You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Untuk itu maka pembentukan daerah harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamananan serta pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah dan diberikannya otonomi daerah. Seiring dengan dilaksanakannya program otonomi daerah, pada umumnya masyarakat mengharapkan adanya peningkatan kesejahteraan dalam bentuk peningkatan mutu pelayanan masyarakat, partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam pengambilan kebijakan publik, yang sejauh ini hal tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintahan pusat. Namun kenyataannya sejak diterapkannya Undang-Undang No. 3 !ahun ""# tentang Pemerintahan $aerah dan UndangUndang No. 33 !ahun ""# tentang Perimbangan %euangan &ntara Pemerintah Pusat dan $aerah belum juga menunjukkan perkembangan yang signifikan bagi pemenuhan harapan masyarakat tersebut. '

$alam era transisi desentralisasi kewenangan itu telah melahirkan berbagai penyimpangan kekuasaan atau korupsi, kolusi dan nepotisine (%%N) termasuk didalamnya bidang politik di daerah, %%N yang paling menonjol pasca otonomi daerah antara lain semakin merebaknya kasus-kasus politik uang dalam pemilihan kepala daerah, anggaran pendapatan dan belanja daerah (&P*$) yang tidak memihak pada kesejahteraan rakyat banyak, penggemukan instansi-instansi tertentu di daerah yang menimbulkan disalokasi anggaran, dan meningkatkan pungutan-pungutan melalui peraturan-peraturan daerah (perda) yang memberatkan masyarakat dan tidak kondusif bagi pengembangan dunia usaha di daerah. Sesuatu pemerintahan daerah dikatakan akuntabel, apabila ia mampu menjalankan prosedur-prosedur kepada yang publik telah ada dalam dan dapat

mepertanggungjawabkannya

penyelenggaraan

pemerintahan daerah. %ebijakan-kebijakan daerah yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat maupun peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, demikian pula dengan tidak adanya keterpaduan dalam mekanisme pembuatan kebijakan daerah antara kepala daerah dengan $P+$, menimbulkan permasalahan di berbagai daerah. $engan demikian tidak ada kejelasan mengenai produk hukum daerah, yang dapat mendukung proses mengalirnya partisipasi masyarakat dalam setiap proses pembuatan kebijakan daerah dan atau pengkritisan atas suatu pelaksanaan setiap kebijakan daerah. $engan perkataan lain tidak ada kejelasan mengenai pranata hukum daerah yang mengatur mekanisme penyaluran aspirasi masyarakat guna mewujudkan suatu pemerintahan daerah yang bersih bebas dari %%N.

$engan latar belakang yang telah diuraikan diatas , maka hal demikian menimbulkan minat penulis untuk membuat karya ilmiah dengan judul ,-egalitas dan Perlindungan .ukum dalam Pembentukan %ebijakan $aerah Setelah &danya Undang-undang No.3 !ahun ""#/.

B. Rumusan Masalah Sehingga dalam pokok pemasalahan sekarang akan timbul beberapa pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban pada pembahasan masalah0 &dapun pokok masalah tersebut antara lain0 '. *agaimana legalitas dalam pembentukan kebijakan daerah 1 . *agaimana perlindungan hukum dalam pembentukan kebijakan daerah 1 C.Tujuan dan Kegunaan Penul san &dapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut0 '. Untuk mengetahui dan memaparkan bagaimana legalitas dalam

pembentukan kebijakan daerah 2 . Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perlindungan hukum dalam pembentukan kebijakan daerah 2 Sedangkan yang menjadi kegunaan dalam penulisan makalah ini dapat diuraikan penulis sebagai berikut0

'. 3akalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas wajib mata kuliah .ukum Pemerintahan $aerah dengan dosen pengajar *apak 3eitin &lfun, S.. 3.2 . Untuk melatih %ami selaku penulis dalam hal melakukan penulisan karya ilmiah, sekaligus penerapan berbagai teori ilmu pengetahuan yang penulis didapatkan diperkuliahan khususnya mata kuliah .ukum Pemerintahan $aerah 2 D. Landasan Te!r t s %onsep negara hukum (rechtsstaat) diintrodusir melalui ++ '45# dan ternyata dilanjutkan dalam UU$ '6#5.'0 $engan demikian ide dasar negara hukum Pancasila tidaklah lepas dari ide dasar tentang 7rechtsstaat7. Persyaratan dasar untuk dapat dikategorikan sebagai negara hukum yakni0 '. Setiap tindak pemerintahan harus didasarkan atas dasar peraturan

perundang-undangan (wettelijke grondslag). $engan landasan ini, undangundang dalam arti formal dan UU$ sendiri merupakan tumpuan dasar tindak pemerintahan. $alam hubungan ini pembentukan undang-undang merupakan bagian penting negara hukum, (asas legalitas). . %ekuasaan negara tidak boleh hanya bertumpu pada satu tangan. (asas pembagian kekuasaan). 3. .ak-hak dasar merupakan sasaran perlindungan hukum bagi rakyat dan
'

