You are on page 1of 12

DASAR MESIN DC

Konstruksi Mesin DC Konstruksi fisik mesin DC terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang berputar disebut rotor dan bagian yang stasioner disebut stator. Bagian stasioner mesin tersusun atas rangka (frame) yang menyediakan dukungan fisik, dan batangan kutub yangt berfungsi menyediakan lintasan fluks magnet pada mesin. Ujung dari batang kutub yang berada dekat permukaan rotor disebut sepatu kutub. Permukaan luar pada sepatu kutub disebut pole face, jarak antara pole face dengan rotor disebut air gap. Pada mesin DC terdapat dua kumparan yaitu kumparan jangkar dan kumparan medan. Kumparan jangkar didefinisikan sebagai kumparan dimana tegangan diinduksikan, dan kumparan medan adalah kumparan yang

menghasilkan medan magnet utama pada mesin. Pada mesin DC normal, kumparan jangkar terletak di rotor dan kumparan medan pada stator. Kutub utama mesin DC terbuat dari material yang dilaminasi, kutub pada mesin DC dinamakan kutub salient oleh karena bentuknya yang menonjol ke luar dari permukaan stator. Kutub interpole diletakkan diantara medan utama. Rotor pada mesin DC tersusun atas batangan baja dengan inti dibentuk diatasnya. Inti rotor tersusun atas banyak laminasi dari lempengan baja, dengan notch di sepanjang permukaan luarnya untuk meletakkan kumparan jangkar. Komutator dipasang pada batang (shaft) rotor pada salah satu ujung inti rotor. Belitan jangkar dipasangkan di dalam slot pada inti dan ujung-ujungnya dihubungkan ke segmen komutator.

Gambar 3.1 Konstruksi mesin DC (a) Penampang Mesin (b) Konstruksi kutub

Komutator dan Sikat Komutator pada mesin DC umumnya dibuat dari batangan tembaga yang diisolasi dengan bahan tipe mika. Batangan tembaga dibuat cukup tebal untuk memungkinkan penggunaan normal hingga masa life time motor. Sikat pada mesin terbuat dari karbon, graphite, metal graphite atau campuran karbon dan graphite. Karbon mempunyai konduktivitas tinggi untuk mengurangi rugi-rugi elektrik dan mempunyai koefisien gesekan rendah untuk mengurangi penggunaan berlebih. Sikat dibuat dari material lebih lunak daripada material pada segmen komutator, sehingga permukaan komutator akan aus lebih sedikit. Pemilihan tingkat kekerasan sikat harus dikompromikan, jika terlalu lunak maka sikat harus sering diganti, jika terlalu keras maka permukaan komutator akan cepat rusak.

Gambar 3.2 Komutator

Prinsip Kerja Mesin DC Gambar menunjukkan mesin DC sederhana dengan sebuah loop kawat yang berputar pada sumbu tetap. Bagian yang berputar ini disebut rotor sedangkan bagian yang stasioner dinamakan stator. Medan magnet mesin disuplai oleh kutub magnet utara dan selatan pada stator. Induksi Tegangan pada Kawat Berputar Jika rotor mesin berputar, maka tegangan akan terinduksi pada kumparan kawat. Tegangan induksi ini berubah-ubah arah setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik: e = Emaks sin t Untuk memperoleh tegangan searah, maka digunakan alat penyearah yang disebut komutator dan sikat. Besar tegangan yang dibangkitkan adalah sama dengan hasil perkalian product fluks di dalam mesin dengan kecepatan putaran mesin dikalikan dengan sebuah konstanta yang merepresentasikan konstruksi mekanik mesin.

Secara umum tegangan pada mesin dipengaruhi oleh tiga faktor yang sama yaitu: 1. fluks di dalam mesin 2. kecepatan putaran 3. konstanta ynag merepresentasikan konstruksi mesin Tegangan keluaran kumparan jangkar dalam prakteknya sama dengan jumlah konduktor per jalur pararel dikalikan tegangan induksi pada masingmasing konduktor. Tegangan pada satu konduktor adalah: eind = v B l Sehingga tegangan keluaran kumparan jangakar adalah:
Ea = Z v Bl a

Dimana Z adalah jumlah keseluruhan konduktor dan a adalah jumlah jalur pararel konduktor. Kecepatan masin-masing konduktor pada rotor adalah v = r , sehingga:
Ea = Z r B l a

Fluks pada satu kutub adalah sama dengan rapat fluks dikalikan dengan luasan yang dilingkupi, atau:

= B Ap
Sementara rotor mesin berbentuk silinder mempunyai luasan: A =2 r l Jika ada P kutub pada mesin, maka area masin-masing kutub merupakan luasan total A dibagi jumlah kutub P.

