You are on page 1of 3

DARAH

Dalam banyak kasus seperti pembunuhan dan perampokan banyak kasus kekerasan terjadi, sampel forensik yang paling berharga dalam hal ini adalah darah, baik darah korban maupun pelaku kejahatan. Pada suatu tempat kejadian perkara kadang kala ditemukan noda darah dengan bentuk yang berbeda-beda. dari bentuk noda darah yang ditemukan dapat ditentukan posisi seseorang saat terluka. Luka yang pada saat berdiri maka darah yang keluar dari luka meninggalkan aliran pada tubuh atau pakaian yang sejajar dengan sumbu tubuh, darah yang jatuh ke lantai berbentuk noda bulat sampai menyerupai bentuk matahari, dan dengan percobaan dapat diperkirakan tinggi luka yang diukur dari lantai. Apabila korban terluka pada keadaan berbaring maka darah yang keluar dari luka akan meninggalkan aliran pada tubuh atau pakaian yang tegak lurus dengan sumbu tubuh, dan kumpulan darahnya akan menjadi satu noda yang besar. Dan bentuk darah pada seorang korban yang sedang berjalan saat terluka yaitu darah yang keluar dari tubuh meninggalkan aliran pada tubuh atau pakaian yang sejajar dengan sumbu tubuh, dan darah yang jatuh ke lantai berbentuk tanda seru dengan titik yang menunjuk ke arah korban berjalan. untuk mengetahui bagian vena atau arteri yang terluka dapat dilihat dari darah yang keluar, apabila darah yang keluar seperti mata air, maka yang terluka adalah bagian vena, dan apabila darah yang keluar memancur maka yang terluka adalah bagian arteri.

Identifikasi darah dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah identifikasi apakah bercak yang ditemukan merupakan darah atau noda lain seperti tinta, cat, atau saus, tahap kedua adalah identifikasi apakah darah tersebut berasal dari manusia atau hewan lain, dan tahap akhir adalah penentuan golongan darah. Tahap identifikasi pertama dibagi menjadi 2 bagian yaitu presumptive test yang dapat dilakukan dengan mudah dan confirmatory test yang dilakukan lebih lanjut di laboratorium forensik. Tahap presumptive test dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain sebagai berikut. Uji Adlers dengan menggunakan benzidine (p-diaminodiphenyl). Uji ini berdasarkan fakta bahwa hemoglobin dapat berperilaku seperti enzim peroksidase yang mempercepat oksidasi substrat tertentu seperti phenol atau amina aromatik. Ketika benzidine dan hidrogen peroksida ditambahkan pada darah, suatu reaksi redoks terjadi yang mengkonversi benzidin menjadi produk dengan warna hijau kebiruan yang dikenal sebagai zat warna diazo.

Uji Kastle-Meyer menggunakan campuran kalium hidroksida, phenolpthelein, dan debu Zinc. Ketika hidrogen peroksida dan reagen ini ditambahkan pada darah, hemoglobin dalam darah akan mengkonversi phenolpthelein menjadi bentuk pinknya. Cara lain dengan menggunakan Hemastrix, suatu produk dari Bayer Corporation. Hemastrix merupakan potongan selulosa yang mengandung o-toluidine (2-methylaniline) dan hidrogen peroksida. Metode ini dilakukan dengan mencelupkan lembaran kedalam sampel. Jika sampel mengandung darah, hemoglobin akan mengkatalisis konversi otoluidine menjadi prduk kehijauan. Konsentrasi darah juga dapat diukur dari intensitas warna yang dihasilkan. Uji luminol menggunakan prinsip yang berbeda. Luminol adalah 5-amino-2,3-dihydro1,4-phthalazinedione. Ketika digunakan bersama hidrogen peroksida dengan keberadaan darah, salah satu cincin pada molekul luminol akan terbuka, melepaskan gas nitrogen dan menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai 3-aminophthlate dalam keadaan tereksitasi. Sejenak kemudian, 3-APA* melepaskan photon dan menghasilkan cahaya violet kebiruan (berpendar). Tes dilakukan pada ruangan gelap agar cahaya yang dihasilkan dapat dilihat dengan jelas. Tes ini sangat sensitif karena dapat mendeteksi bercak darah yang diencerkan hingga 10 juta kali dan berumur beberapa tahun.

