You are on page 1of 3

Lembaga Keuangan Mikro Syariah | www.tamzis.

com

Parameter Kesejahteraan
Pemutakhiran Terakhir Monday, 27 April 2009

Setiap orang memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau suatu kondisi di mana orangorangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. (id.wikipedia.org). Sejahtera juga mengandung pengertian aman sentosa, makmur, serta selamat , terlepas dari berbagai gangguan. (kbbi.daring). Keadaan sejahtera itu juga digambarkan dalam UU No 6 tahun 1974 dengan sangat abstrak, yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin ... dan seterusnya. (www.kamushukum.com). Lebih lengkap, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (www.menkokesra.go.id). Walaupun sulit diberi pengertian, namun kesejahteraan memiliki beberapa kata kunci yaitu terpenuhi kebutuhan dasar, makmur, sehat, damai dan selamat, beriman dan bertaqwa. Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan berbagai macam usaha, misalnya di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta keagamaan, pertahanan-keamanan dan sebagainya. Manusia juga melakukan upaya-upaya secara individu serta berkelompok. Upaya mencapai kesejahteraan lewat kelompok misalnya membentuk paguyuban, koperasi, assosiasi, organisasi serta membentuk Negara. Kesejahteraan juga bisa dibedakan menjadi lahiriyah/fisik dan batiniyah. Namun, mengukur kesejahteraan, terutama kesejahteraan batin/spiritual, bukanlah yang mudah. Kesejahteraan yang bersifat lahir yang biasa dikenal dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah diukur daripada kesejahteraan batin. Ukuran kesejahteraan lebih kompleks dari kemiskinan. Kesejahteraan harus dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kerohanian. Kesejahteraan dapat diraih jika seseorang dapat mengakses pekerjaan, pendapatan, pangan, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya. (Ali Khomsan, www.Kompas.com) Karena itu kita sering mengukur kesejahteraan dari sisi fisik atau ekonomi. Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi fisik, seperti Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia), Physical Quality Life Index (Indeks Mutu Hidup); Basic Needs (Kebutuhan Dasar); dan GNP/Kapita (Pendapatan Perkapita). Ukuran kesejahteraan ekonomi inipun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha). Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu. Dengan para meter kesejahteraan seperti itu, kita bisa mengukur diri kita, saudara kita dan masyarakat di sekitar kita. Walau pun tidak mutlak benar. Ukuran-ukuran ini bisa membantu mengukur tingkat keberhasilan kerja pemerintah, perusahaan dan sebagainya. Para meter ini juga bisa dijadikan titik awal bagi TAMZIS sejauh mana TAMZIS mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Profil beberapa Anggota TAMZIS Melalui pendekatan konsumsi, TAMZIS mencoba melihat seberapa jauh perkembangan ekonomi keluarga mereka yang menjadi anggota pembiayaan TAMZIS. Pengamatan sederhana yang dilakukan yaitu dengan cara melihat/menghitung perkembangan skala usaha serta tujuh kebutuhan/konsumsi rumah tangga anggota, dalam masa tertentu, yang meliputi : Pangan/gizi, Pendidikan, Kesehatan, sandang/pakaian, Tempat tinggal, Fasilitas rumah tangga, Sumbangan sosial/zakat/infak/ibadah haji Pengamatan ini bermaksud untuk sekedar ”menengok” – mungkin semacam silaturrahim -bagaimana keadaan ekonomi sebagian anggota TAMZIS selama menjalin kerjasama bisnis lewat pola akad-akad syariah. Oleh karena itu, laporan ini tidak bermaksud menggambarkan/mewakili keseluruhan keadaan anggota. Namun, setidak-tidaknya bisa memberi gambaran tentang kesejahteraan sebagian anggota, dan semoga merupakan salah satu bentuk kepedulian atau empati TAMZIS terhadap kehidupan anggotanya. Sebuah gambaran kesejahteraan anggota TAMZIS bisa kita lihat pada diri Ibu Sumiyem (32 tahun), pedagang buah yang sehari-hari berjualan di Pasar Kota Gede, Yogyakarta. Perempuan yang punya seorang putra, Aris Setiawan (10 tahun) ini sudah beberapa kali mendapatkan pembiayaan dari TAMZIS Cabang Kota Gede. Awalnya, perempuan asal Pleret, Bantul ini hanya menggunakan modal sendiri, namun ketika butuh dana mendadak --misalnya ada buah impor yang baru datang – dia akhirnya menambah modal dari TAMZIS. Dalam dua tahun terakhir, istri Bapak Saryanto ini sudah dua kali menggunakan dana dari TAMZIS. Dengan pembiayaan itu usaha Ibu Sumiyem bisa berkembang, yang sebelumnya berasset Rp 500.000, sekarang menjadi Rp 1.000.000,-. Dia sangat bersyukur, dengan modal kerja itu omzetnya mencapai Rp 250.000 per hari. Selama 5 tahun berjualan, berkat ketekunannya menabung, sekarang Ibu Sumiyem telah memiliki sepeda motor Supra
http://www.tamzis.com Menggunakan Joomla! Generated: 16 March, 2013, 20:01

