You are on page 1of 31

MAKNA BUAH KELAPA DALAM UPACARA MANUSIA YADNYA

OLEH NI WAYAN PURNAMA YANTI NPM : 10.1.061

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN AGAMA HINDU AMLAPURA 2013

KATA PENGANTAR
Om Swastyastu Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena berkat, rahmat dan anugrah Nya yang dilimpahkan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan karya tulis yang merupakan tugas mengenai Kelapa tepat pada waktunya, dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk menyelesaiakan tugas, pada khususnya mata kuliah Seni Sakral. Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi criteria penilaian terhadap mata kuliah Seni Sakral . Terselesainya karya tulis ini tidak terlepas dari adanya peran dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak / Ibu dosen STKIP Agama Hindu yang langsung memberikan informasi berupa materi-materi yang berhubungan dengan karya tulis ini. 2. Teman teman sejawat mahasiswa STKIP Agama Hindu Karangasem, yang bersedia bertukar pikiran dengan kami. Menyadari keterbatasan yang ada pada penulis, sudah pasti dalam karya tulis ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan karya tulis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga karya tulis ini ada guna dan manfaatnya demi pengembangan pendidikan

Om Santih, Santih, Santih Om. Amlapura, 17 Nopember 2013

Tim penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAPTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Identifikasi masalah 1.3 Rumusan masalah 1.4 Tujuan Penulisan ..... 1 . 2 .. 2 . 2 3 .. ... i ii

1.5 Manfaat Penulisan ... BAB II PEMBAHASAN 2.1. Perspektif Buah Kelapa dalam Agama Hindu di Bali . 2.2. Jenis jenis Buah Kelapa menurut Umat Hindu di Bali ... 2.3. Fungsi Kelapa dalam Upacara Manusia Yadnya 2.4. Manfaat Kelapa bagi Kehidupan Manusia .. BAB III PENUTUP 2.1 SIMPULAN 2.2 SARAN SARAN

4 6 8 24

25 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan merupakan ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk

menunjang kehidupan makhluk hidup, sehingga dalam tradisi umat Hindu di Bali ada upacara untuk segala jenis tumbuh-tumbuhan disebut dengan Tumpek Wariga. Hari raya Tumpek Wariga adalah hari raya ucapan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas diciptakannya tumbuh-tumbuhan untuk kelangsungan hidup semua makhluk, demikian diungkapkan oleh ( Udayana, 2009:14), sehingga semua jenis tanaman memiliki bentuk , fungsi, makna yang berbeda serta merupakan simbul dari kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Seperti pada jenis buah (phalam), buah yang ada di bumi ini terdiri dari bermacam-macam buah, salah satunya buah yang paling sering digunakan oleh umat Hindu di Bali adalah buah kelapa. Buah kelapa secara sepintas merupakan tanaman yang paling banyak dijumpai, paling mudah di dapat, dan dikenal oleh manusia secara umum. Dari segi ekonomi buah kelapa dimanfaatkan oleh masyarakat Hindu di Bali sebagai bahan olahan aneka makanan seperti jajan, minyak kelapa. Dari segi social bagi umat Hindu di Bali buah kelapa dijadikan campuran untuk membuat obat tradisional, dan juga digunakan untuk upacara yadnya. Selain buah kelapa digunakan dalam upakara untuk upacara yadnya, buak kelapa dari perspektif Agama Hindu memiliki nilai-nilai filosofi. Sudarsana ( 2005:78) berpendapat bahwa, Bila dilihat dari simbulnya buah kelapa merupakan simbul dari Dewa Rudra . Dalam mitologi kelapa juga disebutkan

buah kelapa adalah simbul dari kepalanya Dewa Brahma sehingga penggunaan buah kelapa dalam setiap upacara yadnya tidak bisa dipisahkan.

1.2.

Identifikasi Masalah

1.2.1 Belum diketahuinya oleh masyarakat Hindu di Bali secara menyeluruh tentang fungsi buah kelapa dalam Upacara Manusia Yadnya. 1.2.2 Belum pahamnya sebagian besar masyarakat Hindu di Bali tentang makna buah kelapa untuk Upacara Manusia Yadnya. 1.2.3 Banyaknya masyarakat hindu di Bali belum mengetahui tentang simbulsimbul pada setiap bagian buah kelapa yang digunakan untuk banten. 1.2.4 Sebagian besar masyarakat Hindu di Bali belum tahu jenis-jenis buah kelapa yang digunakan pada Upacara Manusia Yadnya.

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi rumusan

masalah disini yaitu : 1.3.1 Jenis-jenis buah kelapa apa saja yang digunakan untuk Upacara Manusia

Yadnya ? 1.3.2 Apakah fungsi buah kelapa pada Upacara Manusia Yadnya?

