milik, kapai sewa beli
maupun kapal charter.
30 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Harga perolehan aktiva tetap transportasi pengangkut minyak mentah dan produk
serta penunjangnya diperoleh dengan cara membangun sendiri dan beli langsung
serta sewa guna modal (capital lease) yang meliputi perolehan kapal tanker dan
kapal ringan.
Kegiatan transportasi minyak mentah dan produk meliputi kegiatan dalam rangka
penerimaan, pengangkutan dan penyerahan minyak mentah dan produk dengan
kapal atau alat apung lain dengan perlakuan akuntansi adalah sebagai berikut :
31 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
32 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB VII
AKUNTANSI PEMASARAN
1. Definisi Pemasaran
Kegiatan pemasaran meliputi pembekalan dalam negeri dan ekspor minyak mentah,
gas bumi serta produk lainnya.
a. Kegiatan penyediaan dan penjualan BBM dan Non BBM kepada pemakai dan
penyalur dalam negeri, meliputi
I. Analisa pasar
II. Perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri
III. Pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian
produk ke dalam kemasan serta penyalurannya.
IV. Pelaksanaan penjualan
V. Penyuluhan, pengendalian mutu, pembinaan saluran penjualan dan
promosi
VI. Pemeliharaan sarana penjualan.
b. Kegiatan penyediaan dan penjualan minyak mentah dan produk untuk diekspor,
meliputi
I. Analisa pasar
II. Perencanaan kebutuhan penyediaan dan pemasaran minyak mentah
dan produk untuk diekspor.
III. Perencanaan pemenuhan kebutuhan para pembeli / caIon pembeli
minyak mentah dan produk kilang.
IV. Pengembangan pangsa pasar minyak mentah dan produk kilang.
V. Penetapan harga/allowance/premium dan biaya administrasi.
VI. Persiapan dan penyelesaian kontrak penjualan minyak mentah dan
produk kilang.
VII. Pengaturan jadwal pengapalan ekspor minyak mentah dan
produk kilang serta pelaksanaannya.
VIII. Pemberitahuan data pengapalan kepada pembeli
IX. Pengawasan kualitas minyak mentah dan produk kilang yang diekspor.
X. Penyiapan dan penyelesaian faktur.
I. Analisa pasar
II. Perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri
III. Pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian
produk ke dalam kemasan serta penyalurannya.
33 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Beban pemasaran menurut jenis produk dan lokasi adalah sebagai berikut :
c. Beban pemasaran minyak mentah dan produk kilang yang diekspor ke luar
negeri meliputi beban umum dalam rangka peningkatan pemasaran minyak dan
produk kilang, penutupan kontrak dan beban administrasi lainnya.
Aktiva tetap pemasaran merupakan sarana pemasaran dalam negeri. Biaya aktiva
tetap tersebut meliputi harga perolehan:
34 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Perlakuan akuntansi terhadap beban pemasaran hasil produksi di dalarn dan di luar
negeri serta biaya perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut :
35 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB VIII
AKUNTANSI LAIN-LAIN
B. Akuntansi telekomunikasi
D. Akuntansi unitisasi
Yang dimaksud dengan pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang dimiliki dan
dioperasikan PERTAMINA untuk menunjang operasi migas.
a. Kepelabuhanan, meliputi :
36 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Kegiatan pelabuhan khusus meliputi semua kegiatan pelabuhan yang dimiliki dan
dioperasikan PERTAMINA untuk menunjang operasi migas dan aktiva lainnya.
37 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
B. AKUNTANSI TELEKOMUNIKASI
1.Definisi Telekomunikasi
e. Beban lain-lain.
Biaya perolehan aktiva tetap telekomunikasi meliputi harga perolehan fasilitas dan
perlengkapan telekomunikasi.
38 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Kontrak bantuan teknis merupakan suatu behtuk hubungan kerja, antara dua atau
lebih perusahaan minyak, di mana pihak pertama memiliki lapangan minyak untuk
dikembangkan dan pihak kedua berjanji untuk menyediakan dana dan jasa guna
merehabilitasi dan mengembangkan lapangan tersebut dengan menanggung seluruh
biaya pengelolaan untuk meningkatkan produksi lapangan. Pihak yang menyediakan
dana dan jasa akan memperoleh bagian dari pertambahan produksi tersebut sesuai
kontrak.
Tugas dan kegiatan pihak yang memiliki lapangan adalah sebagai berikut:
Biaya dan beban kontrak bantuan teknis meliputi biaya pengembangan dan beban
produksi. Jenis biaya pengembangan dan beban produksi telah diatur sebelumnya
dalam akuntansi pengembangan dan produksi.
Biaya pengembangan dan beban produksi yang timbul dalam pengelolaan tersebut
masing- masing diperlakukan sebagai biaya yang dikapitalisasi dan sebagai beban.
39 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
1.Definisi Unitisasi
Unitisasi adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak untuk
mengusahakan pengembangan dan produksi dua atau lebih lapangan minyak dan
gas bumi yang secara geologis berdekatan dengan menanggung biaya dan membagi
produksinya sesuai dengan perjanjian.
Dalam operasi unitisasi pada umumnya terkait suatu kerja sama antara perusahaan
yang bertindak sebagai operator dan non operator.
Biaya dan beban unitisasi meliputi biaya pengernbangan dan beban produksi. Jenis
biaya pengembangan dan beban produksi telah diatur sebelumnya dalam standar
akuntansi pengembangan dan standar akuntansi produksi.
Biaya dan beban yang timbul dari pengelolaan unitisasi dibagi sesuai dengan
kesepakatan bersama antara perusahaan operator dan non operator.
Perlakuan akuntansi terhadap biaya dan beban yang menjadi tanggungan masing-
masing perusahaan dicatat sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan yang
40 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Pengurasan tahap kedua merupakan metode pengurasan minyak dan gas bumi
dengan menginduksikan suatu tenaga dorongan buatan ke dalam formasi untuk
meningkatkan produksi di atas tingkat produksi yang dapat dicapai dengan cara
pengurasan tahap pertama.
Pengurasan tahap kedua dapat dilaksanakan sendiri atau dalam bentuk kontrak
dengan pihak lain. Sub bab ini hanya mengatur pegurasan tahap kedua yang
dilaksanakan dalam bentuk kontrak.
Pengurasan tahap kedua yang dilakukan sendiri telah diatur dalam bab akuntansi
produksi.
Kontrak pengurasan tahap kedua mengatur tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a. Tugas dan kewajiban perusahaan yang memiliki lapangan minyak dan gas bumi
adalah sebagai berikut :
41 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Biaya dan beban pengurasan tahap kedua meliputi biaya pengembangan dan beban
produksi. Jenis-jenis biaya dan beban adalah sama seperti yang dirinci dalam
standar akuntansi pengembangan dan produksi.
Perlakuan akuntansi terhadap biaya pengembangan dan beban produksi yang timbul
dalam operasi pengurasan tahap kedua masing- masing diperlakukan sebagai biaya
yang dikapitalisasi dan sebagai beban.
Joint operation adalah suatu bentuk kerja sama permodalan antara dua atau lebih
perusahaan minyak untuk mengusahakan eksplorasi, pengembangan dan produksi
suatu wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, dengan menanggung biaya
dan produksinya sesuai dengan kontrak.
Kerja sama tersebut, dapat terjadi dalam berbagai bentuk joint operation antara lain
Joint Operating Agreement (JOA) dan Joint Operating Body (JOB).
Dalam hal JOA, PERTAMINA bertindak sebagai non operator sedangkan kontraktor
asing bertindak sebagai operator. Dalam JOB, PERTAMINA sebagai operator dan
kontraktor asing sebagai non operator.
42 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Biaya dan beban yang timbul dalam rangka pengelolaan wilayah kerja pertambangan
dari joint operation dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama antara perusahaan
operator dan non operator.
Perlakuan akuntansi terhadap biaya dan beban tersebut yang menjadi tanggungan
masing- masing perusahaan dicatat sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan
yang bersangkutan.
