You are on page 1of 10

PEMERINTAH KELURAHAN TANAH BARU KECAMATAN BEJI KOTA DEPOK

RUKUN WARGA 12
Jl. Raden Sanim No. 3 RT. 005/12 Tanah Baru Kec. Beji Kota Depok

SURAT KEPUTUSAN KETUA RW.12 No. 01 / KU/ RW.12 / XI / 2013 TENTANG KEBIJAKSANAAN UMUM RW.12 KETUA RW.12,
MENIMBANG : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas Ketua RW.12 Periode 2013 2016 beserta jajarannya perlu adanya Kebijaksanaan Umum; b. Bahwa kebijaksanaan umum tersebut perlu ditetapkan dalam bentuk Surat Keputusan Ketua RW.12 MENGINGAT : 1. Keputusan Walikota Depok Nomor 25 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Depok No. 10 tahun 2002 tentang Pedoman Pembentukkan Rukun Tetangga ( RT ) dan Rukun Warga ( RW ) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM ) ( Lembaran Daerah Kota Depok tahun 2002 Nomor 13 ); 2. Undang Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon ( Lembaran Negara Tahun 1999 No. 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3828 ); 3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437 ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No. 3 Tahun 2005 ( Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493 ); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 ); 5. Keputusan Presiden Nomor 49 tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain; 6. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Daerah Kota Depok tahun 2003 Nomor 34). 7. Surat Keputusan ( SK ) Kepala Kelurahan Tanah Baru No. 149/17/Kpts-Pem/XI/2013 tanggal 10 November 2013 tentang Pemberhentian Pengurus RT dan RW Periode 2010 2013 dan Pengangkatan Pengurus RT dan RW Periode 2013 2016. MEMPERHATIKAN : Hasil Musyawarah serta aspirasi yang berkembang dalam masyarakat

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERTAMA

Kebijaksanaan Umum RW.12 seperti terlampir pada Surat Keputusan ini; Kebijaksanaan Umum tersebut agar dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas bagi setiap unsur pimpinan lingkup RW.12; Kebijaksanaan Umum tersebut bersifat dinamis dan akan ditinjau ulang secara periodik sesuai dengan perkembangan keadaan; Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

Ditetapkan di : Tanah Baru Pada tanggal : 10 November 2013 KETUA RW.12

H. RIMIN SUMANTRI

Tembusan : 1. Yth, Kepala Kelurahan Tanah Baru 2. Yth, Ketua RT Lingkup RW.12 3. Yth, Pengurus Lingkup RW.12

LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG

: : : :

SURAT KEPUTUSAN KETUA RW.12 01/KU/RW.12/XI/2013 10 NOVEMBER 2013 KEBIJAKSANAAN UMUM RW.12

I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki masa kepengurusan RW.12 periode 2013 2016, dipandang perlu untuk menetapkan Kebijaksanaan Umum RW.12 sebagai acuan pengelolaan kegiatan sosial kemasyarakatan agar dapat memberi arah kepada berbagai kegiatan. Untuk keperluan seperti itulah maka disusun Kebijaksanaan Umum RW.12 yang disusun berdasarkan berbagai masukan dari tokoh masyarakat. Faktor lain yang turut melatar belakangi disusunnya Kebijaksanaan Umum RW.12 semacam ini atara lain adanya keinginan untuk mendokumentasikan semua bentuk kebijakan yang telah dan akan ditempuh seperti kebijaksanaan yang diambil selama kepengurusan periode sebelumnya. Aspek formal suatu kebijaksanaan diperlukan tidak saja untuk memudahkan dalam memperoleh dukungan, namun juga mempunyai nilai manajerial yaitu sebagai alat evaluasi yang berguna dalam penentuan kebijaksanaan berikutnya. Organisasi kemasyarakatan baik RT, RW, Karang Taruna dan PKK adalah Organisasi yang bersifat resmi yang keberadaanya diatur dalam produk perundang undangan. Dengan demikian eksistensinya mempunyai sifat yang formal / legal sehingga pelaksanaanya diperlukan kriteria formal yaitu penetapan berbagai bentuk kebijaksanaan secara tertulis sebagai penjabaran dari kebijaksanaan yang lebih tinggi dalam hal ini kebijaksanaan pemerintah tentang pembentukan organisasi kemasyarakatan. Sebaliknya apabila