1.4 Tujuan Penulisan


Setiap kegiatan yang dilakukan sudah pasti memiliki tujuan tersendiri. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah : 1.4.1 Untuk Mengetahui Jenis-jenis buah kelapa yang digunakan untuk Upacara Manusia Yadnya.

1.4.2

Untuk mengetahui fungsi buah kelapa pada Upacara Manusia Yadnya.

1.5 Manfaat Penulisan


Hasil penulisan ini diharapkan nantinya bermanfaat secara teoritis dan praktis : 1.5.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yaitu diharapkan hasil penulian ini dapat dijadikan masukan bagi kalangan akademik muda Hindu di Bali khususnya menambah wawasan terkait dengan jenis, fungi dan makna buah kelapa dalam suatu Upacara. 1.5.2 Manfaat praktis Khusunya kalangan muda Hindu di bali tidak ada keragu-raguan dalam pemahaman terhadap bahan-bahan upacara keagamaan dan diimplementasikan sesuai dengan jenis upacara.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Perspektif Buah Kelapa Dalam Agama Hindu di Bali Dilihat dari simbulnya menurut Sudarsana (2005:78) menyatakan bahwa

buah kelapa sebagai simbul suci dari Sang Hyang Rudra. Kemudian dalam mitologi kelapa, kelapa adalah kepalanya dewa Brahma, (Wiana, 2001:27). Selanjutnya Raras (2006:44) mengemukakan kelapa dalam sebuah daksina merupakan simbul lingga yang menghidupi seluruh makhluk di bumi dan sebagai lambang alam semesta meliputi bhur loka, bwah loka, dan swah loka. Kelapa; simbol Pawitra (air keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala, Isi lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada isinya lambang Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling dalam lambang Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka pada kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran sebagai lambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang Svah loka, Serabut basah lambang Maha loka, serabut kering lambang Jnana loka, kulit serat kering lambang Tapa loka, Kulit kering sebagai lambang Satya loka, Kelapa dikupas dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat dan serabut kelapa adalah lambang pengikat indria.

Jadi dapat disimpulkan bahwa buah kelapa dalam perspektif Agama Hindu di Bali, yang digunakan pada setiap Upacara Yadnya memiliki fungsi, makna, imbul yang berbeda-beda tergantung dari jenis buah kelapa yang digunakan.

Mitologi Kelapa menurut Siwa Gama Ketika tapa Sang Hyang Gana mendapatkan anugrah dari Bahatara Guru berupa anugrah semua perkataan Sang Hyang Gana menjadi bertuah, mejadi benar apa yang telah diucapkan. Dengan adanya anugrah seperti itu oleh Bhatara Guru sehingga senanglah hati Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu. Maka kini datang Bhatara Wisnu bertemu dengan Sang Hyang Gana untuk menguji anugrah yang telah didapatkannya. Oleh Bhatara Wisnu, Gana disuruh untuk mengukur badannya. Dewa Gana bersabda, Amat mengerikan keadaan tubuh Dewa Wisnu, dapat berwujud Dewata yang membunuh, kata Dewa Gana. Anakku Dewa Gana telah mengatakan aku ini sebagai Dewata yang dapat membunuh, apakah aku benar demikian, apakah tidak seperti prasangka kamu yang lain?, tanya Dewa Wisnu. Sabda Sang Hyang Gana,Paduka akan dapat berbuat seperti itu kelak. Dengan jawaban seperti itu dari Dewa Gana, membuat Dewa Wisnu pergi dengan perasan geram. Kini tiba Dewa Brahma, yang memiliki kepala lima. Kepada Sang Hyang Gana, Dewa Brahma meminta untuk melihat kepala yang berjumlah lima, sedangkan yang satu berada di dalam. Lihatlah kepalaku hai Sanghyang Gana. Jika engkau dapat menerkanya Engkau akan Aku sembah, akan tetapi kalau tidak bisa menerkanya Engkau Aku makan saat ini juga, sabda Dewa Brahma. Gana menjawab, Kepala Dewa Brahma ada empat, jawab Sang Hyang Gana. Aha tidak benar, karena kepalaku ada lima, seperti kataku Aku akan memakanmu saat

ini juga, kata Dewa Brahma. Mengetahui hal tersebut, terharulah hatinya Bhatara Guru, karena putranya akan dimakan oleh Dewa Brahma. Bhatara Guru lalu berubah rupa menjadi maya, seraya mengambil kepala Dewa Brahma yang ada di dalam dengan menggunakan tangan kirinya serta melarikannya. Maksud Dewa Brahma membuktikan bahwa dirinya berkepala lima tiba-tiba hilang. Beliau marah besar dan bersemedi lalu keluarlah Kala, Raksasa bertangan seratus delapan yang akan menangkap Gana. Gana berlari seraya memanggil-manggil Bhatara Guru sambil mencakupkan tangan memohon bantuan. Dari badan Bhatara Guru keluarlah Panca Dewata yang menandingi Raksasa yang akan menangkap Dewa Gana. Kepala Dewa Brahma yang dilarikan oleh Bhatara Guru, selanjutnya ditanam di puncak Gunung Kampud. Lama kelamaan gunung itu bernama Gunung Sambadagni. Selang beberapa lama kemudian tumbuhlah pohon nyiur hingga saat ini disebut pohon kelapa.