8ignjosoebroto, Soetandijo,'66# Sejarah Hukum, 9ajah 3ada Uni:esity Press hal0 '44

;ogyakarta,

sekaligus membatasi kekuasaan pembentukan undang-undang, (prinsip grondrechten) #. *agi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas untuk menguji keabsahan (rechtmatigheidstoetsing) tindak pemerintahan, (pengawasan pengadilan) . Syarat-syarat dasar tersebut seyogyanya juga menjadi syarat

dasar negara hukum Pancasila. Untuk hal tersebut kiranya dibutuhkan suatu usaha besar berupa suatu kajian yang sangat mendasar terutama tentang ide bernegara bangsa <ndonesia. &da beberapa tulisan awal tentang itu yang barangkali dapat dijadikan acuan awal, seperti 0 Negara .ukum Pancasila $an !eori *ernegara *angsa <ndonesia. $isamping itu tentunya kita tidak menutup mata terhadap perkembangan konsep negara hukum yang telah terjadi di berbagai negara, seperti konsep negara hukum yang telah terjadi di berbagai negara seperti konsep rechlsstaat yang telah berkembang dari konsep 7liberal-democratische rechtsstaat7 ke 7sociale rechtsstaat7 yang pada dewasa inipun sudah dirasakan bahwa konsep terakhir itu sudah tidak memadai. 3 Untuk mengkategorikan negara hukum, biasanya digunakan dua macam asas, yakni0 asas legalitas dan asas perlindungan atas kebebasan setiap orang dan atas hakhak asasi manusia. #
Sukismo. *., "" , Aspek Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundangan Yang Demokratis, makalah disampaikan pada seminar sehari yang diselenggarakan oleh =orum Peduli %eadilan 3asyarakat *anyumas, pada tanggal 6 3ei "" di Purwokerio hal 0 3 Ibid hal 0 3 # ibid

Unsur utama suatu negara hukum, yakni asas legalitas. Semua tindakan negara harus berdasarkan dan bersumber pada undang-undang. Penguasa tidak boleh keluar dari rel-rel dan batas-batas yang telah ditetapkan dalam undang-undang. *atas kekuasaan negara ditetapkan dalam undang-undang. &kan tetapi untuk dinamakan negara hukum tidak cukup bahwa suatu negara hanya semata-mata bertindak dalam garis-garis kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh undang-undang 5. Sudah barang tentu bahwa dalam negara hukum setiap orang yang merasa hak-hak pribadinya dilanggar, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mencari keadilan dengan mengajukan perkaranya itu di hadapan pengadilan. >ara-cara mencari keadilan itu pun dalam negara hukum diatur dengan undang-undang. ? %ebijakan diberikan makna sebagai kumpulan keputusan mengenai0 a. Pedoman pelaksanaan tindakan atau kegiatan tertentu2 b. Pengaturan mekanisme tindakan untuk mencapai tujuan dan sasaran2 c. Penciptaan situasi yang mengarah ke kondisi-kondisi untuk menciptakan dukungan implementasi. @ Secara umum kebijakan daerah yang berupa %epda dibuat dengan mendasarkan pada amanat suatu Perda dan atau amanat peraturan perundangundangan tertentu, bahkan dapat juga mendasarkan pada ketentuan hukum administrasi tidak tertulis yakni asas kebebasan bertindak (freies ermessen), yang
5 ?