43 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
BAB IX
TANGGAL BERLAKU
44 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Lampiran 1
SEJARAH PERMINYAKAN
DI INDONESIA
Selama pendudukan Jepang, kegiatan pengusahaan minyak dan gas bumi oleh
perusahaan-perusahaan tersebut di atas terhenti, karena semua ladang minyak
diambil alih oleh Jepang yang kemudian melanjutkan operasi dari sebagian besar
ladang minyak tersebut.
Pemerintah Indonesia mengambil alih pengusahaan minyak dan gas bumi dengan
membentuk tiga badan pengelola yaitu:
45 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Selama periode 1951 sampai dengan 1959 terjadi perubahan sebagai berikut:
Pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia telah diatur dalam pasal 33 ayat
(2) dan (3) UndangUndang Dasar (UDD) 1945. Karena pada waktu itu belum ada
undang-undang yang mengatur maka, meskipun tidak sesuai dengan UUD 1945,
cara konsesi masih diberlakukan sampai dengan tahun 1959. Pada tahun 1960
dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 pengganti undang-undang tentang
Perusahaan Negara. Badan usaha ini merupakan pengelola bidang-bidang
produksi tertentu yang harus dikuasai negara.
Pasal (1) - bahan galian minyak dan gas bumi merupakan kekayaan nasional
yang harus dikuasai oleh negara.
Pasal (5) - kontraktor hanyalah pihak yang bekerja untuk membantu Perusahaan
Negara dan menerima imbalan untuk hasil kerja tersebut.
46 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Sejak berlakunya Undang Undang Nomor 44 Tahun 1960 praktis lndishce Mijn
Wet tidak berlaku lagi di Indonesia. Pada waktu itu di Indonesia terdapat tiga
perusahaan besar:
Di lain pihak tugas pembekalan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri
ditangani oleh PN Pertamin sedangkan pemasaran luar negeri oleh PN Permina.
Berhubung perjanjian KK kurang sesuai dengan semangat UUD 1945 dan
hasiinya kurang memuaskan maka sejak tahun 1963 kerja sama dengan
kontraktor asing diatur dengan Kontrak Bagi Hasil (KBH = Production Sharing
Contract). Pada tahun 1968 keluar PP Nomor 27 yang isinya melebur PN
Pertamina dan PN Permina menjadi PN Pertamina.
Pada tahun 1971 lahirlah UU Nomor 8 yang memberikan bentuk khusus kepada
PN Pertamina. Dengan adanya undang-undang ini PN Pertamina menjadi
PERTAMINA.
UU Nomor 8 ini terdiri dari 14 bab yaitu: Ketentuan umum, Ketentuan Pendirian,
Tujuan dan Lapangan Usaha, Modal, Kuasa Pertambangan, Tugas dan Kewajiban
Perusahaan, Dewan Komisaris Pemerintah, Direksi, Tahun Buku, Anggaran
Perusahaan, Laporan Perhitungan Tahunan, Pembubaran, Ketentuan Peralihan,
dan Ketentuan Penutup. Mengenai undang-undang ini akan dibahas lebih lanjut
dalam Lampiran 2. Mengingat perkembangan harga minyak yang meningkat
pada tahun 1974 maka pemerintah mengadakan perubahan atas kewajiban
kontraktor. Pembagian dari Net Operating Income KK sebesar 60 : 40 untuk
keuntungan pemerintah dan pembagian dari hasil produksi dikurangi biaya
47 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Pada tahun 1976 diadakan lagi perubahan-perubahan yang pada umumnya lebih
menguntungkan Indonesia yaitu dihapuskannya base price dan pembagian
antara Pemerintah dengan kontraktor menjadi 85 : 15 yang kemudian dikenal
sebagai New Term. Sedangkan Pembagian yang menyangkut gas tidak
mengalami perubahan yaitu tetap 65 : 35. Di dalam bagian Pemerintah Indonesia
ini sudah termasuk kewajiban pajak dan pungutan lain dari kontraktor. Dengan
berakhirnya KK pada tanggal 27 Nopember 1983, pembagian keuntungan khusus
untuk Caltex berubah menjadi KBH dengan pembagian keuntungan 88 : 12.