pengelolaan yang dilakukan tidak memenuhi kriteria yang demikian, tentu kurang memenuhi kriteria formal dan kriteria lainnya. B. Maksud dan Tujuan Secara umum setiap warga menghendaki terciptanya lingkungan yang aman, tertib serta memenuhi berbagai syarat hunian. Dilain pihak kondisi ideal suatu lingkungan tidak pernah tercipta dengan sendirinya sehingga memerlukan perjalanan panjang, perjuangan yang tiada henti, kerja keras serta bentuk kepedulian lain dari para pendahulu. Karena itu sangat disayangkan apabila suatu lingkungan yang telah tertata dengan baik mengalami kemerosotan akibat kurangnya upaya untuk melestarikan atau merawat dan menata lingkungan. Dalam kondisi demikian, maka diperlukan upaya upaya untuk menumbuhkan partisifasi masyarakat dimana salah satunya melalui keterlibatan mereka dalam penetapan kebijaksanaan.

Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya pengaruh lingkungan yang selalu berubah baik lingkungan dalam arti fisik maupun nilai sosial. Perubahan lingkungan dalam arti fisik disadari atau tidak akan memberi pengaruh terhadap pola perilaku warga masyarakat baik secara kolektif maupun perorangan. Perubahan perubahan fisik lingkungan marupakan hal yang tidak terelakan apalagi mengingat Kelurahan Tanah Baru sebagai salah satu kawasan penyangga Ibu Kota. Perubahan fisik membawa dampak tingkat kepadatan hunian yang akan berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan serta keamanan suatu wilayah. Demikian pula konsekwensi adanya perubahan nilai nilai sosial senantiasa memerlukan upaya antisifasi agar nilai nilai yang telah ada tidak tergusur, minimal dapat dipertahankan. Bahkan boleh jadi kondisi sosial masyarakat pada saat ini akan menjadi prestasi maksimal dikemudian hari. Kompleksitas permasalahan akan semakin nampak apabila beberapa faktor lingkungan tersebut secara bersama sama memberikan tekanan terhadap eksistensi tata nilai yang telah ada, sementara upaya upaya untuk mempertahankan akan berpacu dengan perubahan yang demikian pesat. Hal demikian kiranya cukup menjadi alasan mengapa diperlukan kebijaksanaan yang mengatur serta mengarahkan agar berbagai kegiatan di lingkungan RW.12 sekaligus dapat berfungsi sebagai benteng yang mampu melindungi pengaruh negatif terhadap nilai nilai sosial kemasyarakatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maksud ditetapkanya kebijaksanaan dalam bentuk Surat Keputusan Ketua RW.12 adalah sebagai upaya untuk memberi pedoman agar pelaksanaan berbagai kegiatan berjalan kearah yang kita inginkan dan salah satunya adalah adanya perubahan baik kepengurusan maupun perubahan fisik lingkungan tidak berpengaruh negatif terhadap nilai nilai atau tatanan yang telah ada. Adapun tujuanya adalah agar kebijaksanaan yang telah ditempuh mendapatkan sambutan atau partisifasi sehingga pelaksanaan berbagai kegiatan dapat dilakukan secara efektif. Pada dasarnya dibentuknya suatu organisasi ditujukan untuk melaksanakan suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut berupa Visi, Misi maupun tujuan yang lebih rinci dalam bentuk program atau kegiatan. Untuk mencapai tujuan, sebuah organisasi memerlukan berbagai kelengkapan sub sistem yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan satu sama lain. Antar sub sistem mempunyai hubungan mekanisme yang saling berpengaruh sehingga kegagalan dalam sebuah sub sistem akan mempengaruhi pencapai tujuan secara keseluruhan. Dalam kepengurusan lingkup RW.12 telah diatur tata hubungan, organisasi dan tata kerja serta uraian tugas, sehingga mekanisme yang demikian akan mengurangi ketergantungan secara individual yang apabila terjadi perubahan personil, tidak terlalu berpengaruh terhadap jalannya organisasi. Hal ini penting dilakukan mengingat sebuah generasi akan selalu digantikan oleh generasi yang berikutnya.

