You are on page 1of 7

Mikroorganisme indicator adalah sekelompok mikroorganisme yang digunakan sebgai petunjuk kulitas air.

Mikrooganisme indicator telah digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kontaminasi tinja di air, makanan dan sampel lainnya. Untuk digunakan sebagi mikroorganisme indicator, memiliki persyaratan yaitu: 1. Dapat digunakan untuk berbagi jenis air 2. Mikroorganisme harus muncul bila pathogen enteric dan sumber polusi muncul 3. Tidak ada diair yang terpolusi 4. Mudah diisolasi, murah, mudah diidentifikasi dan mudah dihitung 5. Lebih banyak jumlahnya dan lebih tahan disbanding pathogen 6. Bukan merupakan pathogen 7. Tidak berkembang biak diair 8. Merespon perlakuan dan kondisi lingkungan 9. Kepadatan indicator harus berkaitan langsung dengan derajad polusi 10. Menjadi bagian dari mikroflora dalam saluran percernaan hewan berdarah panas. Mikroorganisme indicator dapat dibedakan menjadi beberapa, yaitu: indicator bakteri, indicator virus, dan indicator protozoa. Salah satu bakteri yaitu Pseudomonas yang dapat dijadikan sebagai mikroorganisme indicator dalam perairan. Pseudomonas digunakan sebagi indicator kolam renang selain Staphylococcus aureus. Memiliki sifat tahan terhadap

desinfeksi kimiawi. Berpigmen pyocyanin dan dapatberpendar. Merupakan mikrobiota pada hewan berdarah panas dan limbah. Sifatnya lebihstabil dibanding patogen dan memiliki spora sehingga dapat digunakan untuk mendeteksipolusi yang terjadi di waktu lampau. Pseudomonas Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.

Pseudomonas Sp. Sumber: archive.microbelibrary.org metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein. (Supardi dan Sukamto, 1999). Bakteri pseudomonas yang umum digunakan antara lain : Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas diminuta. Salah satu factor yang sering membatasi kemampuan bakteri pseudomonas dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri pseudomonas dapat memproduksi biosurfaktan. Kemampuan bakteri Pseudomonas dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan. Ada 2 macam biosurfaktan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas : 1. Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti glikolipid, soforolipid, trehalosalipid, asam lemak dan fosfolipid) yang terdiri dari molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini bersifat aktif permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium cair. 2. Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier polisakarida amfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta kestabilannya dan tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan permukaan medium. Biosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri atas molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Selain itu biosurfaktan secara ekstraseluler menyebabkan

emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk didegradasi oleh bakteri. Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut melalui beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang berupa cairan akan teremulsi dibentuk menjadi miselmisel, dan menyebarkannya ke permukaan sel bakteri. Substrat yang padat dipecah oleh biosurfaktan, sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel. ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat (misal seperti pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada permukaan membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada beberapa substrat hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan biosurfaktan juga dilepaskan ke dalam medium. Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan sel bakteri lebih bersifat hidrofobik. Oleh karena itu, senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang hidrofobik itu dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya sehingga melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke dalam medium. Terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum yaitu : 1. Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini, umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung. 2. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel dan pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif. Perlekatan ini terjadi karena adanya biosurfaktan pada membrane sel bakteri Pseudomonas. 3. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau tersolubilisasi oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan

partikel hidrokarbon yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan yang dilepaskan oleh bakteri pseudomonas ke dalam medium. Pseudomonas sp. sebagai Agen Pemacu Pertumbuhan dan Biokontrol. Pseudomonas sp. merupakan bakteri Gram negatif yang memiliki ciri-ciri berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.11 m x 1.5-4.0 m, motil dengan satu atau beberapa

flagel, aerob dan tidak membentuk spora. Pseudomonas sp. bersifat katalase dan oksidase positif, mengakumulasi -polihidroksi butirat sebagai sumber karbon, kemoorganotrof, dan memiliki kandungan GC tinggi yakni berkisar 58-68%. Pseudomonas ditemukan secara luas pada ekosistem tanah dan air, mendegradasi sejumlah besar senyawa organik, berinteraksi dengan tanaman dan berasosiasi didalam rizosfer yang bersifat menguntungkan di bidang pertanian dan sebagian lainnya dapat sebagai agen biokontrol. Sebagai agen pemacu pertumbuhan tanaman, Pseudomonas banyak dilaporkan menghasilkan fitohormon dalam jumlah besar khususnya IAA untuk merangsang pertumbuhan yaitu asam giberelin, sitokinin dan etilen serta melarutkan fosfat, kalium atau nutrien lain sehingga tersedia bagi tanaman. Pada beberapa galur Pseudomonas sp. dapat membantu tanaman menghadapi cekaman lingkungan seperti kekurangan air dan nutrien serta pencemaran senyawa toksin. Selain sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, Pseudomonas sp. juga mempunyai kemampuan

sebagai agen biokontrol terhadap serangan fungi patogen tanaman. Mekanisme dalam menekan pertumbuhan fungi patogen tanaman diantaranya karena Pseudomonas sp. mampu menghasilkan senyawa siderofor, -1,3glukanase, kitinase, antibiosis dan sianida