Bentuk kerja sama antara PERTAMINA dengan kontraktor asing adalah sebagai
berikut :
a. Kontrak Karya
Hanya tiga perusahaan yang pernah terikat dengan kontrak ini yaitu PT CPI,
PT SI dan PT Calasiatic & Topco (C&T). Dalam kontrak ini pembagian
didasarkan pada keuntungan, sedangkan manajemen dan pemilikan assets
berada di tangan kontraktor. Kontrak dengan PT. SI akan berakhir tahun
1992, sedangkan kontrak dengan PT C&T akan berakhir tahun 2001.
Ciri yang menonjol dari kontrak jenis ini adalah manajemen dan pemilikan
assets berada di tangan PERTAMINA, serta yang dibagi adalah produksi
setelah dikurangi biaya operasi.
c. Kontrak Lainnya
48 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Selain dari kedua bentuk kontrak tersebut di atas juga dikenal bentuk-bentuk
kontrak sebagai berikut:
Produksi minyak yang melebihi produksi semula dibagi antara PERTAMINA dan
kontraktor setelah memperhitungkan biaya produksi dan pembagiannya
berdasarkan ketentuan KBH.
49 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Usaha pemasaran dilakukan oleh perusahaan afiliasi Asiatic Petroleum dan usaha
pengangkutan minyak dilakukan oleh perusahaan afiliasi Anglo Saxon Petroleum
Company. Untuk pengelolaan operasi yang tersebar di berbagai daerah yang luas ini,
BPM membentuk 5 unit pusat administrasi yaitu di Pangkalan Brandan, Plaju, Cepu,
Balikpapan dan Tarakan.
Kelompok kedua adalah NV. SVPM, yang kemudian dikenal STANVAC, yang
merupakan gabungan antara perusahaan Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij (NKPM) dengan perusahaan Standard Oil of New Jersey pada tahun
1933. Kelompok ini beroperasi di Sumatra bagian tengah dan selatan (lapangan
Talang Akar, Sago, Ukui, Andan, sungai Pulai, Keruh di Lirik). Di Pulau Jawa
STANVAC menemukan minyak di lapangan-lapangan dekat Cepu yakni Trembul, Lusi
dan Pilang Bango. STANVAC juga mendirikan kilang di sungai Gerong.
50 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
yang merupakan anak perusahaan dari Standard Oil Company of Califomia (SOCAL)
dengan Texas Oil Company (TEXACO) pada tahun 1936. Kelompok ini beroperasi di
Sumatra bagian tengah (Blok Rokan, lapangan sebanga, Duri, Minas).
Ketiga kelompok usaha di atas juga melakukan pemasaran BBM di dalam negeri
yang meliputi pengadaan, penyimpanan dan distribusi dengan tujuan utama mencari
keuntungan. Di samping ketiga kelompok perusahaan minyak asing tersebut
terdapat perusahaan minvak asing yang beroperasi di Daerah lrian Barat
(Nederiands Nieuw Guinea), yakni NNGPM yang merupakan usaha patungan dari
BPM, Stanvac dan Far Pacific Investment Coy (mewakili saham Caltex). Perusahaan
ini melanjutkan usaha BPM dengan mengadalian eksplorasi daerah konsesi "Nieuw
Guinea Block".
51 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Dengan demikian pada jalur perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia,
akuntansi perminyakannya menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:
Pada jalur perusahaan minyak negara, kita melihat bahwa kebijakan dan praktik
akuntansi yang berlaku dewasa ini merupakan hasil evolusi sejarah PERTAMINA.
Harta benda beserta sistem akuntansi dari berbagai perusahaan minyak asing dibeli
oleh Permina yang kemudian bergabung dengan perusahaan minyak negara lainnya
menjadi PERTAMINA. Usaha penyeragaman yang dilakukan kemudian banyak
mengambil praktik-praktik akuntansi kontinental Eropa (sistem Shell) dengan
menambahkan beberapa praktek akuntansi Amerika sejak permulaan tahun enam
puluhan.