Ibid hal 0 # ibid Suwandi, ""', anajemen Pemerintahan, Presto Press, *andung hal 0 '"

selama ini banyak dilaksanakan dalam praktek pemerintahan termasuk didalamnya pemerintahan daerah . Pembuatan kebijakan daerah yang berupa Perda melibatkan Pemerintah %ota dalam ilustrasi ini Pemerintah %ota ;ogyakarta (selanjutnya disebut Pemkot) dan dewan Perwakilaa +akyat $aerah %ota ilustrasi ini $P+$ %ota ;ogyakarta (selanjutnya disebut $P+$ %ota atau $P+$). $ari hasil obser:asi dapat dideskripsikan tentang mekanisme dan prosedur pembuatan kebijakan daerah yang dikemas dalam bentak Perda. 4 8alikota menetapkan Perda atas persetujuan $P+$, sebagai tindak lanjut atas suatu +ancangan Peraturan $aerah (selanjutnya disebut +aperda). +aperda dapat berasal dari 8alikota atau berupa usul dari $P+$. +aperda yang berasal dari 8alikota disampaikan pada Pimpinan $P+$ dengan Nota Pengantar 8alikota. +aperda yang berasal dari usul $P+$ beserta penjelasannya, disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan $P+$, selanjutnya +aperda yang diterima oleh Pimpinan $P+$ tersebut, baik yang berasal dari usulan 8alikota maupun yang berasal dari usulan $P+$ oleh Pimpinan $P+$ disampaikan kepada seluruh &nggota $P+$. &pabila ada dua atau lebih +aperda yang diajukan mengenai hal yang sama, maka yang dibicarakan lebih dahulu adalah +aperda yang diterima lebih dahulu, dan +aperda yang diterima kemudian dipergunakan sebagai pembanding (!atip $P+$, '666, Pasal '66, ' ", ' ').
4

Simanjuntak, Salamat, !ksistensi kebijakan daerah "ang demokratis dalam sistem pemerintahan "ang bersih bebas dari ##$ %&esis' , diajukan pada tahun ""3, Uni:ersitas 9adjah 3ada, ;ogyakarta hal 0 #3-#4

Pembahasan +aperda dilakukan melalui empat tahapan pembicaraan, kecuali apabila Panitia 3usyawarah menentukan lain. Ampat tahapan pembicaraan tersebut meliputi 0 tahap pertama, tahap kedua, tahap ketiga, tahap keempat, kesemuanya dalam +apat Paripurna $P+$. Sebelum dilakukan pembicaraan tahap kedua, tahap ketiga, dan tahap keempat diadakan rapat fraksi terlebih dahulu, !ahapan-tahapan pembicaraan dalam forum +apat $P+$ berkaitan dengan +aperda, dalam prakteknya berisi muatan-muatan sebagai berikut0 (') $alam hal +aperda berasal atas usulan 8alikota, tahapan-tahapan pembicaraan selengkapnya yakni tahap pertama berupa penjelasan 8alikota dalam +apat Paripuma $P+$ terhadap +aperda yang diusulkan 8alikota, tahap kedua berupa pemandangan umum dalam +apat Paripuma $P+$ oleh para &nggota yang membawakan suara fraksinya terhadap +aperda yang diusulkan oleh 8alikota, tahap ketiga berupa jawaban 8alikota dalam +apat Paripurna $P+$ terhadap pemandangan umum para anggota terhadap +aperda yang berasal dari usulan 8alikota, tahap keempat berupa 0 laporan hasil pembicaraan Panitia khusus (Pansus), pendapat akhir fraksi-fraksi yang disampaikan oleh &nggotanya, penetapan keputusan, pemberian kesempatan kepada 8alikota untuk menyampaikan sambutan terhadap pengambilan keputusan tersebut2 ( )$alam hal +aperda berasal dari usulan $P+$, tahapan-tahapan pembicaraan selengkapnya yakni tahap pertama berupa penjelasan Pimpinan

%omisiBPimpinan +apat 9abungan dalam +apat Paripurna $P+$ terhadap

+aperda yang diusulkan oleh $P+$, tahap kedua berupa pendapat 8alikota dalam +apat Paripurna $P+$ terhadap +aperda yang diusulkan oleh $P+$, tahap ketiga berupa jawaban Pimpinan %omisi atau Pimpinan +apat 9abungan %omisi atas nama $P+$ dalam +apat Paripurna $P+$ terhadap pendapat 8alikota berkenaan dengan +eperda yang diusulkan $P+$, tahap keempat berupa 0 laporan hasil pembicaraan dalam rapat komisi atau gabungan komisi, pendapat akhir yang disampaikan oleh 8alikota, penetapan keputusan, pemberian kesempatan kepada 8alikota untuk menyampaikan sambutan terhadap pengambilan keputusan tersebut. Pembicaraan-