C. Tinjauan Aspek Manfaat Dengan adanya rumusan Kebijaksanaan Umum RW.12, dapat diambil beberapa aspek manfaat yang kesemuanya merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan, saling dukung dan saling keterkaitan satu sama lainya. Adapun aspek manfaat dari rumusan ini adalah : a. Sebagai Acuan Pelaksanaan. Dengan adanya rumusan secara jelas mengenai tugas yang harus dilaksanakan oleh masing masing pengurus serta adanya kejelasan tata hubungan kerja akan sangat mendorong kelancaran pelaksanaan tugas, karena telah ada pedoman yang dapat dituangkan dalam pelaksanan kegiatan. b. Sebagai Sarana Koordinasi. Pelaksanaan koordinasi senantiasa memerlukan sarana, baik dalam bentuk rencana kegiatan maupun kebijaksanaan tertulis yang dapat dikomunikasikan. Dalam kenyataan dilapangan, hambatan sering terjadi akibat kurangnya koordinasi antar pihak terkait sehingga tersedianya sarana koordinasi akan sangat membantu kelancaran berbagai kegiatan yang dilakukan. c. Dukungan Pihak Terkait. Pelaksanaan berbagai kegiatan, baik dalam lingkup RW, RT, Karang Taruna Maupun PKK senantiasa memerlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk warga masyarakat. Agar sebuah program atau kegiatan memperoleh dukungan dari berbagai pihak perlu melibatkan warga masyarakat dalam proses penentuan kebijakan. Dengan terlibatnya warga masyarakat dalam penentuan kebijakan, akan menumbuhkan partisifasi yang lebih besar dalam merealisasikan kebijakan yang akan diambil. d. Prinsip Pembagian Habis Tugas. Dalam lingkup kepengurusan RW.12, upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, ditempuh dengan pembagian tugas ke dalam berbagai unit kerja seperti : Seksi, RT, PKK, Karang Taruna, sekretariat, bendahara dan unit kerja khusus yang membidangi Dewan Kemakmuran Masjid, Panitia Pembangunan Masjid, Panitia Peringatan Hari Hari Besar Islam ( PHBI ), Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia ( IPHI ) serta Ligkungan Layak Anak. Melalui rumusan ini dimungkinkan adanya pembagian tugas secara tuntas sesuai dengan salah satu prinsip organisasi. Diharapkan adanya pembagian tugas ini tidak ada kegiatan yang seharusnya diperlukan namun tidak tertangani. e. Menghindari Duplikasi Kegiatan. Dalam sebuah organisasi yang pembagian tugasnya tidak dilakukan secara formal banyak terjadi suatu kegiatan yang menjadi tugas pokok suatu unit kerja dikerjakan pula oleh suatu unit kerja yang lain. Hal ini selain tidak epektif, juga terlampauinya batas kewenangan suatu unit kerja.

f. Prinsip Pendelegasian Wewenang. Pendelegasian wewenang merupakan suatu yang tidak terelakan dalam hal pejabat yang bersangkutan tidak berada ditempat dalam waktu tertentu. Adanya rumusan uraian tugas yang jelas akan memudahkan pelaksanaan pendelegasian wewenang tersebut. g. Keperluan Dokumentasi dan Pertanggungjawaban. Pengelolaan kepengurusan RT / RW yang tidak dlakukan secara tertulis akan menyulitkan pertanggungjawaban yang akurat sebagai akibat kurangnya dokumen pendukung. Melalui kebijaksanaan yang akan diterapkan ini diharapkan permasalahan tersebut dapat diatasi. h. Keperluan Evaluasi. Setidaknya terdapat dua hal yang perlu dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi mengenai kebijaksanaan yang ditempuh serta evaluasi kinerja seorang pengurus. Selama ini dalam sebuah organisasi, prestasi kerja seorang pengurus sulit dinilai secara obyektif sebagai akibat tidak jelasnya kriteria yang dijadikan ukuran penilaian. Adanya uraian tugas yang harus dilakukan diharapkan dapat dijadikan salah satu kriteria dalam melakukan penilaian kinerja pengurus. II. KEBIJAKSANAAN UMUM RW.12 A. Kondisi Lingkungan fisik dan Sosial RW.12. 1. Identifikasi Lingkungan Fisik. Terdapat pengaruh secara timbal balik antara kuantitas lingkungan dengan perilaku masyarakat secara umum. Artinya dalam suatu masyarakat dimana lingkungan secara fisiknya serba terbatas, sumpek dan kumuh, maka mempunyai kecenderungan untuk tidak memberikan rasa nyaman dan kerasan bagi warganya. Sebaliknya dalam lingkungan yang mempunyai fasilitas sosial secara memadai dengan penataan yang tertib dan rapi akan memberikan rasa nyaman bagi warganya. Dengan demikian untuk mengetahui kondisi sosial suatu masyarakat sangatlah penting mengenai identitas lingkunganya. Rukun Warga ( RW ) 12 meliputi wilayah seluas : 40,76 Ha dengan jumlah Kepala Keluarga pada tahun 2010 sebanyak : 494 KK dan 1.925 Jiwa terdiri dari : Laki laki = 957 Jiwa, Perempuan = 968 Jiwa. Jumlah tersebut belum termasuk Kepala Keluarga yang berdomisili. Dan terdiri atas 11 ( sebelas ) Rukun Tetangga. Fasilitas sosial yang dimiliki : a. Sarana Ibadah yaitu Masjid Jami Al Barkah ( 2 lantai ) b. Kantor RW / Posyandu c. Sekretariat Karang Taruna d. Lapangan Volley Ball

Sementara itu, fasilitas lingkungan berupa jalan sebagian besar telah di cor dengan penerangan yang cukup. Dengan kondisi fisik demikian warga merasakan adanya dukungan lingkungan yang cukup memadai untuk keperluan istirahat maupun dalam kegiatan rutin sehari hari. 2. Organisasi dan Kegiatan Sosial. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah tentang organisasi kemasyarakatan, maka telah dibentuk kepengurusan RW.12 beserta jajaranya termasuk kegiatan Karang Taruna dan Kelompok PKK serta unit kegiatan lainya. Ketua RW.12 memandang perlu adanya peningkatan kualitas pengelolaanya sekaligus sebagai upaya peletakan dasar dasar untuk terciptanya suatu sistem organisasi yang mampu mengantisifasi berbagai perubahan lingkungan yang demikian pesat. Disadari bahwa tatanan masyarakat yang telah dicapai selama ini perlu dikawal dengan penuh kehati hatian, sehingga berbagai bentuk perubahan tidak membawa pengaruh negatif terhadap lingkungan. Beberapa kegiatan sosial yang telah cukup melembaga meliputi kegiatan baik yang berdimensi sosial ekonomi, sosial keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Kegiatan tersebut diikuti oleh kelompok bapak bapak dan ibu ibu, yang secara rinci meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Kegiatan Bapak Bapak : 1. Arisan Malam Selasa ( Kegiatan Lintas RW ) 2. Arisan Malam Jumat ( Kegiatan masing masing RT ) 3. Dzikir, Tahlil dan Yasiin setiap Malam Jumat ( Kegiatan masing masing RT ) 4. Pengajian Iqro ( Kegiatan lintas RW ) 5. Kerja Bakti / Bakti Sosial ( Kegiatan masing masing RT ) 6. Siskamling / Keamanan Lingkungan 7. Taziah 8. Santunan Yatim Piatu 9. Rombongan Ke-Undangan ( Kegiatan masing masing RT ) 10. Lingkungan Layak Anak 11. Peringatan Hari Hari Besar Islam ( PHBI ) 12. Peringatan Hari Besar Nasional. b. Kegiatan Ibu - Ibu : 1. Arisan PKK 2. Pelayanan Jamkesda dan Jamkesmas 3. Pengajian Sabtu Pagi di Masjid Al Barkah ( Lintas RW ) 4. Pengajian RT dan Arisan 5. Jumat Bersih 6. Kelompok Seni Qosidah / Rebana 7. Kegiatan Posyandu ( Penimbangan Balita ).