2.2.

Jenis-jenis Buah Kelapa Menurut Umat Hindu di Bali Dalam buku Taman Gumi Banten disebutkan jenis-jenis kelapa sebagia berikut : 1. Nyuh Ancak. Nyuh Ancak, tergolong kelapa dalam, ciri khasnya adalah bercabang banyak 2. Nyuh Anggalan Nyuh Anggalan, termasuk kelapa genjah (enggalan) tinggi pohon mencapai + 3 meter, buah kecil-kecil warna gading gadang untuk kelengkapan banten penyucian. 3. Nyuh Be Julit Nyuh Bejulit, termasuk kelapa dalam, ciri khusus pada jenis kelapa ini terletak pada anak daun dan tangkai bunga ujungnya gepeng/tetap menyatu menyerupai ekor ulin (Bejulit), sering digunakan pada pedudusan agung dan minyaknya untuk mencampur racun.

4. Nyuh Bebed Nyuh Bebed termasuk kelapa dalam ciri khusus dapat dilihat pada buah yang masih muda bagian tengah ada lingkaran berbintik-bintik hitam/kecoklatan seperti sabuk (bebed), untuk caru dan obat keracunan. 5. Nyuh Beruk/Nyuh Gede Nyuh Beruk/Gede ciri khususnya ukuran buah yang besar, serabut tebal, dan bulat sehingga cocok digunakan sebagai bahan penampungan air pada jaman dahulu (Beruk), untuk melengkapi banten sesayut, sesantun 6. Nyuh Bingin. Nyuh Bingin, dapat dikenali dari kenampakan batang yang ditumbuhi akar udara, sehingga menyerupai bangsing pada pohon beringin 7. Nyuh Bojog Nyuh Bojog termasuk dalam jenis kelapa dalam, ciri khusus bentuk buah bulat, seraput tebal berwarna abu-abu menyerupai bulu kera (bojog), untuk melengkapi banten panyegjeg,

8. Nyuh Bulan Nyuh Bulan termasuk kelapa Genjah/dalam cirinya buahnya berukuran kecil berwarna putih, sambuk berwarna putih dan selepan (daun) putih sering digunakan pada banten padudusan, banten pangenteg 9. Nyuh Cemaning untuk pembuatan angenan. 10. Nyuh Cenik Nyuh Cenik termasuk dalam kelapa genjah buah hijau kecil-kecil dan banyak sering digunakan pada banten penyegjeg, santun, sorohan, 11. Nyuh Gadang Nyuh Gadang tergolong kelapa dalam/genjah, warna kulit buah hijau sering digunakan pada banten durmangala dan untuk obat sakit perut. 12. Nyuh Gading Nyuh Gading mudah dikenali melalui warna kulit, buah kuning kemerahan/gading. Janur gading, pucuk daum warna kuning kemerahan sering digunakan pada banten prayascita, banten pangenteg. 13. Nyuh Glatik termasuk kelapa dalam, buahnya kecil-kecil, di bawah kelopak buah warna kemerahan 14. Nyuh Kapas Nyuh Kapas, ciri khasnya warna serabut putih dan dapat dimakan pada waktu muda, digunakan pada padudusan.

15. Nyuh Kebat untuk melengkapi banten caru. 16. Nyuh Macan/Nyuh Pelet/Nyuh Rengreng Nyuh Macan/Pelet/Rengreng termasuk kelapa dalam ciri khasnya adalah katak (kau bulu) loreng untuk kelengkapan banten catur. 17. Nyuh Mulung Nyuh Mulung termasuk kelapa dalam buah warna hijau, di bawah kelopak buah warna merah, digunakan pada padudusan alit, caru dan obat sakit perut dan panas. 18. Nyuh Naga Nyuh Naga tergolong kelapa dalam ciri khasnya adalah kulit buah kasar seperti bersisik, untuk kelengkapan caru. 19. Nyuh Rangda Nyuh Rangda termasuk kelapa dalam, buah agak besar dan jarang, ditutupi tapis, pohon agak besar, daun tergulung, tumbuh banyak tunas di bawah pelepah daun paling bawah sering digunakan pada banten caru. 20. Nyuh Sangket. Nyuh Sangket, termasuk kelapa dalam ciri khasnya, ujung anak daun melekuk-lekuk tertekuk seperti kait (sangket). 21. Nyuh Sudamala Nyuh Sudamala tergolong kelapa dalam, ciri khusus kelopak daun/keloping bercabang dua, digunakan pada padudusan, caru dan untuk keramas bagi penderita sakit kepala berkepanjangan. 22. Nyuh Surya Nyuh Surya tergolong kelapa dalam ciri khasnya dan pucuk warna kuning merah menyala, buah muda warna kuning kemerahan digunakan pada banten panglukatan, untuk obat. 23. Nyuh Udang Nyuh Udang ciri khasnya, tapuk buahnya merah, serabut buah warna-warna merah digunakan pada caru dan untuk campuran obat.

