You are on page 1of 64

PSAK No.

29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 29


AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Dalam rangka pengembangan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar


Akuntansi Keuangan (SAK), maka Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No.5
tentang Standar Khusus Akuntansi Untuk Minyak Dan Gas Bumi telah disesuaikan
seperlunya sehingga menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
29 tentang Akuntansi Minyak Dan Gas Bumi, yang telah disetujui dalam Rapat
Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah
disahkan oleh Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September
1994.

Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial
items).

Jakarta, 7 September 1994


Pengurus Pusat
lkatan Akuntan Indonesia

Komite Prinsip Akuntansi Indonesia

Hans Kartikahadi Ketua


Jusuf Halim Sekretaris
Hein G. Surjaatmadja Anggota
Katjep K. Abdoeikadir Anggota
Wahjudi Prakarsa Anggota
Jan Hoesada Anggota
M. Ashadi Anggota
Mirza Mochtar Anggota
IPG. Ary Suta Anggota
Sobo Sitorus Anggota
Timoty Marnandus Anggota
Mirawati Soedjono Anggota

1 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

(BPKP)

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENGAWASAN

KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Dengan dikeluarkannya Standar Khusus Akuntansi Industri Minyak dan Gas Bumi
maka lkatan Akuntan Indonesia sekali lagi telah turut menampilkan peranannya di
bidang penertiban akuntansi yang sangat penting bagi pembangunan Negara.

Meskipun peranan minyak bumi dalam penerimaan Negara makin lama makin
berkurang, namun peranan gas bumi semakin meningkat sehingga totalitas kedua
unsur kekayaan bumi milik Negara tersebut tetap sangat penting bagi pembangunan
Negara kita.

Turut-sertanya Pertamina dalam penyusunan Standar Khusus Akuntansi lndustri


Minyak dan Gas Bumi menunjukkan rasa tanggung-jawabnya sebagai satu-satunya
perusahaan yang diberi tugas mengusahakan minyak dan gas bumi yang merupakan
kekayaan nasional.

Bagi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan adanya Standar Khusus


Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi sangat membantu tugas pengawasan
keuangan dan pembangunan dan untuk itu penghargaan patut diberikan kepada
lkatan Akuntan Indonesia dan Pertamina.

Kiranya Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini penting pula
diketahui dan dilaksanakan oleh setiap perusahaan dan badan maupun perorangan
yang berkecimpung di bidang usaha minyak dan gas bumi.

KEPALA BADAN

PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Drs. GANDHI

NIP. 060006034

2 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK & GAS BUMI NEGARA

(PERTAMINA)

DEREKTUR UTAMA

PERTAMINA

SAMBUTAN

Saya sangat gembira dengan berhasilnya Tim Kerja Standar Akuntansi lndustri
Perminyakan Indonesia yang dibentuk berdasarkan kerja sama antara lkatan
Akuntan Indonesia, BPKP dan PERTAMINA untuk menyelesaikan Standar Khusus
Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini.

Dengan terbitnya Standar Khusus Akuntansi ini, yang merupakan tonggak kemajuan
bagi sistem Akuntansi migas, kami mengharapkan agar tercipta keserasian dan
keselarasan prilaku pihak-pihak yang terkait dalam proses penyusunan, penyajian
dan pemeriksaan laporan keuangan tersebut. Di samping itu sistem Akuntansi
tersebut menjadi kerangka acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek-
praktek akuntansi yang sehat bagi industri minyak dan gas bumi Indonesia di masa-
masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan pengaruh kemajuan teknologi
sektor migas.

Pertanggungjawaban pengelolaan Perusahaan berupa laporan keuangan tersebut


merupakan landasan dan tolok ukur untuk melakukan penilaian kerja tahunan, yang
hasiinya dapat digunakan untuk menentukan penggolongan tingkat kesehatan
perusahaan.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada lkatan


Akuntan Indonesia serta BPKP atas kerjasama yang baik selama ini dengan
PERTAMINA umumnya dan penyusunan Standar Khusus Akuntansi lndustri Migas
khususnya.

Sekian dan terima kasih.

DEREKTUR UTAMA

F. ABDA'OE

3 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

SAMBUTAN KETUA

IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Menyusul kedua Standar Khusus Akuntansi mengenai badan usaha koperasi dan
asuransi kerugian, maka lkatan Akuntan Indonesia kembali mengeluarkan standar
akuntansi yang khusus mengatur jenis badan usaha tertentu. Standar Khusus
Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini disusun atas kerja sama antara lkatan
Akuntan Indonesia, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta
PERTAMINA. Diharapkan Standar tersebut dapat menunjang pertumbuhan industri
minyak dan gas bumi serta peranannya dalam perekonomian Indonesia secara
keseluruhan.

Pada kesempatan ini, kami juga menyampaikan penghargaan kepada Tim Penyusun
Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi, serta Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia yang telah berjerihpayah menyusun Standar ini.

Kepada BPKP dan PERTAMINA, kami sampaikan terima kasih atas kerja sama yang
telah dijalin. Kiranya kerja sama seperti ini akan dapat terus berlanjut untuk
pengembangan akuntansi maupun industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

Jakarta, 18 Agustus 1990

lkatan Akuntan Indonesia

Subekti lsmaun

Ketua

4 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

KATA PENGANTAR

Dewasa ini industri minyak dan gas bumi masih memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai salah satu
pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri. Pertanggungjawaban pengelolaan
perusahaan minyak dan gas bumi tercermin dalam laporan keuangan. Penyusunan
dan penyajian laporan keuangan perusahaan tersebut memerlukan suatu standar
akuntansi yang jelas.

Prinsip akuntansi Indonesia 1984 yang berlaku saat ini belum sepenuhnya dapat
memenuhi keperluan standar akuntansi tersebut. Ruang lingkup industri minyak dan
gas bumi mencakup kerja sama internasional, baik dalam permodalan maupun
dalam aktivitas operasi. Karena Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 belum mengatur
secara khusus perlakuan akuntansi untuk industri minyak dan gas bumi, maka dalam
praktek terdapat berbagai perlakuan akuntansi untuk mempertanggungjawabkan
transaksi yang sejenis. Hal inilah yang sering menjadikan sumber perbedaan
pendapat antara perusahaan yang menyusun laporan keuangan (auditee) dengan
pihak pemeriksa (auditor). Menyadari hal ini lkatan Akuntan Indonesia, BPKP dan
PERTAMINA mengadakan kerja sama untuk menyusun Standar Khusus Akuntansi
lndustri Minyak dan Gas Bumi yang merupakan acuan bagi perusahaan minyak dan
gas bumi dalam menyusun laporan keuangan yang wajar, maupun sebagai dasar
bagi auditor eksternal dalam memberikan opini bagi kewajaran penyajian laporan
keuangan.

Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 memuat konsep dasar, prinsip, prosedur, metode
dan teknik akuntansi yang merupakan norma umum dalam praktek penyusunan
laporan keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak luar (akuntansi
keuangan). Untuk melengkapi dan mengembangkan buku PAI 1984, maka
diterbitkan seri "Pemyataan" dan "Interpretasi Prinsip Akuntansi Indonesia" (IPAI).
Untuk penyusunan laporan keuangan industri atau jenis usaha tertentu, lkatan
Akuntansi lndonesia akan menerbitkan serangkaian standar khusus yang akan diberi
nama seri penerbitan tersendiri. Setelah diadakan pengkajian secara mendalam dari
sudut pengetahuan dan praktek akuntansi, maka terdapat kesepakatan penggunaan
istilah "Standar Khusus Akuntansi" untuk setiap Pernyataan PAI yang khusus berlaku
bagi suatu jenis industri atau jenis usaha tertentu.

Berdasarkan piagam kerja sama lkatan Akuntan Indonesia, BPKP dan PERTAMINA
telah dikeluarkan Surat Keputusan Ketua lkatan Akuntan Indonesia No. Kep
101/SIV1987 tanggal 23 September 1987, tentang Pengangkatan anggota Tim Kerja
Standar Akuntansi lndustri Perminyakan Indonesia yang terdiri dari:

Ketua merangkap anggota : Dr. Katjep K. Abdoelkadir

Drs. M. Ghazali Latief, MSC

Drs. Soegianto

Sekretaris merangkap anggota : Drs. Bambang ST

5 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Anggota : Drs. Dalil Hasan

Drs. Nazarudin Nurdin

Drs. MWP Simanjuntak

Drs. Harris Pelawi

Drs. Edy lndratjahja

Drs. Teguh Sujono

Drs. Moeljono Sosrosoebroto

Drs. Binsar H. Hutabarat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim dibantu oleh Drs. Murgianto dan Drs. Johanes
lrmanto sebagai staf sekretariat.

Setelah melalui beberapa tahapan Pembahasan dan perbaikan yang diperlukan,


maka dalam rapat Komite Prinsip Akuntrinsi Indonesia tanggal 30 Juli 1990 telah
disetujui Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 5 berjudul Standar Khusus
Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi, dan selanjutnya disahkan dalam rapat
pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia tanggal 4 Agustus 1990.

Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan.

Jakarta, 4 Agustus 1990

Pengurus Pusat

lkatan Akuntan Indonesia

6 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 5 bejudul STANDAR KHUSUS


AKUNTANSI INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI telah disetujui dalam rapat Komite
Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 30 Juli 1990 dan telah disahkan oleh rapat
Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia Pada tanggal 4 Agustus 1 990.

Jakarta, 4 Agustus 1990

Pengurus Pusat

lkatan Akuntan Indonesia

Komite Prinsip Akuntansi Indonesia

Hans Kartikahadi, (Ketua)

Jusuf Halim, (Sekretaris)

Hein G. Sujaatmadja

Katjep K. Abdoeikadir

Wahjudi Prakarsa

Sunaria Tadjudin

Drs. M. Ashadhi

I.P.G. Ary Suta

Bambang Heryanto

7 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

DAFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA BPKP

SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA PERTAMINA

SAMBUTAN KETUA IKATAN AKUNTAN INDONESIA

KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN
1. Karakteristik Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi
2. Ruang Lingkup dan Penerapannya
II. AKUNTANSI EKSPLORASI
1. Definisi Eksplorasi
2. Uraian Kegiatan Eksplorasi
3. Jenis Biaya Eksplorasi
4. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya Eksplorasi
III. AKUNTANSI PENGEMBANGAN
1. Definisi Pengembangan
2. Uraian Kegiatan Pengembangan
3. Jenis Biaya Pengembangan
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya Pengembangan
IV. AKUNTANSI PRODUKSI
1. Definisi Produksi
2. Uraian Kegiatan Produksi
3. Jenis Beban Produksi
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Produksi
V. AKUNTANSI PENGOLAHAN
1. Definisi Pengolahan
2. Uraian Kegiatan Pengolahan
3. Jenis Beban Pengolahan
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pengolahan
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva
Tetap Pengolahan
VI. AKUNTANSI TRANSPORTASI
1. Definisi Transportasi
2. Uraian Kegiatan Transportasi
3. Jenis Beban Transportasi
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Transportasi
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Transportasi dan Harga
Perolehan Aktiva Tetap Transportasi
VII. AKUNTANSI PEMASARAN
1. Definisi Pemasaran
2. Uraian Kegiatan Pemasaran
3. Jenis Beban Pemasaran
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pemasaran
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Pemasaran dan Harga Perolehan
Aktiva Tetap Pemasaran

8 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

VIII. AKUNTANSI LAIN-LAIN

A. Akuntansi Pelabuhan Khusus


1. Definisi Pelabuhan Khusus
2. Uraian Kegiatan Pelabuhan Khusus
3. Jenis Beban Pelabuhan Khusus
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pelabuhan Khusus
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan
Aktiva Tetap Pelabuhan Khusus
B. Akuntansi Telekomunikasi
1. Definisi Telekomunikasi
2. Uraian Kegiatan Telekomunikasi
3. Jenis Beban Telekomunikasi
4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Telekomunikasi
5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan
Aktiva Tetap Telekomunikasi
C. Akuntansi Kontrak Bantuan Teknis
1. Definisi Kontrak Bantuan Teknis
2. Uraian Kegiatan Kontrak Bantuan Teknis
3. Jenis Biaya dan Beban Kontrak Bantuan Teknis
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya dan Beban Kontrak
Bantuan Teknis
D. Akuntansi Unitisasi
1. Definisi Unitisasi
2. Uraian Kegiatan Unitisasi
3. Jenis Biaya dan Beban Unititas
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya dan Beban Unitisasi
E. Akuntansi Kontrak Pengurasan Tahap Kedua
1. Definisi Pengurasan Tahap Kedua (Secondary Recovery)
2. Uraian Kegiatan Pengurasan Tahap Kedua
3. Jenis Biaya dan Beban Pengurasan Tahap Kedua
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis.Biaya dan Beban
Pengurasan Tahap Kedua
F. Akuntansi Joint Operation
1. Definisi Joint Operation
2. Uraian Kegiatan Joint Operation
3. Jenis Biaya dan Beban Joint Operation
4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya dan Beban Joint
Operation

BAB IX TANGGAL BERLAKU

Lampiran 1

Sejarah Perminyakan di Indonesia

1. Sebelum Tahun 1971


2. SesudahTahun 1971
3. Perke mbangan Akuntansi Perminyakan Indonesia

9 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Lampiran 2

Pertamina

1. Organisasi
2. Tujuan dan Tugas Perusahaan
3. Kegiatan dan Kuasa Pertambangan

Lampiran 3

Metode Akuntansi Perminyakan

1. Metode Full Cost


2. Metode Successful Efforts
3. Perbandingan Metode Full Cost dengan Succesful Efforts
4. Landasan Pemakaian Metode Full Cost dan Succesful Efforts

DAFTAR ISTILAH

10 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Karakteristik Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi


a. lndustri minyak dan gas bumi meliputi usaha pencarian (exploration),
pengembangan (development), serta produksi cadangan minyak dan
gas bumi, usaha pengolahan minyak dan gas bumi (refinery); dan
usaha angkutan dengan kapal laut (tanker) serta usaha pemasaran
minyak dan gas bumi serta produkproduk hasil pengolahan yang lain.

Perusahaan dalam industri minyak dan gas bumi dapat berbentuk


usaha terpadu (integrated) dalam arti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai usaha eksplorasi, pengembangan, produksi, refinery,
tanker dan pemasaran sebagai satu kesatuan usaha, atau berbentuk
usaha-usaha terpisah yang masing- masing berdiri sendiri.

b. Sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi berbeda dengan
industri lainnya. Pencarian (exploration) minyak dan gas bumi
merupakan kegiatan untung-untungan (gambling), karena meskipun
telah dipersiapkan secara cermat dengan biaya yang besar, tidak ada
jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan
cadangan minyak. Berhubung minyak dan gas bumi merupakan usaha
yang memerlukan teknologi tinggi, padat modal dan sarat risiko, maka
diperlukan pengelolaan yang benar-benar professional.

