You are on page 1of 33

i

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA WAHYU MAKASSAR

Oleh : AHMAD SAHIDIN 11. 24. 269

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (YPUP) MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Matematika merupakan sebuah ilmu yang memberikan kerangka berpikir logis universal pada manusia. Matematika merupakan satu alat bantu yang urgen bagi perkembangan berbagai disiplin ilmu lainnya. Oleh Karena itu, tidak berlebihan jika matematika ditempatkan sebagai mathematics is king as well as good servant (Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika). Namun dalam praktek pembelajarannya, matematika dianggap sesuatu yang abstrak, menakutkan dan tidak mempunyai daya tarik dimata peserta didik. Sehingga hal ini mengakibatkan rendahnya output peserta didik dalam penguasaan matematika. Pendidikan di sekolah merupakan amanah untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dilakukan secara sistematis, praktis dan berjenjang. Dalam pelaksanaan mengajar di sekolah, guru mempunyai peranan yang sangat besar demi tercapainya proses belajar yang baik. Sehubungan dengan peranan ini, seorang guru dituntut harus mempunyai kompetensi yang memadai dalam hal pengajaran di sekolah. Kurangnya kompetensi guru maka menyebabkan pelaksanaan mengajar menjadi kurang lancar yang mengakibatkan peserta didik tidak senang terhadap pelajarannya sehingga peserta didik dapat mengalami kesulitan belajar dan prestasi belajar menurun.

Salah satu tugas utama guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik agar senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat, sebab dengan iklim pembelajaran yang seperti ini akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Untuk itu sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan metode yang tepat. Media belajar merupakan alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak disampaikan guru via kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap peserta didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan peserta didik memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan alat bantu. Bahkan alat bantu diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari peserta didik. Dengan memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel, guru dapat menggairahkan belajar peserta didik. Alat bantu yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi media pembelajaran visual. Ada berbagai macam media pengajaran yang bisa digunakan guru serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Media pengajaran sangat bervariasi jenisnya dan kesemuanya mempunyai tujuan untuk mempermudah penyaluran pesan dari guru kepada siswa. Pesan tersebut akan merangsang pikiran, perhatian dan minat siswa sehingga proses transformasi ilmu pengetahuan dapat terjadi. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa fungsi media sangat penting dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Saluran atau media adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikasi yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku atau prosedur media. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum di tuangkan oleh guru ke dalam simbol-simbol komunikasi verbal mau pun non verbal (visual). Media visual adalah media yang menyajikan suara sekaligus gambar yang memungkinkan siswa lebih tertarik mempelajari matematika. Media tersebut diharapkan dapat menggugah minat siswa belajar matematika. Siswa tidak hanya diajar melalui lambang verbal saja yaitu ceramah dari guru tetapi juga diberikan variasi pembelajaran dengan menggunakan media visual. Dengan demikian, media visual merupakan salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam proses belajar mengajar. Dapat disimpulkan bahwa manfaat media visual adalah untuk memberikan variasi dalam proses belajar mengajar siswa sehingga perhatian siswa pada pelajaran lebih besar dan pelajaran yang diberikan mudah diingat dan dipahami. Berdasarkan wawancara dengan Dra. Hj. Marwati selaku Kepala Sekolah di SMA Wahyu Makassar dan dokumen siswa tentang hasil belajar siswa kelas X, diperoleh data bahwa di kelas X pada mata pelajaran matematika materi pokok Trigonometri, siswa kurang menguasai materi pokok trigonometri. Hal ini karena, waktu yang diperlukan untuk materi trigonometri sangat panjang, maka siswa

kesulitan mengingat-ingat materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dengan menggunakan metode konvensional, yaitu guru sebagai teacher centered dan menggunakan metode ceramah, sehingga diperoleh hasil belajar siswa pada materi pokok trigonometri, rata-rata nilainya 60, maka masih perlu ditingkatkan lagi hasil belajar siswa yang kurang memuaskan tersebut. Dari permasalahan di atas, penulis menawarkan sebuah pendekatan pembelajaran yang memberikan pemecahan masalah yang terjadi di dalam kelas tersebut, yaitu dengan penerapan media pembelajaran visual. Media pembelajaran visual adalah media yang digunakan dalam perbuatan mempelajari yang mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun. Salah satu aplikasi media pembelajaran visual dapat diperoleh dengan menggunakan program komputer, seperti; Microsoft Office (Word, Power Point, Excel), Flash, Adobe Reader, dan masih banyak lagi. Setiap program komputer mempunyai keuntungannya sendiri-sendiri. Peneliti menggunakan media

pembelajaran visual dengan menggunakan Flash. Flash adalah program grafis animasi standar professional untuk membuat halaman web yang interaktif. Peneliti menggunakan media pembelajaran visual ini karena dengan

menggunakan flash dapat membuat animasi bergerak yang sesuai dengan kejadian sebenarnya, sehingga materi yang diajarkan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang: Penerapan media pembelajaran visual untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Wahyu Makassar.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan yaitu : Apakah penerapan media pembelajaran visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Wahyu Makassar tahun ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA Wahyu Makassar melalui penerapan media pembelajaran visual.

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah 1. Bagi Guru
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dan calon guru untuk menambah variasi media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Peningkatan kompetensi guru, karena dengan penelitian ini guru lebih terpacu untuk meningkatkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi Siswa

a. Siswa

lebih

termotivasi

dan

bersemangat

dalam

meningkatkan

kemampuan berfikirnya. b. Siswa lebih memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran visual. 3. Bagi Sekolah a. Dapat memberdayakan semua alat multimedia yang tersedia untuk digunakan dalam proses pembelajaran. b. Dapat berperan serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran Pada kegiatan pembelajaran ada 4 (empat) peristiwa yang saling terkait didalamya yaitu, peristiwa belajar, mengajar, proses dan hasil dari pembelajaran tersebut (Robert Gagne, 1997). Peristiwa yang dimaksudkan dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Belajar Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya ( Rober Gagne, 1997). Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkahlaku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan adalah dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar; dalam aspek keterampilan adalah dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil; dari aspek sikap adalah dari ragu- ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat dikatakan tidak berhasil atau gagal. Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil-hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Imron (1994: 2) belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan dimana pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau sekarang dikenal dengan guru. Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap nilainilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi (Rusyan, 1994:). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu tuntunan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mengubah sikap dan perilaku dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Mengajar Mengajar merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru. Mengajar pada dasarnya adalah usaha direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin (Sudjana, 1998).

Sedangkan Alvin dalam Roestiyah (1994) mendefinisikan mengajar sebagai suatu aktifitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan pemahaman atau mengembangkan keahlian (skill), sikap (attitude), cita-cita (ideal), penghargaan (appreciation) dan pengetahuan (knowledge). Maksudnya guru harus mampu membawa perubahan yang baik untuk mengubah tingkah laku siswa. Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar, dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu aktifitas yang direncanakan untuk mencoba membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar. Mengajar pendidikan jasmani, guru seharusnya memahami teori dan tehnik tentang belajar sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Peristiwa belajar akan dapat terlihat apabila dalam mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dengan peserta didik dapat dikatakan bahwa belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi dan dapat menentukan hasil belajar. Suatu hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajar penjaskes yaitu dalam mengajar harus memperhatikan bagaimana siswa dapat belajar secara efektif tanpa mencoba memaksa siswa di luar tahap kesiapan intelektual anak didik dan pengalaman mengajar yang diperoleh siswa. 3. Proses Belajar Mengajar Belajar pendidikan jasmani adalah bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana yang pelaksanaanya mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan mentalis, sikap dan tindakan untuk hidup sehat serta

10

mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari semua unsur pendidikan dan guru sebagai pengajar memegang peranan utama. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menyangkut hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang berlangsung dalam suatu edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar siswa. Hubungan timbal balik tersebut merupakan syarat utama berlangsungnya kegiatan proses belajar. Dalam proses belajar mengajar hubungan timbal balik mempunyai arti yang luas. Bukan hanya hubungan antara guru dan siswa saja melainkan hubungan edukatif, berarti guru bukan hanya menyampaikan pesan atau metode yang berupa materi pelajaran melainkan juga nilai dan sikap pada tiap individu yang sedang aktif dalam mengikuti proses belajar. Untuk lebih mengerti dan mengetahui prinsip proses belajar mengajar baiknya terlebih dahulu diuraikan proses belajar mengajar. Definisi proses dalam tulisan ini merupakan hubungan dari semua komponen dan unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang masing-masing memiliki korelasi dalam ikatan mencapai maksud (Usman, 2001). Belajar berarti suatu bentuk perubahan pada diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman dan latihan serta pengulangan kembali yang di alami suatu individu yang tampak pada tingkah lakunya. Slameto (2003) mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

11

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar pendidikan jasmani merupakan bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran yang terencana dalam pelaksanaannya dibutuhkan aktifitas jasmani, mentalis, sikap serta tindakan proses yang aktif untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. 4. Hasil Belajar Hasil belajar tentu tidak terlepas dari proses belajar. Seseorang telah mengalami proses belajar apabila memperoleh hasil belajar. Hasil belajar ini sering disebut sebagai prestasi belajar. Sudijono (1998) mengemukakan bahwa prestasi belajar siswa adalah tingkat pencapaian yang berhasil dicapai oleh siswa setelah terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu tertentu dimana untuk mengetahui dengan menggunakan alat berupa test prestasi belajar. Lebih spesifik pada mata pelajaran tertentu, Sudijono (1998) mengemukakan bahwa prestasi siswa adalah tingkat pencapaian siswa peserta didik yang dilambangkan dengan nilai hasil belajar yang mencerminkan sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan yang di tentukan oleh masing-masing mata pelajaran dalam jangka waktu tertentu.

12

Poerwadarminta (1984) disebutkan bahwa prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu kegiatan atau aktivitas tertentu. Sedangkan Winkel (1990) mengemukakan bahwa prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dari prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan dan persoalan serta tugas yang diberikan oleh guru. Beberapa definisi tersebut di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada hakekatnya hasil belajar atau prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang dilambangkan dengan nilai belajar setelah melakukan usaha belajar penjaskes-rek dalam waktu tertentu. Hasil tertentu mencerminkan tingkat penguasaan serta pemahaman siswa terhadap materi penjaskes-rek yang dipelajari dalam waktu tertentu. B. Pembelajaran Matematika Dewasa ini matematika sudah berkembang sedemikian rupa sehingga terlalu sulit untuk dapat dikuasai seluruhnya oleh seorang pakar. Matematika yang selama ini dipelajari di jenjang pendidikan dasar dan menengah masih bertumpu pada logika yang dikotomik (hanya bernilai benar atau salah) serta himpunan intuitif yang klasik. Dewasa ini telah berkembang secara luas cabang-cabang matematika yang tidak lagi hanya bertumpu pada logika dikatomik dan himpuna klasik, tetapi bertumpuh pada logika non-dikotomik serta himpunan non klasik (Muhkal, 2009).

13

Dienes (Hudojo, 2001) mengemukakan bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya. Dalam pembelajaran matematika yang menekankan pemahaman ini, kemampuan melakukan eksplorasi, bertanya, merumuskan masalah, membuat dugaan-dugaan dan memecahkan masalah memegang peranan yang sangat penting.

Menurut Soedjadi dalam matematika memiliki karakteristik : (1) memiliki obyek kajian abstrak; (2). Bertumpu pada kesepakatan; (3) berpola piker deduktif; (4) Memiliki symbol yang kosong dari arti; (5) Memperhatikan semesta pembicaraan; dan (6) Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud matematika memiliki ciri-ciri yaitu: (1) Memiliki obyek yang abstrak; (2) Memiliki pola piker deduktif dan konsisten; dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) (Marsigit, 2009). C. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar(Azhar Arsyad, 2003 :3). Maka media merupakan

wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media dapat digunakan sebagai alat bantu dan sumber belajar. Media sebagai alat bantu dalam belajar mengajar adalah media digunakan untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar. Media sebagai sumber belajar adalah media dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu dalam proses belajar

14

mengajar, yang berupa alat bantu auditif (suara), visual (penglihatan), dan audiovisual (suara dan penglihatan). Sehingga dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006). b. Media Pembelajaran Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, Koran, majalah, dan sebagainya. Gerlach dan Ely menyatakan A medium, conceived is any person, material or event that establish condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006 : 120-124). Macam-macam media (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, : 124126) a. Dilihat dari jenis media a) Media auditif, media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Contohnya; radio, cassette recorder. b) Media visual, media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Contohnya; flim strip, slides, foto, gambar atau lukisan, film bisu, film kartun.

15

c) Media audiovisual, media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media audiovisual dibagi lagi ke dalam audiovisual diam dan audiovisual bergerak. b. Dilihat dari daya liput media a) Media dengan daya liput luas dan serentak, dalam penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contohnya; radio dan televisi. b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, dalam penggunaan media ini membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap c) Media untuk pengajaran individual, dalam penggunaan media ini hanya untuk seorang diri. Contohnya; pengajaran melalui komputer. c. Dilihat dari bahan pembuatan media a) Media sederhana adalah media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. b) Media kompleks adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.

c. Media pembelajaran visual

16

Media pembelajaran visual adalah media yang digunakan dalam perbuatan mempelajari yang mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun. Media pembelajaran dapat dibuat dengan program komputer. Beberapa media pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan/kejadian dalam matematika, melalui layar monitor komputer sehingga siswa lebih memahami konsep/materi yang disampaikan. Salah satu aplikasi media pembelajaran visual dapat diperoleh dengan menggunakan program komputer, seperti; Microsoft Office (Word, Power Point, Excel), Flash, Adobe Reader, dan masih banyak lagi. Setiap program komputer mempunyai keuntungannya sendiri-sendiri. Peneliti menggunakan media

pembelajaran visual dengan menggunakan Flash. Flash adalah program grafis animasi standar professional untuk membuat halaman web yang interaktif. Peneliti menggunakan media pembelajaran visual ini karena dengan

menggunakan flash dapat membuat animasi bergerak yang sesuai dengan kejadian sebenarnya, sehingga materi yang diajarkan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Wenty Dwi Yuniarti, Simulasi dan Pemodelan, (Semarang: Pendidikan Fisika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007 :1). d. Fungsi Dan Kelebihan Media Pembelajaran Visual

17

Menurut Levied an Lentz dalam Azhar Arsyad mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu; fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar/membaca teks yang bergambar. c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d. Fungsi kompensatoris media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. (38Azhar Arsyad, op.cit., hlm. 16-17). Dari keempat fungsi yang dikemukakan Levied an Lentz, maka media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Kelebihan menggunakan media pembelajaran visual antara lain; Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, menumbuhkan minat siswa, memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata, media visual dapat meyakinkan terjadinya proses informasi

18

(Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). D. Hipostesis Tindakan Berdasarkan kajian teori diatas maka hipostesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut. Hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Wahyu Makassar dapat ditingkatkan dengan menerapkan media pembelajaran visual.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan tertentu (action) untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran serta peningkatan mutu pendidikan, yang desainnya sebagai berikut : Gambar 4: Desain penelitian tindakan kelas

Sugiono. (2004) B. Seting Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semestes Genap tahun ajaran 2013/2014 pada siswa kelas X.b SMA Wahyu Makassar.

18

19

C. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa kelas X.b SMA Wahyu Makassar yang berjumlah 24 orang yang terdiri dari 10 laki-laki perempuan D. Faktor yang Diselidiki Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka ada beberapa faktor yang ingin di selidiki antara lain : 1. Faktor siswa : a) untuk melihat aktivitas atau kegiatan siswa dalam mempelajari materi trigonometri dengan menggunakan media visual dengan lembar observasi. b) kemampuan siswa dalam menguasai materi trigonometri dengan menggunakan tes. 2. Faktor guru : melihat atau memperhatikan guru dalam menyajikan materi pelajaran trigonometri, dengan menggunakan media visual dengan dan 14

lembar observasi/ pengamatan. E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan dua siklus, sesuai

dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang ingin diselidiki. Dari hasil obeservasi awal yakni berupa wawancara langsung dengan guru bidang studi matematika SMA Wahyu Makassar, untuk menjawab masalah kurangnya media dalam pembelajaran matematika ditetapkan bahwa tindakan yang akan

20

digunakan untuk meningkatan hasil belajar

matematka siswa adalah adanya

media visual dalam proses pembelajaran matematika. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri dari : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi/ pengamatan, (4) refleksi,. secara rinci prosedur pnelitian tindakan kelas tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Tindakan siklus 1 1. Perencanaan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini setelah ditetapkan untuk menerapakan pembelajaran trigonometri menggunakan media visual, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut : 1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan program tahunan, program semester, serta silabus 2) Menyusun media pembelajaran visual dengan program animasi macromedia flash. 3) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar penilaian dan lembar observasi. 4) Mempersiapkan peralatan multimedia yang digunakan, meliputi: OHP, LCD dan notebook. 2. Pelaksanaan Tindakan

21

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Langkah langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan membuka pelajaran, kemudian memberikan apersepsi tentang materi pokok Trigonometri. b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran. c) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran visual. Yang meliputi: 1. Guru menyiapkan media pembelajaran visual berupa animasi flash. 2. Guru memberikan petunjuk-petunjuk yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran 3. Guru membentuk kelompok belajar, memilih ketua kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka dan melihat media pembelajaran yang digunakan. 4. Guru mengawali dengan menjelaskan materi Ukuran Sudut yang terdapat pada media pembelajaran visual yang dimunculkan pertama kali, sambil menjelaskan petunjuk-petunjuk yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. 5. Setelah guru selesai menjelaskan, giliran siswa diminta mengikuti setiap materi yang disajikan dengan menggunakan media pembelajaran visual dengan animasi flash.

22

6. Siswa

berdiskusi

untuk

merangkum,

mengajukan

pertanyaan,

mengklarifikasi apa yang telah dipelajari dengan media pembelajaran visual. 7. Siswa berdiskusi untuk memprediksi animasi yang belum di

jalankan/masih diam. 8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi pada media pembelajaran visual yang kurang jelas. 9. Guru meminta salah seorang siswa dari perwakilan salah satu kelompok yang akan berperan sebagai seorang guru di depan kelas dan bertindak sebagai layaknya seorang guru menjelaskan materi yang baru saja dipelajari. Sedangkan Guru yang sebenarnya mengisi kekosongan

kelompok dengan menjadi anggota kelompok. 10. Siswa yang mewakili kelompok menjelaskan materi sesuai dengan animasi yang dimunculkan. Guru bertindak seperti anggota kelompok sebagai mediator, motivator, memberi dukungan, umpan-balik, serta semangat bagi siswa yang menjadi guru, dan mendorong siswa dalam kelompok lain untuk berperan serta dalam dialog. 11. Secara bertahap Guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran kepada siswa dalam kelompok untuk memotivasi, memberi dukungan, membantu dengan katakata dan memberi semangat anggotanya yang menjadi seorang guru di depan kelas. d) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

23

3. Obeservasi/ Pengamatan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses ini dilakukan mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. 4. Refleksi Data yang diperoleh dari pelaksanaan dan pengamatan dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan tentang berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan penerapan media pembelajaran visual. Kekurangan, kelebihan, dan hasil yang diperoleh pada siklus 1 ini dijadikan acuan untuk melakukan siklus II. 2. Tindakan Siklus II a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti bersama guru melakukan hal-hal sebagai berikut : a) Penyempurnaan pelaksanaan siklus I. b) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan program tahunan, program semester, serta silabus. c) Menyusun media pembelajaran visual dengan program animasi macromedia flash. d) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar penilaian dan lembar observasi.

24

e) Mempersiapkan peralatan OHP, LCD dan notebook.

multimedia

yang

digunakan, meliputi:

b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Langkahlangkah kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan membuka pelajaran, kemudian memberikan apersepsi tentang materi pokok trigonometri. b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran. c) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran Yang meliputi: 1. Guru menyiapkan media pembelajaran visual berupa animasi flash. 2. Guru membentuk kelompok belajar, memilih ketua

kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka dan melihat media

pembelajaran yang digunakan. 3. Setelah guru selesai menyiapkan media pembelajaran visual dengan animasi flash. Siswa berdiskusi untuk merangkum, mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi apa yang telah dipelajari dengan media pembelajaran visual. 4. Siswa berdiskusi untuk memprediksi animasi yang belum di

25

jalankan/masih diam. 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi pada media pembelajaran visual yang kurang jelas. 6. Guru meminta salah seorang siswa dari perwakilan salah satu kelompok yang akan berperan sebagai seorang guru di depan kelas dan bertindak sebagai layaknya seorang guru menjelaskan materi yang baru saja dipelajari. Guru tidak lagi menjadi anggota kelompok. 7. Siswa yang mewakili kelompok menjelaskan materi sesuai dengan animasi yang dimunculkan. 8. Guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran kepada siswa dalam kelompok untuk memotivasi, memberi dukungan, membantu dengan kata-kata dan memberi anggotanya yang menjadi

seorang guru di depan kelas. d) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. c. Observasi/ Pengamatan Pada tahap pengamatan, peneliti mengamati jalannya kegiatan pembelajaran di kelas yang sedang berlangsung. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penerapan media pembelajaran visual, yang meliputi pengamatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. d. Refleksi

26

Data yang diperoleh dari pelaksanaan dan pengamatan dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan tentang berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan penerapan media pembelajaran visual. F. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ada tiga cara yaitu: a. Dokumentasi Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis (Suharsimi Arikunto, 2006 :158). Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik serta nilai peserta didik. b. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Ibid : 150). Di dalam penelitian ini memiliki kecenderungan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pokok trigonometri. Karena hal tersebut digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan subjek, maka pengumpulan data yang digunakan berupa tes. Tes yang digunakan tes prestasi (achievement test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Ibid : 151). Tes prestasi yang digunakan adalah tes buatan guru. Tes buatan guru yang dibuat berupa multiple choice test (tes pilihan ganda) dan tes essay. Tes multiple choice

27

test digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik dalam belajar matematika, sedangkan tes essay digunakan untuk nilai tugas dan

mengukur kemampuan psikomotorik peserta didik, khususnya pada materi pokok trigonometri. c. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan secara langsung menggunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan ini digunakan untuk pengambilan data siswa yang berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotorik selama proses kegiatan pembelajaran media pembelajaran visual. G. Metode Analisis Data dengan

1. Analisis hasil belajar Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data kuantitatif, maka di dalam analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan cara membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, digunakan daftar nilai kognitif yang diperoleh dari tes prestasi yang berupa multiple choice test (tes pilihan ganda) yang diperoleh pada setiap siklus. Untuk mengetahui hasil psikomotorik siswa digunakan tes essay, daftar nilai psikomotorik yang diperoleh dari tes essay pada setiap siklus. Selanjutnya tes essay dinilai dengan rating method. Yaitu dinilai dengan menimbangnimbang kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah

28

ditetapkan sebelumnya. Jawaban-jawaban pada soal tes essay dibagi ke dalam 5 tingkat yang selanjutnya diberi nilai 0, 1, 2, 3, 4, 5 (Ngalim Purwanto, 2009 : 64). Selanjutnya dianalisis menghitung percentages secara deskriptif dengan

correction (hasil yang dicapai setiap siswa

dihitung dari persentase jawaban yang benar) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
S R 10 N

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (yang dicari).

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar. N = Skor maksimum dari tes tersebut (Ibid : 112). Untuk tindakan menghitung hasil nilai rata-rata setelah hasil belajar siswa dihitung sebelum dengan

dengan

belajar

tindakan,

menggunakan rumus :

X
Keterangan :
X

X
N

= nilai rerata = Jumlah semua skor = banyaknya siswa (Suharsimi Arikunto, Op Cit : 264).

X
N

Untuk mencari persentasi nilai rata-rata menggunakan persamaan :

29

X 100 0 0

Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi, atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan keberhasilan kelas di lihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai nilai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut ( E. Mulyasa, 2008 : 254). 2. Analisis data hasil observasi Data hasil observasi meliputi penilaian afektif yang dihitung dengan menggunakan rumus:
Nilai skor perolehan 100% skor maksimal

3. Indikator keberhasilan Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan maka

penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika: a. Nilai rata-rata kelas di atas 65 b. Ketuntasan klasikal diatas 85%

30

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar, Prof. Dr. M.A., Media Pembelajaran, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003, Cet. 5

Bahri Djamarah, Syaiful, Drs., dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Dwi Yuniarti, Wenty, S.Pd. M.Kom., Simulasi dan Pemodelan Fisika, Semarang: Pendidikan Fisika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007

Gagne R, 1997. Belajar dan Pembelajaran, Rineka Bandung. Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, Cet.2

Rusyan, T., 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjana, N dan Rivai, A.1990. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C. V. Sinar Bandung

31

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algosindo.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono, A. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto, S.Pd. M.Pd., Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis, Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2007

Trianto, S.Pd. M.Pd., Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2009.

Usman, U. 2001. Menjadi Guru Yang Profesional. Remaja Karya. Bandung Winkel. W. S. 1990. Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta.

You might also like