Pembicaraan yeng bertahap tersebut, baik +aperda atas usulan 8alikota maupun atas usulan $P+$, sebelum pembicaraan tahap keempat, maka didahului dengan +apat Panitia %husus yang dilakukan bersama-sama dengan pejabat yang ditunjuk 8alikota (!atip $P+$, '666, Pasal ' ' 5,' ?). Pembicaraan- pembicaraan secara bertahap dalam forum rapat $P+$ tersebut, baik mengenai +aperda atas usulan 8alikota maupun atas usulan $P+$, sebelum memasuki pembicaraan tahap keempat, didahului dengan rapat Panitia %husus (Pansus) yang dilakukan bersama-sama dengan pejabat yang ditunjuk 8alikota (!atip $P+$, '666, Pasal ' @). Prosedur pembuatan +aperda dapat dibedakan antara +aperda yang dibuat Pemerintah %ota maupun +aperda yang dibuat oleh $P+$, yakni sebagai berikut0 ,' 3, l #,

'"

(') +aperda yang dibuat oleh Pemerintah %ota dilakukan dengan tiga model, yakni pertama sistem top down artinya +aperda tersebut disusun atas dasar ide-ide dan atau niatan-niatan politik jajaran pemerintahan kota dari jajaran paling atas sampai jajaran yang paling bawah, kedua dengan sistem bottom up artinya +aperda tersebut disusun atas ide-ide dan atau niatanniatan politik jajaran pemerintah daerah dari yang bawah secara

hierarkhies sampai yang paling atas, ketiga dengan sistem kombinasi antara top down dan bottom up, artinya memadukan dan mensinergikan antara sistem top down dan bottom up dengan memanfaatkan secara optimal segi-segi positif dan mengeliminir sedemikian rupa segi-segi negatif dari masing-masing sistem tersebut, untuk kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan +aperda oleh Pemerintah %ota2 ( ) +aperda yang dibuat oleh $P+$, prosedumya sebagai berikut0 a. sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang &nggota $P+$ yang tidak hanya terdiri dari satu fraksi dapat mengajukan sesuatu usul prakarsa pengaturan sesuatu urusan $aerah2 b. Usul prakarsa pengaturan sesuatu urusan $aerah tersebut, disampaikan kepada Pimpinan $P+$ dalam bentuk +aperda disertai dengan penjelasan secara tertulis2 c. Usul prakarsa pengaturan sesuatu urusan $aerah tersebut diberi nomor pokok oleh Sekretariat $P+$2

''

d. Usul

prakarsa

pengaturan

sesuatu urusan

$aerah

tersebut

oleh

Pimpinan $P+$ disampaikan dalam +apat Paripurna $P+$ setelah mendapat pertimbangan dari Panitia 3usyawarah2 e. $alam +apat Paripurna $P+$, &nggota $P+$ yang mengusulkan diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul prakarsa

pengaturan sesuatu urusan $aerah tersebut2 f. Pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa pengaturan sesuatu urusan $aerah dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada0 f.a. f.b. f.c. &nggota $P+$ lainnya untuk memberikan pandangan2 8alikota untuk memberikan pendapat2 &nggota $P+$ yang mengusulkan, memberikan jawaban atas pandangan &nggota $P+$ lainnya dan pendapat 8alikota. g. Pembicaraan diakhiri dengan %eputusan $P+$ yang menerima atau menolak usul prakarsa pengaturan sesuatu urusan $aerah dari

&nggota-&nggota $P+$ tersebut menjadi prakarsa $P+$2 h. !atacara pembahasan +aperda atas prakarsa $P+$ ketentuan yang berlaku dalam pembahasan +aperda2 i. Selama usul prakarsa pengaturan sesuatu urusan $aerah belum menjadi prakarsa $P+$, para pengusul berhak mengikuti

diputuskan

mengajukan perubahan atau mencabutnya kembali (8awancara dengan staf Setwan $P+$2 !atp $P+$, '666, Pasal '#). $ari paparan tersebut dapatlah diketahui antara lain 0

'

a. Setiap kebijakan daerah harus dibuat dalam bentuk kemasan hukum baik berupa %epda maupun Perda2 b. Setiap %ebijakan daerah yang dibuat oleh pemerintah daerah melalui %epala $aerah dalam bentuk %epda harus dapat

dipertanggungjawabkan setiap saat2 c. Setiap kebijakan daerah yang dibuat dalam bentuk Perda, +aperdanya datang (berasal) dari Pemerintah $aerah maupun dari $P+$2