Lembaga Keuangan Mikro Syariah | www.tamzis.com

Fit, memiliki tabungan , bisa menyekolahkan anaknya hingga kelas 4 SD, serta bisa memperbaiki rumahnya yang terkena gempa tahun 2006. Dengan wajah berbinar Ibu Sumiyem menyampaikan kepada Tamaddun : ”Kalau dulu, sebelum usaha saya maju, paling hanya bisa beli baju satu tahun sekali. Alhamdulilah, sekarang bisa sampai lima kali,” katanya, dengan ceria. Kisah anggota yang lain berasal dari Ibu Temu (50), wanita asal Kulonprogo, Yogyakarta. Perempuan yang gigih ini memulai jualan di teras (Jawa: emper) toko orang lain pada tahun 2000 yang lalu. Pedagang kelontong yang semula hanya jualan telur ayam lehorn ini, memulai usaha dengan modal Rp 500 ribu. Karena ketelatenannya, selama 3 tahun berjualan akhirnya bisa membeli kios di pasar Kota Gede. Sejak lima tahun terakhir dia selalu dipercaya memutar modal dari TAMZIS, dengan pola mudharabah. Sekarang usahanya semakin berkembang, isi kiosnya juga semakin lengkap. Berkat kegigihannya berdagang, sekarang asset Ibu Temu mencapai Rp 50 juta. Walaupun sedang diuji dengan sakitnya sang suami tercinta yang menghabiskan banyak biaya, Ibu Temu tetap bersyukur. Menurut pengakuannya, dari omzet hariannya yang mencapai Rp 1 juta/hari, di samping tercukupinya sandang dan pangannya, dia sudah bisa membeli sepeda motor sebanyak tiga kali dalam lima tahun terakhir. Gambaran kesejahteraan anggota berikutnya terlihat pada usaha Ibu Rita, pedagang kelontong di Pasar Gamping Yogyakarta. Wanita berjilbab ini mulai jualan tahu 1998, dengan modal kerja hanya Rp 20.000,-. Awalnya dia hanya berdagang gula jawa, yang dijual kepada para pedagang di pasar. Berkat kegigihannya, istri seorang pegawai negeri ini sekarang telah memiliki beberapa kios; dua kios digunakan sendiri, dan yang lainnya disewakan. Dengan ketekunan luar biasa, anggota Ijabah TAMZIS yang setia ini omzet hariannya bisa mencapai Rp 2,5 juta/hari. Dan asset usahanya sekarang sudah di atas Rp 100 juta. Senada dengan kisah Ibu Rita, demikian juga yang terjadi pada usaha Mbak Yeni. Wanita asal Lampung ini biasa merantau ke berbagai kota untuk berdagang. Dimulai dengan jualan kue, lalu ganti jualan plastik dan assesoris perempuan, Mbak Yeni sekarang telah memiliki kios tetap di Pasar Gamping. Usaha yang telah dirintis sejak tahun 2001 ini sekarang bisa membubuhkan omzet harian sebesar Rp 250.000/hari, dengan marjin/laba sebesar Rp 50 ribu – Rp 100 ribu/hari. Karena ketekunannya, wanita ulet ini sejak beberapa tahun yang lalu bisa mengangsur KPR, dan menambah lagi kiosnya di Pasar Gamping untuk disewakan. Harga beli kios itu tidak kurang dari Rp 25 juta/ buah. Dalam rangka mensyukuri nikmat-Nya, di waktu dekat Mbak Yeni ingin mengabdikan diri untuk menjadi pengurus sebuah pondok pesantren. Kisah sukses anggota TAMZIS berikutnya dialami oleh Bapak Hery Trias Cahyo. Laki-laki asal Magelang ini mengawali bisnisya sebagai seorang sales. Karena terpikat seorang ‘bidadari’ – yang sekarang menjadi istrinya, kini dia menetap di Wanadadi, Banjarnegara dan menekuni bisnis tekstil dan konveksi. Sejak TAMZIS buka cabang di Wanadadi, sarjana sastra ini langsung menjadi nggota setia. Di samping sebagai anggota Simpanan Mutiara, pada saat membutuhkan