52 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Dua sifat akuntansi ini merupakan ciri khusus yang menyebabkan laporan keuangan
PERTAMINA tidak dapat dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan minyak
lainnya.
53 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Lampiran 2
PERTAMINA
1. Organisasi
Perusahaan dipimpin dan diurus oleh suatu direksi yang terdiri dari seorang direktur
utama dan sekurang-kurangnya lima orang direktur. Direksi bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris Pemerintah PERTAMINA (DKPP) dan direktur utama
perusahaan mewakili direksi dalam pertanggungjawaban tersebut.
Masing- masing direktur memimpin sebuah direktorat dan pada saat ini ada enam
direktorat. Kegiatan keenam direktorat tersebut dapat dibagi dalam fungsi
operasional dan fungsi penunjang. Yang termasuk dalam fungsi operasional adalah:
54 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
PUD bertanggung jawab secara fungsional dan operasional kepada direktur utama
sedangkan manajer bertanggung jawab secara fungsional kepada direktur yang
bersangkutan dan secara operasional kepada PUD. PU bertanggung jawab secara
fungsional maupun operasional kepada direktur yang bersangkutan.
PUD membawahi sejumlah Manajer Unit EP; Manajer Unit P; Manajer Unit PDN;
Manajer Umum; Manajer Keuangan; Manejer P&T; Kepala Internal Audit; dan
Manajer Security.
55 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Di samping tiga Pertamina Daerah terdapat dua Pertamina Unit EP (Cirebon dan
Sorong), dua Pertamina Unit P (Dumai dan Cilacap) serta lima Pertamina Unit PDN
(Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Jayapura). PERTAMINA juga
memiliki empat kantor perwakilan dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama. Keempat perwakilan tersebut
adalah:
Perusahaan bergerak di bidang pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi
eksplorasi, eksploitasi, pemurnian dan pengolahan, serta pengangkutan dan
penjualan. Dengan persetujuan presiden dapat dilakukan perluasan bidang-bidang
usaha, sepanjang masih ada hubungan dengan pengusahaan minyak dan gas bumi
termaksud di atas, berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan.
56 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Lampiran 3
Di dalam industri minyak dan gas bumi dikenal dua metode akuntansi utama yang
berlaku dan dapat diterima secara umum yaitu rnetode Full Cost (FC) dan metode
Successful Efforts (SE).
Kedua metode tersebut sangat berbeda satu sama lainnya dengan perbedaan utama
yang terletak pada perlakuan akuntansi terhadap sumur dry hole dan biaya
eksplorasi lainnya, Di samping itu terdapat juga perbedaan yang menyangkut
akuntansi untuk sebagian besar bentuk pemindahan hak penambangan dan dasar
perhitungan deplesi, depresiasi serta amortisasi.
Metode FC didasarkan pada teori 'Single Asset' yang memandang bahwa semua
kekayaan dari perusahaan minyak dan gas bumi sebagai satu kesatuan asset.
Semua biaya sebelum mencapai tahap produksi dikapitalisasi dan kemudian
diamortisasi secara prorata.
57 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Biaya pengeboran sumur dry hole merupakan bagian dari biaya perolehan seluruh
cadangan yang dimiliki oleh perusahaan di suatu negara dan harus dikapitalisasi.
Selama masih di dalam batas negara yang sama, maka meskipun terletak ribuan
kilometer dari sumur cadangan terbukti yang dimiliki perusahaan dan dibor untuk
menyelidiki formasi geologi yang berbeda, sumur dry hole yang bersangkutan
merupakan bagian dari asset yang sama dan biayanya merupakan bagian dari biaya
aset tersebut.
Meskipun hasil penjualan hak penambangan suatu lokasi berbeda dengan harga
perolehannya, keuntungan atau kerugian dari penjualan tersebut biayanya tidak
diakui karena lokasi yang dijual tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari total asset. Keuntungan akan diakui bilamana hasil penjualan lokasi mele bihi
nilai total asset (dalam negara yang bersangkutan). Sebaliknya kerugian baru diakui
kalau hasil penjualan total asset lebih kecil daripada biaya perolehannya.
c. Perhitungan amortisasi
Amortisasi dari biaya cadangan tidak dihitung per kekayaan tetapi per negara.
Berbeda dengan metode FC yang didasarkan pada teori single asset, metode SE
didasarkan pada teori "Multiple Asset" yang menganggap kekayaan perusahaan yang
tertanam dalam setiap cadangan sebagai kesatuan asset.
Perlakuan akuntansi atas biaya eksplorasi dry hole, pemindahan hak penambangan
dan dasar perhitungan amortisasi adalah sebagai berikut :
Biaya eksplorasi ini dibukukan sebagai beban karena kegiatan tersebut tidak
menghasilkan cadangan yang ekonomis. Berhubung tiap cadangan merupakan asset
58 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
yang terpisah, maka biaya dari sumur dry hole tidak dapat dianggap sebagai bagian
dari sumur lain yang menghasilkan.
c. Perhitungan amortisasi
Amortisasi dari biaya cadangan terbukti dihitung per kekayaan atau per cadangan.
Dalam metode FC semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh hak
pengusahaan, eksplorasi dan pengembangan dikapitalisasi pada saat terjadinya dan
baru diamortisasi setelah cadangan minyak dan gas bumi berproduksi, dengan suatu
batasan bahwa kapitalisasi biaya yang dilakukan tidak melebihi nilai cadangan
minyak dan gas bumi yang ditemukan. Biaya hak pengusahaan dan eksplorasi yang
ternyata gagal menemukan cadangan minyak dan gas bumi dianggap merupakan
biaya yang tak dapat dihindarkan. Dengan demikian, metode FC mengkapitalisasi
semua biaya yang dikeluarkan termasuk biaya eksplorasi yang tidak berhasil
menemukan cadangan, menunggu sampai mendapatkan cadangan minyak dan gas
bumi.
Dalam metode SE semua biaya eksplorasi suatu cadangan minyak dan gas bumi
untuk sementara dikapitalisasi sampai pada suatu saat di mana diputuskan bahwa
eksplorasi minyak dan gas bumi tersebut gagal atau tidak komersil. Kalau eksplorasi
tersebut ternyata menemukan cadangan minyak dan gas bumi yang komersil, maka
semua biaya yang telah terjadi serta biaya pengembangan selanjutnya akan
dikapitalisasi. Sebaliknya kalau pencarian tersebut gagal atau terbukti tidak
komersil, maka semua biaya yang telah terjadi akan diperlakukan sebagai beban.
59 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Dalam implementasinya, kedua metode ini tidak terlepas dari kelebihan dan
kekurangan, tergantung pada ditemukan tidaknya cadangan minyak dan gas bumi.
Bagi perusahaan yang kegiatan eksplorasinya berhasil menemukan cadangan minyak
dan gas bumi, penggunaan FC dan SE memberikan pengaruh yang tidak berbeda,
kecuali untuk biaya geologi dan geofisika. Sebaliknya bila kegiatan eksplorasi tidak
berhasil menemukan cadangan minyak dan bumi, maka penggunaan metode FC dan
SE ini akan memberikan pengaruh yang berbeda, khususnya yang menyangkut
perlakuan akuntansi atas biaya pencarian. Pada umumnya perusahaan-perusahaan
yang relatif kecil cenderung untuk memilih metode FC, sedang perusahaan-
perusahaan yang relatif besar lebih banyak menggunakan metode SE.
