You are on page 1of 5

PENGENALAN ALAT ANALISA TINGKAT KEKERUHAN AIR DENGAN TURBIDIMETER

Ainur Rohmah, Moch. Fajar Rizki, Raffty Setya Anindya, Rizky Widyastari, Shofia Fitriani Sanusi Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jalan Ir Haji Juanda, 15412, Indonesia

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik penentuan turbiditas yang terkandung dalam badan air dan menentukan tingkat kekeruhan air. Dengan menggunakan tiga jenis air dari sumber yang berbeda, yakni dari Situ Pamulang, Situ Kuru dan Situ Gintung. Pembacaan nilai kekeruhan dalam satuan Formazin Turbidity Units (FTU) yang kemudian dikonversi ke satuan ppm. Hasil dari pengukuran dengan menggunakan turbiditas dari situ pamulang, situ kuru, dan situ gintung secara berturut-turut melalui perhitungan konversi ke ppm adalah; 173,86 ppm, 117,765 ppm, dan 175,84 ppm. Kata kunci: turbiditas, situ pamulang, situ kuru, situ gintung, turbidimeter.

Pendahuluan Air adalah materi esensial yang sangat berperan dalam kehidupan dan untuk hidup manusia. Tidak saja karena sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari cairan, akan tetapi juga karena didalam air terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk perkembangan fisik manusia seperti Ca, Mg, dan Mn. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air yang memenuhi syarat jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja, sehingga air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia.

Berdasarkan masalah di atas, maka perlu diketahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan manusia tanpa menyebabkan akibat buruk dari penggunaan air tersebut. Kebutuhan air bagi manusia harus terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar manusia mampu hidup dan menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya. Ditinjau Dari Segi Kualitas (Mutu) Air Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam macam diantaranya adalah kekruhan (turbidity). Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), Makin tinggi kekuatan dari sinar yang terbesar, makin tinggi kekeruhannya. Bahan yang menyebabkan air menjadi keruh termasuk: Tanah liat Endapan (lumpur) Zat organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus Campuran warna organik yang bisa dilarutkan Plankton Jasad renik (mahluk hidup yang sangat kecil).

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organic yang berupa plankton dan mikro organism lain. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan 1mg/liter SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan. Satu Unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel dengan standar. Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumbercahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Tubidity Unit). Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling mengkonversi, akan tetapi Sawyer dan MC Carty (1978) mengemukakan bahwa 40 NTU setara dengan 40 JTU. Menurut Lloyd peningkatan

nilai turbiditas pada perairan dangkal dan jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13%-50% produktivitas primer. Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer berturut-turut sebesar 75% dan 3%13%. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi, tetapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan pada air misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikelpartikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi, yang berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya lihat organism akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam angka praktik angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah

penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 m. Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III), atau salah satu polielektrolit organis. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikelpartikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Kekeruhan dipengaruhi oleh: Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya. Adanya jasad-jasad renik (plankton) Warna Air Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, jernih tidaknya air untuk memenuhi kehidupannya.

Metode Penelitian A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah nefelometer tabung gelas nefelometer, gelas piala, gelas ukur. Bahan yang dipakai yaitu sampel air situ Gintung, situ Kuru, dan situ Pamulang.

B. Prosedur Kerja Sampel yang akan diperiksa diberi kode terlebih dahulu

Aquades dimasukkan ke dalam tabung gelas nefelometer dan dilakukan kalibrasi

Sampel air situ Gintung dikocok dan di tuang ke dalam gelas ukur terlebih dahulu sebelum di masukkan ke dalam tabung gelas nefelometer

Tekan tombol read pada nefelometer dan tunggu hingga alat menunjukkan nilai

Percobaan pada praktikum ini adalah tentang pengenalan alat dan analisa tingkat kekeruhan air dengan turbidimeter. Turbiditas atau kekeruhan merupakan kandungan bahan Organik maupun Anorganik yang terdapat di peraairan sehingga mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. Turbiditas sering di sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas sehingga tumbuhan atau phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengasilkan oksigen. Metode yang biasa digunakan untuk mengukur turbiditas suatu larutan adalah turbidimetri dengan alat turbidimeter. Dasar dari analisis turbidimetri adalah pengukuran intensitas cahaya yang ditranmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi, bilamana cahaya dilewatkan melalui suspensi maka sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan, dan sisanya akan ditranmisikan. Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and Underwood, 2002). Dari tiga sampel air yang diambil yaitu dari Situ Pamulang, Situ Kuru dan Situ Gintung dilakukan pengukuran secara triplo dengan menggunakan alat turbidimeter diperoleh nilai rata-rata pengukuran secara berturut-turut ( 25,75 NTU ) 57,94 ppm;

Tabung gelas nefelometer dibilas dengan aquades dan dikalibrasi kembali Percobaan dilakukan sebanyak triplo

Langkah yang sama dilakukan pada sampel air situ Kuru dan situ Pamulang

Hasil dan Pembahasan

(17,45 NTU ) 39,26 ppm dan (26,05 NTU ) 58,61 ppm. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990 menyatakan bahwa kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan untuk air minum adalah 5 NTU sedangkan kadar maksimum kekeruhan untuk air bersih adalah 25 NTU. Jadi berdasarkan percobaan yang kami lakukan, air yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari kecuali air minum adalah air dari situ kuru. Sedangkan air dari situ pamulang dan situ gintung sudah melebihi kadar maksimum kekeruhan air untuk air bersih. Kesimpulan Kekeruhan adalah ukuran sejauh mana air kehilangan transparansi karena adanya partikel tersuspensi. Kekeruhan dianggap sebagai ukuran yang baik untuk kualitas air. Kekeruhan pada setiap sampel tidak sama yaitu, sampel air Situ Pamulang yaitu 25,756 FTU, air Situ Kuru yaitu 17,446 FTU, dan air Situ Gintung yaitu 26,05 FTU. Kekeruhan tertinggi terdapat pada air Situ Gintung sedangkan yang terendah pada air Situ Kuru. Air yang telah di uji terbukti diatas baku mutu air bersih dari Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 5 FTU

Daftar Pustaka Ridwan, Muhammad. Pengaruh Kekeruhan, pH, Alkalinitas dan Zat Organik terhadap Dosis Koagulan pada Pengolahan Air Minum. http://id.wikipedia.org/wiki/Air http://ricky-fisheryart.blogspot.com/2011/06/kekeruhan.html http://mc-tester.com/faktor-yangmempengaruhi-kekeruhan-air/ http://endrah.blogspot.com/2010/04/turbidi meter.html http://id.scribd.com/doc/55977543/StandarKualitas-Air-Minum

Lampiran Gambar

Dari kiri-kanan : Aquades, Situ Pamulang, Situ Kuru, Situ Gintung

You might also like