2.3

Fungsi Nyuh/Kelapa dalam Upacara Manusa Yadnya.

Nyuh pada Upacara Garbhawedana Upacara Garbhawedana atau Upacara Megedong-gedongan adalah upacara yang dilaksanakan ketika bayi masih berada dalam kandungan dengan umur di

atas lima bulan menurut perhitungan kalender Bali. Dalam upacara ini banten yang digunakan memiliki simbol-simbol yang merupakan perwujudan dari ajaran Veda. Banten yang digunakan pada upacara ini adalah banten daksina, banten pejati, banten beyakala, dan banten pegedong-gedongan, untuk tingkat yang lebih besar menggunakan banten suci, banten bebangkit, banten caru, dan banten pengelukatan, Buah kelapa yang digunakan dalam upacara ini adalah Nyuh Gading dalam banten pagedong-gedongan, (Sudarsana, 2008:20). Adapun ciri-ciri dari Nyuh Gading yakni, ukuran buah kecil-kecil, berwarna kuning kemerah-merahan (orange) dari buah, tangkai, bunga, pelepah hingga ke daun. Kemudian banten daksina menggunakan kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, Kelapa Bojog, kelapa hijau atau Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa kelapa dan kelapa Macan untuk banten Suci menggunakan kelapa Mulung yang masih muda kalau tidak ada kelapa Mulung bisa diganti dengan kelapa Gadang Selanjutnya untuk banten bebangkit dalam buku Taman Gumi Banten

Ensikoledi Tanaman Upakara disebutkan buah kelapa yang digunakan adalah Nyuh Be Julit, Nyuh Bebed, Nyuh Bulan, Nyuh Cenik.. Kemudian untuk banten penglukatan jenis kelapa yang digunakan adalah Kelapa Gading, bisa juga kelapa Bulan, kelapa Surya, kelapa Mulung, kelapa Be Julit, dan kelapa Udang kalau kelapa Gading tidak ada.

Kemudian untuk kelengkapan banten caru buah kelapa yang digunakan adalah Nyuh Ancak, Nyuh Enggalan, Nyuh Bebed, Nyuh beruk, Nyuh Bingin, Nyuh Bojog, Nyuh Glatik, Nyuh Kebat, Nyuh Kapas, Nyuh Mulung, Nyuh Naga, Nyuh Sangket, Nyuh Naga, Nyuh Sudamala, Nyuh Surya, Udang, Nyuh Empas, Nyuh Ketan, nyuh Brahma, Nyuh Macan, Nyuh Rangda, dan Nyuh Sela. Dari tiga puluh lima (35) jenis kelapa, dalam Upacara Garbhawedana buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, Kelapa Macan, dan kelapa Mulung.

Nyuh pada Upacara Rare Embas Upacara ini dilaksanakan ketika si bayi lahir ke dunia, upacara ini juga merupakan ucapan rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kelahiran si bayi, banten yang dipakai dalam upacara ini adalah banten jerimpen, nasi muncuk kuskusan, kojong rangkadan, penyeneng, sampian jeet guak, canang sari, dan sebuah kelapa yang sudah tua untuk menaruh ari-ari yang nantinya akan ditanam sebelah kanan untuk bayi laki-laki dan sebelah kiri untuk bayi perempuan di pintu keluar rumah tempat bayi tidur. Jenis buah kelapa yang digunakan pada upacara ini untuk menaruh ari-ari adalah kelapa Mulung, bisa juga kelapa Beruk, kelapa Brahma, kelapa Sudamala, kelapa Kapas, kelapa Bingin dan kelapa Be Julit yang terpenting ukuran buah

besar cukup untuk menampung ari-ari. Demikian juga menurut I Wayan Mangku Karya, kelapa yang baik adalah kelapa Mulung karena memiliki sifat yang tis atau (sejuk) Dari hal tersebut dapat disimpulkan pada Upacara Bayi Lahir atau Upacara Penanaman Ari-ari jenis buah kelapa yang digunakan adalah kelapa Mulung, kelapa Be Julit, kelapa Brahma, kelapa Surya, kelapa Beruk, dan kelapa Kapas.