dana mendadak, Mas Hery, demikian dia biasa disapa, sering menghubungi TAMZIS. Bisnis keluarga yang dirintis sejak 1990 ini sekarang berkembang semakin pesat. Hingga tahun 2008 ini “Elza Textile”, demikian nama usaha Mas Hery, perkembangan assetnya mencapai ratusan juta rupiah. Asset tanah dan bangunannya pun bertambah dan jumlah karyawannya mencapai belasan orang. Insya Allah, tidak lama lagi, keluarga sejahtera ini akan segera ziarah ke Mekkah Al-Mukaromah. Masih dari wilayah Banjarnegara, kisah Ibu Sri Mulyani juga merupakan bukti anggota TAMZIS yang mencapai kesejahteraan. Pedagang pakaian di Pasar Banjarnegara ini menjadi anggota TAMZIS sejak tahun 2006. Sedangkan usaha Ibu Sri Mulyani sudah dimulai sejak 10 tahun yang lalu oleh orang tuanya. Beberpa kali wanita murah senyum ini menjalin kerjasama pembiayaan dengan TAMZIS. Berkat ketekunannya, kini usahanya semakin berkembang. Omzet jualannya bisa mencapai Rp 5 juta/hari, dan assetnya sudah berada di atas Rp 100 juta. Dengan meningkatnya skala usaha itu, Alhamdulillah Ibu Sri bisa terus menyekolahkan putra-putrinya hingga ke perguruan tinggi. Bapak Wahyono, juga merupakan anggota pembiayaan TAMZIS yang sekarang telah mencapai kesuksesan atau sejahtera. Lelaki asli Wanadadi, Banjarnegara ini memiliki usaha bengkel sepeda motor dan angkutan yang dirintis sejak 5 tahun yang lalu. Pembiayaan dari TAMZIS telah mendongkrak omzet usaha Pak Wahyono mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta/hari. Bahkan, diawali dengan menjadi anggota simpanan Mutiara harian, sekarang Pak Wahyono sudah memiliki simpanan Ijabah (Investasi Berjangka Mudharabah) di TAMZIS. Kisah-kisah sukses Ibu Sumiyem, Ibu Temu, Ibu Rita, Mbak Yeni, Mas Hery, Ibu Sri dan Pak Wahyono di atas adalah sebagian kecil dari puluhan ribu kisah anggota TAMZIS. Berkembangnya skala usaha yang telah mereka raih diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka. Seperti telah disinggung di depan, bahwa kesejahteraan pada sisi ekonomi ini Insya Allah merupakan pintu gerbang untuk mencapai kesejahteraan yang lainnya seperti pendidikan/sekolah, kesehatan keluarga, kecukupan sandang, terpenuhi gizi keluarga , tempat tinggal yang layak, bahkan kesejahteraan spiritual dan sosial mereka. Dari hasil wawancara ini bisa dilihat, sekecil apapun, lewat pembiayaan serta simpanan, masyarakat telah ikut merasakan manfaat dari kerja keras yang dilakukan TAMZIS. Tanpa mengabaikan sebagian anggota lainnya yang belum berhasil mencapai kesejahteraan, laporan ini menunjukkan bahwa TAMZIS telah memiliki andil dalam
http://www.tamzis.com Menggunakan Joomla! Generated: 16 March, 2013, 20:01

Lembaga Keuangan Mikro Syariah | www.tamzis.com

mewujudkan kesejahteraan umat, khususnya bagi para nggotanya. Karena hanya berupa wawancara singkat terhadap beberapa anggota saja , maka laporan ini belum bisa menggambarkan kondisi anggota secara keseluruhan. Selanjutnya, di masa mendatang, dengan penelitian yang lebih baik dan metoda yang akurat, Insya Allah akan diketahui seberapa besar peranan yang sesungguhnya telah dilakukan oleh lembaga ini bagi kesejahteraan umat. Amin. [antri]

http://www.tamzis.com

Menggunakan Joomla!

Generated: 16 March, 2013, 20:01

You might also like