You are on page 1of 15

KONSEPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR MENYELURUH DAN TERPADU Oleh: Imam Anshori

PENDAHULUAN Ketika kota Jakarta, Bekasi dan beberapa wilayah di Kabupaten Tangerang sedang ditimpa hujan yang amat deras sehingga timbul banjir besar pada bulan Februari yang lalu, pada saat yang sama hampir semua waduk di P.Jawa sedang mengalami defisit air. Waduk Jatiluhur yang hanya berjarak sekitar !! km dari Kota Jakarta misalnya, ketinggian air pada " Februari #!!$ hanya men%apai &'(.!!m )padahal muka air menurut pola operasi normal pada saat itu seharusnya minimal &"#.!!m*. +al tersebut memang sangat ironis. Kekeringan dan banjir adalah peristiwa alam yang merupakan bagian dari siklus kehidupan ekosistem bumi. +ampir setiap tahun peristiwa kekeringan dan banjir datang silih berganti di berbagai tempat tidak hanya di negeri kita saja tetapi juga di berbagai negara lainnya. Kekeringan dan banjir dapat dikatakan sebagai ,saudara kembar- yang pemun%ulannya datang susul menyusul dan faktor penyebab kekeringan hampir sama dengan penyebab banjir, dan keduanya berperilaku linier dependent. .emakin parah banjir yang terjadi, maka semakin dasyat pula kekeringan yang akan menyusul. Besar ke%ilnya %urah hujan di suatu tempat merupakan fenomena alam yang terkait dengan siklus hidrologi di bumi dan siklus ini menurut para ilmuwan bahwa perubahan siklus hidrologi tahunan yang makin membingungkan peren%anaan alokasi air serta jadwal musim tanam bukan hanya disebabkan karena faktor/faktor alami saja, tetapi juga sangat terkait dengan perilaku manusia yang dapat mempengaruhi pemanasan atmosfer, antara lain misalnya karena peningkatan emisi gas 01# di udara. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, yang terpenting bagi kita adalah memahami fenomena tersebut serta menyikapi kenyataan itu agar air selalu dapat men%ukupi dinamika berbagai keperluan di saat %urah hujan mulai menipis, dan sebaliknya air tidak menimbulkan persoalan di saat %urah hujan sedang meningkat.

2) !AKTOR"!AKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR# Beberapa faktor yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air, antara lain adalah2

a) Kon$isi S%m&er Da'a Air# Posisi geografis 3ndonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di sekitar garis katulistiwa mendapatkan sebaran %urah hujan yang 4ariatif dari yang paling basah sampai dengan yang kering. 5ariasi %urah hujan tahunan di berbagai wilayah kepulauan di 3ndonesia tergolong ekstrim ada pulau/pulau yang %urah hujannya kurang dari '!! mm6tahun, dan ada pula pulau yang %urah hujannya sampai dengan 7!!! mm6tahun. 0urah hujan sebesar ini terkonsentrasi selama kurang lebih 8 )lima* bulan dari bulan 9o4ember s6d :aret sehingga banjir sering terjadi pada bulan/bulan tersebut. .edangkan pada ; )tujuh* bulan yang lainnya

%urah hujan sangat ke%il dan jarang sehingga mengakibatkan ketersediaan air terbatas dan di lain pihak kebutuhan air tidak berkurang sehingga ben%ana kekeringan sering terjadi selama musim kemarau. <erata ketersediaan air diatas daratan 3ndonesia saat ini lebih dari 8.!!! m(6kapita6tahun. =ngka tersebut memang terasa sangat besar, yaitu hampir #8 kali lipat dari rata/rata ketersediaan air per kapita dunia yang besarnya $!! m(6kapita6tahun. :eskipun ketersediaan air di negeri kita dalam skala global sangat berlimpah, tetapi keberlimpahan tersebut tidak terbagi merata di setiap wilayah. Keberadaan air di daratan 3ndonesia sepanjang tahun sangat dipengaruhi musim, letak geografis dan kondisi geologis. Pulau/pulau di wilayah 3ndonesia bagian barat sangat kaya air hujan sedangkan wilayah Timur sangat kurang hujan ke%uali Papua. >i musim hujan banyak wilayah yang terlanda banjir, dan sebaliknya di musim kemarau banyak wilayah yang mengalami kekurangan air. Baik banjir maupun kekeringan, keduanya sangat mempengaruhi ketahanan pangan nasional. Pada musim banjir tahun """6#!!! ter%atat menggenangi sawah seluas #;#.;8; +a dan ;(.'"# +a diantaranya mengalami kerusakan )gagal panen*.(* Pada musim kering tahun "";6 ""' ter%atat sawah yang kekeringan seluas $ ;. $ +a dan #'.$ ! +a diantaranya mengalami gagal panen. (* & Per(am&ahan )%mlah *en$%$%+# Pertambahan jumlah penduduk yang sebarannya tidak merata menjadi salah satu faktor penyebab ketimpangan nera%a air di berbagai pulau. :enurut sensus penduduk pada bulan Juni #!!!, penduduk 3ndonesia jumlahnya sudah men%apai #!$,#$ juta jiwa. .ekalipun tingkat pertumbuhan penduduk dapat ditekan dari ,";? pada dekade "'! @ ""! menjadi sebesar ,7"? pada tahun #!!!, penduduk 3ndonesia pada tahun #!#! diperkirakan akan menjadi #'! juta jiwa. Kesemuanya membutuhkan air tidak hanya untuk keperluan minum saja, tetapi kebutuhan air yang lebih banyak justru untuk air untuk memproduksi bahan pangan. Pulau Jawa yang luasnya hanya ;? daratan 3ndonesia, hanya tersedia sekitar 7,8? dari potensi air tawar nasional. >ilematisnya pulau ini harus menopang sekitar $8? jumlah penduduk 3ndonesia. Pulau Jawa tergolong sebagai wilayah yang mengalami tekanan penyediaan air yang perlu diwaspadai. 3ndeks Penggunaan =ir )3P=* yaitu rasio antara kebutuhan air dibanding ketersediaan alami di beberapa wilayah sungai di Jawa sudah demikian tinggi. 3P= di Wilayah .ungai 0iliwung/0isadane pada tahun ""8 saja sudah melampaui angka ,#! ) #",7?*. >engan semakin tingginya 3P=, maka potensi konflik penggunaan air antara wilayah hulu dan hilir, antar sektor maupun antar indi4idu akan semakin meningkat. , Ke(erse$iaan $an +iner)a *rasarana $an sarana# Pelayanan prasarana dan sarana penyediaan air minum dan sanitasi di perdesaan masih sangat minim, jumlah rumah tangga di perdesaan tanpa akses ke sumber air minum (!,''? pada tahun #!!( dan tanpa akses ke sanitasi sebanyak ($,!7?. .istem air bersih yang terbangun baru dapat melayani 78 juta atau 7! ? penduduk perkotaan dan ; juta atau ' ? penduduk di perdesaan. .ebagian besar P>=: )sekitar "! ?* menyandang kategori tidak sehat baik se%ara teknis maupun manajerial menyebabkan tidak mampu memberikan pelayanan air minum dengan baik dan mengalami kesulitan membayar %i%ilan pinjaman. :asyarakat miskin dikawasan rawan air masih harus berjuang untuk mendapatkan air bersih dengan harga lebih mahal dibanding kelompok yang lebih mampu di perkotaan. Terdapat empat pro4insi dengan %akupan jenis sumber air minum yang masih rendah, yaitu2 Bengkulu, :aluku Atara, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pada keempat pro4insi tersebut jenis sumber air minum tertinggi adalah sumur yang tidak terlindungi dan air sungai

yang tidak memenuhi kriteria Millenium Development Goal (MDG). Antuk pelayanan sanitasi, dilihat se%ara nasional akses pelayanan air limbah pada tahun #!!! baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah 8 ,(#?. * Terbatasnya akses penyediaan air dan sanitasi mengakibatkan pengambilan air tanah yang semakin tak terkendali hingga melampaui safe yield- nya. Pengambilan air tanah yang tak terkendali, selain menjadi sumber penyebab intrusi air asin juga menjadi sumber penyebab amblesan tanah se%ara permanen yang mengakibatkan bertambah luasnya kawasan rawan banjir khususnya di perkotaan. Pada tahun #!!7 ter%atat bahwa prosentase rumah tangga yang menggunakan air tanah masih berada di atas angka ;(?. 7* .ekalipun telah banyak jaringan irigasi yang dibangun, tanpa adanya sarana dan prasarana penyimpan air yang melimpah di musim hujan maka tingkat kekritisan air akan dialami oleh daerah/daerah irigasi yang pasokan airnya hanya mengandalkan aliran alami sungai yang sangat fluktuatif mengikuti siklus hujan musiman yang rata/rata berdurasi sekitar 8 bulan dalam satu tahun. >aerah irigasi di 3ndonesia yang total luasnya sebesar $,;; juta +a hampir sebagian besar pasokan airnya sangat rentan terhadap faktor aliran sungai se%ara musiman. >ari keseluruhan >aerah 3rigasi, hanya '!!.!!! +a )kurang dari 8?* saja yang pasokan airnya lebih terjamin kemantapannya melalui waduk sedangkan yang '8? sangat tergantung pada ketersediaan air sungai pada saat itu. .aat ini ter%a%at total jaringan irigasi yang terbangun seluas $,;; juta +a dan ,' juta +a jaringan irigasi rawa, sebagian diantaranya )##,;;? / nya* dalam kondisi rusak. .ekalipun untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan se%ara terpusat telah di%adangkan dana sebesar B ;!/'! juta6tahun sejak tahun "';, sebagian besar )sekitar $! @ '8 ?* hanya habis untuk menutup biaya operasional dan gaji pegawai, sedangkan sisanya yang tinggal sekitar 8/7!? pada dasarnya hanya %ukup untuk menutup biaya perbaikan/perbaikan yang bersifat mendesak sedangkan kebutuhan dana untuk pemeliharaan rutin sangat kurang mamadai. #* Jaringan hidrologi yang seharusnya menjadi sarana penyedia informasi penting tentang ketersediaan dan kondisi air baik untuk keperluan peren%anaan maupun sebagai sumber informasi yang penting bagi penyelenggaraan urusan pengeloaan .>= juga belum memperoleh perhatian yang %ukup memadai baik dari segi kerapatan jumlah stasiun pemantau hidrologi dan jenis jaringannya, organisasi dan personilnya, maupun kesinambungan sumber pendanaannya. $ Kelem&a-aan *emerin(ah 'an- menan-ani *en-elolaan SDA# 3nstitusi pemerintah baik di Pusat maupun di daerah yang sehari/hari memiliki kaitan wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan .>=, masih lebih dominan berperan pada tugas/tugas pembangunan dan rehabilitasi prasarana .>=. .edangkan untuk hal/hal yang menyangkut urusan pengaturan dan pelayanan air, serta urusan monitoring dan e4aluasi kondisi .>= masih belum %ukup memadai baik dari segi kapasitas kelembagaannya maupun kualitas personilnya. >i beberapa pro4insi ) pro4insi* memang sudah terbentuk lembaga yang mempunyai tugas pokok sebagai operator .>= yang berbasis wilayah sungai. Cembaga ini merupakan Anit Pelaksana Teknis >inas )APT>* Pro4insi yang merupakan kepanjangan tangan dinas pro4insi yang membidangi pengelolaan .>=. :eskipun demikian lembaga ini masih sangat membutuhkan penguatan kapasitas baik dari segi teknis maupun manajerial. .elain itu lembaga pengelola sumber daya air pada wilayah sungai yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat pun sudah mulai terbentuk melalui Per. :en. PA 9o. #6 P<T6 :6 #!!$ dan Per.:en.PA 9o. 86 P<T6 :6 #!!$ )sebanyak (! Balai Wilayah .ungai* sebagai Anit Pelaksana Teknis Pusat yang merupakan kepanjangan tangan >irektorat Jenderal .>=,

disamping Perum Jasa Tirta yang telah ada sebelumnya di W. Brantas dan W. 0itarum. APT Pusat ini melaksanakan fungsi operasi, pemeliharaan, rehabilitasi, sekaligus fungsi pembangunan di bidang .>= )menggantikan satuan kerja pelaksana proyek yang ada sekarang*. APT Pusat ini baru mulai berfungsi pada tahun #!!;, dan tantangannya saat ini adalah mempersiapkan personil yang handal. .ementara itu program/program sektor yang diharapkan dapat memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung terhadap upaya konser4asi .>= nampaknya masih berjalan sendiri/sendiri sehingga hasil kerja yang diharapkan kurang bisa bersinergi dan tidak optimal karena lemahnya koordinasi antar sektor serta ketiadaan ren%ana induk yang diharapkan dapat menjadi pemandu sekaligus bingkai pengikat dalam penyusunan program dan kegiatan antar sektor dan antar daerah. e) Perila+% mas'ara+a( *en--%na s%m&er $a'a air# Baik buruknya kondisi air juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat pengguna air serta masyarakat pengguna lahan pada daerah aliran sungai. +ingga saat ini penggunaan air yang terbesar di 3ndonesia adalah untuk irigasi yaitu sekitar '!? dari total konsumsi air. >ari pengguna air irigasi inilah diharapkan dapat dilakukan upaya penghematan penggunaan air, sehingga dari hasil efisiensi tersebut air dapat didayagunakan untuk kebutuhan yang lain misalnya untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Apaya penghematan penggunaan air untuk irigasi hingga saat ini masih mengalami berbagai kendala terutama akibat lekatnya budaya penggunaan air yang berlebihan dan belum terhimpunnya petani di dalam kelompok/ kelompok pengguna air sehingga memudahkan manajemennya. Berbagai upaya efisiensi penggunaan air telah dilakukan melalui pengenalan ber%o%ok tanam hemat air yang konon ada yang mampu menekan tingkat konsumsi air untuk irigasi sawah sampai dengan 8!?. :eskipun demikian, hal tersebut baru teraplikasikan se%ara terbatas di beberapa demplot di daerah Jawa Barat , 9usa Tenggara, dan di .ulawesi .elatan. Perilaku masyarakat pengguna .>= di perkotaan serta masyarakat industri pun masih perlu mendapat perhatian yang sungguh/sungguh tidak hanya terkait dengan efisiensi penggunaan air tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan limbah yang dibuang ke perairan umum yang sangat berpengaruh terhadap baik buruknya mutu air. :eningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada peningkatan konsumsi air dan pen%emaran air akibat limbah yang terbuang ke sumber/sumber air. . Kon$isi $an *en--%naan r%an- $i $aerah aliran s%n-ai# Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai mempunyai andil besar terhadap kelangsungan aliran air sepanjang waktu serta kualitasnya. Tingkat kekritisan >=. sangat berpengaruh terhadap distribusi aliran permukaan bulanan. >=. kritis yang semula berjumlah ## >=. pada tahun "'7 se%ara dramatis makin meningkat jumlahnya yaitu menjadi (" >=. pada tahun ""#, dan meningkat lagi menjadi #'# >=. kritis dimana $# >=. dinyatakan sebagai >=. kritis prioritas 3 pada tahun ""' )lampiran 1*. >alam harian Kompas edisi 7 Juni #!!7, :enteri Kehutanan pada waktu itu menyatakan bahwa kerusakan hutan dan lahan pada tahun #!!7 men%apai 7( juta ha atau mengalami lon%atan hampir # kali lipat dari #(,;# juta ha pada tahun """6#!!! )sangat melampaui laju kerusakan hutan yang katanya rata/rata ,$ juta ha per tahun*. .ementara itu dari Forest Wat%h mengatakan bahwa laju kerusakan hutan akhir/akhir ini ter%atat (,' juta ha per tahun. +al tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan >=. dalam menyimpan air di musim kemarau, sehingga besaran dan frekuensi kejadian banjir bandang dan tanah longsor kian meningkat, begitu juga waduk dan sungai banyak yang semakin

mendangkal karena sedimentasi, dan sumber/sumber air %epat mengering hanya dalam hitungan dua atau tiga bulan tidak turun hujan. Perambahan lahan pada dataran banjir, kawasan resapan air, dan daerah sempadan sungai menyebabkan perubahan morfologi sungai, dan penurunan kapasitas tampung sungai, telaga, dan waduk sehingga meningkatkan frekuensi, sebaran dan resiko atau tingkat kerawanan banjir. Ke(erse$iaan *er"UU"an $an *e$oman# Produk peraturan perundang/undangan, standar dan pedoman yang merupakan turunan dari AA 9o.; Tahun #!!7 tentang .>= yang diharapkan menjadi landasan hukum, rambu dan sekaligus menjadi panduan operasional dalam pelaksanaan pengelolaan .>= masih merupakan pekerjaan rumah yang perlu segera dikejar penyelesaiannya. Banyak program, kegiatan dan langkah/langkah operasional yang terpaksa mengalami stagnasi karena terkendala oleh keterbatasan produk peraturan, standar atau pedoman. :ekanisme koordinasi dalam pengelolaan .>= di tingkat wilayah sungai misalnya, terpaksa masih harus menunggu terbitnya Peraturan Presiden tentang .usunan 1rganisasi dan Tata Kerja Wadah Koordinasi ).1TK* Pengelolaan .>= serta Peraturan :enteri PA tentang Pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan .>= di Pro4insi, Kabupaten6Kota serta di Wilayah .ungai. 3) KEBI/AKAN DAN STRATEGI# Kompleksitas permasalahan .>= membutuhkan upaya peme%ahan dan antisipasi yang tidak mungkin hanya dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus mendapat respons semua pihak baik sebagai indi4idu maupun kelompok atau badan hukum termasuk unsur legislatif. =rea permasalahan dan peme%ahannya harus dilihat se%ara menyeluruh dan melibatkan peran sebanyak/banyaknya pihak yang terkait. Kebijakan dan strategi pengelolaan sumber daya alam )natural resources* hanya dapat terlaksana se%ara efektif dan men%apai hasil yang optimal apabila dalam peren%anaannya senantiiasa berpatokan pada tiga pertimbangan yaitu2 )i* sifat dan %iri khas kodrati .>= itu sendiri, )ii* disiplin teknologi di bidang .>=, dan )iii* society khususnya yang berkaitan dengan acceptance )bisa diterima atau tidaknya oleh masyarakat*. Keberadaan sumber daya air mengikuti siklus yang tidak pernah berhenti. .iklus tersebut kemudian dinamai siklus hidrologi. Berdasarkan fakta tersebut, maka teknologi pengelolaannya pun tidak terlepas dari sifat kodrati .>=. Karena itu lingkup wilayah pengelolaan .>= harus berdasarkan wilayah hidrografis yang kemudian dikenal dengan sebutan >aerah =liran .ungai )>=.*. Keberadaan sebuah >=. ada yang sepenuhnya berada dalam satu wilayah kabupaten6kota, bisa juga lintas kab6kota ataupun lintas pro4insi dan lintas negara. Pandangan tentang wilayah pengelolaan .>= berdasarkan satu >=. ternyata tidak bisa begitu saja diterima oleh lingkungan sosial, karena potensi .>= dalam sebuah >=. belum tentu bisa men%ukupi kebutuhan masyarakat yang tinggal di dalam >=. yang bersangkutan. >i P.Combok misalnya terdapat >=. yang airnya berlimpah yaitu >=./>=. yang terletak di lereng barat gunung <injani. .edangkan >=. yang terletak di lereng selatan dan timur gunung <injani ternyata %urah hujannya sangat kurang. Berangkat dari filosofi bahwa air adalah karunia Tuhan D:E, berarti setiap orang mempunyai hak akses yang sama untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari/hari akan air. Keterbatasan .>= yang terdapat pada >=. yang kering perlu dipasok dari >=. tetangganya yang lebih basah agar setiap orang yang hidup di wilayah itu memiliki kesempatan bertumbuh se%ara adil. Penggabungan beberapa >=. menjadi satu wilayah pengelolaan harus dapat dijawab melalui teknologi .>=. Berdasarkan pertimbangan tersebut serta pertimbangan rasionalitas, efisiensi, dan efekti4itas pengelolaan itulah AA 9o.; