You are on page 1of 21

MAKALAH PERUBAHAN FISIK PADA MASA NIFAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Askeb III

Dosen : Dini Nurwijayanti, SST

Disusun Oleh : Kelompok I 1. Anti Adiyanti 2. Dewi Pipil E. 3. Fitri Ekatini M. 4. Nining Sartika 5. Pipit Novita

Tingkat 2B

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG


Jln. Ki Hajar Dewantara No.15A Subang Tlp.( 0260 ) 7707775 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini Penyusun buat untuk melengkapi tugas Askeb III, selain itu makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan memahami secara jelas mengenai perubahan fisik pada masa nifas. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Dini Nurwijayanti, SST., Selaku Dosen Dosen Mata Kuliah Askeb III. 2. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Demikian makalah ini Penyusun susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat Penyusun harapkan demi kasempurnaan makalah ini.

Subang, September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Tujuan ................................................................................ BAB II PEMBAHASAN A. Definisi .............................................................................. B. Tujuan Asuhan Masa Nifas ............................................... C. Perawatan Masa Puerperium ............................................. D. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Ibu Nifas .................. E. Perubahan Sistem Pencernaan pada Masa Nifas ............... F. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas ...... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ B. Saran .................................................................................. DAFTAR PUSTAKA

i ii

1 2

3 3 5 5 9 15

16 17

ii

BAB I PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang Masa nifas adalah sesudah persalinan dan kelahiran bayi ,plasenta,serta selaput yang diperlukan lukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu . proses pemulihan kesehatan ibu pada masa nifas merupakan suatu hal yang sangat penting dan ikut menentukan berhasil tidaknya peran dan fungsi keluarga , dimana keluarga mendukung proses pemulihan ibu post partum . pada masa nifas akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikis . perubahan fisik meliputi ligamen-ligamen bersifat lembut dan kendor otot-otot tegang, uterus membesar postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat badan pada masa hamil. Berat badan akan bertambah menjadi 10-15 kg sehingga proses bersalinan berlangsung (wiknjosastro 2009,). Angka kematian ibu (AKI)pada nifas didunia mencapai 500,0000 jiwa setiap tahun . kematian meternal paling banyak adalah pada masa nifas sebesar 49,125 % dan 50% kematian maa nifas terjadi pada 24 jam pertama . post partum atau masa nifas merupakan masa setelah partus selesai dan

berakhirnya kira-kira 6 minggu. 8 jam pasca persalinan ibu harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan. sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah trombosis (Mansjoer Arif ,1999). Pada masa nifas terjadi banyak perubahan, baik itu secara fisiologis maupun psikologis. Di mana gangguan atau perubahan dari psikologis bisa membuat ibu depresi juga bahaya untuk bayi. Berdasarkan hal tersebut ,maka penulis berminat untuk membuat makalah Biologi Reproduksi tentang Fisiologi Masa Nifas sehingga dapat bermanfaat untuk semua pembaca. ini

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa Akbid Bhakti Nugraha Subang mampu memahami,

mengetahui perubahan fisik pada masa nifas 2. Tujuan Khsus a. Mengetahui perubahan perubahan sistem reproduksi pada masa nifas b. Mengetahui sistem pencernaan pada masa nifas

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Masa nifas (Peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006). Puerperium/ nifas dibagi dalam tiga periode : 1) Puerperium diniyaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium intermedialyaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote puerperiumadalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan (Ambarwati, 2010).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas 1. Tujuan umum : Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. 2. Tujuan khusus a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb, menyusui, pemberian imunisasi, dan perwatan bayi baru lahir d. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Saleha, Sitti, 2009).

Tabel 1 Jadwal Dan Asuhan Selama Kunjungan Dan Nifas Kunjungan 1 Waktu 6-8 setalah persalinan uteri. b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan rujuk biar pendarahan berlanjut. c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI awal melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 2 6 setelah persalinan hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uterus berada dibawah umbilical, tidak ada pendarahan. b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau pendarahan abnormal. c. Memastikan ibu menyusui mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. e. Memderikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayinya sehari-hari. 3 2 minggu Sama seperti di atas (sehari setelah persalinan) setelah persalinan 4 6 minggu a. Menanyakan kepada ibu tentang penyulitsetelah persalinan (Saleha, Sitti, 2009). penyulit yang ia alami atau bayi alami. b. Memberikan konseling untuk KB secara dini. Tujuan

jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

C. Perawatan Masa Puerperium Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunya keuntungan : a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium b. Memperlancar involusi alat kandungan c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan d. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

D. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Ibu Nifas Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti: 1. Involusi uterus. Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: 1) Iskemia Miometrium Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi. 2) Atrofi jaringan Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta. 3) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. 4) Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut: Involusi Uteri Plasenta lahir 7 hari (minggu 1) Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Berat Uterus 1000 gram Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm

Pertengahan pusat 500 gram dan simpisis

14 hari (minggu 2) 6 minggu

Tidak teraba Normal

350 gram 60 gram

5 cm 2,5 cm

2. Involusi Tempat Plasenta Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia.

3. Perubahan Ligamen Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. 4. Perubahan pada Serviks Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 23 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. 5. Lokia Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat

dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut: Lokia Rubra Waktu 1-3 hari Warna Merah kehitaman Ciri-ciri Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir merah Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml. 6. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara

spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.

E. Perubahan Sistem Pencernaan pada Masa Nifas 1. Perubahan Fisiologis pada Sistem Pencernaan Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan

melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Sekresi saliva menjadi lebih menekan diagfragma, lambung dan intestin. Pada bulan-bulan awal masa kehamilan, sepertiga dari wanita mengalami mual dan muntah. Sebagai mana kehamilan berlanjut, penurunan asam lambung, melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan kembung. Menurunnya gerakan peristaltic tidak saja menyebabkan mual tetapi juga konstipasi, karena lebih banyak feses terdapat dalam usus, lebih banyak air diserap maka semakin keras. Konstipasi juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal masa kehamilan dan kembali pada akhir masa kehamilan. Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam selama masa kehamilan dan membutuhkan perawatan yang baik untuk mencegah karies gigi. Pada bulan-bulan terakhir, nyeri ulu hati dan regurgitasi (pencernaan asam) merupakan ketidaknyamanan yang

disebabkan tekanan keatas dari pembesaran uterus. Pembesaran pembuluh darah rectum (hemoroid). Pada persalinan rectum dan otot-otot yang menberikan sokongan sangat teregang.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain: 1. Nafsu Makan Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari. Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jamsetelah melahirkan. Kecuali ada komplikasi kelahiran, tidak ada alasanuntuk menunda pemberian makan pada wanita pasca partum yang sehatlebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal. 2. Motilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. 3. Pengosongan Usus Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain: a. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat. b. Pemberian cairan yang cukup. c. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan. d. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir. e. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat pemberian huknah atau obatyang lain.

10

4. Konstipasi Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karenakurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akanmerobek atau merusak jahitan jika ia melakukan defekasi. Jika penderitahari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi obat pencahar, baik peroral ataupun supositoria.

2. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi a. Cairan Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses

metabolisme tubuh. Minum cairan yang cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup. b. Perubahan Nutrisi Kebutuhan nutrisi pada masa nifas meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Dari pendahuluan ibu masa nifas dahulu didapatkan 12 dari 14 ibu nifas yang belum mengetahui kebutuhan nutrisi masa nifas yaitu masih adanya pantangan makanan seperti telur dan ikan laut. Maka perlu dilakukan pengarahan tentang pengetahuan kebutuhan pada masa nifas karena akan berpengaruh penting tentang proses penyembuhan serta perkembangan bayinya. Salah satu keberhasilan ibu menyusui sangat ditentukan oleh pola makan, baik di masa hamil maupun setelah melahirkan. Agar ASI ibu terjamin kualitas maupun kuantitasnya, makanan bergizi tinggi dan seimbang perlu dikonsumsi setiap harinya. Artinya, ibu harus menambah konsumsi karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh selama menyusui. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, selain mutu ASI dan kesehatan ibu terganggu, juga akan

11

mempengaruhi jangka waktu ibu dalam memproduksi ASI (Anonim, 2010). Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa ibu dengan gizi yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan. Sebaliknya pada ibu yang gizinya kurang baik, biasanya tidak mampu menyusui bayinya dalam jangka waktu selama itu, bahkan tak jarang air susunya tidak keluar. Mengingat pentingnya ASI pada tumbuh kembang bayi di masa awal kehidupannya, ada baiknya bila ibu mengupayakan agar ASI yang bermutu baik dapat diberikan pada bayi seoptimal mungkin (Anonim, 2010). Perubahan kebutuhan makanan bagi ibu nifas lebih banyak daripada makanan Ibu hamil. Kegunaan makanan tersebut adalah : Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan. Meningkatkan Produksi ASI (Air Susu Ibu) yang cukup dan sehat untuk bayi. 3. Nutrisi yang Diperlukan a. Kalori Kebutuhan tambahan kalori pada masa menyusui sekitar 800 kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800-2000 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak. b. Protein Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. protein yang dibutuhkan dapat diperoleh dari tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, keju, 1 gelas yoghurt, ikan/daging, 1 porsi tahu atau 56 sendok selai kacang. c. Kalsium dan vitamin D Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Dapat diperoleh dengan mengkonsumsi keju, ikan salmon, dan ikan sarden. 12

d. Magnesium Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan kacang-kacangan. e. Sayuran hijau dan buah Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi setara dengan mengkonsumsi buah semangka, buah mangga, sayur brokoli, wortel, tomat,bayam dan lainnya f. Karbohidrat kompleks Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan untuk memperbaiki energi dan proses penyembuhan. dalam hal ini perlu mengkonsumsi nasi dan jagung. g. Garam Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar. h. Vitamin Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan antara lain: Kapsul / suplemen vitamin A (200.000 unit). Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padipadian, kacang polong dan kentang. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacangkacangan, minyak nabati dan gandum. i. Zinc (Seng) Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan

pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng. Sumber zinc terdapat pada seafood, hati dan daging.

13

j. DHA DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan. Contoh Menu untuk Ibu nifas 1. Makan pagi nasi, urap, sayur, ikan bandeng goreng, kudapan (donat dan yoghurt) 2. Makan siang nasi, ayam goreng, rempeyek, rebon, sayur, buah jeruk, kudapan (kolak pisang) 3. Makan malam nasi, semur daging, pepes tahu, capcay, buah pepaya kudapan ( ubi merah goreng) 4. Pengolahan Makanan Ibu Nifas yang Benar Proses pengolahan dan penyimpanan bisa membuat gizi pada bahan makanan hilang atau rusak. Karena itu, perlakukan bahann makanan sebaik mungkin, jangan asal memasukkannya ke lemari pendingin. Cara mengolah makanan berpengaruh terhadap kualitas nutrisinya. Secara umum, semakin sedikit pemrosesan, makin baik. Setelah pemilihan bahan makanan yang tepat, masih ada beberapa kiat untuk menghindari makanan yang ada untuk dikunjungi bakteri dan kuman selama pengolahan makanan berlangsung. 1. Pisahkanlah bahan makanan mentah berupa daging ternak, unggas serta ikan dari bahan makanan lain. Simpan bahan-bahan makanan di dalam wadah tertutup rapat. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontak kontak bahan makanan mentah dengan makanan jadi dan yang telah dimasak. 2. Pada saat proses pengolahan makanan, gunakanlah alat masak yang berbeda setiap kali mempersiapkan bahan mentah. Seperti halnya alat potong dan papan alas. Begitupun air yang digunakan untuk melumuri

14

daging mentah tidak boleh digunakan untuk bahan makanan yang telah siap untuk dikonsumsi. 3. Untuk mempersiapkan makanan yang berkuah, pastikan air kuah termasak hingga mendidih mencapai suhu 70C. Pada khususnya pengolahan masak daging ternak dan unggas, pastikan kaldu termasak berwarna jernih dan tidak lagi merah muda. 4. Jangan tinggalkan makanan yang telah dimasak pada temperatur kamar lebih dari 2 jam. Masukkan segera makanan yang telah dimasak ataupun makanan yang mudah rusak ke dalam lemari pendingin.

F. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain: 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi 5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan 6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman 7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. 8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional

15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Maka dapat disimpulkan, Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem

reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Masa nifas atau puerpurium merupakan suatu yang normal dan setiap saat dapat berubah menjadi abnormal. Dengan pencegahan yang semaksimal mungkin saat kehamilan,persalinan dan nifas,keadaan yang abnormal dapat ditekan seminimal mungkin.Untuk itu sangat diperlukan sekali penyebaran informasi dan kesadaran bagi ibu hamil dan keluarga untuk melakukan ANC ( antenatal care ) secara rutin,dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, baik dokter ataupun bidan. Dengan adanya asuhan postnatal akan membantu kesiapan ibu utuk belajar dan menjalani masa nifas secara fisiologis. Ibu meyakin bahwa bidan memperhatikannya sebagai individu. Berdasarkan kebutuhan yang diutarakan pasien, keadaan wanita pada saat itu dan hal-hal yang dibutuhkan. Tinjauan ulang tentang sistem-sistem tubuh perlu dilakukan setiap pertemuan. Setiap tanda harus dikaji secara mendalam, identifikasi rasa tidak nyaman yang mencerminkan rasa tidak nyaman pada masa nifas . Pengkajian akan kemungkinan adanya infeksi pada organ reproduksi, terjadinya bendungan ASI dan lain-lain. Respon psikososial terhadap masa nifas dan pendekatan menjadi orang tua.

16

B. Saran Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan janin tetap baik.

17

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2006. Ambarwati, Wulandari. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta : Nuha Medika. 2010 Saleha, Sitti. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. 2009 http://indahpurna.blogspot.com/2013/01/perubahan-sistem-pencernaan-ibunifas.html http://lisa-ardiningtyas.blogspot.com/2011/12/perubahan-fisiologis-sistemreproduksi.html

18

You might also like