Metode FC
a. Biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan, baik yang berhasil maupun
tidak berhasil, mutlak diperlukan untuk menemukan cadangan minyak dan
gas bumi. Memisahkan biaya eksplorasi dan biaya pengembangan ke dalam
kategori yang berbeda tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
dalam industri minyak dan gas bumi ini.
b. FC memandang keseluruhan usaha pencarian dan pengembangan serta
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk maksud itu sebagai biaya
cadangan minyak dan gas bumi yang ditemukan. Meskipun tidak ada
hubungan langsung antara biaya pencarian dengan cadangan minyak dan gas
bumi yang ditemukan, terdapat suatu hubungan yang logis karena cadangan
60 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
minyak dan gas bumi tidak dapat ditemukan tanpa lebih dahulu
mengeluarkan biaya tersebut.
c. Asset yang terpenting dari perusahaan minyak dan gas bumi adalah cadangan
minyak dan gas bumi yang terkandung di dalam tanah, bukan setiap sumur
yang dibor dalam usaha untuk menghasilkan minyak dan gas bumi.
Berhubung tidak ada cara yang tersedia untuk menghindarkan kegagalan
dalam usaha eksplo rasi, maka biaya sumur dan biaya eksplorasi lain yang
tidak produktif merupakan bagian yang diperlukan dari biaya penemuan dan
pengembangan cadangan minyak dan gas bumi. Oleh karena itu biaya
tersebut harus dikapitalisasi.
61 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
Metode SE
62 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
DAFTAR ISTILAH
63 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI
14. Pipa Selubung - Pipa baja yang dipasang di dinding sumur minyak atau gas
sewaktu pengeboran. Pipa tersebut berguna untuk menahan runtuhnya
dinding lubang selama pengeboran, dan menjadi perangkap untuk pengaliran
minyak seandainya sumur itu produktif.
15. Separator - Suatu peralatan yang dapat berbentuk kolo m/ bejana silinder
logam/ drum/ tangki/ vessel lagam/ kolom dari concrete bersekat tertentu,
yang mempunyai fungsi memisahkan gas dengan cairan minyak, dengan air
dari gas, cairan minyak dan air sekaligus.
16. Topping Unit - Suatu kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi
minyak dari kelompok/ range yang bertitik didih rendah sampai dengan titik
didih tertinggi pada tekanan atmosfir tersebut dilakukan dengan bantuan
pemanasan serta panas uap air (steam). Topping unit disebut juga crude
disteller atau athmospheric destilation.
17. Treating Unit - Suatu unit yang dapat terdiri dari satu kelompok alat atau
beberapa kelompok alat yang mempunyai fungsi memperbaiki kualitas dari
fraksi minyak agar memenuhi kualitas yang diminta pasaran atau untuk
bahan baku proses selanjutnya.
18. Tubular Goods - Semua jenis pipa. Dalam bidang perminyakan termasuk di
dalamnya pipa sembur (tubing), pipa selubung (casing), drill pipe dan line
pipe.
19. Unit Destilasi - Suatu kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi
minyak dengan kelompok/ range titik didih tertentu, dapat memisahkan dua
fraksi saja atau banyak fraksi, dengan tekanan rendah maupun tinggi.
Pemisahan ini dapat dilakukan dengan bantuan panas dari fuel, panas dari
steam atau panas dari minyak panas yang lain.
20. Vacuum Destilation - Kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi
minyak berdasarkan atas perbedaan titik didihnya yang tidak dapat
dipisahkan dengan topping unit, crude destiller atau athmospheric
destillation.
21. Water Flooding - Metode peningkatan perole han minyak di mana air
diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mengangkat sejumiah minyak
tambahan yang masih tertinggal setelah perolehan pertama. Biasanya water
flooding melibatkan penyuntikan air melalui sumur-sumur yang dibuat khusus
untuk penginjeksian air tersebut dan pengangkatan air dan minyak dari
sumur produksi yang dibor berhubungan dengan sumur injeksi.
22. Well Logging - Catatan yang mencakup semua data yang dikumpulkan
selama pengeboran sebuah sumur. Dengan data tersebut dimungkinkan
membentuk gambaran setara yang sangat terperinci.
23. Will Car - Sumur eksplorasi yang di bor di daerah yang belum terbukti
mengandung minyak dan gas bumi, tetapi menurut survey geologi dan
geofisika daerah tersebut menunjukkan harapan adanya akumulasi
hidrokarbon.
64 of 64