Ap =

A 2 r l = P P

Maka fluks total per kutub pada mesin adalah:


= B Ap = B 2 r l P

Sehingga tegangan induksi pada mesin DC dinyatakan oleh:


Ea = Z r B l a ZP = 2 a ZP 2 a

Ea = K K=

adlah kecepatan sudut dengan satuan radius per detik. Jika kecepatan
dinyatakan dalam rpm, dimana = 2 /60 n, maka besar tegangan induksi adalah: Ea = C n Dengan C = Dimana: = fluks pada mesin (weber) n = kecepatan putaran Z = jumlah konduktor P = jumlah kutub a = jumlah jalur pararel konduktor C = konstanta

ZP 60 a

Induksi Torsi pada Kumparan Kawat Misal sebuah batere dihubungkan pada mesin (kumparan jangkar), sehingga susunan mesin menjadi seperti pada gambar, maka pada kawat akan terinduksi torsi sehingga kawat akan bergerak (berputar) pada sumbunya. Besar torsi yang dihasilkan merupakan perkalian antara fluks pada mesin dengan arus mesin dan konstanta yang merepresentasikan konstruksi mesin jadi torsi pada mesin tergantung pada: 1. fluks pada mesin () 2. arus jangkar (Ia) 3. konstanta yang merepresentasikan konstruksi mesin (K) Besar torsi induksi pada mesin DC dinyatakan oleh persamaan:

Tind = atau

ZP Ia 2 a

Tind = K Ia

dengan K =

ZP 2 a

dimana Ia adalah arus jangkar pada mesin.

Komutasi pada Mesin DC

Komutasi merupakan proses pengubahan tegangan dan arus AC pada rotor mesin Dc menjadi tegangan dan arus DC pada terminalnya. Apabila pada kedua ujung kumparan dipasangkan cincin, tegangan yang keluar dari ujung kumparan ini merupakan suatu gelombang sinusoid dengan setengah siklus negatifnya dibalik menjaddi positif. Dengan demikian tegangan yang keluar meupakan suatu tegangan searah.

Gambar , memperlihatkan saat-saat komutator berada dibawah sikat, yang pada bidang netral (bidang yang tegak lurus terhadap sumbu fluks utama).

Gambar 3.2 Prinsip kerja komutator

Misalnya pada t = t0, segmen komutator tepat berimpit dengan sikat. Dan misalkan ada dua jalan pararel dalam kumparan jangkar tersebut, sehingga arus jangkar Ia yang mengalir pada masing-masing jalan pararel adalah Ia /2 dengan arah seperti ynag ditunjukkan pada gambar. Dengan demikian arus yang mengalir pada kumparan A = Ia /2 dan arahnya ke kanan. Jika arah perputaran jangkar dimisalkan ke arah kanan (lihat gambar di atas), dan pada saat t = t1 sikat terletak antara dua komutator dengan perbandingan 1:3 (lihat gambar b), maka distribusi arus pada masing-masing komutator adalah Ia /4 pada komutator sebelah kiri, dan 3Ia /4 pada komutator sebelah kanan. Dari Hukum Kirchoff untuk arus, kita dapatkan besar arus yang mengalir pada kumparan A = Ia /4 dengan arah masih tetap ke kanan. Pada t = t2, sikat tepat berada di tengah-tengah antara dua segmen komutator tersebut, maka terlihat bahwa tidak ada arus ynag mengalir pada kumparan A (keadaan ini sma halnya seperti ketika kumparan A tepat berada pada bidang netral). Pada t = t3, sikat berada antara dua segmen komutator dengan perbandingan letak 1:3 (liaht gambar d), di sini arus yang mengalir pada kumparan A = Ia /4, dengan arah arus terbalik

yaitu ke kiri. Akhirnya pada t = t4, sikat meniggalkan segmen komutator sebelah kanan dan tepat berada pada segmen komutator sebelah kiri. Pada kumparan A mengalir arus sebesar Ia /2 yang arahnya ke kiri. Demikianlah dengan adanya arus yang berbalik arah dalam kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet, dihasilkan tegangan induksi (ggl) dengan bentuk gelombang seperti terlihat pada gambar:

Gambar 3.3 Bentuk gelombang tegangan searah

Jika arus dalam kumparan A digambarkan sebagai fungsi waktu diperoleh fungsi linear. Fungsi tersebut merupakan fungsi linier komutasi yang dihasilkan jika rapat arus dalam sikat seragam. Tetapi karena adanya pengaruh induktansi kumparan dan tahanan sikat untuk arus yang cukup besar, maka fungsi tersebut tidak linier lagi, melainkan berupa garis lengkung. Untuk mengkompensasi hal di atas, ditambahkan suatu kutub pembantu dan kumparan kompensasi. Jika kumparan kompensasi dapat menetralisasi reaksi jangkar, besarnya ggm yang diperlukan pada kutub pembantu sama dengan ggm untuk pengaruh induktans pada kumparan.

Gambar 3.4 Mesin DC dengan kumparan kompensasi

BELITAN MESIN ARUS SEARAH Belitan Gelung

Kumparan biasanya terdiri atas beberapa lilitan. Kumparan yang dihubungkan satu sama lain membentuk lilitan. Apabila kumparan dihubungkan dan dibentuk sedemikian rupa hingga setiap kumparan menggelung kembali ke sisi kumparan berikutnya, maka hubungan itu disebut belitan gelung. Gambar 3.5 memperlihatkan rotor dengan belitan gelung, 2 kutub, 8 alur dan 8 kumparan. Karena setiap kumparan mempunyai dua ujung, dan setiap segmen komutator menghubungkan dua ujung kumparan, terdapatlah segmen komutator yang saling terisolir. Segmen komutator turut berputar bersama rotor. Setiap sikat terbuat dari bahan penghantar karbon, tidak turut berputar (diam) tetapi bergerak pada segmen komutator yang berputar. Agar tegangan sisi kumparan saling memperbesar, maka bila satu sisi kumparan terletak di bawah kutub utara, pasangan sisi kumparan lainnya harus terletak di bawah kutub selatan.

Gambar 3.5 Belitan gelung rotor

Dengan memperhatikan (gambar a), jika ditelusuri belitan kumparan 7 yang dimulai dari segmen komutator 7, menuju ujung sisi kumparan 13 terus ke sisi pasangan kumparan 6 dan berakhir pada segmen komutator 8. Bila kedelapan kumparan yang ada terus ditelesuri, akan diperoleh belitan tertutup yang berbentuk gelung. Bila pada rotor diberikan energi mekanis dengan arah berlawanan jarum jam, akan diperoleh gaya gerak listrik (ggl) pada masing-masing kumparan. Arah ggl pada ujung kumparan diperlihatkan dengan tanda (-) dan (x). Dalam posisi seperti terlihat pada gambar, sikat A dan B menghubungsingkatkan masingmasing kumparan 5 dan juga kumparan 1. Keadaan ini memang dikehendaki karena dengan demikian di kumparan 5 dan 1 tidak timbul tegangan. Dengan cara demikian dapat ditentukan lokasi yang tepat untuk meletakkan sikat, yaitu pada posisi yang akan menghasilkan tegangan nol di sisi masing-masing kumparan 5 dan 1 tadi. Tegangan yang dibangkitkan pada sisi kumparan yang lain akan saling menambah secara seri di antara sikat A dan B. Jika beban dihubungkan pada

sikat, arus akan mengalir. Jalur pararel sisi kumparan antara sikat A dan B dapat dilihat pada gambar b. Dalam contoh keadaan ini, sisi atau ujung kumparan 1, 10, 9, dan 2 bertegangan nol. Kumparan berputar terhadap waktu, tapi bentuk ggl yang dibangkitkan adalah sama, karena bila kumparan 1 begerak mengambil posisi kumparan 8, kumparan 8 akan mengambil posisi kumparan 7 dan seterusnya. Oleh karenanya tegangan yang dibangkitkan di ujung sikat adalah tegangan searah. Dengan kata lain tegangan bolak-balik melalui kerja komutator dan sikat telah diubah menjadi tegangan searah. Pada bentuk belitan gelung jumlah kutub, sikat dan jalur pararel akan selalu sama. Dalam contoh diatas jumlah kutub, sikat dan jalur paparel adalah dua.

Belitan Gelombang

Dalam belitan gelombang, kumparan dihubungkan serta dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk gelombang. Hubungan ini dapat lebih jelas bila ditelusuri jalan kumparan pada gambar:

Gambar 3.6 Belitan gelombang

Ganbar di atas juga menunjukkan adanya 4 kutub, 21 kumparan rotor dan terdapat 2 sisi kumparan di masing-masing alur. Yang dimaksud dengan kisar komutator adalah jumlah segmen komutator yang diperlukan untuk membentangkan suatu kumparan tertutup. Bila Yc = kisar komutator, p = jumlah kutub, dan c = jumlah kumparan. Maka berlaku hubungan: Yc = 2(c + 1)/p Dalam contoh di atas, di mana p = 4 dan c = 21, diperoleh Yc = 11 atau 10. Dalam contoh ini diambil harga Yc = 10. Untuk belitan gelombang, berapa pun jumlah kutub yang ada, jalur pararel dan sikat akan selalu berjumlah dua. Tidak demikian halnya dengan belitan gelung, yang jumlah jalur pararelnya sebanding dengan bertambahnya jumlah kutub. Biasanya belitan gelung digunakan untuk mesin beraliran arus tinggi, sedangkan belitan gelombang yang selalu hanya mempunyai dua jalur pararel, digunakan untuk mesin bertegangan tinggi.

You might also like