Nyuh pada Upacara Kepus Puser Upacara ini dilaksanakan ketika tali pusar si bayi lepas, upacara ini diadakan untuk membersihkan bangunan-bangunan dan tempat suci di rumah, pada upacara ini menggunakan banten penyeneng, sodan alit, satu tulung sayut, untuk yang lebih besar menggunakan guling babi lengkap dengan sarana penunjangnya dan banten bebuu atau pebersihan untuk di bangunan dan di sanggah dan benten daksina untuk nunas tirtha maupun uleman untuk jero mangku. Jenis buah kelapa yang digunakan pada upacara ini adalah jenis buah kelapa untuk banten daksina yakni: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda dan kelapa Macan.. Tidak menutup kemungkinan menggunakan jenis kelapa lain, bila dari sekian jenis kelapa tersebut tidak ada. Sehingga jenis buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Kepus Puser adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa

Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Ngelepas Aon Upacara Ngelepas Aon dilaksanakan ketika bayi berumur 12 hari, upacara ini bukan merupakan suatu keharusan. Terkadang upacara ini dilaksanakan berbarengan dengan Kepus Puser bila setelah umur 12 hari tali pusar si bayi baru lepas dan pada Upacara Abulan Pitung Dina (42 hari) tergantung dari desa, kala, patra, dan desa mawa cara. Untuk tingkat sederhana banten yang digunakan sama dengan banten Upacara Kepus Pungse, hanya saja tidak menggunakan guling babi, buah kelapa yang digunakan juga sama yakni untuk pelengkap banten daksina yaitu: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Untuk tingkat yang lebih besar menggunakan banten suci dengan bungkak kelapa Gadang, dilengkapi dengan banten pejati, banten prayascita, banten colong, banten pemiak penyepih, dan banten tetimpug, dan dipimpin oleh pandita. Pada banten prayascita menggunakan Nyuh Gading.

Sehingga jenis buah kelapa yang dipakai dalam Upacara Ngelepas Aon adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Nyuh pada Upacara Tutug Kambuhan Upacara ini dilaksanakan ketika umur bayi (42 hari), upacara ini juga disebut dengan Upacara Mecolongan, untuk upakara yang digunakan adalah Banten beyakala, banten pebersihan, peras, ajuman, daksina, penyeneng, sorohan alit, banten pecolongan, dan prayascita. Untuk buah kelapa dalam upacara ini digunakan pada banten pejati, prayascita, dan daksina.. Untuk jenis buah kelapa yang digunakan sama dengan Upacara Ngelepas Aon. Sehingga jenis buah kelapa dalam Upacara Mecolongan adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Tiga Bulanan Upacara Telu Bulanan dilaksanakan ketika bayi berumur tiga bulan (105 hari), upacara ini bermakna penyambutan Sang Hyang Atma secara resmi berada

mantap dalam tubuh si bayi sehingga upacara ini juga disebut dengan nyambutin. Bertepatan dengan upacara ini ada juga yang melaksanakan upacara turun ke tanah, dan megetep bok. Untuk banten yang menggunakan buah kelapa adalah banten pejati, suci, daksina, sambutan alit, dan jejanganan untuk tingkat yang lebih besar menggunakan banten sambutan gede. Buah kelapa yang digunakan sama seperti upacara sebelumnya. Sehingga jenis buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Tiga Bulanan atau nyambutin adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Otonan Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur enam bulan (210) hari dari hari kelahirannya disebut juga Upacara Ngotonin, otonan atau ulang tahun. Pada upacara ini ada yang menyertakan upacara megetep bok, upacara turun tanah dan upacara penebusan otonan, tergantung dari kebiasaan desa, kala, patra, dan desa mawa cara, untuk banten yang digunakan adalah banten dapetan, prayascita, jajanganan, peras, lis, banten pesaksi, ajuman, dan banten kumara. Untuk yang lebih besar menggunakan banten bebangkit, banten di surya, banten di tempat menanam ari-ari, dan banten di kumara. Sudarsana (2000:44) menyatakan untuk

upakara Upacara Pawetonan dapat dilaksanakan sesuai kemampuan keluarga masing-masing, berikut adalah rincian banten yang digunakan sesuai dengan tingkat upacaranya:

Upakara pawetonan tingkat utama: Upakara ke surya: daksina gede sarwa 4 (empat), suci asoroh, lengkap semua isi daksina, rayunan pakejagan, masesate 30 olah-olahan suci, peras, soda, ketipat kelanan, pesucian segenep, banten ardanareswari (dewa-dewi), canang burat wangi, canang lenga wangi, penyeneng, dan woh-wohan mewadah tamas mesampian nagasari (memanisan). Upakara munggah ring pelinggih rong tiga (bhatara hyang guru): peras, daksina, soda, suci, pesucian, canang burat wangi, lenge wangi, untuk di masing-masing rong, pejerimpenan, soda putih kuning maulam ayam putih bulus betutu untuk rong tengah, rayunan perangkat mesate 7 (tujuh) katih olah-olahan suci, memanisan, penyeneng alit untuk di masing-masing rong, ketipat kelanan, untuk pelinggih lain memakai daksina, dan peras. Upakara ayaban pawetonan: taman pulgembal, taman bebangkit, meulam guling suku empat (babi), penyeneng teterag, dapetan, tumpeng 33 bungkul, peras pengambean duang soroh, tumpeng manca warna manut urip, ulam ayam manca warna mepanggang, sesayut sida purna, tebasan pemiak kala, sesayut pageh urip, sesayut atma rauh, sesayut lara meraradan, sesayut sapuh lara, sesayut cakra geni, sesayut panca pandawa, sesayut pebersihan, sesayut merta dea, dan sesayut pengambean, banten pengulapan asoroh, rayunan pajegan

maulam olah-olahan suci 33 katih, memanisan, gebogan jerimpen agung, daksina gede sarwa 4, prayascita luwih, banten pedudusan agung, prayascita, beyakaonan, dan segehan manca warna. Upakara pawetonan tingkat madya Upakara ke surya: daksina, peras, soda, suci asoroh, rayunan perangkat maulam olah-olehan suci, mesesate 12 katih, ketipat kelanan, maulam taluh, pesucian, memanisan, canang burat wangi, lengewangi. Upakara munggah ring pelinggih rong tiga: daksina, peras, soda, suci alit asoroh, untuk masing-masing rong, ketipat kelanan meulam taluh, rong tengah soda putih kuning, maulam ayam putih tulus betutu, canang burat wangi, dan lenga wangi.

Upakara untuk ayaban: taman pulogembal, penyeneng tetrag, peras pengambean, ayaban, tumpeng 11 bungkul, dapetan asoroh, daksina, tebasan sesayut sida purna, sesayut pageh urip, sesayut pebersihan, sesayut pemiak kala, sesayut lara meraradan, sesayut atma rauh, pengambean, prayascita, beyakaonan dan segehan manca warna.

Upakara pawetonan tingkat nista Munggah ring pelinggih rong tiga: daksina, peras, soda, ketipat dan kelanan.

Upakara ayaban:

peras, daksina, soda, ketipat kelanan, peras pengambean, dapetan, ayaban tumpeng 7 bungkul, penyeneng teterag, sesayut sida purna, sesayut lara meraradan, sesayut pebersin, tebasan pemiak kala, sesayut pegeh urip, prayascita, beyakaonan, dan segehan manca warna. Untuk buah kelapa dalam banten ini terdapat dalam runtutan banten bebangkit, seperti suci, daksina gede, pejati, prayascita, dan banten sambutan. Untuk jenis buah kelapa yang digunakan sama seperti pada Upacara Tiga Bulanan. Jadi jenis buah kelapa yang digunakan dalam upacara ini adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Nyuh pada Upacara Ngempugin Upacara ini dilaksanakan ketika anak mulai menampakkan giginya yang pertama atau tumbuh gigi yang pertama, upacara ini sangat bagik dilaksanakan di pagi hari, hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan gigi anak mengikuti arah terbitnya matahari. Untuk banten yang digunakan adalah banten petinjo kuskus, kojong rangkadan, sampiyan penyeneng, tulung sayut, pebersihan payasan, canang dan ajuman.. Untuk buah kelapa dalam banten ini digunakan dalam banten pejati, dan banten prayascita sehingga jenis buah kelapa yang digunakan sama pada Upacara Otonan.

Jadi dapat disebutkan untuk buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Meketus Upacara Meketus dilaksanakan ketika gigi anak mulai tanggal untuk yang pertama kalinya, tanggalnya gigi anak untuk pertama kalinya menunjukkan peningkatan pertumbuhan si anak sehingga dalam kesempatan ini dibuatkan upacara, ada juga yang melaksanakan Upacara Pewintenan Sarasvati pada kesempatan ini, untuk banten yang digunakan adalah banten beyakala, sesayutsesayut, dan tebasan. Buah kelapa pada upacara ini digunakan pada banten pejati, untuk daksina buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jadi buah kelapa yang dipakai dalam Upacara Meketus adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik,

kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Ngerajasewala Ngerajasinga Upacara ini dilaksanakan ketika anak-anak memasuki umur dewasa remaja, upacara ini adalah sebagai wujud ungkapan terimakasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk penyelenggaraan upacara ini belum sepenuhnya dilakukan oleh umat Hindu di Bali, karena sifatnya bukan suatu keharusan, namun hendaknya bisa dilaksanakan. Untuk banten yang digunakan adalah pejati, sesayut-sesayut, pengambean, peras, soda, beyakaon, dan banten pededarian. Banten yang menggunakan buah kelapa adalah banten pejati, untuk jenis buah kelapanya bisa menggunakan: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jadi buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Ngerajasinga

Ngerajasewala adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela,,Kelapa Macan, kelapa Rangda, dan kelapa Bulan.