Pseudomona sp. juga menghasilkan senyawa antibiotik antara lain bakteriosin, pioluteorin, pirolnitril, fenazin, 2,4-diasetil floroglusinol dan fusarisidin. Mekanisme degradasi hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas a. Hidrokarbon Alifatik Pseudomonas sp. menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya. Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah

pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas sp. meliputi oksidasi molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi. Reaksi lengkap dalam proses ini terlihat pada gambar

Gambar 1. Reaksi degradasi hidrokarbon alifatik b. Hidrokarbon Aromatik Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam plasmid atau kromosom oleh gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim katekol 2,3-dioksigenase. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi oleh enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat. Gambar 2 menunjukkan reaksi perubahan senyawa benzena menjadi katekol.

Gambar 2. Reaksi degradasi Hidrokarbon aromatic

Daftarpustaka Anonim.1992. PenangananLimbahdenganBioremediasi.http://www.iec.or.id. 8 desember 2013. Alexander, M. 1977. Introduction To Soil Microbiology .2nd. John Wiley and Sons.Toronto. xi + 467 p. Atlas, R.M.&Bartha, R. 1987. Transport dan Transformation of Petroleum BiologycalProcesses. In Boesch, D.F. &Rabalais, N.N (eds). Long-Term Environmental Effects of Offshore Oil and Gas Development. Elsevier Applied Science Publishers, Ltd. New York. ProsidingSemirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 R.M &Bartha, R. 1997. Microbial Ecology: Fundamentals and Applications 4th ed. Benjamin Cumming Publishing, Co. Inc. Redwood City. California. Bossert, I. D., Kachel, W. M. &Bartha, R. 1984. Fate of Hydrocarbon During Oily Sludge Disposal in Soil. Appl. Environ. Microbiol. 4: 763-767 Buchanan, R.E. & N.E. Gibbons (CoE). 1974. Bergeys Manual of Determinative Bacteriology. 8thEd. S.T. Cowan, J.G. Holt, J. Liston, R.G.E. Murray, C.F. Niven, A.W. Ravin& R.Y. Stanier (Eds). Baltimore. Goenadi, D.H. &Isroi.2003. AplikasiBioteknologiDalamUpayaPeningkatanEfisiensiAgribisnis Yang

Berkelanjutan.MakalahLokakaryaNasionalPendekatanKehidupanPedesaandenganPerkot aandalamUpayaMembangkitkanPertanianProgresif, UPN. Yogyakarta. Holt, J. G., Noel, R. K., Peter, H. A., James, T. S. &Stanley, T. W. 1994.BergeysManual of Determinative Bacteriology. 9th. New York Lippincott Williams&Wilkins. 787 hlm. Misran, E. 2002.AplikasiTeknologiBerbasiskanMembrandalamBidangBioteknologiKelautan.Lapor anPenelitian. Program Teknik Kimia FakultasTeknik USU. Medan. 17 hlm. Nugroho, A. 2006.Biodegradasi sludge MinyakBumiDalamSkalaMikrokosmos: SimulasiSederhanaSebagaiKajianAwalBioremediasi land treatment. MakaraTeknologi, VOL. 10, NO. 2: 82-89. Sudrajat.1996. KarakeristikLimbahMinyakBumidanPelaksanaanBioremediasi.PPLH.Samarinda: 1-89 hlm. Anonymous .2010. Pseudomonas: http://id.wikipedia.org/wiki/Pseudomonas. Diakses tanggal 8 November 2011 Anonymous .2010. Bioremediasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi . Diakses tanggal 8 November 2011 Anonymous.2010.BioremediasiHidrokarbon MinyakBumi. http://j0emedia.wordpress.com/2011/07/17/bioremediasi-hidrokarbon-minyak-bumi . Diakses tanggal 8 November 2011 Anonymous. 2010.Mekanisme Kerja Bakteri. http://orpipu.blogspot.com/2008/11/mekanisme-kerja-bakteri-pseudomonas-sp.html . Diakses tanggal 8 November 2011 Anonymous .2010.Pemanfaatan bakteri pemecah minyak.http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:23592/q/pengarang:%20Dessy.Diakses tanggal 8 desember 2011

You might also like