Berbeda dengan pencarian atau eksplorasi, kegiatan refinery tidak


banyak berbeda dengan kegiatan pengolahan pada industri yang lain.
Sedang usaha tanker merupakan bagian khusus dari usaha
perkapalan.

c. Dalam industri perminyakan terbuka kemungkinan untuk menggalang


kerja sama antara beberapa perusahaan untuk mengelola suatu
cadangan minyak, baik dalam bentuk kerja sama permodalan maupun
operasi bersama. Kerja sama tersebut, yang antara lain dapat
dilakukan melalui kontrak bantuan teknis, joint operation agreement,
joint operation body, unitisasi, dan secondary recovery, dapat
rnenimbulkan kepemilikan bersama.
d. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik dari industri minyak dan gas
bumi, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk
industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya, seperti:

I. Adanya sifat untung-untungan (gambling) dari usaha explorasi


menimbulkan beberapa alternatif dalam penggunaan metode
pengakuan biaya atas cadangan yang tidak berisi minyak atau
gas (dry hole).

11 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

II. Ada pendapat yang rnenyatakan bahwa pengakuan biaya harus


dikaitkan dengan aktivitas sampai diketemukannya cadangan
minyak atau gas di suatu negara, sehingga semua biaya yang
terjadi ditangguhkan dan akan dikapitalisasi sebagai bagian
dari cadangan minyak yang ditemukan di negara tersebut.
III. Pendapat lain menyatakan bahwa biaya yang terjadi untuk
pencarian minyak dan gas harus dikaitkan dengan hasil dari
aktivitas pencarian suatu cadangan. Biaya tersebut akan
dikapitalisasi bila cadangan tersebut dalam kenyataan berisi
minyak atau gas dan sebaliknya akan dinyatakan sebagai
beban kalau cadangan tersebut tidak berisi minyak atau gas.

2. Ruang Lingkup dan Penerapannya


1. Pernyataan ini disusun berdasarkan sifat dan karakteristik usaha
perminyakan Indonesia dan berpedoman pada konsep dasar akuntansi
keuangan yang ditampung dalam Standar Akuntansi Keuangan, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pernyataan ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pedoman dalam
penyajian laporan keuangan untuk pihak eksternal. Dalam pengertian
ini, tersirat suatu anggapan bahwa baik para penyusun maupun para
pemakai laporan keuangan memerlukan standar yang sama di dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan.
3. Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk Kegiatan Eksplorasi atau
Pencarian, Pengembangan, Produksi, Pengolahan, Transportasi,
Pemasaran dan lain-lain dalam industri minyak dan gas bumi.
4. Untuk kontraktor minyak dan gas bumi yang bekerja menurut kontrak
dengan Pemerintah/Pertamina, Pernyataan ini dapat dipergunakan,
sepanjang perlakuan akuntansinya tidak diatur secara khusus dalam
kontrak yang bersangkutan. Dalam hal kontrak mengatur secara khusus
perlakuan akuntansi sesuatu transaksi, maka ketentuan kontraklah yang
berlaku

12 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB II

AKUNTANSI EKSPLORASI

1. Definisi Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi (exploration) atau pencarian adalah setiap usaha daLam rangka
mencari dan menemukan cadangan minyak dan gas bumi di daerah-daerah yang
belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi, yang antara lain meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Mengusahakan ijin untuk memulai kegiatan eksplorasi di daerah tertentu.


b. melakukan berbagai kegiatan penyelidikan geologis dan geofisik di
lapangan.
c. Menginterpretasikan data yang dihasilkan dalam penyelidikan ini.
d. Melakukan pengeboran sumur, termasuk sumur uji stratigrafi, di daerah
yang belum terbukti mengandung cadangan.
e. Memperoteh dan membangun aktiva tetap yang berhubungan dengan
kegiatan di atas.
f. Menggunakan jasa yang diperlukan sehubungan dengan kegiatan di atas.

2. Uraian Kegiatan Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi meliputi penyelidikan topografi, geologi, geofisika, pemboran


sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi.

Penyelidikan topografi adalah kegiatan pengukuran permukaan tanah yang bertujuan


untuk membuat peta suatu daerah tertentu dan mengetahui sifat-sifat tanahnya.

Penyelidikan geologi di antaranya terdiri dari penginderaan jauh foto udara (side
lookling air radar = SLAR), geologi lapangan dan geokimia yang bertujuan untuk:

a. Menentukan ada tidaknya cekungan sedimen.


b. Menentukan jenis lapisan, ketebalan dan umur batuan yang tersingkap di
daerah penyelidikan.
c. Menentukan potensi dan kematangan batuan induk hidrokarbon
d. Menentukan jebakan minyak dan gas bumi, baik struktur ma upun
stratigrafi.
e. Mengkaji kemungkinan adanya batuan cadangan serta jenis minyak dan gas
bumi yang terkandung di dalamnya,

Penyelidikan geologi dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

a. Persiapan yang meliputi program kerja dan perijinan.


b. Pengumpulan data lapangan melalui SLAR ataupun pengambilan contoh
langsung di lapangan.
c. Pengolahan, penganalisaan, penafsiran, pengevaluasian dan
pengkajiulangan data.
d. Penyelidikan geofisika antara lain meliputi kegiatan penyelidikan gravitasi,
magnetik dan seismik dengan tujuan sebagai berikut :
e. Mengetahui pola struktur regional

13 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

f. Menentukan bentuk lapisan batuan di bawah permukaan bumi.


g. Menentukan bentuk jebakan minyak dan gas bumi serta kedalamannya.
h. Menentukan titik pemboran pada lokasi siap bor.

Kegiatan penyelidikan geofisika dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

a. Persiapan yang meliputi program kerja dan perizinan.


b. Pengumpulan data lapangan meialui perekaman udara yang terdiri dari
aerogravity dan aeromagnetic serta perekaman di lapangan yang terdiri dari
gravitasi magnetik dan seismik.
c. Pengolahan, penganalisaan, penafsiran, pengevaluasian dan
pengkajiulangan data.

Pemboran sumur eksplorasi, terdiri dari pemboran sumur taruhan (wild cat ) dan
sumur kajian (delineasi), bertujuan untuk mengetahui data rinci stratigrafi dan
penentuan ada tidaknya cadangan minyak dan gas bumi dalam arti ekonomis.

Kegiatan pemboran eksplorasi dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

a. Persiapan yang meliputi program kerja, perizinan dan pembebasan tanah.


b. Penyediaan angkutan alat-alat berat.
c. Pembuatan jalan dan lokasi pemboran.
d. Pengadaan alat dan fasilitas pemboran yang terdiri antara lain dari rig unit,
mud logging unit, wireline logging unit, cementing unit, platform dan base
camp.
e. Pelaksanaan pemboran yang meliputi pembuatan sumur, pengumpulan data
teknis pemboran yang terdiri dari data geologis dan petrofisika, serta
pengevaluasian data yang dilakukan secara terus menerus.
f. Pengujian lapisan batuan yang dilakukan sesuai dengan hasil evaluasi data.
g. Perampungan atau penutupan sumur.

Pemboran sumur uji stratigrafi terdiri dari kegiatan pemboran berdasarkan hasil
penyelidikan geologi, menguji batuan dan sumur yang dapat ditinggalkan
(expendable holes) yang berkaitan dengan eksplorasi hidrokarbon. Tujuan pemboran
sumur uji stratigrafi adalah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi
tertentu. Pemboran semacam ini pada umumnya tidak dimaksudkan untuk
menghasilkan hidrokarbon.

3. Jenis Biaya Eksplorasi

Biaya eksplorasi meliputi biaya penyelidikan topografi, geologi, geofisika, pemboran


sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi.

Biaya penyelidikan topografi terdiri antara lain dari :

a. Biaya pengukuran tanah


b. Biaya pemetaan tanah
c. Biaya analisa sifat tanah.

14 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Biaya penyelidikan geologi terdiri antara lain dari :

a. Biaya SLAR
b. Biaya geologi lapangan
c. Biaya geokimia.

Biaya penyelidikan geofisika antara lain terdiri dari :

a. Biaya gravitasi
b. Biaya magnetik
c. Biaya seismik.

Biaya pemboran sumur eksplorasi terdiri dari biaya tak berwujud (intangible) dan
biaya berwujud (tangible).

Biaya yang tidak berwujud antara lain meliputi :

a. Biaya-persiapan (pembebasan tanah, pembuatan jalan dan pembangunan


lokasi)
b. Biaya pemboran
c. Biaya mata bor (drilling bits)
d. Biaya lumpur (mud)
e. Biaya selubung (casing)
f. Biaya semen
g. Biaya penyelidikan di bawah tanah (logging)
h. Biaya pengujian dan perampungan
i. Biaya gaji
j. Biaya pengangkutan alat pemboran
k. Biaya pengangkutan lainnya
l. Biaya perkemahan
m. Biaya lainnya.

Sedang biaya yang berwujud dalam pemboran sumur eksplorasi antara lain
meliputi :

a. Sitang sembur (christmas tree)


b. Semburan kepala sumur (well head)
c. Tubing
d. Pompa
e. Batang hisap (suck rods)

Biaya pemboran sumur uji stratigrafi terdiri atas biaya pemboran di daerah cadangan
tidak terbukti (exploratory type) dan di daerah cadangan terbukti (development
type). Jenis-jenis biayanya tidak berbeda dengan jenis-jenis biaya pada pemboran
sumur eksplorasi yang telah dirinci di atas.

4.Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi meliputi penyelidikan topografi, geologi, geofisika, pemboran


sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi.

15 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Perlakuan biaya eksplorasi dapat menggunakan baik metode Full Cost (FC) maupun
Succesful Efforts (SE).

Menurut metode Full Cost (FC) semua biaya dikapitalisasi sebagai bagian dari asset
minyak dan gas bumi di dalam suatu negara sebagai pusat biaya.

Menurut metode Succesful Efforts (SE), semua biaya-biaya eksplorasi, di luar biaya-
biaya yang dialokasikan ke sumur-sumur eksplorasi (termasuk sumur eksplorasi tipe
stratigrafi) yang mempunyai cadangan terbukti, diperlakukan sebagai beban pada
periode akuntansi yang bersangkutan. Selanjutnya, kecuali tanah yang mempunyai
nilai ekonomis, biaya-pemboran sumur eksplorasi, baik tak berwujud maupun
berwujud, dikapitalisasi kalau ditemukan cadangan terbukti atau diperlakukan
sebagai beban kalau cadangan terbukti tersebut tidak ditemukan.

16 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB III

AKUNTANSI PENGEMBANGAN

1. Definisi Pengembangan

Pengembangan merupakan setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka


mengembangkan cadangan terbukti minyak dan gas bumi sampai siap berproduksi.
Pengernbangan cadangan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Penyediaan peralatan dan persediaan


b. Penambangan, pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas
bumi.
c. Penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki.

2. Uraian Kegiatan Pengembangan

Masing- masing kegiatan pengembangan tersebut dijelaskan berikut ini. Penyediaan


peralatan dan fasilitas meliputi

a. Penyediaan angkutan alat-alat berat.


b. Pembuatan jalan dan lokasi pemboran
c. Pengadaan alat dan fasilitas pemboran yang antara lain terdiri dari rig unit,
mud logging unit, wireline Jogging unit, cementing unit, platform dan base
camp.

Kegiatan penambangan minyak dan gas bumi meliputi:

a. Meneliti lokasi sumur untuk menentukan lokasi titik pemboran.


b. Membangun jalan masuk ke lokasi sumur pemboran.
c. Menyiapkan lahan untuk lokasi pemboran.
d. Mengalihkan jalan umum, saluran gas, saluran air, jaringan listrik, dan
jaringan telepon, sejauh diperlukan untuk mengembangkan cadangan
terbukti.
e. Membor dan melengkapi sumur pengembangan, sumur uji stratigrafi dan
sumur penunjang dengan peratatan yang diperlukan.

Kegiatan pengaliran minyak dan gas bumi :

a. Menyiapkan jaringan pipa penyalur, manifold, separator, treater dan heater.


b. Menyiapkan sarana daur ulang dan pemrosesan gas alam.

Kegiatan pengumpulan dan penampungan minyak dan gas bumi meliputi penyiapan
peralatan pengukur, tangki penampungan dan fasifitas pembuangan limbah
produksi.

Kegiatan penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki.

17 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

3. Jenis Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan meliputi biaya-biaya penyediaan peralatan dan fasilitas


penambangan, pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas bumi
serta penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki. Dilihat dari sifatnya,
biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumur minyak dan gas bumi terdiri dari
biaya pemboran sumur pengembangan baik yang tidak berwujud maupun yang
berwujud.

Biaya pemboran sumur pengembangan yang tidak berwujud meliputi pengeluaran


untuk membor sumur pengembangan, seperti gaji operator perangkat pemboran
(rig), bahan bakar dan perbaikan. Pengeluaran tersebut tidak mempunyai nilai sisa
dan terjadi di dalam pemboran sejak persiapan sumur sampai memproduksi minyak
atau gas.

Selanjutnya biaya yang tidak berwujud dalam pemboran sumur pengembangan


tersebut diklasifikasikan menurut tahap penyelesaian : biaya sebelum pemboran,
biaya selama pemboran, biaya penyelesaian sumur dan biaya setelah penyelesaian
sumur.

Biaya sebelum pemboran meliputi :

a. Biaya penyelidikan geologi dan geofisika untuk menentukan tokasi pemboran.


b. Biaya membersihkan lokasi sumur, penggalian penampungan limbah pemboran
dan pembuatan jalan.
c. Biaya pembuatan pondasi untuk perangkat pemboran (batuan dan lain-lain) dan
biaya pembangunan jembatan.

d. Biaya pemasangan jaringan pipa air, dan pernasangan tangki air serta bahan
bakar untuk pemboran.
e. Biaya untuk pemindahan dan menegakkan perangkat pemboran.

f. Biaya pembuatan rak sarana penyimpanan pipa bor, berbagai macam pipa
lainnya yang digunakan dalam proses pemboran.

g. Biaya lain-lain.

Biaya selama pemboran meliputi

a. Biaya pengadaan air, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam
pemboran sumur.
b. Biaya penanaman jangkar penahan yang digunakan untuk menstabilkan
perangkat pemboran.
c. Biaya pemboran yang tarif biayanya dihitung berdasarkan kedalaman sumur atau
tarif harian.
d. Biaya penggunaan jasa teknik selama kegiatan pemboran yang dilakukan oleh
ahli teknik, ahli geologi, teknisi fluida.