'3

BAB II LE"ALITA# DAN PERLINDUN"AN HUKUM DALAM PEMBENTUKAN KEBI$AKAN DAERAH MENURUT UU N%.&' TAHUN '(() TENTAN" PEMERINTAHAN DAERAH A. Legal tas Dalam Pem*entukan Ke* jakan Daerah . Suatu kebijakan daerah yang merupakan kumpulan keputusan mengenai 0 pedoman pelaksanaan tindakan atau kegiatan tertentu0 Pengaturan mekanisme tindakan untuk mencapai tujuan dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan hak dan tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan Penyelenggara Negara yang bersih. .ubungan antara Penyelenggara Negara dan 3asyarakat dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asas umum

penyelenggaraan negara yang meliputi 0 asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, dan asas akuntabilitas . Untuk mengkategorikan negara hukum, biasanya digunakan dua macam asas, yakni 0 asas legalitas dan asas perlindungan atas kebebasan setiap orang dan atas hakhak asasi manusia. 6 Unsur utama suatu negara hukum, yakni asas legalitas. Semua tindakan negara harus berdasarkan dan bersumber pada undang-undang. Penguasa tidak boleh keluar dari rel-rel dan batas-batas yang telah ditetapkan dalam undang-undang. *atas kekuasaan negara ditetapkan dalam undang-undang. &kan tetapi untuk dinamakan
6

Sukismo, *,

en"imak (tonomi Daerah, Sari Press, Surabaya, "" hal 0 3

'3

'#

negara hukum tidak cukup bahwa suatu negara hanya semata-mata bertindak dalam garis-garis kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh undang-undang
'"

. Sudah

barang tentu bahwa dalam negara hukum setiap orang yang merasa hak-hak pribadinya dilanggar, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mencari keadilan dengan mengajukau perkaranya itu di hadapan pengadilan. >ara-cara mencari keadilan itu pun dalam negara hukum diatur dengan undang-undang. Pembentukan kebijakan daerah yang sewenang-wenang (willekeur)

maksudnya ialah penggunaan wewenang pemerintahan dalam pembentukan kebijakan daerah yang tidak rasional dalam arti tidak dapat diterima oleh akal sehat. Pembentukan kebijakan daerah dengan cara menyalah gunakan wewenang (detournement de pou)oirC maksudnya adalah penggunaan kekuasaan dengan cara membiarkan tujuan dari wewenangnya sendiri. Sedangkan yang di maksud dengan ultra :ires (melampaui batas wewenang) dalam pembentukan kebijakan daerah adalah pembentukan kebijakan daerah dimana wewenang yang digunakan sebagai dasar pembentukannya pada hakekatnya bukan untuk pembentukan kebijakan daerah yang bersangkutan. ;ang paling fatal yakni abus de droit, dalam hal ini wewenang pemerintahan digunakan untuk menabrak atau melawan pranata hukum yang ada''. $ari uraian-uraian tersebut dapatlah dikatahui bahwa 0 a. -egalitas erat kaitannya dengan negara hukum2

'" ''

Ibid hal # Ibid hal '#

'5

b. Setiap

kegiatan

pembentukan

kebijakan

daerah,

senantiasa

harus

dicarikan dasar hukumnya.

B. Perl ndungan Hukum Dalam Pem*entukan Ke* jakan Daerah. !erhadap %ebijakan daerah yang pembentukannya tidak sah, atau tidak didasarkan atas wewenang pemerintah secara tepat, akurat dan adil maka kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan perlu dan rele:an memperoleh perlindungan hukum . ' $alam negara hukum asas perlindungan nampak antara lain dalam 7Declaration of Independence7, bahwa orang yang hidup di dunia ini sebenarnya telah diciptakan merdeka oleh !uhan, dengan dikaruniai beberapa hak yang tidak dapat dirampas atau dimusnahkan. .ak-hak tersebut yang sudah ada sejak orang dilahirkan, perlu mendapat perlindungan secara tegas dalam negara hukum modern. Peradilan tidak semata-mata melindungi hak asasi perseorangan, melainkan fungsi hukum adalah untuk mengayomi masyarakat sebagai totalitas, agar supaya cita-cita luhur bangsa tercapai dan terpelihara. Peradilan mempunyai maksud membina, tidak semata-mata menyelesaikan perkara. .akim harus mengadili menurut hukum dan menjalankan dengan kesadaran akan kedudukan, fungsi dan sifat hukum. $engan kesadaran bahwa tugas hakim ialah, dengan bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada Nusa dan *angsa, turut serta membangun dan menegakkan masyarakat adil dan makmur yang berkepribadian Pancasila.
'

Sunaryo, Sistem #ontrol #ebijakan Pemerintah, Sari Press, Surabaya, "" hal '#

'?

Suatu negara merupakan negara hukum, semata-mata didasarkan pada asas legalitas. $isisi lainnya asas legalitas, hanyalah merupakan salah satu unsur atau salah satu corak dari negara hukum, karena disamping unsur asas , legalitas tersebut, masih perlu juga diperhatikan unsur-unsur lainnya, antara lain kesadaran hukum, perasaan keadilan dan perikemanusiaan, baik bagi rakyat maupun pimpinannya. $alam UU$ '6#5 ada ketentuan yang meajamin hak-hak asasi manusia. %etentuan tersebut antara lain0 %emerdekaan berserikat dan berkumpul (Ps. 4)2 %emerdekaan (Ps- 4)2 .ak bekerja dan hidup (Ps. @ ayat ( ))2 %emerdekaan agama (Ps. 6 ayat ( ))2 .ak untuk ikut mempertahankan negara (Ps. 3"), disini nampak adanya asas perlindungan $engan adanya 3ajelis Pertimbangan Pajak, seseorang dapat mengajukan surat bandingnya untuk hal-hal dimana ia merasa telah diperlakukan tidak sebagaimana mestinya oleh pejabat perpajakan. Drang dapat menuntutBmengajukan gugatan kepada negara, bila oleh negara dilakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigedaad), bahwa seseorang dapat melakukan gugatan terhadap Pemerintah +epublik <ndonesia, jika putusan pejabat yang berwenang dirasa tidak adil. Sudah banyak peraturan-peraturan yang memberi jaminan kepada para warga mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

'@

negara, untuk menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-tuntutan di muka pengadilan, bila hak-hak dasarnya atau kebebasannya dilanggar. Penghormatan, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, mendapat tempat utama dan dapat dikatakan sebagai tujuan dari pada negara hukum2 sebaliknya dalam negara totaliliter tidak ada tempat bagi hak-hak asasi manusia. <stilah 7rechtsstaat7 mulai populer sejak abad E<E, meskipun pemikiran tentang itu sudah lama adanya. <stilah 7the rule of law7 mulai populer tahun '445. $ari latar belakang dan sistem hukum yang menopangnya, terdapat perbedaan antara konsep 7rechtsstaat7 dengan konsep 7the rule of law7, pada dasarnya kedua konsep itu mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama yaitu pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asai manusia. 3eskipun dengan sasaran yang sama, tetapi keduannya tetap berjalan dengan sistemnya sendiri yaitu sisterti hukum sendiri. %onsep 7rechtsstaat7 lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya re:olusioner, sebaliknya konsep 7the rule of law7 berkembang secara e:olusioner. .al ini nampak dari isi atau kriteria 7rechtssataat7 dan kriteria 7the rule of law7. %onsep 7rechtsstaat7 bertumpu atas sistem hukum kontinental yang disebut 7ci)il law7 atau 7modern *oman +aw7, sedangkan konsep 7the rule of law7 bertumpu atas sistem hukum yang disehul 7common law7. %arakteristik 7ci)il law7 adalah 7administratiefF, sedangkan karakteristik 7common law7 adalah 7judicial7. Perbedaan karakter yang demikian disebabkan karena latar belakang dari pada kekuasaan raja. Pada Gaman +omawi, kekuasaan yang menonjol dari raja yakni membuat peraturan melalui dekrit. %ekuasaan itu kemudian didelegasikan kepada pejabat-pejabat

'4

administratif sehingga pejabat-pejabat administratif yang membuat pengarahan tertulis bagi hakim tentang bagaimana menyelesaikan suatu sengketa. *egitu besar peran administrasi negara, sehingga tidaklah mengherankan, kalau dalam sistem kontinental-lah mula pertama muncul cabang hukum baru yang disebut 7 droit administratif,, dan intinya adalah hubungan antara administrasi negara dengan rakyat Sebaliknya di <nggris, kekuasaan utama dari raja adalah memutus perkara. Peradilan oleh raja kemudian berkembang menjadi suatu peradilan, sehingga hakim-hakim peradilan adalah delegasi dari raja, tetapi bukan melaksanakan kehendak raja. .akim harus memutus perkara berdasarkan kebiasaan umum <nggris (the common custom of !ngland), sebagaimana dilakukan oleh raja sendiri sebelumnya. $engan demikian nampak bahwa di Aropa peranan administrasi negara bertambah besar, sedangkan di <nggris peranan peradilan dan para hakim bertambah besar. Sehubungan dengan latar belakang tersebut, di Aropa dipikirkan langkah-langkah untuk membatasi kekuasaan administrasi negara, sedangkan di <nggris dipikirkan langkah-langkah untuk mewujudkan suatu peradilan yang adil. $alam perjalanan waktu, konsep 7rechtsstaat7 telah mengalami perkembangan dari konsep klasik ke konsep modern. Sesuai dengan sifat dasarnya, konsep klasik disebut 7klasiek liberale en democratische rechtssataat7, yang sering disingkat dengan 7democratische rechtsstaat7. Sedangkan konsep modern laGimnya disebut 7 sociale rechtsstaat7 atau 7sociale democratische rechtsstaat7. '3

'3

Sukismo, (pcit hal 0 @

'6

%onsep liberal bertumpu atas 7libert"7 ()rijheid) dan konsep demokrasi bertumpu atas 7e-ualit"7 (gelijkheid). 7+ibert"7 adalah 7the free selfassertion of eachlimited onl" b" the like libert" of all 7. &tas dasar itu 7libert"7 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan pelaksanaan kehendak secara bebas dan hanya dibatasi seperlunya, untuk menjamin koeksistensi yang harmonis antara kehendak bebas indi:idu dengan kehendak bebas semua yang lain. $ari sinilah mengalir prinsip selanjutnya yaitu 0 7freedom from arbitrar" and unreasonable e.ercise of the power and authorit" . %onsep 7egualit"7 mengandung makna yang abstrak dan formal (abstract-formal e-ualit") dan dari sini mengalir prinsip 7one man-one )ote). '# +echtsstaat mendasarkan atas asas-asas demokratis antara lain '50 asas hak-hak politik (het beginsel :an de politieke grondrechten)2 asas mayoritas2 asas perwakilan2 asas pertanggungjawaban2 asas publik (openbaarheids beginsel). >in-ciri 7rechtsstaat7 adalah0 (') &danya %onstitusi yang memuat ketentuan hubungan antara penguasa dan rakyat2 ( ) &danya pembagian kekuasaan negara, yang pada meliputi 0 kekuasaan %ekuasaan tertulis tentang

pembuatan

undang-undang yang berada

parlemen.

'# '5

Ibid hal 4 Ibid hal 6

"

kehakiman bebas yang tidak hanya menangani sengketa antara indi:idu rakyat, tetapi juga antara rakyat dan penguasa, dan pemerintah mendasarkan tindakannya atas undang-undang (wetmatig bestuur)2 (3) $iakui dan dilingunginya hak-hak rakyat yang sering disebut

7)rijheidsrechten )an burger7.

>iri-ciri diatas menunjukkan dengan jelas bahwa ide sentral 7 rechtsstaat7 adalah pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, yang bertumpu atas prinsip kebebasan dan persamaan. &danya konstitusi akan memberikan jaminan konstitusional terhadap asas kebebasan dari persamaan. &danya pembagian kekuasaan untuk menghindarkan penumpukan kekuasaan dalam satu tangan, yang sangat cenderung kepada penyalah gunaan kekuasaaa, berarti pemerkosaan terhadap kebebasan dan persamaan. $engan adanya pembuatan undang-undang yang dikaitkan dengan parlemen, dimaksudkan untuk menjamin bahwa hukum yang dibuat adalah atas kehendak rakyat2 dengan demikian hukum tersebut tidak akan memperkosa hakhak rakyat, tetapi dikaitkan dengan asas mayoritas, kehendak rakyat diartikan sebagai kehendak golongan mayoritas. $engan prinsip 7welmatig bestuur7 agar tindak pemerintahan tidak memperkosa kebebasan dan persamaan ( heerschappij )an de wet). $alam konsep 7rechtsstaat7 yang liberal dan demokratis, inti perlindungan hukum bagi rakyat adalah perlindungan terhadap kebebasan indi:idu. Setiap tindak pemerintahan yang melanggar kebebasan indi:idu, melahirkan hak untuk menggugat di muka peradilan.

'

$alam 7sociale rechtsstaat7 prinsip perlindungan hukum terutama diarahkan kepada perlindungan terhadap hak-hak sosial, hak ekonomi dan hak-hak kultural. $ikaitkan dengan sifat hak, dalam 7rechtsstaat7 yang liberal dan demokratis adalah 7the right to do7, dalam 7sociale rechtsstaat7 muncul 7the right to recei)e7. $ikaitkan dengan sarana perlindungan hukum, maka makin kompleks sistem perlindungan hukum bagi rakyat. !ugas negara dalam konsep yuridis 7sociale rechtsstaat7, disamping melindungi kebebasan sipil juga melindungi gaya hidup rakyat. Pengaruh negara terhadap indi:idu menjelma dalam tiga cara yakni 0 pertama, pengaruh langsung sebagai akibat dari pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak sosial, kedua, pengaruh tidak langsung sebagai akibat dari perabentukan aparat pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan jabatan dan keahlian, ketiga. harapan bahwa problema-problema masyarakat dapat dipecahkan melalui campur tangan penguasa. 8acana murni dan sempit mengenai 7the rule of law7, inti dari tiga pengertian dasar yang diketengahkan adalah 7common law7, sebagai dasar perlindungan bagi kebebasan indi:idu terhadap kesewenang-wenangan oleh penguasa. Penolakan kehadiran peradilan administrasi negara adalah sesuai dengan perkembangan hukum dan kenegaraan di <nggris. <nti kekuasaan raja di <nggris semula adalah kekuasaan memutus perkara, yang kemudian didelegasikan kepada hakim-hakim peradilan yang memutus perkara tidak atas nama raja, tetapi berdasarkan 7 the common custom of

!ngland7, sehingga karakterisrik dari 7ccmmon law,7adalah 7judicial7, sedangkan karakteristik dari 7ci)il law7 (kontinental) adalah 7administratif .

%onsep 7the rule of law7 maupun konsep 7rechtsstaat7 keduanya menempatkan perlindungan dan pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai titik sentralnya, sedangkan bagi negara +epublik <ndonesia, yang menjadi titik sentralnya adalah 7keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas kerukunan7. Untuk melindungi hak-hak asasi manusia, dalam konsep 7the rule of law7 mengedepankan prinsip 7e-ualit" before the law7, dan dalam konsep 7rechtsstaat7 mengedepankan prinsip 7wetmatigheid7 kemudian menjadi

7rechtmatigheid7. Untuk negara +epublik <ndonesia yang menghendaki keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat, yang mengedepankan adalah 7asas kerukunan7 dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat. $ari asas ini akan berkembang elemen lain dari konsep Negara .ukum Pancasila, yakni terjalinnya hubungan fungsional antara kekuasaan-kekuasaan negara, penyelesaian sengketa secara musyawarah, sedangkan peradilan merupakan sarana terakhir, dan tentang hak-hak asasi manusia tidaklah hanya menekankan hak dan kewajiban saja, tetapi juga terjalinnya suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban. Alemen Negara

.ukum Pancasila adalah 0 a. .ubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara2 b Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terahkir2

%eseimbangan antara hak dan kewajiban. %eseimbangan hubungan antara pemerintahan dan rakyat berdasarkan asas

kerukunan . $ari berbagai uraian tersebut dapatlah diketahui bahwa 0 a. Setiap warga masyarakat suatu daerah berhak memperoleh

perlindungan hukum atas dibentuknya suatu kebijakan daerah yang merugikaa dirinya2 b. %ewenangan kebijakan pemerintahan harus yang jelas dijadikan dasar serta pembentukan ruang lingkup

daerah

asal-usulnya

kewenangannya. c. .al asasi warga suatu daerah merupakan hak dasar yang layak dapat dipertahankan dalam keadaan apapun juga akibat-akibat yang timbul dari untuk mengantisipasi

dibentuk dan diberlakukannya suatu

kebijakan daerah.

BAB III PENUTUP A. Kes m+ulan '. -egalitas erat kaitannya dengan negara hukum tidak terkecuali untuk di Pemerintahan $aerah, dimana dalam setiap kegiatan pembentukan kebijakan daerah senantiasa harus dicarikan dasar hukumnya . . .ak asasi warga masyarakat suatu daerah merupakan hak dasar, yang layak memperoleh perlindungan hukum dan dapat dipertahankan dalam keadaan apapun juga, untuk mengantisipasi akibat-akibat yang timbul dari dibentuk dan diberlakukannya suatu kebijakan daerah. B. #aran $alam penulisan makalah ini, saya sangat mengharapkan agar segera ditempuh upaya-upaya kreatif dan dinamis untuk memberdayakan masyarakat guna berpartisipasi mengeleminir dan memberantas praktek-praktek %%N

dalam setiap kebijakan daerah, baik langsung maupun tidak langsung dalam jajaran Pemda.

You might also like