Bila presumptive test ini memberikan hasil negatif, 2 uji konfirmasi dapat dilakukan yaitu uji Takayama dan uji Teichmann. Penambahan reagen pada darah di kedua uji ini menghasilkan kristal tertentu. Uji Teichmann menggunakan campuran asam asetat glasial dan NaCl. Reagen menyebabkan molekul hemoglobin membelah menghasilkan kristal kecoklatan dari hemin murni yang memiliki warna violet. Pada uji Takayama, pyridine ditambahkan ke darah yang menyebabkan reduksi hemoglobin menjadi suatu kompleks pyridine-hemoglobin dengan warna pink-salmon. Pada kedua uji, warna yang mencolok dapat dilihat melalui mikroskop optik. Bila bercak darah telah dikonfirmasi, uji selanjutnya adalah menentukan apakah darah tersebut berasal dari manusia atau hewan lain yang disebut uji presipitin atau uji Ouchtherlony. Uji ini menggunakan prinsip antigen-antibodi dengan cara menginjeksikan sampel darah manusia pada suatu hewan (umumnya kelinci). Dalam hal ini, tubuh kelinci akan menghasilkan antibodi untuk melawan darah manusia. Darah yang mengandung antibodi untuk melawan darah manusia ini kemudian diambil dan digunakan untuk uji terhadap sampel bercak darah yang diteliti. Sampel akan dicampur dengan darah kelinci tersebut. Bila terjadi reaksi penggumpalan, maka sampel tersebut mengandung darah manusia. Berbagai teknik dapat dilakukan pada tahap akhir uji ini termasuk capillary tube, gel diffusion, dan electrophoresis. Tahap terakhir, bila sampel telah diidentifikasi sebagai darah manusia adalah karakterisasi darah untuk menentukan tipe atau golongan darah menggunakan ABO, Rh, Mn, dan golongan darah lain. International Society of Blood Transfusion (ISBT) telah mengenal 26 sistem penggolongan darah seperti MNS, Lutheran, Kell, Lewis, Duffy, Kidd, Diego, Cartwright, Xg, and Scianna systems. Karakterisasi sampel darah juga dapat dilakukan dengan lebih tepat

dengan menganalisa protein polymorphic atau isoenzom yang merupakan protein-protein yang ditemukan pada darah dan ada dalam lebih dari satu bentuk. Beberapa protein dan enzim yang digunakan pada analisis bercak darah ini adalah Adenosine deaminase (ADA), Adenylate kinase (AK), Erythrocyte acid phosphatase (EAP), Esterase-D (EsD), Glucose-6-phosphate dehydrogenase(G-6-PADA), Glyoxylase I (GLOI), Glutamic pyruvate transminase (GPT), Haptoglobin (Hp), Peptidase A (Pep A), Phosphoglucomutase (PGM), 6-Phosphogluconate dehydrogenase (6-PGD), dan Transferrin (Tf). Selain sebagai bagian dalam analisis forensik, analisis menggunakan golongan darah ini juga digunakan untuk menentukan orangtua seorang anak melalui tes darahnya. Pada kasus tertentu dimana sampel darah telah kering, sel darah merah dari sampel ini telah rusak sehingga prosedur diatas tidak dapat digunakan. Metode alternatif yang dapat digunakan adalah uji absorption-inhibition dan uji absorption-elution. Kedua uji ini menggunakan kecenderungan antibodi untuk menempel dan menggumpal pada antigen. Ketika darah kering, antigen-antigen ini masih tertinggal dalam bercak darah meskipun sel darah merahnya telah rusak. Kedua uji menggunakan serum antibodi untuk menentukan antigen yang terkandung dalam sampel. Kemudian ada tidak nya penggumpalan dalam sampel ini dilakukan dengan menentukan konsentrasi antibodi yang tersisa. Dari kedua uji, metode absorption-elution cenderung lebih sensitif, lebih mudah dilakukan, sehingga lebih populer. Uji ini digunakan dengan sukses pada sampel darah dengan diameter satu cm dan umur 10 tahun atau lebih.

You might also like