Nyuh pada Upacara Mepandes Upacara Mepandes biasanya dilaksanakan ketika anak berumur 16 tahun, pada upacara ini juga bisa disertai dengan Upacara Ngerajasewala Ngerajasinga tergantung dari situasi dan kondisi, untuk banten yang digunakan dalam Upacara Mepandes ini adalah banten suci, bebangkit, pejati, banten pekala-kalaan, banten pengekeban, prayascita, tetukon, banten caru, dan buah kelapa Gading untuk tempat menaruh ludah. Buah kelapa yang bisa digunakan adalah kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jenis buah kelapa yang bisa digunakan adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udan. Buah kelapa yang paling penting harus ada adalah buah kelapa Gading, untuk jenis lain bisa menggunakan kelapa biasa. Jadi buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Mepandes adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Mewinten Untuk Upacara Mewinten, Upacara Mewinten Sarasvati merupakan pewintenan yang paling awal dilaksanakan sebagai pembuka untuk menyucikan diri lahir bhatin guna menuntut ilmu pengetahuan rohani, sementara jenis Upacara Pewintenan lain bisa disuaikan dengan kebutuhan orang itu sendiri, untuk upakara pewintenan menggunakan banten prayascita, pengulapan, daksina, peras, sesayut, tebasan durmenggala, suci, beyakala, dewa-dewi, pedengen-dengen, caru petemon, pulogembal, padudusan ali, pedudusan agung, pejati, tumpeng guru, bebangkit, tebasan pemiak kala, tebasan nagasari, tebasan sidah purna, dan sarana pengelukatan berupa lima jenis kelapa yakni: Nyuh Bulan, Nyuh Surya, Nyuh Gading, Nyuh Mulung, dan Nyuh Sudamala, jenis kelapa ini digunakan untuk semua jenis Upacara Pewintenan. Banten yang menggunakan buah kelapa sebagai pelengkapnya adalah banten suci, bebangkit, pejati, prayascita, dewa-dewi, pedengen-dengen, pedudusan alit, pedudusan agung, daksina, tebasan durmenggala, dan banten tumpeng guru, jenis buah kelapa yang digunakan untuk melukat adalah Nyuh Gading, Nyuh Bulan, Nyuh Sudamala, Nyuh Surya, Nyuh Gadang, Nyuh Bojog, Nyuh Bingin, Nyuh Be Julit, Nyuh Brahma, dan Nyuh Udang, dan untuk pelengkap banten yang lain menggunakan kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Buah kelapa yang paling penting dan harus ada dalam upacara ini adalah:

kelapa Bulan, kelapa Surya, kelapa Gading, kelapa Mulung, dan kelapa Sudamala yang digunakan untuk melukat. Untuk melukat bisa menggunakan tiga jenis kelapa saja yakni: kelapa Gading, kelapa Bulan, dan kelapa Mulung, hal ini disesuaikan dengan desa mawacara. Jadi jenis buah kelapa yang dipakai adalah: kelapa Gading, kelapa Bulan, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Pawiwahan Upacara Pawiwahan adalah sebuah upacara pengikatan lahir bhatin antara pria dan wanita untuk memulai kehidupan grahasta, banten yang digunakan untuk upacara ini adalah banten pejati, banten peras, canang pengeraos, banten pekalakalaan, satu soroh caru ayam brumbun, gelar sanga, salah ukur, kala boga, cili dateng, pengelad dedari, payuk kala gremengan, lis amuan-amuan, sambuk akupak, tegen-tegenan, daksina suun-suunan, banten ayaban, banten ke surya, banten ring sor surya, dan banten pregembal. Buah kelapa pada upacara ini digunakan untuk melengkapi banten pregembal, tegen-tegenan, pejati, banten pekala-kalaan, dan banten caru, sementara untuk jenis kelapa yang bisa digunakan adalah: kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa

Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jenis buah kelapa yang bisa dijadikan sebagai pelengkap banten adalah: kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading. Jenis buah kelapa yang digunakan pada saat Upacara Pawiwahan adalah: kelapa Gading, kelapa Bulan, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, kelapa Macan, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, dan kelapa Mulung. Dari tiga belas (13) jenis Upacara Manusa Yaja, jenis buah kelapa yang digunakan untuk melengkapi banten, serta syarat upacara adalah: kelapa Enggalan, kelapa Ancak, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Beruk, kelapa Bingin, kelapa Bulan, kelapa Bojog, kelapa Cenik, kelapa Gading, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa Macan, kelapa Rangda dan kelapa Sela. 2.4 Manfaat Kelapa bagi Kehidupan Manusia Pohon kelapa atau narikela banyak manfaatnya bagi manusia. Menurut Ayurweda, air dan daging buah kelapa dapat dimanfaatkan untuk tujuan berbagai pengobatan. Pohon kelapa banyak tumbuh di dataran rendah, terutama sepanjang

pantai. Pohonnya tinggi tanpa cabang. Buah kelapa atau narikela memiliki sifat sita guna (dingin, Bali : tis), sulit dicerna. Air buah kelapa dapat dipergunakan untuk membersihkan kandungan kencing (bhasti, vesica urinaria). Sayangnya air ini dapat pula menyebabkan terbentuknya gas di dalam lambung. Daging buahnya dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan, untuk meningkatkan bala (kekuatan). Daging buah kelapa muda (Bali: kuud) dicampur gula batu dapat dipergunakan untuk obat sakit kuning (hepatitis). Untuk mengobati penyakit anyang-anyangan, sering kencing sedikit-sedikit disertai rasa sakit di daerah atas kemaluan (Bali: siksikan) dipergunakan daging kelapa hijau muda dicampur dengan kapur. Campuran ini diminum. Selain itu daging buah kelapa yang telah dimasak dapat dibuat minyak. Minyak kelapa banyak dimanfaatkan untuk bahan obat, dan amat berperanan dalam membantu sebagai bahan pemijitan atau pengurutan. Air buah kelapa sering dipergunakan sebagai obat bagi mereka yang menderita daha, yakni rasa panas seperti terbakar. Air buah kelapa pada umumnya dipergunakan sebagai tindika, yaitu bahan pencahar, sebagai urus-urus bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam buang air besar, agar dapat mencret. Dapat juga dipergunakan sebagai obat trsna (penyakit kehausan), dan menurunkan unsur tri dosha pitta.

BAB III PENUTUP

3.1

Simpulan Berdasarkan hasil penulian dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1

Jenis buah kelapa yang digunakan untuk melengkapi banten, serta syarat upacara adalah: kelapa Enggalan, kelapa Ancak, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Beruk, kelapa Bingin, kelapa Bulan, kelapa Bojog, kelapa Cenik, kelapa Gading, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa Macan, kelapa Rangda dan kelapa Sela.

5.2.1

Fungsi buah kelapa pada Upacara adalah untuk melengkapi aneka jenis banten, sebagai simbolisasi alam semesta dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai sarana persembahyangan, sebagai sarana pembersihan diri secara spiritual dan ebagai wujud pengejawataan ajaran Veda.

3.2

Saran Adapun saran-saran yang diampaikan pada kesempatan ini adalah :

3.2.1

Kepada Generasi Muda khususnya Umat Hindu yang ada di Bali, hendaknya menjaga dan melestarikan keanekaragaman jenis kelapa yang ada agar tidak punah, karena dari jenis-jenis kelapa tersebut memiliki fungsi dan makna dalam setiapkegiatan upacara yadnya.

DAFTAR PUSTAKA

Prabhupada, B.S.2006. Bhagawad-Gita Menurut Aslinya. Jakarta: Hanuman Sakti Raras, Niken Tambang. 2006. Dakina Menghadirkan Kekuatan Lingga Yoni di Bhur Loka. Surabaya : Paramita Rasta dan Turya ADnyani, Makna dan Fungsi Buahdalam Upakara. (file://C:/User/document/ makna-fungi-dan buah-dalam-upacara.html). Redaksi Taksu. 2010. Agustus. Nyuh Rangda sampai Nyuh Empa. Majalah Kebudayaan Bali Taksu 207:61 Sudarsana, Ida Bagus Putu. 2005. Ajaran Agama Hindu Upadeca. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya Percetakan Mandara Sastra. Sudarsana, Ida Bagus Putu. 2008. Ajaran Agama Hindu Upacara Manusia Yadnya Magedong-gedongan. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya Percetakan Mandara Sastra. Tim Penyusun.2010. Taman Gumi Banten Eniklopedi Tanaman Upakara. Denpasar : Udayana Universitas Pres. Udayana. I Dewa Gede Alit. 2009. Tumpek Wariga Kearifan Lokal Bali Untuk Peletarian Sumber Daya Tumbuh-tumbuhan. Surabaya : Paramita.

Wiana, I Ketut.2002. Makna Upacara Yajna Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita

You might also like