18 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

e. Biaya lain-lain.

Biaya penyelesaian sumur meliputi

a. Biaya perekaman sumur (lagging) dan uji kandung lapisan (drill stem rest) serta
pengujian lain-lainnya seperti pengujian contoh batuan inti dan contoh dinding
sumur.
b. Biaya melubangi dinding pipa selubung, penyemenan, penyedotan peretakan dan
pengasaman.
c. Biaya transportasi dan pemasangan peralatan di bawah tanah.

d. Biaya peralatan yang disewa untuk penyimpanan minyak selama pengujian.

e. Biaya lain-lain.

Biaya setelah penyelesaian sumur metiputi

a. Biaya mengembalikan perangkat pemboran (yang dimiliki perusahaan) dari lokasi


pemboran ke tempat penyimpanan.
b. Biaya rehabilitasi lokasi di sekitar sumur.
c. Biaya perbaikan lingkungan.
d. Biaya penyemenan dan pemasangan selubung bagian atas.

e. Biaya pengangkutan pipa selubung dan pipa sembur dari tempat penyimpanan.

f. Biaya pelubangan pipa selubung, termasuk perekaman dengan teknik aliran


listrik (electrical logging).
g. Biaya penyuntikan air, uap air dan gas bumi dalam rangka mengangkat minyak
dari zone produksi.
h. Biaya penutupan sumur.
i. Biaya meninggalkan lokasi sumur yang tidak menghasilkan.

j. Biaya lain-lain.

Biaya pemboran sumur pengembangan yang berwujud meliputi semua biaya aktiva
berwujud termasuk pipa sembur (tubing) di bawah permukaan tanah, antara lain:

a. Pipa produksi (tubulargoods)


b. Kepala selubung (casing head)
c. Pompa-pompa, tangki penimbunan
d. Pipa-pipa saluran
e. Separator
f. Peralatan dan fasilitas produksi
g. Sarana dan peralatan tainnya
h. Biaya sistem pengurasan yang telah diperbaiki (secondary recoveries).

4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya Pengembangan


Kegiatan pengembangan meliputi penyediaan peralatan dan fasilitas penambangan,
pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas bumi serta penyediaan
sistem pengurasan yang telah diperbaiki.

19 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Menurut metode FC maupun SE semua biaya pengembangan dikapitalisasi sebagai


bagian dari aset minyak dan gas bumi yang meliputi aset sumur dan peralatan
sumur.

20 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB IV

AKUNTANSI PRODUKSI

1. Definisi Produksi

Produksi adalah semua kegiatan dalam rangka pengangkatan minyak dan gas bumi
ke permukaan bumi dari cadangan terbukti serta pengangkutannya ke stasiun
pengumpul yang antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi.


b. Proses pemisahan antara minyak, gas bumi dan endapan dasar & air (Basic
Seiliment & Water = BS&W).
c. Pengangkutan minyak dan gas dari permukaan bumi ke stasiun pengumpul atau
pusat pengumpul produksi dan selanjutnya ke lokasi distribusi.

d. Pengumpulan minyak mentah di tangki penimbun.

2. Uraian Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi meliputi pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi
(lifting), pemisahan minyak, gas bumi dan BS&W, pengangkutan serta pengumpulan
minyak di lapangan produksi dan di lokasi distribusi.

a. Pengangkatan minyak dan gas ke permukaan (lifting) merupakan kegiatan yang


berhubungan dengan pengangkatan minyak dan gas dari cadangan terbukti
sampai batas kepala sumur. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap
pengurasan.

Pengurasan tahap pertama dapat terjadi meialui tekanan alamiah (naturallift),


sembur buatan (artificial lift) dengan bantuan gas alam (gas lift) dan penyedotan
dengan pompa.

Tekanan alamiah tejadi kalau di dalam cadangan terdapat kandungan air atau
gas tekanan tinggi dengan tenaga untuk mendorong minyak ke permukaan bumi
melalui lubang sumur.

Kalau tekanan alamiah tersebut tidak cukup kuat untuk mendorong minyak ke
permukaan bumi, maka digunakan sumur buatan dengan bantuan gas alam (gas
lift) atau dengan pompa (pumping unit).

Pengurasan tahap kedua dilakukan setelah produksi minyak dan gas bumi
dengan melalui pengurasan tahap pertama menjadi kurang ekonomis.
Pengurasan pada tahap ini dilakukan dengan menginduksikan suatu dorongan
(tenaga) buatan ke datam formasi. Metode peluapan air adalah metode yang
paling umum digunakan yaitu dengan mengalirkan air bertekanan tinggi ke

21 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

dalam sumur injeksi untuk mendorong minyak dan di dalam lapisan ke


permukaan bumi.

Pengurasan tahap ketiga dilakukan dengan metode "enhanced oil recovery",


yakni dengan menambah energi pada cadangan dengan cara penginjeksian
bahan kimia atau energi ke dalam sumur untuk mendorong minyak di dalam
lapisan ke permukaan bumi sehingga sumur yang tidak berproduksi dapat
berproduksi kembali.

b. Proses pemisahan minyak meliputi pemisahan gas dan cairan separator dan
pemisahan minyak mentah, endapan dasar dan air melalui dehydrator.
c. Proses pengangkutan meliputi kegiatan mengangkut minyak dari permukaan
sumur ke tempat penimbunan sementara kemudian ke instalasi pemisahan, dan
selanjutnya ke tempat penimbunan di lapangan produksi dan yang akhirnya ke
lokasi distribusi.

d. Proses pengumpulan meliputi :

I. Pengumpulan sementara minyak dan gas bumi dari sumur ke tempat


penimbunan sementara sebelum proses pemisahan minyak, gas bumi, dan
BS&W di instalasi pemisahan.
II. Pengumpulan minyak dari instalasi pemisahan ke lokasi stasiun pengumpul
dan/atau pusat pengumpulan produksi di lapangan.

Fungsi produksi pada umumnya dianggap berakhir pada saat minyak dan gas
bumi ke luar melalui katup saluran di pusat pengumpulan produksi. Dalam keadaan
di mana secara fisik atau operasional tidak seperti biasanya, fungsi produksi berakhir
pada saat minyak, gas bumi atau kondensat untuk pertama kaii dialirkan ke pipa
utama, kendaraan pengangkut, pengilangan atau ke terminal laut.

3. Jenis Beban Produksi

Beban produksi meliputi beban lifting, beban pemisahan, beban pengangkutan dan
beban pengumpulan.

Beban Lifting antara lain meliputi :

1. Beban pengurasan tahap pertama terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam
pengurasan di bawah tanah ke atas tanah (dari kepala selubung bawah sampai
kepala selubung atas).
2. Beban pengurasan tahap kedua terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam
water flooding, gas injection, steam combustion dan insitu combustion dan beban
lain-lain.
3. Beban pengurasan tahap ketiga.

Beban pengumpulan meliputi beban pengangkutan dan pengiriman minyak mentah


dan gas dari tempat penyimpanan di lapangan ke tempat penyimpanan utama
sebelum penjualan atau pemindahan ke pengolahan untuk diolah.

22 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Beban ini antara lain terdiri dari

a. Beban tangki penimbun


b. Beban stasiun pemanas
c. Beban pipa saluran minyak/gas
d. Beban instalasi penghasil
e. Beban lain-lain.

Beban pemisahan terdiri dari :

a. Beban instalasi penghasil


b. Beban instalasi pembantu.

Beban angkutan utama merupakan beban pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas


tempat penyimpanan utama dan pipa saluran utama yang membawa minyak mentah
dan gas bumi ke fasilitas pemuatan atau pengolahan.

4. Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Produksi.

Kegiatan produksi meliputi pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi,
pemisahan minyak, gas bumi, BS&W, dan pengangkutan minyak di lapangan
produksi serta lokasi distribusi.

Semua beban yang menyangkut kegiaran produksi diperlakukan sebagai beban pada
saat terjadinya.

23 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB V

AKUNTANSI PENGOLAHAN

1. Definisi Pengolahan

Yang dimaksud dengan pengolahan minyak dan gas bumi adalah proses pengolahan
minyak mentah dan gas bumi menjadi produk yang terdiri dari BBM dan Non BBM
serta pengolahan dari gas dan Non BBM meniadi produk petrokimia.

Yang dimaksud dengan BBM adalah avigas, avtur, super, premium, kerosene, solar
(Automotive Diesel Oil = ADO) minyak diesel (Industrial Diesel Oil = IDO), minyak
bakar (Fuel Oil = FO) dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan produk Non BBM adalah hasil kilang di luar BBM, yaitu low
sulphur waxy residu (LSWR), naptha, bahan pelumas, asphalt dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan produk petrokimia adalah hasil pengolahan dari gas dan
produk Non BBM yaitu purified terephtalic acid (PTA), methanol, polypropylene,
olefin, paraxylene dan lain-lain.

2. Uraian Kegiatan Pengotahan

Pengolahan meliputi semua kegiatan dalam rangka proses pengolahan minyak


mentah dan gas bumi menjadi produk yang terdiri dari BBM dan Non BBM serta
pengolahan dari gas dan Non BBM menjadi produk petrokimia, yang meliputi :

a. Menentukan jenis dan banyaknya minyak mentah yang akan diolah dan
produk minyak yang akan dihasilkan dengan memperhatikan karakteristik
dan kapasitas kilang, dan persediaan serta permintaan produk.
b. Mengolah minyak mentah dan gas bumi yang meliputi proses pengolahan
pertama, proses pengolahan kedua, proses pengolahan lain dan proses
treating unit.

Proses pengolahan pertama meliputi :

I. Mengolah minyak mentah dengan menggunakan unit destilasi untuk


menghasilkan fraksi gas, naptha, kerosene, ADO dan long residu
sesuai spesifikasi yang diperlukan.
II. Mengolah kembali fraksi hasil minyak yang tidak sesuai dengan fraksi
yang dikehendaki (off srade) serta hasil slops dengan menggunakan
unit destilasi ulang untuk menghasilkan antara lain FO.
III. Mengolah long residu dari hasil bottom crude destiller dengan
menggunakan vacuum unit untuk menghasilkan flashed gas oil dan
short residu yang seterusnya diolah pada proses pengolahan kerja.

24 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Proses pengolahan kedua yang meliputi :

I. Mengolah minyak berat (heavy gas oil) dengan menggunakan unit


perengkah (cracking unit) menjadi produk lain seperti migas, kero dan
diesel.
II. Meningkatkan kadar oktan dari migas dengan menggunakan unit
reforming unit.
III. Mengolah gas atau fraksi ringan yang mengandung propane dan
butane menjadi liquifiedpetroleum gas (LPG), butane dan butylene
menjadi avigas dan propylene menjadi polypropytene.

Proses pengolahan lain yang meliputi :

I. Mengolah flashed gas oil menjadi bahan lilin dengan menggunakan


wax plant
II. Mengolah flashed gas oil menjadi Tube base dengan menggunakan
lube plant.
III. Mengolah short residu menjadi bitumen asphalt dengan menggunakan
asphalt plant.
IV. Mengolah short residu menjadi coke dengan menggunakan coker unit.
V. Menghilangkan/mengurangi kontaminasi yang tidak dikehendaki pada
produksi intermediate yang telah memenuhi spesifikasi atau pada
produk hasil minyak lain dengan menggunakan treating unit.

c. Memeriksa jenis produk yang dihasilkan untuk menentukan kualitasnya agar


sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan melalui proses analisa
laboratorium.
d. Menyalurkan produk hasil kilang : melalui pipa sampai ke kapal tanker atau
tenki timbun distribusi.

3. Jenis Beban Pengolahan

Beban pengotahan meliputi beban yang diperlukan dalam rangka mengolah minyak
mentah dan gas bumi hingga menjadi produksi BBM dan Non BBM serta pengolahan
dari gas bumi dan Non BBM menjadi produk petrokimia, yang terdiri dari

Beban proses pengolahan pertama, meliputi :

a. Beban pengolahan untuk penyulingan pada unit destilasi.


b. Beban pengolahan untuk penyulingan ulang pada unit destilasi ulang.
c. Beban pengolahan untuk penyulingan hampa pada vacuum unit.
d. Beban pemeliharaan dan perbaikan unit-unit di atas.
e. Beban utilitas seperti uap, listrik dan air pendingin.
f. Beban refinery fuel dan gas.
g. Beban penerimaan dan penimbunan minyak mentah dan produksi.
h. Beban laboratorium pengujian minyak mentah dan produk.

25 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Beban proses pengolahan kedua yang meliputi :

a. Beban pengolahan untuk merengkah minyak berat pada unit perengkah'


b. Beban meningkatkan kadar oktan dari migas pada reforming unit.

c. Beban pengolahan gas dan fraksi ringan pada LPG plant polypropylene plant.

d. Beban pemeliharaan dan perbaikan unit dan plant di atas.

e. Beban utililas seperti uap, listrik dan air pendingin.

f. Beban penimbunan produk.


g. Beban laboratorium pengujian produk.

Beban proses pengolahan lainnya, antara lain meliputi beban pengolahan :

a. Flashed gas oil pada wax plant


b. Flashed gas oil pada lube plant

c. Short residu pada asphalt plant

d. Short residu pada coker unit


e. Pada treating unit
f. Gas alam pada methanol plant

g. Etylene pada olefin plant


h. Paraxylene pada aromatic plant

i. Beban pabrik penunjang lainnya, seperti drumplant, oxygen plant dan lain-lain.

Beban umum pengolahan, meliputi :

a. Beban umum langsung seperti beban sewa peralatan, beban tenaga ahli, beban
asuransi tenaga kerja langsung dan lain-lain.
b. Beban umum tak langsung seperti beban asuransi umum, beban penyusutan
aktiva tetap, beban pajak, beban overhead pengolahan dan lain-lain.

4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pengolahan

Harga perolehan Aktiva Tetap Pengolahan (ATP), baik pengolahan langsung maupun
tidak langsung meliputi :

26 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

a. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan proses pengolahan pertama.


b. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan proses pengolahan kedua
c. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan proses pengolahan lain.
d. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan fasilitas pengolahan (storage,
handling dan blending facilities).
e. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan prasarana pengolahan (utilities
dan auxiliaries).
f. Harga perolehan ATP Vang berhubungan dengan aktiva tetap tidak bergerak
umum.
g. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan sarana pengangkutan.
h. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan bangunan kantor, wisma dan
perumahan.
i. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan aktiva tetap umum bergerak.

5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan ATP

Kegiatan pengolahan meliputi semua kegiatan dalam rangka proses pengolahan


minyak mentah dan gas bumi menjadi produk yang terdiri dari BBM dan Non BBM
serta pengolahan gas bumi dan Non BBM menjadi produk petrokimia.

Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Proses Pengolahan Pertama

Semua beban yang timbul dalam unit-unit proses pengolahan pertama diperlakukan
sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini
dikelompokkan dalam tiga aktivitas, yaitu :

a. Aktivitas unit-unit proses pengolahan

I. Beban penyulingan pada crude distiller, atmospheric distilling, dan


topping unit.
II. Beban penyulingan ulangan pada redistiller dan rerun pipe still.
III. Beban penyulingan hampa pada vacuum unit, vacuum pipe still,
vacuum flash unit.

b. Aktivitas instalasi utilitas :

I. Beban instalasi pembangkit tenaga listrik.


II. Beban instalasi penghasil uap panas.
III. Beban instalasi air pendingin, dan sebagainya.
IV. Beban instalasi utilitas lainnya.

c. Aktivitas jasa pemeliharaan :

Antara lain meliputi beban perbaikan/pemeliharaan, beban utilitas, beban


penimbunan, beban laboratorium pengujian, beban transportasi, dan sebagainya.

27 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Proses Pengolahan Kedua

Semua beban yang timbul dalam unit-unit proses pengolahan kedua diperlakukan
sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini
dikelompokkan dalam tiga aktivitas:

a. Aktivitas unit-unit proses pengolahan:

I. Beban perengkahan pada thermal cracking, fluid catalytic cracking


unit, hydrocracker, dan visbreaker. Beban reforming pada thermal
reforming dan platformer.
II. Beban unit-unit proses pengolahan gas dan fraksi ringan seperti LPG
plant dan polypropylene plant. Beban unit proses pengolahan gas alam
(natural gas fractination).

b. Aktivitas instalasi utilitas:

I. Beban instalasi pembangkit tenaga listrik.


II. Beban instalasi penghasil uap panas.
III. Beban instalasi air pendingin, dan sebagainya.
IV. Beban instalasi utilitas lainnya.

c. Aktivitas jasa pemeliharaan:

I. Beban perbaikan/pemeliharaan.
II. Beban utilitas.
III. Beban penimbunan, beban laboratorium pengujian dan beban
transportasi pipeline.
IV. Beban utilitas lainnya.

Perlakuan akuntansi terhadap beban proses pengolahan lainnya.

Semua beban Vang timbul dalam unit-unit proses pengolahan lainnya diperlakukan
sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini
dikelompokkan dalam tiga aktivitas :

a. Aktivitas unit-unit proses pengolahan.

I. Beban pada wax plant, lube plant, asphalt plant, coker unit dan lain-
lain.
II. Beban pada treating unit.

b. Aktivitas instalasi utilitas.

I. Beban instalasi pembangkit tenaga listrik.


II. Beban instalasi penghasil uap panas.
III. Beban instalasi air pendingin dan sebagainya.
IV. Beban instalasi utilitas lainnya.

c. Aktivitas jasa pemeliharaan

28 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Beban yang timbul dalam aktivitas ini antara lain adalah beban perbaikan dan
pemeliharaan, beban utilitas, beban penimbunan, beban laboratorium pengujian, dan
beban transportasi produk.

Perlakuan akuntansi terhadap beban umum pengolahan

Semua beban umum yang timbul dalam aktivitas pengolahan baik yang langsung
berhubungan dengan aktivitas pengolahan maupun yang tidak langsung,
diperlakukan sebagai beban operasi pengolahan yang dialokasikan menurut
departemen atau unit kegiatannya masing- masing.

Perlakuan akuntansi terhadap harga perolehan ATP.

Pengeluaran ini merupakan pengeluaran modal:

a. Harga perolehan ATP


b. Pengeluaran untuk penggantian bagian suatu unit ATP yang menambah
kapasitasnya,

c. Nilai tunai dari pembayaran sewa guna dalam rangka capital lease,

d. Biaya bunga masa konstruksi atas dan pinjaman yang dipakai untuk
pembangunan proyek

29 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB VI

AKUNTANSI TRANSPORTASI

1. Definisi Transportasi

Transportasi adalah pengangkutan minyak ,entah dan produk (termasuk Liquified


Natural Gas = LNG dan LPG) dengan kapal atau alat apung lain melalui laut dan atau
sungai dari pelabuhan muat ke lokasi pelabuhan bongkar secara langsung maupun
melalui sarana timbun apung.

2. Uraian Kegiatan Transportasi

Transportasi melalui kapal atau alat apung lain meliputi kegiatan penerimaan,
pengangkutan dan penyerahan muatan minyak mentah dan produk dari pelabuhan
muat ke pelabuhan bongkar dengan menggunakan kapal milik, kapai sewa beli
maupun kapal charter.

3. Jenis Beban Transportasi

Beban transportasi meliputi beban-beban yang timbul dalam rangka kegiatan


penerimaan, pengangkutan dan penyerahan minyak mentah dan produk dengan
kapal atau alat apung lain yang meliputi:

Beban pengoperasian kapal milik Vang terdiri dari :

a. Beban yang terlibat dalam mempersiapkan pengoperasian kapal agar berada


dalam keadaan laik laut dan siap beroperasi (running cost) yang meliputi beban-
beban :

I. Jasa pengurusan kapal


II. Pengawakan kapal
III. Pengadaan proviand
IV. Pengadaan material (perlengkapan) kapal
V. Reparasi kapal (running repair)
VI. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kapal
VII. Komunikasi kapal
VIII. Asuransi kapal

b. Beban untuk pengoperasian kapal dalam pelaksanaan pelayarannya (operating


cost), yang meliputi beban-beban:

I. Kepelabuhan (port charges & clearance)


II. Air tawar kapal
III. Keagenan kapal
IV. Bahan bakar kapal (bunker)
V. Bonus cargo tank cleaning
VI. Uang harian ke luar negeri
VII. Asuransi kapal

30 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Beban pengoperasian kapal charter terdiri dari :

a. Beban sewa kapal


b. Beban operasi kapal dalam hal beban tersebut menjadi tanggungan dari pihak
penyewa sesuai dengan kontrak.

4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Transportasi

Harga perolehan aktiva tetap transportasi pengangkut minyak mentah dan produk
serta penunjangnya diperoleh dengan cara membangun sendiri dan beli langsung
serta sewa guna modal (capital lease) yang meliputi perolehan kapal tanker dan
kapal ringan.

5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Transportasi dan Harga


Perolehan Aktiva Tetap Transportasi

Kegiatan transportasi minyak mentah dan produk meliputi kegiatan dalam rangka
penerimaan, pengangkutan dan penyerahan minyak mentah dan produk dengan
kapal atau alat apung lain dengan perlakuan akuntansi adalah sebagai berikut :

a. Terhadap pengoperasian kapal milik, beban yang terjadi diperlakukan sebagai


beban langsung selama periode operasi kapal.
b. Perlakuan akuntansi terhadap kapal sewa (charter) sesuai dengan perjanjian dan
kesepakatan sewa menyewa kapal (charter party) yang meliputi :

(i) Time charter

Beban sewa dan operasi kapal yang didasarkan pada masa


sewa dalam jangka waktu yang telah ditetapkan diperlakukan
sebagai beban.

(ii) Voyage charter

Beban sewa yang didasarkan pada pengangkutan muatan


tertentu dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar
diperlakukan sebagai beban sedangkan beban operasinya akan
ditagih kembali kepada pemilik kapal.

(iii) Bareboat charter

Beban penyewaan kapal tanpa awak kapal dan beban


operasinya untuk jangka waktu yang telah ditetapkan
diperlakukan sebagai beban.

31 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

c. Perlakuan akuntansi terhadap harga perolehan aktiva tetap transportasi adalah


sebagai berikut:

I. Kapal tanker dan/atau kapal ringan yang diperoleh dengan cara


membangun sendiri dan/atau membeli langsung dikapitalisasi sebesar
harga perolehan yang didasarkan pada satu kesatuan kapal termasuk
perlengkapannya dalam kondisi kapal siap pakai.
II. Kapal tanker yang diperoleh dengan cara sewa guna modal
dikapitalisasi atas dasar nilai tunai (present value) dari seluruh jumlah
angsuran yang dilakukan selama masa kontrak.
III. Pengeluaran tambahan untuk memperoleh perlengkapan kapal di luar
perlengkapan semula, dikapitalisasi sebagai kesatuan nilai kapal
semula.
IV. Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan perubahan umur
ekonomis dan perubahan kapasitas kapal dikapitalisasi.

32 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB VII

AKUNTANSI PEMASARAN

1. Definisi Pemasaran

Pemasaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan penjualan minyak


mentah, gas bumi dan produk kepada pemakai atau penyalur di dalam dan di luar
negeri.

2. Uraian Kegiatan Pemasaran

Kegiatan pemasaran meliputi pembekalan dalam negeri dan ekspor minyak mentah,
gas bumi serta produk lainnya.

a. Kegiatan penyediaan dan penjualan BBM dan Non BBM kepada pemakai dan
penyalur dalam negeri, meliputi

I. Analisa pasar
II. Perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri
III. Pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian
produk ke dalam kemasan serta penyalurannya.
IV. Pelaksanaan penjualan
V. Penyuluhan, pengendalian mutu, pembinaan saluran penjualan dan
promosi
VI. Pemeliharaan sarana penjualan.

b. Kegiatan penyediaan dan penjualan minyak mentah dan produk untuk diekspor,
meliputi

I. Analisa pasar
II. Perencanaan kebutuhan penyediaan dan pemasaran minyak mentah
dan produk untuk diekspor.
III. Perencanaan pemenuhan kebutuhan para pembeli / caIon pembeli
minyak mentah dan produk kilang.
IV. Pengembangan pangsa pasar minyak mentah dan produk kilang.
V. Penetapan harga/allowance/premium dan biaya administrasi.
VI. Persiapan dan penyelesaian kontrak penjualan minyak mentah dan
produk kilang.
VII. Pengaturan jadwal pengapalan ekspor minyak mentah dan
produk kilang serta pelaksanaannya.
VIII. Pemberitahuan data pengapalan kepada pembeli
IX. Pengawasan kualitas minyak mentah dan produk kilang yang diekspor.
X. Penyiapan dan penyelesaian faktur.

c. Kegiatan penyediaan dan penjualan gas yang meliputi

I. Analisa pasar
II. Perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri
III. Pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian
produk ke dalam kemasan serta penyalurannya.

33 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

IV. Pelaksanaan penjualan


V. Penyuluhan, pengendalian mutu, pembinaan saluran penjualan dan
promosi
VI. Pemeliharaan sarana penjualan.

3.Jenis Beban Pemasaran

Beban pemasaran menurut jenis produk dan lokasi adalah sebagai berikut :

a. Untuk pemasaran produk kilang di dalam negeri meliputi

I. Beban pengadaan dan penyaluran


II. Beban fabrikasi dan pengemasan
III. Beban sarana pemasaran
IV. Beban promosi
V. Beban penyuluhan
VI. Beban jasa teknik
VII. Beban pengendalian mutu
VIII. Beban penelitian dan pengembangan
IX. Beban umum.

b. Beban pemasaran gas di dalam negeri, meliputi:

I. Beban rumah pompa, kompresor dan booster


II. Beban stasiun pemanas
III. Beban pipa saluran gas
IV. Beban telemetering
V. Beban lain-lain.

c. Beban pemasaran minyak mentah dan produk kilang yang diekspor ke luar
negeri meliputi beban umum dalam rangka peningkatan pemasaran minyak dan
produk kilang, penutupan kontrak dan beban administrasi lainnya.

4.Harga Perolehan Aktiva Tetap Pemasaran

Aktiva tetap pemasaran merupakan sarana pemasaran dalam negeri. Biaya aktiva
tetap tersebut meliputi harga perolehan:

a. Instalasi, depot, DPPU, SPBU


b. Pipa saluran produk dan gas
c. Sarana angkutan darat
d. Sarana angkutan air
e. Pabrik drum dan pabrik tabung LPG
f. Rumah pompa, kompresor dan booster
g. Stasiun pemanas
h. Telemetering.

34 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

5.Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Pemasaran dan Harga Perolehan


Aktiva Tetap Pemasaran

Perlakuan akuntansi terhadap beban pemasaran hasil produksi di dalarn dan di luar
negeri serta biaya perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut :

a. Semua beban pemasaran produk di dalarn negeri diperlakukan sebagai beban


operasi pemasaran, sedang beban fabrikasi dan pengemasan termasuk dalam
harga pokok produk.
b. Semua beban pemasaran gas di dalam negeri diperlakukan sebagai beban
operasi pemasaran.
c. Semua beban pemasaran minyak mentah dan produk kilang ke luar negeri
diperlakukan sebagai beban operasi pemasaran.
d. Semua harga perolehan aktiva tetap dalam kegiatan pemasaran dikapitalisasi
dan disusutkan sebagaimana mestinya

35 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB VIII

AKUNTANSI LAIN-LAIN

Akuntansi lainnya terdiri dari :

A. Akuntansi pelabuhan khusus

B. Akuntansi telekomunikasi

C. Akuntansi kontrak bantuan teknis (TAC)

D. Akuntansi unitisasi

E. Akuntansi pengurasan tahap kedua (secondary recovery)

F. Akuntansi joint operation

A. AKUNTANSI PELABUHAN KHUSUS

1. Definisi Pelabuhan Khusus

Yang dimaksud dengan pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang dimiliki dan
dioperasikan PERTAMINA untuk menunjang operasi migas.

2. Uraian Kegiatan Pelabuhan Khusus

Kegiatan pelabuhan khusus menyangkut kepelabuhanan, sarana kepelabuhan dan


lindungan lingkungan.

a. Kepelabuhanan, meliputi :

I. Penyediaan sarana tambat


II. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta
penyelenggaraan pemeliharaan dan perbaikan pelabuhan.
III. Pelaksanaan survai hidrografi untuk mendeteksi kedalaman alur
IV. Pelaksanaan kegiatan test tanah (soil test dalam pembangunan atau
pendirian fasilitas pelabuhan dan lindungan lingkungan
V. Pengurusan dan pemprosesan perizinan kepelabuhan, antara lain
pandu, izin berlayar dan lain-lain.

b. Sarana pelabuhan, meliputi :

I. Pengadaan sarana kepil dan kapal ringan serta pengkoordinasian


pelayaran terhadap olah gerak kapal di pelabuhan khusus
II. Pemungutan uang jasa pelabuhan terhadap kapal yang menggunakan
fasilitas pelabuhan khusus dan menyetorkan sebagian dari pungutan
tersebut ke Perum Pelabuhan.

36 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

c. Lindungan lingkungan yaitu :

I. Pencegahan terhadap kemungkinan tertumpahnya minyak di perairan


pelabuhan serta penanggulannya
II. Pemungutan jasa lindungan lingkungan.

3.Jenis Beban Pelabuhan Khusus

a. Untuk pelabuhan terdiri dari :

I. Beban sewa perairan


II. Beban dermaga
III. Beban lain-lain.

b.Untuk sarana pelabuhan terdiri dari :

I. Beban labuh dan tambat kapal


II. Beban operasi kapal tunda
III. Beban operasi kapal tambat
IV. Beban operasi kapal pengangkut anak buah kapal
V. Beban operasi tongkang air
VI. Beban lain-lain.

c.Untuk lindungan lingkungan terdiri dari :

I. Beban pencegahan tumpahan minyak


II. Beban personil
III. Beban lain-lain.

4.Harga Perolehan Aktiva Tetap Pelabuhan Khusus

Biaya perolehan aktiva tetap pelabuhan khusus meliputi harga perolehan :

a. Fasilitas dan perlengkapan pelabuhan.


b. Fasilitas perlengkapan lindungan lingkungan.

5.Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva


Tetap Pelabuhan Khusus

Kegiatan pelabuhan khusus meliputi semua kegiatan pelabuhan yang dimiliki dan
dioperasikan PERTAMINA untuk menunjang operasi migas dan aktiva lainnya.

Perlakuan akuntansi yang menyangkut kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a. Semua beban yang timbul dalam pengelolaan kepelabuhan, sarana pelabuhan


dan lindungan lingkungan diperlakukan sebagai beban operasi pelabuhan
khusus.

37 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

b. Semua harga perolehan fasilitas dan perlengkapan pelabuhan khusus dan


lindungan lingkungan dikapitalisasi dan disusutkan sebagaimana mestinya.

B. AKUNTANSI TELEKOMUNIKASI

1.Definisi Telekomunikasi

Yang dimaksud telekomunikasi adalah seluruh jaringan serta perangkat komunikasi


dengan radio, telepon, telex facsimile guna menunjang operasi PERTAMINA.

2.Uraian Kegiatan Telekomunikasi

Telekomunikasi meliputi semua kegiatan perencanaan, pengadaan, pengelolaan,


pembinaan dan pengawasan yang berkaitan dengan data atau informasi dalam
berbagai bentuk seperti voice, naskah, gambar, data komputer, dan data navigasi
dengan menggunakan berbagai sarana telekomunikasi.

3.Jenis Beban Telekomunikasi

Beban telekomunikasi metiputi semua beban dalam rangka kegiatan komunikasi


guna menunjang operasi PERTAMINA yang terdiri dari :

a. Beban sewa saluran (leased channal)


b. Beban izin komunikasi dan hak penyelenggaraan

c. Beban sambungan/pemasangan/pemindahan saluran

d. Beban pelangganan saluran telepon instansi di luar PERTAMINA yang


menunjang operasi PERTAMINA

e. Beban lain-lain.

4.Harga Perolehan Aktiva Tetap Telekomunikasi

Biaya perolehan aktiva tetap telekomunikasi meliputi harga perolehan fasilitas dan
perlengkapan telekomunikasi.

5.Perlakuan Akuntansi Terhadap, Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva


Tetap Telekomunikasi

a. Beban telekomunikasi. Semua beban yang timbul dalam pengoperasian


telekomunikasi diperlakukan sebagai beban operasi telekomunikasi.
b. Harga perolehan aktiva tetap telekomunikasi. Semua biaya perolehan aktiva
tetap telekomunikasi dikapitalisasi dan disusutkan sebagaimana mestinya,
kecuali aktiva tetap telekomunikasi yang diserahkan ke Perumtel yang
dibukukan sebagai aktiva lain-lain (biaya yang ditangguhkan).

38 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

C. STANDAR AKUNTANSI KONTRAK BANTUAN TEKNIS (TECHNICAL


ASSISTANCE CONTRACT = TAC)

1.Definisi Kontrak Bantuan Teknis

Kontrak bantuan teknis merupakan suatu behtuk hubungan kerja, antara dua atau
lebih perusahaan minyak, di mana pihak pertama memiliki lapangan minyak untuk
dikembangkan dan pihak kedua berjanji untuk menyediakan dana dan jasa guna
merehabilitasi dan mengembangkan lapangan tersebut dengan menanggung seluruh
biaya pengelolaan untuk meningkatkan produksi lapangan. Pihak yang menyediakan
dana dan jasa akan memperoleh bagian dari pertambahan produksi tersebut sesuai
kontrak.

2.Uraian Kegiatan Kontrak Bantuan Teknis.

Kegiatan kontrak bantuan teknis meliputi kegiatan rehabilitasi, pengembangan dan


produksi.

Tugas dan kegiatan pihak yang memiliki lapangan adalah sebagai berikut:

a. Menyerahkan lapangan yang akan direhabilitasi dan dikembangkan untuk dikeloia


oleh pihak pemberi dana dan jasa.
b. Mengendalikan pelaksanaan pengelolaan lapangan tersebut.
c. Memeriksa, meneliti, dan menyetujui beban pengelolaan lapangan tersebut sebagai
pengurang dari tambahan hasil produksi (cost recovery). Tugas dan kegiatan pihak
yang menyediakan dana dan jasa adalah sebagai berikut:

(i) Mengelola rehabilitasi dan mengembangkan lapangan untuk


menghasilkan produksi yang melebihi produksi lapangan sebelum
direhabilitasikan dan dikembangkan.
(ii) Memperhitungkan biaya pengelolaan lapangan tersebut sebagai biaya
produksi yang harus dipulihkan (cost recovery) oleh pihak pemilik
lapangan sesuai kontrak.

3.Jenis Biaya dan Beban Kontrak Bantuan Teknis

Biaya dan beban kontrak bantuan teknis meliputi biaya pengembangan dan beban
produksi. Jenis biaya pengembangan dan beban produksi telah diatur sebelumnya
dalam akuntansi pengembangan dan produksi.

4.Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Kontrak Bantuan


Teknis

Biaya pengembangan dan beban produksi yang timbul dalam pengelolaan tersebut
masing- masing diperlakukan sebagai biaya yang dikapitalisasi dan sebagai beban.

39 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

D.STANDAR AKUNTANSI UNITISASI

1.Definisi Unitisasi

Unitisasi adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak untuk
mengusahakan pengembangan dan produksi dua atau lebih lapangan minyak dan
gas bumi yang secara geologis berdekatan dengan menanggung biaya dan membagi
produksinya sesuai dengan perjanjian.

Dalam operasi unitisasi pada umumnya terkait suatu kerja sama antara perusahaan
yang bertindak sebagai operator dan non operator.

Perusahaan operator adalah perusahaan yang melaksanakan operasi unitisasi,


sedang perusahaan non operator adalah peserta lain dalam unitisasi yang tidak ikut
dalam pelaksanaan operasi unitisasi.

2.Uraian Kegiatan Unitisasi

Unitisasi meliputi kegiatan pengernbangan dan produksi. Dalam unitisasi terkait


kerja sama antara perusahaan yang berfungsi sebagai operator dan perusahaan
yang, berfungsi sebagai non operator.

a. Tugas dan kegiatan perusahaan operator adalah sebagai berikut: -

I. Membiayai sebagian dari biaya operasi sesuai dengan kesepakatan


yang dinyatakan dalam perjanjian.
II. Melaksanakan operasi yang meliputi kegiatan pengembangan dan
produksi lapangan.
III. Menerima sebagian biaya operasi dari perusahaan non operator untuk
membiayai operasi sesuai perjanjian.
IV. memberikan pertanggungjawaban atas pengeluaran biaya operasi
yang menjadi bagian perusahaan non operator.

b. Perusahaan non operator wajib rnenyerahkan uang/barang/jasa untuk


membiayai sebagian dari operasi kepada perusahaan operator sesuai dengan
kesepakatan yang dinyatakan dalam perjanjian.

3.Jenis Biaya dan Beban Unititas

Biaya dan beban unitisasi meliputi biaya pengernbangan dan beban produksi. Jenis
biaya pengembangan dan beban produksi telah diatur sebelumnya dalam standar
akuntansi pengembangan dan standar akuntansi produksi.

4.Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Unitisasi

Biaya dan beban yang timbul dari pengelolaan unitisasi dibagi sesuai dengan
kesepakatan bersama antara perusahaan operator dan non operator.

Perlakuan akuntansi terhadap biaya dan beban yang menjadi tanggungan masing-
masing perusahaan dicatat sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan yang

40 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

bersangkutan. Pada umumnya biaya pengembangan dikapitalisasi sedangkan


pengeluaran untuk produksi diperlakukan sebagai beban.

E.AKUNTANSI KONTRAK PENGURASAN TAHAP KEDUA

1. Definisi Pengurasan Tahap Kedua (secondaryrecoveries)

Pengurasan tahap kedua merupakan metode pengurasan minyak dan gas bumi
dengan menginduksikan suatu tenaga dorongan buatan ke dalam formasi untuk
meningkatkan produksi di atas tingkat produksi yang dapat dicapai dengan cara
pengurasan tahap pertama.

Pengurasan tahap kedua dapat dilaksanakan sendiri atau dalam bentuk kontrak
dengan pihak lain. Sub bab ini hanya mengatur pegurasan tahap kedua yang
dilaksanakan dalam bentuk kontrak.

Pengurasan tahap kedua yang dilakukan sendiri telah diatur dalam bab akuntansi
produksi.

2.Uraian Kegiatan Pengurasan Tahap Kedua

Kontrak pengurasan tahap kedua mengatur tugas dan kewajiban sebagai berikut :

a. Tugas dan kewajiban perusahaan yang memiliki lapangan minyak dan gas bumi
adalah sebagai berikut :

I. Menyerahkan kegiatan pengembangan dan produksi lapangan minyak


dan gas bumi tua kepada pihak yang akan mengusahakan pengurasan
tahap kedua.
II. Melaksanakan pengendalian biaya-biaya yang terjadi dalam operasi
pengurasan tahap kedua yang dikeluarkan oleh pihak yang
melaksanakannya.
III. Membiayai sebagian dari biaya operasi sesuai dengan kesepakatan
yang dinyatakan dalam kontrak, jika pihak pemilik lapangan minyak
dan gas bumi turut berperan serta dalam operasi tersebut.

b. Tugas dan kewajiban perusahaan yang melaksanakan pengurasan tahap kedua


adalah sebagai berikut :

I. Melaksanakan pekerjaan pengembangan lapangan minyak dan gas


bumi yang meliputi pemboran kembali guna menilai tingkat ekonomis
kandungan hydrocarbon.

41 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

II. Melaksanakan pengurasan (produksi) minyak dan gas bumi ke


permukaan bumi.
III. Memberikan pertanggungjawaban atas biaya-biaya yang telah
dikeluarkan kepada pemilik lapangan minyak dan gas bumi.

3.Jenis Biaya dan Beban Pengurasan Taha p Kedua

Biaya dan beban pengurasan tahap kedua meliputi biaya pengembangan dan beban
produksi. Jenis-jenis biaya dan beban adalah sama seperti yang dirinci dalam
standar akuntansi pengembangan dan produksi.

4.Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Pengurasan Tahap


Kedua

Perlakuan akuntansi terhadap biaya pengembangan dan beban produksi yang timbul
dalam operasi pengurasan tahap kedua masing- masing diperlakukan sebagai biaya
yang dikapitalisasi dan sebagai beban.

F.AKUNTANSI JOINT OPERATION

1.Definisi Joint Operation

Joint operation adalah suatu bentuk kerja sama permodalan antara dua atau lebih
perusahaan minyak untuk mengusahakan eksplorasi, pengembangan dan produksi
suatu wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, dengan menanggung biaya
dan produksinya sesuai dengan kontrak.

2.Uraian Kegiatan Joint Operation

Joint operation dimaksudkan untuk mengurangi resiko dan menekan biaya


perusahaan-perusahaan yang mengadakan kerja sama.

Joint operation meliputi kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi. Dalam


joint operation terkait kerja sama antar perusahaan yang berfungsi sebagai
pengelola suatu wilayah pertambangan (operator) dengan perusahaan lain yang ikut
dalam penyertaan (non operator).

Kerja sama tersebut, dapat terjadi dalam berbagai bentuk joint operation antara lain
Joint Operating Agreement (JOA) dan Joint Operating Body (JOB).

Dalam hal JOA, PERTAMINA bertindak sebagai non operator sedangkan kontraktor
asing bertindak sebagai operator. Dalam JOB, PERTAMINA sebagai operator dan
kontraktor asing sebagai non operator.

Tugas dan kewajiban operator adalah sebagai berikut :

a. Berperan serta membiayai sebagian dari biaya operasi dalam pengelolaan


kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi suatu wilayah
pertambangan.

42 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

b. Melaksanakan pengelolaan suatu wilayah kerja pertambangan yang meliputi


kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi.

c. Menerima dari dan mempertanggungjawabkan bagiannya atas biaya operasi


pengelolaan wilayah pertambangan tersebut kepada non operator.

Perusahaan non operator berkewajiban menyerahkan uang/jasa untuk membiayai


sebagian dari operasi pengelolaan wilayah pertambangan tersebut di atas sesuai
perjanjian.

3.Jenis Biaya dan Beban Joint Operation

Jenis biaya dan beban joint operation meliputi :

a. Biaya dan beban eksplorasi


b. Biaya pengembangan
c. Beban produksi.

4.Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Joint Operation.

Biaya dan beban yang timbul dalam rangka pengelolaan wilayah kerja pertambangan
dari joint operation dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama antara perusahaan
operator dan non operator.

Perlakuan akuntansi terhadap biaya dan beban tersebut yang menjadi tanggungan
masing- masing perusahaan dicatat sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan
yang bersangkutan.

Pada umumnya pengeluaran eksplo rasi dikapitalisasi atau diperlakukan sebagai


beban, biaya pengembangan dikapitalisasi dan pengeluaran untuk produksi
diperlakukan sebagai beban.

43 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB IX

TANGGAL BERLAKU

Pernyataan ini berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penyusunan laporan


keuangan mulai tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Maret 1991.

44 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Lampiran 1

SEJARAH PERMINYAKAN

DI INDONESIA

1. Sebelum Tahun 1971

a. Zaman penjajahan Hindia Belanda sebelum tahun 1941 Gagasan untuk


menambang minyak dan gas bumi di Indonesia muncul sejak ditemukannya
cadangan minyak pada tahun 1885 di Telaga Said Sumatera Utara oleh A.J.
Zijlker, seorang pengusaha perkebunan berkebangsaan Belanda.

Untuk mengatur penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia, Pemerintah


Hindia Belanda pada tahun 1899 mengeluarkan undang-undang yang disebut
sebagai lndische Mijn Wet dan diumumkan dalam Staatsblad Nomor 214 tahun
1899. Dalam undang-undang tersebut, pengusahaan dan penambangan diatur
menurut wilayah konsesi penambangan. Pola kerja sama dalam undang-undang
tersebut di dasarkan pada pengakuan hak individual secara menonjol.

Peta pembagian wilayah konsesi penambangan di Indonesia sampai dengan


tahun 1941 adalah sebagai berikut:

I. Wilayah konsesi dari Bataafsche Petroleum Maatschapplj (BPM) dan


Caltex terletak di daerah Sumatera Bagian Utara dan Tengah.
II. Wilayah konsesi Nederlansch lndische Ardolie MU (NIAM) terletak di
daerah Jambi.
III. Wilayah konsesi Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM)
dan BPM terletak di daerah Sumatera Bagian Selatan.
IV. Wilayah konsesi BPM terletak di daerah Jawa Timur dan Cepu.
V. Wilayah konsesi NIAM terletak di daerah Kalimantan Timur.
VI. Wilayah konsesi Nederlansche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij
(NNGPM) terletak di daerah lrian Jaya.

b. Zaman Pendudukan Jepang Tahun 1441 - 1945.

Selama pendudukan Jepang, kegiatan pengusahaan minyak dan gas bumi oleh
perusahaan-perusahaan tersebut di atas terhenti, karena semua ladang minyak
diambil alih oleh Jepang yang kemudian melanjutkan operasi dari sebagian besar
ladang minyak tersebut.

c. Zaman Indonesia Merdeka

Pemerintah Indonesia mengambil alih pengusahaan minyak dan gas bumi dengan
membentuk tiga badan pengelola yaitu:

45 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

I. Perusahaan Tambang Minyak Nasional Republik Indonesia (PTMNRI)


untuk wilayah Sumatera Utara
II. Perusahaan Minyak Republik Indonesia (PERMIRI) untuk wilayah
Sumatera Selatan.
III. Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN) untuk wilayah Jawa
Timur.

Dengan berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 19 Desember


1949, terjadi perubahan wilayah konsesi penambangan di Indonesia, yaitu:
PTMNRI untuk wilayah Sumatera Utara, CALTEX untuk wilayah Riau daratan, BPM
& STANVAC untuk wilayah Sumatera Selatan, BPM & PTMN untuk wilayah Jawa
Timur.

Selama periode 1951 sampai dengan 1959 terjadi perubahan sebagai berikut:

I. PTMNRI diganti menjadi Perusahaan Tambang Minyak Republik


Indonesia (PTMRI) tahun 1951.
II. PTMRI kemudian diganti menjadi Perusahaan Tambang Minyak
Sumatera Utara (TMSU) tahun 1954.
III. Pada tanggal 10 Desember 1957 TMSU dibubarkan dan diganti
menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT Permina) tanggal tersebut
kemudian dijadikan sebagai tanggal berdirinya PERTAMINA.
IV. Pemerintah RI membeli NIAM dan diganti menjadi PT Pertambangan
Minyak Indonesia (PT Permindo) pada tahun 1959.

Pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia telah diatur dalam pasal 33 ayat
(2) dan (3) UndangUndang Dasar (UDD) 1945. Karena pada waktu itu belum ada
undang-undang yang mengatur maka, meskipun tidak sesuai dengan UUD 1945,
cara konsesi masih diberlakukan sampai dengan tahun 1959. Pada tahun 1960
dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 pengganti undang-undang tentang
Perusahaan Negara. Badan usaha ini merupakan pengelola bidang-bidang
produksi tertentu yang harus dikuasai negara.

Selanjutnya dikeluarkan Undang-undang (UU) Nomor 4 tahun 1960 tentang


Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, di mana antara lain diatur.

Pasal (1) - bahan galian minyak dan gas bumi merupakan kekayaan nasional
yang harus dikuasai oleh negara.

Pasal (3) - pengusahaannya hanya oleh negara yang dilaksanakan oleh


Perusahaan Negara.

Pasal (5) - kontraktor hanyalah pihak yang bekerja untuk membantu Perusahaan
Negara dan menerima imbalan untuk hasil kerja tersebut.

46 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Sejak berlakunya Undang Undang Nomor 44 Tahun 1960 praktis lndishce Mijn
Wet tidak berlaku lagi di Indonesia. Pada waktu itu di Indonesia terdapat tiga
perusahaan besar:

I. PT Shell Indonesia yang beroperasi di daerah sekitar Balikpapan dan


Piaju.
II. PT Caltex Pasific Indonesia (PT CPI) yang beroperasi di daerah Riau
Daratan.
III. PT Stanvac Indonesia (PTSI) yang beroperasi di Sumatra Selatan dan
Riau Daratan.

Pada tahun 1961 pemerintah mendirikan tiga perusahaan yaitu:

I. Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia (PN Pertamina)


dengan daerah operasi Sumatra Selatan dan Riau Daratan.
II. Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Nasional (PN
Permigan) yang mempunyai daerah operasi di Jawa Timur/Cepu.
III. Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional (PN Permina) yang
mempunyai daerah operasi di Sumatra Utara.

PN Pertamina pada tahun 1963 menandatangani perjanjian Kontrak Karya (KK =


Contract of work) dengan PT CPI sedangkan PN Perniagaan menandatangani
kontrak yang serupa dengan PTSI.

Pada tahun 1965 PN Perniagaan dibubarkan dan daerahnya diserahkan kepada


PN Pertamina dan PN Permina.

Di lain pihak tugas pembekalan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri
ditangani oleh PN Pertamin sedangkan pemasaran luar negeri oleh PN Permina.
Berhubung perjanjian KK kurang sesuai dengan semangat UUD 1945 dan
hasiinya kurang memuaskan maka sejak tahun 1963 kerja sama dengan
kontraktor asing diatur dengan Kontrak Bagi Hasil (KBH = Production Sharing
Contract). Pada tahun 1968 keluar PP Nomor 27 yang isinya melebur PN
Pertamina dan PN Permina menjadi PN Pertamina.

2. Sesudah Tahun 1971

Pada tahun 1971 lahirlah UU Nomor 8 yang memberikan bentuk khusus kepada
PN Pertamina. Dengan adanya undang-undang ini PN Pertamina menjadi
PERTAMINA.

UU Nomor 8 ini terdiri dari 14 bab yaitu: Ketentuan umum, Ketentuan Pendirian,
Tujuan dan Lapangan Usaha, Modal, Kuasa Pertambangan, Tugas dan Kewajiban
Perusahaan, Dewan Komisaris Pemerintah, Direksi, Tahun Buku, Anggaran
Perusahaan, Laporan Perhitungan Tahunan, Pembubaran, Ketentuan Peralihan,
dan Ketentuan Penutup. Mengenai undang-undang ini akan dibahas lebih lanjut
dalam Lampiran 2. Mengingat perkembangan harga minyak yang meningkat
pada tahun 1974 maka pemerintah mengadakan perubahan atas kewajiban
kontraktor. Pembagian dari Net Operating Income KK sebesar 60 : 40 untuk
keuntungan pemerintah dan pembagian dari hasil produksi dikurangi biaya

47 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

operasi KBH sebesar 65 : 35 untuk keuntungan pemerintah berubah menjadi :


pembagian dari lima dollar pertama (base price) tetap seperti semula, sedangkan
selebihnya dibagi 85 : 15 untuk keuntungan pemerintah. Perubahan ini kemudian
kita kenal sebagai New Deal.

Pada tahun 1976 diadakan lagi perubahan-perubahan yang pada umumnya lebih
menguntungkan Indonesia yaitu dihapuskannya base price dan pembagian
antara Pemerintah dengan kontraktor menjadi 85 : 15 yang kemudian dikenal
sebagai New Term. Sedangkan Pembagian yang menyangkut gas tidak
mengalami perubahan yaitu tetap 65 : 35. Di dalam bagian Pemerintah Indonesia
ini sudah termasuk kewajiban pajak dan pungutan lain dari kontraktor. Dengan
berakhirnya KK pada tanggal 27 Nopember 1983, pembagian keuntungan khusus
untuk Caltex berubah menjadi KBH dengan pembagian keuntungan 88 : 12.
Bentuk kerja sama antara PERTAMINA dengan kontraktor asing adalah sebagai
berikut :

a. Kontrak Karya

Hanya tiga perusahaan yang pernah terikat dengan kontrak ini yaitu PT CPI,
PT SI dan PT Calasiatic & Topco (C&T). Dalam kontrak ini pembagian
didasarkan pada keuntungan, sedangkan manajemen dan pemilikan assets
berada di tangan kontraktor. Kontrak dengan PT. SI akan berakhir tahun
1992, sedangkan kontrak dengan PT C&T akan berakhir tahun 2001.

b. Kontrak Bagi Hasil

Ciri yang menonjol dari kontrak jenis ini adalah manajemen dan pemilikan
assets berada di tangan PERTAMINA, serta yang dibagi adalah produksi
setelah dikurangi biaya operasi.

c. Kontrak Lainnya

48 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Selain dari kedua bentuk kontrak tersebut di atas juga dikenal bentuk-bentuk
kontrak sebagai berikut:

I. Kontrak Unitisasi. Kontrak ini dilakukan dalam bentuk kerja sama


antara dua atau lebih perusahaan minyak untuk mengusahakan
pengembangan dan produksi lapangan minyak dan gas bumi yang
secara geologis berdekatan dengan menanggung biaya dan membagi
produksi sesuai dengan perjanjian.
II. Kontrak Bantuan Teknis (Technical Assistance Contract = TAC). Ciri
yang menonjol dari kontrak ini adalah usaha untuk meningkatkan
produksi sumur tua milik PERTAMINA yang sudah menurun. Kontraktor
melakukan semua kegiatan dan menanggung seluruh biayanya.

Produksi minyak yang melebihi produksi semula dibagi antara PERTAMINA dan
kontraktor setelah memperhitungkan biaya produksi dan pembagiannya
berdasarkan ketentuan KBH.

I. Perianjian Operasi Bersama (Joint Operotion Agreement). Merupakan


suatu bentuk kerja sama permodalan antara dua atau lebih
perusahaan minyak untuk mengusahakan eksplorasi, pengembangan
dan produksi suatu wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi,
dengan menanggung biaya dan produksinya sesuai dengan ketentuan
kontrak.
II. Kontrak Secondary Recovery (Secrec ). Merupakan suatu bentuk
kontrak pengurasan tahap kedua atas lapangan minyak dan gas bumi
dengan menginduksikan suatu tenaga dorongan buatan ke dalam
formasi untuk meningkatkan produksi di atas tingkat produksi yang
dapat dicapai dengan cara pengurasaan tahap pertama.
III. Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement). Ciri khusus dari jenis kontrak
ini adalah bahwa PERTAMINA meminjam uang dari pihak asing untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas di dalam wilayah
kerja PERTAMINA. Bila PERTAMINA tidak berhasil menemukan minyak
dan gas bumi di wilayah tersebut, maka PERTAMINA dibebaskan dari
kewajiban mengembalikan hutangnya. Tetapi apabila berhasil,
PERTAMINA berkewajiban mengembalikan hutang, bunga dan premi
secara berangsur untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk minyak.
Pajak dari badan yang memberi pinjaman menjadi tanggungan
PERTAMINA.

3. Perkembangan Akuntansi Perminyakan di Indonesia

a. Akuntansi perminyakan adalah akuntansi perusahaan minyak yang meliputi


akuntansi untuk :
I. Mencari dan mengembangkan cadangan minyak dan gas bumi.
II. Menaikkan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi.
III. Mengangkut minyak dan gas bumi ke kilang atau terminal penyerahan
lainnya.
IV. Mengolah minyak dan gas bumi menjadi hasil minyak dan gas serta
mengolah lebih lanjut untuk menghasilkan bahan kimia dari
hidrokarbon dan bahan setengah jadi lainnya (petrokimia).
V. Mengangkut dan memasarkan hasil minyak, gas dan bahan kimia ke
sarana pemasaran dan / atau langsung ke konsumen, dan

49 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

VI. Melakukan kegiatan lainnya yang menunjang perusahaan minyak.


VII. Perkembangan akuntansi perminyakan di Indonesia dapat
ditelusuri baik dari jalur perusahaan minyak asing maupun dari jalur
perusahaan minyak negara.

Perusahaan minyak asing

Akuntansi perminyakan di Indonesia pada mulanya dilakukan oleh perusahaan-


perusahaan minyak asing yang beroperasi di wilayah Hindia Belanda. Perusahaan-
perusahaan ini pada umumnya merupakan afiliasi dari perusahaan minyak raksasa
internasional. Sebelum kemerdekaan, ada tiga kelompok besar perusahaan minyak
asing yang beroperasi di wilayah Hindia Belanda.

Kelompok pertama adalah perusahaan Royal Dutch Shell yang merupakan


penggabungan dari Royal Petroleum Company atau De Koninklijke Nederlandsche
Petroleum Maatschappij dan Shell Transport and Trading Company (1907). Kelompok
ini membentuk Perusahaan afiliasi BPM, perusahaan afiliasi Asiatic Petroleum dan
perusahaan afiliasi Anglo Saxon Petroleum Company.

BPM melakukan operasi eksplorasi dan produksi di daerah-daerah Langkat, Sumatra


Utara (lapangan Telaga Said dan Perlak), Kalimantan Timur (lapangan Sanga-sanga,
Tarakan, Samboja, Bunyu, Tanjung), Jawa (lapangan Cepu), operasi pipa penyalur
minyak dari lapangan Perlak ke Pangkalan Brandan dan operasi pengolahan di
kilang-kilang Pangkalan Brandan, Balikpapan dan Plaju.

Usaha pemasaran dilakukan oleh perusahaan afiliasi Asiatic Petroleum dan usaha
pengangkutan minyak dilakukan oleh perusahaan afiliasi Anglo Saxon Petroleum
Company. Untuk pengelolaan operasi yang tersebar di berbagai daerah yang luas ini,
BPM membentuk 5 unit pusat administrasi yaitu di Pangkalan Brandan, Plaju, Cepu,
Balikpapan dan Tarakan.

Kelompok kedua adalah NV. SVPM, yang kemudian dikenal STANVAC, yang
merupakan gabungan antara perusahaan Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij (NKPM) dengan perusahaan Standard Oil of New Jersey pada tahun
1933. Kelompok ini beroperasi di Sumatra bagian tengah dan selatan (lapangan
Talang Akar, Sago, Ukui, Andan, sungai Pulai, Keruh di Lirik). Di Pulau Jawa
STANVAC menemukan minyak di lapangan-lapangan dekat Cepu yakni Trembul, Lusi
dan Pilang Bango. STANVAC juga mendirikan kilang di sungai Gerong.

Kelompok ketiga adalah NV Caltex Pacific Petroleum Maatschappij yang merupakan


gabungan usaha antara NV Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM),

50 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

yang merupakan anak perusahaan dari Standard Oil Company of Califomia (SOCAL)
dengan Texas Oil Company (TEXACO) pada tahun 1936. Kelompok ini beroperasi di
Sumatra bagian tengah (Blok Rokan, lapangan sebanga, Duri, Minas).

Ketiga kelompok usaha di atas juga melakukan pemasaran BBM di dalam negeri
yang meliputi pengadaan, penyimpanan dan distribusi dengan tujuan utama mencari
keuntungan. Di samping ketiga kelompok perusahaan minyak asing tersebut
terdapat perusahaan minvak asing yang beroperasi di Daerah lrian Barat
(Nederiands Nieuw Guinea), yakni NNGPM yang merupakan usaha patungan dari
BPM, Stanvac dan Far Pacific Investment Coy (mewakili saham Caltex). Perusahaan
ini melanjutkan usaha BPM dengan mengadalian eksplorasi daerah konsesi "Nieuw
Guinea Block".

Setelah Indonesia merdeka, beberapa peraturan perundangan yang dikeluarkan


pemerintah di bidang perminyakan mempengaruhi praktik akuntansi perusahaan
minyak asing yang beroperasi di Indonesia ini. Beberapa kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi praktik akuntansi ini antara lain:

I. Pembatasan harga jual BBM di dalam negeri (1958)


II. Kewajiban prorata (1962)
III. Subsidi dan upah pembekalan BBM dalam negeri (1963)
IV. Kontrak Karya dengan tata cara ekspor minyak mentah, impor dan
ekspor barang operasi, reparasi peralatan di luar negeri, pengalihan
barang milik yang tidak digunakan lagi dalam operasi perminyakan,
pembagian keuntungan antara pemerintah dan perusahaan minyak
asing (1963).

Pada tahun 1964, PN Permina menandatangani perjanjian dengan Refining


Associates of Canada, Ltd. (REFICAN), yang merupakan perusahaan minyak asing
pertama yang bekerja sama berdasarkan prinsip bagi hasil. Perusahaan perusahaan
minyak asing lainnya kemudian mengikuti jejak REFICAN dengan menandatangani
kontrak bagi hasil.

Bagi perusahaan-perusahaan minyak asing ini, usahanya di Indonesia bersifat


perluasan geografis dan merupakan bagian dari operasi intemasionalnya. Aspek
akuntansi bagi perusahaan-perusahaan ini adalah:

I. Penjualan atau pemindahan hak usaha pertambangan di Indonesia kepada


pihak lain, dalam hal usaha tersebut menghasilkan produksi komersil.
II. Penjabaran transaksi yang dilakukan dalam mata uang lain selain mata
uang yang dipakai untuk akuntansi.
III. Sifat dari hak dipengaruhi oleh usaha pertambangan yang dimiliki.
IV. Peraturan-peraturan perundangan Hindia Belanda atau Indonesia, termasuk
di sini klausul-klausul dalam kontrak yang mendasari hak usaha
pertambangan perusahaan tersebut. Penetapan harga dan biaya, baik

51 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

operasional maupun modal serta penyajian laporan keuangan perusahaan


minyak asing tersebut.

Dengan demikian pada jalur perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia,
akuntansi perminyakannya menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:

I. Sebagai perusahaan afiliasi, pada umumnya mereka memakai sistem


akuntansi yang telah digariskan dalam pedoman akuntansi perusahaan
induknya, serta kebijakan akuntansi khusus untuk transaksi dan pelaporan
dalam mata uang yang berbeda dengan mata uang perusahaan induknya.
II. Sistem akuntansi harus mempersiapkan berbagai laporan yang diwajibkan
oleh peraturan perundangan di Indonesia, seperti program kerja dan
anggaran, produksi, biaya yang boleh diminta kembali, keuntungan untuk
dibagi, kewajiban pembekalan dalam negeri, pajak penghasilan, pajak atas
bunga dividen dan royalti, dan lainnya beserta segala dasar perhitungan.
III. Peraturan perundangan Indonesia juga membawa dampak terhadap
beberapa transaksi yang berwujud dalam penetapan harga dan biaya serta
penyajian laporan keuangan yang merupakan bagian dari operasi
internasional perusahaan induk.

Perusahaan minyak negara

Pada jalur perusahaan minyak negara, kita melihat bahwa kebijakan dan praktik
akuntansi yang berlaku dewasa ini merupakan hasil evolusi sejarah PERTAMINA.
Harta benda beserta sistem akuntansi dari berbagai perusahaan minyak asing dibeli
oleh Permina yang kemudian bergabung dengan perusahaan minyak negara lainnya
menjadi PERTAMINA. Usaha penyeragaman yang dilakukan kemudian banyak
mengambil praktik-praktik akuntansi kontinental Eropa (sistem Shell) dengan
menambahkan beberapa praktek akuntansi Amerika sejak permulaan tahun enam
puluhan.

Selanjutnya setelah itu tejadi beberapa perubahan dalam akuntansi sebagaimana


yang ditampung dalam peraturan perundangan nasional mengenai industri
perminyakan.

Kebijakan dan praktik akuntansi yang ditimbulkannya kemudian menyatu menjadi


sistem akuntansi PERTAMINA, walaupun proses integrasi akuntansi ini masih
berkelanjutan.

Sesuai dengan Undang-undang, tujuan PERTAMINA adatah: "..... membangun dan


melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dalam arti seluas-tuasnya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat dan Negara serta menciptakan Ketahanan
Nasional" (Pasal 5, Bab III Undang-undang PERTAMINA).

Untuk mewujudkan pertanggungjawaban PERTAMINA dalam usahanya mencapai


tujuan ini kepada pemerintah Direksi PERTAMINA melakukan hal-hal sebagai berikut:

I. Menyusun anggaran tahunan dan meminta persetujuan kepada Dewan


Komisaris Pemerintah PERTAMINA (KPP).

52 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

II. Menyajikan laporan triwulan mengenai pelaksanaan anggaran dan kegiatan


penting mengenai pelaksanaan anggaran dan kegiatan penting tainnya
kepada DKPP.
III. Menyajikan laporan keuangan tahunan (sekurang-kurangnya Neraca dan
Laporan Laba Rugi) kepada DKPP baik yang belum diaudit maupun yang
telah diaudit BPKP.

Untuk memudahkan pengelolaan usaha serta pertanggungjawabannnya, telah


disusun berbagai pedoman antara lain Pedoman Anggaran, Pedoman Akuntansi,
Pedoman Perhitungan Kewajiban Kepada Pemerintah, Pedoman Perhitungan Biaya
Pokok BBM, Quantity Accounting Manual, dan Pedoman Perbendaharaan.

PERTAMINA sebagai BUMN Vang merupakan agen pembangunan, meskipun


merupakan suatu kesatuan ekonomi, menggunakan sistem akuntansi dengan dua
sifat dasar yaitu:

(i) Sebagai pengemban misi pembekalan BBM dalam negeri dengan


beberapa ciri seperti:
§ Operasi secara impas (break-even) dengan akibat tejadinya
subsidi BBM atau Laba Bersih Minyak (LBM).
§ Prorata yang mempengaruhi rekening pembelian dan
persediaan minyak.
§ Penjualan hasil minyak dan gas tertentu sebagai faktor
pengurang biaya bahan bakar minyak.
(ii) Sebagai badan usaha ekonomi di luar misi pembekalan BBM dalam
negeri dengan ciri khusus bahwa laba bersihnya, dikenakan pajak
penghasilan dengan tarif 60%.

Dua sifat akuntansi ini merupakan ciri khusus yang menyebabkan laporan keuangan
PERTAMINA tidak dapat dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan minyak
lainnya.

53 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Lampiran 2

PERTAMINA

1. Organisasi

Perusahaan dipimpin dan diurus oleh suatu direksi yang terdiri dari seorang direktur
utama dan sekurang-kurangnya lima orang direktur. Direksi bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris Pemerintah PERTAMINA (DKPP) dan direktur utama
perusahaan mewakili direksi dalam pertanggungjawaban tersebut.

DKPP yang diangkat dan diberhentikan oleh presiden, menetapkan kebijaksanaan


umum perusahaan dan mengusulkan kepada pemerintah langkah yang perlu diambil
dalam rangka penyempurnaan pengurusan perusahaan. Dalam melaksanakan
tugasnya DKPP bertanggung jawab kepada presiden.

Sepanjang menyangkut segi-segi pengusahaan, yang meliputi pengawasan produksi,


pengawasan keselamatan kerja dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam pertambangan
minyak dan gas bumi yang menyangkut kepentingan umum, direksi bertanggung
jawab kepada Menteri Pertambangan dan Energi.

Masing- masing direktur memimpin sebuah direktorat dan pada saat ini ada enam
direktorat. Kegiatan keenam direktorat tersebut dapat dibagi dalam fungsi
operasional dan fungsi penunjang. Yang termasuk dalam fungsi operasional adalah:

a. Direktorat Eksplorasi dan Produksi (Dit EP)


b. Direktorat Penggolahan (Dit P)
c. Direktorat Pembekalan Dalam Negeri (Dit PDN)

54 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Sedangkan fungsi penunjang terdiri atas :

a. Direktorat Umum (Dit Umum)


b. Direktorat Keuangan (Dit Keu).

c. Direktorat Perkapalan (Dit P&T)

Dalam mengelola perusahaan, direktur utama dibantu oleh:

a. Kepala Badan Koordinasi Kontraktor Asing (BKKA) yang mengkoordinasi


kegiatan kontraktor asing (KBH dan KK).
b. lnspektur Perusahaan Vang memimpin Satuan Pengawasan lntem (SPI)
PERTAMINA.

Berdasarkan keputusan Direksi PERTAMINA, untuk daerah yang mempunyai lebih


dari satu fungsi operasi dibentuk PERTAMINA Daerah yang dipimpin oleh seorang
Pimpinan Umum Daerah (CPUD) dan dibantu oleh manajer operasi dan manajer
penunjang sedangkan untuk daerah yang hanya mempunyai satu fungsi operasi
dibentuk PERTAMINA Unit yang dipimpin oleh Pimpinan Unit (PU).

PUD bertanggung jawab secara fungsional dan operasional kepada direktur utama
sedangkan manajer bertanggung jawab secara fungsional kepada direktur yang
bersangkutan dan secara operasional kepada PUD. PU bertanggung jawab secara
fungsional maupun operasional kepada direktur yang bersangkutan.

Daerah-daerah tersebut meliputi :

a. Sumatera Bagian Utara dengan PUD berkedudukan di Pangkalan Brandan.

b. Sumatera Bagian Selatan dengan PUD berkedudukan di Plaju.

c. Kalimantan dengan PUD berkedudukan di Balikpapan.

PUD membawahi sejumlah Manajer Unit EP; Manajer Unit P; Manajer Unit PDN;
Manajer Umum; Manajer Keuangan; Manejer P&T; Kepala Internal Audit; dan
Manajer Security.

55 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Di samping tiga Pertamina Daerah terdapat dua Pertamina Unit EP (Cirebon dan
Sorong), dua Pertamina Unit P (Dumai dan Cilacap) serta lima Pertamina Unit PDN
(Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Jayapura). PERTAMINA juga
memiliki empat kantor perwakilan dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama. Keempat perwakilan tersebut
adalah:

a. Perwakilan Amerika berkedudukan di Los Angeles


b. Perwakilan Eropa berkedudukan di London

c. Perwakilan Asia Timur berkedudukan di Tokyo

d. Perwakilan Asia Tenggara berkedudukan di Singapore.

Di samping PERTAMINA Daerah dan perwakilan luar negeri, dalam organisasi


PERTAMINA terdapat proyek-proyek yang melakukan kegiatan-kegiatan khusus yang
masih dalam tahap pembangunan. Proyek ini dipimpin oleh seorang pimpinan proyek
yang bertanggungjawab langsung kepada direksi.

2. Tujuan dan Tugas Perusahaan

Tujuan perusahaan adalah membangun dan melaksanakan pengusahaan minyak dan


gas bumi dalam arti seluas-luasnya untuk sebesar-besarnya digunakan bagi
kemakmuran rakyat dan negara serta menciptakan ketahanan nasional.

Adapun tugas PERTAMINA adalah

a. Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil


yang sebesar-besamya bagi kemakmuran rakyat dan negara.
b. Menyediakan dan melayani kebutuhan BBM dan gas bumi untuk dalam negeri
yang pelaksanaannya diatur dengan PP.

3. Kegiatan dan Kuasa Pertambangan

Perusahaan bergerak di bidang pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi
eksplorasi, eksploitasi, pemurnian dan pengolahan, serta pengangkutan dan
penjualan. Dengan persetujuan presiden dapat dilakukan perluasan bidang-bidang
usaha, sepanjang masih ada hubungan dengan pengusahaan minyak dan gas bumi
termaksud di atas, berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan.

Untuk kegiatan perumahan disediakan seluruh wilayah hukum pertambangan


Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan minyak dan gas burni.

Kuasa Pertambangan diberikan kepada perusahaan yang batas wilayah dan


syaratnya ditetapkan oleh presiden atas usul Menteri Pertambangan dan Energi.

56 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Lampiran 3

METODE AKUNTANSI PERMINYAKAN

Di dalam industri minyak dan gas bumi dikenal dua metode akuntansi utama yang
berlaku dan dapat diterima secara umum yaitu rnetode Full Cost (FC) dan metode
Successful Efforts (SE).

Kedua metode tersebut sangat berbeda satu sama lainnya dengan perbedaan utama
yang terletak pada perlakuan akuntansi terhadap sumur dry hole dan biaya
eksplorasi lainnya, Di samping itu terdapat juga perbedaan yang menyangkut
akuntansi untuk sebagian besar bentuk pemindahan hak penambangan dan dasar
perhitungan deplesi, depresiasi serta amortisasi.

1. Metode Full Cost

Metode FC didasarkan pada teori 'Single Asset' yang memandang bahwa semua
kekayaan dari perusahaan minyak dan gas bumi sebagai satu kesatuan asset.
Semua biaya sebelum mencapai tahap produksi dikapitalisasi dan kemudian
diamortisasi secara prorata.

Dalam pelaksanaannya, definisi tersebut berkembang dari metode single asset


menjadi metode country by country (negara sebagai pusat biaya). Biaya-biaya yang
terjadi dikapitalisasi dan diamortisasi sesuai dengan cadangan minyak yang terdapat
di negara di mana perusahaan tersebut melakukan kegiatannya.

Menurut metode FC perlakuan akuntansi terhadap biaya pencarian dry hole,


pemindahan hak penambangan dan perhitungan amortisasi adalah sebagai berikut:

57 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

a. Biaya pencarian dry hole

Biaya pengeboran sumur dry hole merupakan bagian dari biaya perolehan seluruh
cadangan yang dimiliki oleh perusahaan di suatu negara dan harus dikapitalisasi.

Selama masih di dalam batas negara yang sama, maka meskipun terletak ribuan
kilometer dari sumur cadangan terbukti yang dimiliki perusahaan dan dibor untuk
menyelidiki formasi geologi yang berbeda, sumur dry hole yang bersangkutan
merupakan bagian dari asset yang sama dan biayanya merupakan bagian dari biaya
aset tersebut.

b. Pemindahan hak penambangan

Meskipun hasil penjualan hak penambangan suatu lokasi berbeda dengan harga
perolehannya, keuntungan atau kerugian dari penjualan tersebut biayanya tidak
diakui karena lokasi yang dijual tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari total asset. Keuntungan akan diakui bilamana hasil penjualan lokasi mele bihi
nilai total asset (dalam negara yang bersangkutan). Sebaliknya kerugian baru diakui
kalau hasil penjualan total asset lebih kecil daripada biaya perolehannya.

c. Perhitungan amortisasi

Amortisasi dari biaya cadangan tidak dihitung per kekayaan tetapi per negara.

2. Metode Successful Efforts

Berbeda dengan metode FC yang didasarkan pada teori single asset, metode SE
didasarkan pada teori "Multiple Asset" yang menganggap kekayaan perusahaan yang
tertanam dalam setiap cadangan sebagai kesatuan asset.

Perlakuan akuntansi atas biaya eksplorasi dry hole, pemindahan hak penambangan
dan dasar perhitungan amortisasi adalah sebagai berikut :

a. Biaya eksplorasi dry hole

Biaya eksplorasi ini dibukukan sebagai beban karena kegiatan tersebut tidak
menghasilkan cadangan yang ekonomis. Berhubung tiap cadangan merupakan asset

58 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

yang terpisah, maka biaya dari sumur dry hole tidak dapat dianggap sebagai bagian
dari sumur lain yang menghasilkan.

b. Pemindahan hak penambangan

Keuntungan atau kerugian dari pemindahan hak penambangan suatu cadangan


diakui bilamana hasil daripada pemindahan hak penambangan tersebut lebih besar
atau lebih kecil dari biaya perolehan cadangan yang bersangkutan.

c. Perhitungan amortisasi

Amortisasi dari biaya cadangan terbukti dihitung per kekayaan atau per cadangan.

3. Perbandingan Metode FC dengan SE

Dalam metode FC semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh hak
pengusahaan, eksplorasi dan pengembangan dikapitalisasi pada saat terjadinya dan
baru diamortisasi setelah cadangan minyak dan gas bumi berproduksi, dengan suatu
batasan bahwa kapitalisasi biaya yang dilakukan tidak melebihi nilai cadangan
minyak dan gas bumi yang ditemukan. Biaya hak pengusahaan dan eksplorasi yang
ternyata gagal menemukan cadangan minyak dan gas bumi dianggap merupakan
biaya yang tak dapat dihindarkan. Dengan demikian, metode FC mengkapitalisasi
semua biaya yang dikeluarkan termasuk biaya eksplorasi yang tidak berhasil
menemukan cadangan, menunggu sampai mendapatkan cadangan minyak dan gas
bumi.

Dalam metode SE semua biaya eksplorasi suatu cadangan minyak dan gas bumi
untuk sementara dikapitalisasi sampai pada suatu saat di mana diputuskan bahwa
eksplorasi minyak dan gas bumi tersebut gagal atau tidak komersil. Kalau eksplorasi
tersebut ternyata menemukan cadangan minyak dan gas bumi yang komersil, maka
semua biaya yang telah terjadi serta biaya pengembangan selanjutnya akan
dikapitalisasi. Sebaliknya kalau pencarian tersebut gagal atau terbukti tidak
komersil, maka semua biaya yang telah terjadi akan diperlakukan sebagai beban.

59 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Dalam implementasinya, kedua metode ini tidak terlepas dari kelebihan dan
kekurangan, tergantung pada ditemukan tidaknya cadangan minyak dan gas bumi.
Bagi perusahaan yang kegiatan eksplorasinya berhasil menemukan cadangan minyak
dan gas bumi, penggunaan FC dan SE memberikan pengaruh yang tidak berbeda,
kecuali untuk biaya geologi dan geofisika. Sebaliknya bila kegiatan eksplorasi tidak
berhasil menemukan cadangan minyak dan bumi, maka penggunaan metode FC dan
SE ini akan memberikan pengaruh yang berbeda, khususnya yang menyangkut
perlakuan akuntansi atas biaya pencarian. Pada umumnya perusahaan-perusahaan
yang relatif kecil cenderung untuk memilih metode FC, sedang perusahaan-
perusahaan yang relatif besar lebih banyak menggunakan metode SE.

4. Landasan Pemikiran Metode FC dan SE

Baik metode FC maupun SE menganggap bahwa keberhasilan suatu perusahaan


Vang mencari dan memproduksi minyak dan gas bumi diukur terutama berdasarkan
kemampuannya dalam menemukan cadangan minyak dan gas bumi.

Metode FC

a. Biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan, baik yang berhasil maupun
tidak berhasil, mutlak diperlukan untuk menemukan cadangan minyak dan
gas bumi. Memisahkan biaya eksplorasi dan biaya pengembangan ke dalam
kategori yang berbeda tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
dalam industri minyak dan gas bumi ini.
b. FC memandang keseluruhan usaha pencarian dan pengembangan serta
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk maksud itu sebagai biaya
cadangan minyak dan gas bumi yang ditemukan. Meskipun tidak ada
hubungan langsung antara biaya pencarian dengan cadangan minyak dan gas
bumi yang ditemukan, terdapat suatu hubungan yang logis karena cadangan

60 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

minyak dan gas bumi tidak dapat ditemukan tanpa lebih dahulu
mengeluarkan biaya tersebut.
c. Asset yang terpenting dari perusahaan minyak dan gas bumi adalah cadangan
minyak dan gas bumi yang terkandung di dalam tanah, bukan setiap sumur
yang dibor dalam usaha untuk menghasilkan minyak dan gas bumi.
Berhubung tidak ada cara yang tersedia untuk menghindarkan kegagalan
dalam usaha eksplo rasi, maka biaya sumur dan biaya eksplorasi lain yang
tidak produktif merupakan bagian yang diperlukan dari biaya penemuan dan
pengembangan cadangan minyak dan gas bumi. Oleh karena itu biaya
tersebut harus dikapitalisasi.

d. Metode FC memungkinkan perbandingan laporan keuangan antara


perusahaan-perusahaan dalam industri minyak dan gas bumi. Laporan
keuangan yang disusun menurut metode FC menyajikan biaya dan kekayaan
yang secara keseluruhan menggambarkan laba atau rugi perusahaan yang
didasarkan pada konsep penetapan beban dan pendapatan. Laporan
keuangan FC menyajikan informasi yang berkaitan dengan perubahan dalam
pengurasan cadangan minyak dan gas bumi yang memungkinkan
perbandingan antara hasil kumulatif dan tahun berjalan, dari program
eksplorasi dan biaya penemuan dan pengembangan cadangan minyak dan
gas bumi.

61 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Metode SE

a. Menurut metode SE biaya eksplorasi dan penemuan cadangan minyak bumi


tidak perlu dianggap sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh.
b. Metode SE hanya mengakui aset, bila aset tersebut benar-benar dapat dilihat
mempunyai nilai manfaat di masa depan. Dengan demikian biaya-biaya yang
tidak dapat menghasilkan manfaat di masa depan harus dianggap sebagai
beban pada periode terjadinya. Mengkapitalisasi biaya pencarian yang gagal
menemukan cadangan minyak dan gas bumi sama saja dengan menunda
pelaporan kerugian sehingga pendapatan tahun berjalan ditetapkan terlalu
tinggi.

c. Metode SE menggunakan konsep historical cost secara murni. Dalam metode


SE keuntungan atau kerugian dari hak penambangan suatu cadangan diakui
kalau hasil pemindahan hak tersebut berbeda dengan biaya perolehan dari
kekayaan yang tertanam dalam cadangan yang bersangkutan. lni berbeda
dengan metode FC di mana keuntungan dari penjualan hak penambangan
suatu lokasi biasanya tidak diakui karena lokasi yang dijual tersebut
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari total asset, meskipun hasil
penjualannya melebihi harga perolehan dari lokasi yang bersangkutan. Dalam
metode FC, keuntungan baru diakui bilamana hasil penjualan lokasi melebihi
nilai total aset (dalam negara yang bersangkutan).

62 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

DAFTAR ISTILAH

1. Atmospheric Distilling - Proses penyulingan pada unit destilasi dengan


menggunakan tekanan atmosfir.
2. Basic Sediment & Water - Sedimen dan air yang terdapat dalam fraksi
minyak yang jumlahnya dapat diketahui dengan cara pengetesan
laboratorium (ASTM-D 1796).
3. Casing Head - Perangkat tetap yang dipasang atau dilas pada selubung luar
di bagian atas sumur. Perangkat tersebut berfungsi sebagai tempat
kedudukan silang sembur. Alat itu juga dapat merupakan saluran keluar
untuk gas ikutan.
4. Christmas Tree - Rangkaian katup-katup untuk mengawasi tekanan di
dalam sumur khusus dan kecepatan aliran fluida ke permukaan.
5. Delineasi Well = Appraisal Well - Kelompok sumur pertama yang akan
dibor setelah ditemukan minyak dan gas bumi dengan tujuan menetapkan
batas reservoir minyak dan gas bumi, produktivitas sumur, serta ciri minyak
dan gas bumi di daerah tersebut.
6. Development Well - Sumur yang di bor di daerah yang telah terbukti
mengandung minyak atau gas dengan tujuan melengkapi pola produksi yang
diinginkan di daerah tersebut.
7. Drill Stem Test - Metode uji untuk menentukan kemungkinan kandungan
minyak yang dapat diproduksikan dari suatu lapisan dan dapat dilakukan di
dalam lubang berpipa selubung ataupun terbuka dengan memanfaatkan
rangkaian pipa bor. Hasil uji tersebut memberikan informasi tentang laju
produksi yang dapat diharapkan dari lapisan tersebut.
8. Dry Hole - Sumur eksplorasi atau pengembangan yang ternyata tidak dapat
memproduksi minyak atau gas dalam jumiah yang cukup ekonomis.
9. Enhanced Recovery - Penambahan energi pada reservoir sehingga sumur
yang tidak berproduksi lagi dapat berproduksi kembali.
10. Geology Survey - Penyelidikan terperinci atas struktur fisik batuan, yang
membangun lapisan paling atas kerak bumi. Pekerjaan ini merupakan tahap
pendahuluan dalam proses pencarian minyak, dan satu-satunya cara yang
paling praktis selain pengeboran dalam penentuan bentuk dan luasnya
struktur batuan bawah permukaan yang mungkin mengandung hidrokarbon.
Survei gaya berat, seismik dan magnetik adalah jenis survei geofisika yang
biasanya mencakup daerah yang luas.
11. Geofisika Survey - Penyelidikan bersistem, dalam rangka pencarian dan
eksploitasi hidrokarbon. Penyelidikan ini tidak hanya meliputi sifat-sifat fisis
batuan (survei geologi) akan tetapi juga hidrokarbon (batimetri dan
pengukuran arus) dan meteorologi (pencatatan data cuaca).
12. lnsitut Combustion - Metode peningkatan perolehan minyak di mana panas
dihasilkan di dalam reservoir dengan cara menyuntikkan udara dan
membakar sebagian dari minyak di tempat.
13. Manifold - Susunan pipa yang memungkinkan satu aliran dibagi menjadi
beberapa aliran, atau yang memungkinkan beberapa aliran menjadi satu
aliran.

63 of 64
PSAK No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

14. Pipa Selubung - Pipa baja yang dipasang di dinding sumur minyak atau gas
sewaktu pengeboran. Pipa tersebut berguna untuk menahan runtuhnya
dinding lubang selama pengeboran, dan menjadi perangkap untuk pengaliran
minyak seandainya sumur itu produktif.
15. Separator - Suatu peralatan yang dapat berbentuk kolo m/ bejana silinder
logam/ drum/ tangki/ vessel lagam/ kolom dari concrete bersekat tertentu,
yang mempunyai fungsi memisahkan gas dengan cairan minyak, dengan air
dari gas, cairan minyak dan air sekaligus.
16. Topping Unit - Suatu kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi
minyak dari kelompok/ range yang bertitik didih rendah sampai dengan titik
didih tertinggi pada tekanan atmosfir tersebut dilakukan dengan bantuan
pemanasan serta panas uap air (steam). Topping unit disebut juga crude
disteller atau athmospheric destilation.
17. Treating Unit - Suatu unit yang dapat terdiri dari satu kelompok alat atau
beberapa kelompok alat yang mempunyai fungsi memperbaiki kualitas dari
fraksi minyak agar memenuhi kualitas yang diminta pasaran atau untuk
bahan baku proses selanjutnya.
18. Tubular Goods - Semua jenis pipa. Dalam bidang perminyakan termasuk di
dalamnya pipa sembur (tubing), pipa selubung (casing), drill pipe dan line
pipe.
19. Unit Destilasi - Suatu kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi
minyak dengan kelompok/ range titik didih tertentu, dapat memisahkan dua
fraksi saja atau banyak fraksi, dengan tekanan rendah maupun tinggi.
Pemisahan ini dapat dilakukan dengan bantuan panas dari fuel, panas dari
steam atau panas dari minyak panas yang lain.
20. Vacuum Destilation - Kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi
minyak berdasarkan atas perbedaan titik didihnya yang tidak dapat
dipisahkan dengan topping unit, crude destiller atau athmospheric
destillation.
21. Water Flooding - Metode peningkatan perole han minyak di mana air
diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mengangkat sejumiah minyak
tambahan yang masih tertinggal setelah perolehan pertama. Biasanya water
flooding melibatkan penyuntikan air melalui sumur-sumur yang dibuat khusus
untuk penginjeksian air tersebut dan pengangkatan air dan minyak dari
sumur produksi yang dibor berhubungan dengan sumur injeksi.
22. Well Logging - Catatan yang mencakup semua data yang dikumpulkan
selama pengeboran sebuah sumur. Dengan data tersebut dimungkinkan
membentuk gambaran setara yang sangat terperinci.
23. Will Car - Sumur eksplorasi yang di bor di daerah yang belum terbukti
mengandung minyak dan gas bumi, tetapi menurut survey geologi dan
geofisika daerah tersebut menunjukkan harapan adanya akumulasi
hidrokarbon.

64 of 64

You might also like