8. Kelompok Wanita Tani 9. Lansia 10. Santunan Yatim Piatu 11. Tabungan Keliling ( Masing masing RT ) 12. Senam Jantung Sehat ( Minggu Pagi ) 13. Penghimpunan Beras Prelek. c. Kegiatan Karang Taruna Unit 12 : 1. Pengajian Rutin setiap malam Sabtu, Malam Jumat. 2. Kegiatan Hari Besar Nasional. 3. Bakti Sosial. 4. Taziah. 5. Arisan Anggota Karang Taruna. 6. Rombongan Ke-Undangan. B. Pengaruh Lingkungan Strategis. Terciptanya suatu kondisi dalam lingkungan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain faktor manusia serta faktor alam beserta lingkungannya. Dari sekian banyak faktor yang paling menentukan adalah faktor manusia. Karena selain kemampuannya dalam memanfaatkan alam beserta lingkungannya, secara langsung setiap individu selalu membawa kebiasaan atau budaya yang mereka miliki.

Perbedaan pola pikir, kebiasaan adat istiadat bisa terjadi antar generasi muda dengan pendahulunya, sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya orientasi yang berbeda. Seringkali adat suatu lingkungan berubah demikian cepat, akibat adanya benturan antara budaya lokal dengan budaya baru.

Karena itu suatu lingkungan yang berkeinginan agar tata nilai yang telah ada dapat lestari memerlukan benteng perlindungan yang berfungsi sebagai pengaman agar adanya pengaruh budaya lain yang bersifat destruktif tidak merusak atau merubah sistem nilai yang telah ada. Terlebih lagi dalam era globalisasi seperti sekarang ini, media pembawa budaya tidak saja oleh manusia, namun juga adanya media internet / dunia maya yang kalau kita tidak dapat mengambil manfaatnya akan merusak tatanan hidup. Terlebih lagi media masa khususnya elektronik yang sering mempertontonkan budaya individual. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi upaya upaya pengembangan serta pelestarian nilai kegotong royongan masyarakat pedesaan, dimana nilai nilai sosial semacam itu telah teruji serta menjadi ciri khas budaya masyarakat RW.12. Ilustrasi tersebut menggambarkan betapa lingkungan strategis mempunyai andil dalam perubahan yang perlu diantisifasi.

C. Visi dan Misi RW.12 1. Rumusan Visi RW.12 Visi adalah pandangan jauh kedepan yang menggambarkan suatu kondisi ideal yang hendak dicapai oleh suatu organisasi. Karena itu visi harus menjadi komitmen bersama dari unsur pimpinan maupun tokoh masyarakat, sehingga terdapat kesamaan pandang tentang arah berbagai kegiatan yang akan dilakukan. Karena itu visi RW.12 harus merupakan rumusan bersama yang disepakati, yang didalamnya memuat keinginan keinginan, cita cita serta harapan tentang kondisi dan tatanan sosial seperti apa yang diinginkan dimasa datang. Hal ini penting artinya agar prestasi atau tatanan yang telah dicapai pada saat ini tetap dapat dipertahankan, mengingat adanya pengaruh yang cenderung memberikan tekanan terhadap tatanan lingkungan. Dalam rangka merumuskan tentang kondisi atau keadaan yang diinginkan, Ketua RW.12 telah mengajak kepada seluruh warga untuk memberikan masukan. Dari masukan tersebut tercetuslah Visi RW.12 yaitu : Terciptanya suatu masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, aman, tertib, dinamis, mandiri, sadar akan hak dan kewajibannya serta tetap terpeliharanya nilai nilai kegotong royongan . 2. Misi RW.12 Untuk mewujudkan visi, maka setiap unit organisasi dalam lingkup RW.12 harus mempunyai misi yang jelas. Misi yang diemban oleh beberapa unit organisasi tersebut haruslah mengarah kepada tercapainya visi secara keseluruhan. Karena itu misi merupakan salah satu alasan mengapa suatu unit organisasi perlu dibentuk. Dengan demikian, misi yang harus diemban oleh masing masing RT berikut jajarannya meliputi hal hal sebagai berikut : 1. Meningkatkan kegiatan keagamaan secara kwalitas dan kwantitas. 2. Meningkatkan partisifasi warga dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. 3. Melestarikan nilai nilai budaya. 4. Menjaga pengaruh negatif dari luar yang bersifat individualisme. 5. Memberdayakan potensi yang dimiliki. 6. Membudayakan pengambilan keputusan secara musyawarah. 7. Meningkatkan kesehatan masyarakat. 8. Pengembangan Sumber Daya Masyarakat ( SDM ) termasuk generasi muda. 9. Penataan / Peningkatan kwalitas lingkungan. III. TINJAUAN ANALISIS Sekedar untuk memudahkan dalam melihat profil permasalahan, perlu dilakukan pemetaan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, harus dilakukan upaya peningkatan potensi serta upaya menekan atau mengurangi kelemahan yang masih dijumpai. Melalui pemetaan berbagai faktor akan lebih dikenali bagaimana strategi atau upaya pemecahannya.

Guna keperluan tersebut akan digunakan perangkat analisa SWOT yang meliputi : Strenght ( Kekuatan ), Weaknest ( Kelemahan ), Oportunity ( Peluang ) dan Threat ( Ancaman ) : 1. Kelompok Strenght ( Kekuatan ). a. Terbentuknya Ketua RW, Ketua RT dan pengurus secara demokrasi. b. Kekompakan berbagai unsur : Ketua RW, RT, Pengurus, Warga dan Tokoh Masyarakat. c. Adanya kepedulian dan peran serta akatif sebagian besar warga. d. Kepedulian Tokoh Masyarakat dan Ulama. e. Adanya dukungan serta pengertian dari kaum ibu. f. Adanya visi dan misi yang jelas. g. Adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang telah melembaga. h. Adanya berbagai sarana sosial. 2. Kelompok Weaknest ( Kelemahan ). a. Masih terdapat sebagian kecil warga yang kurang peduli terhadap aktifitas lingkungan. b. Kesadaran terhadap hal hal yang bersifat kebersamaan masih kurang. c. Kwalitas, kwantitas dan kontinuitas dalam kegiatan keagamaan masih rendah. d. Koordinasi dan komunikasi antar warga dengan pengurus masih perlu ditingkatkan. 3. Kelompok Oportunity ( Peluang ). a. Adanya kesamaan nilai nilai sosial yang hendak diwujudkan. b. Adanya kebijaksanaan pemerintah tentang pembentukan RT / RW. c. Adanya masyarakat beserta lingkungan yang memungkinkan terlaksananya berbagai kebijaksanaan yang telah ditempuh. 4. Kelompok Threat ( Ancaman ). a. Adanya jaringan bisnis obat terlarang yang berpotensi untuk peroperasi di lingkungan RW.12 b. Terjadinya perubahan lingkungan. c. Arus informasi yang memperkenalkan budaya individualisme. IV. PENUTUP Dengan memahami potensi serta kelemahan seperti yang telah diuraikan di atas, diharapkan membantu dalam pengelolaan lingkungan RW.12 yaitu dengan menekan atau mengatasi berbagai kelemahan serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Demikian pokok pokok pemikiran yang berhasil dirumuskan untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan berbagai aktifitas lingkungan RW.12. Rumusan ini bersifat dinamis dan secara periodik akan ditinjau ulang sesuai kondisi dan perkembangan keadaan.

You might also like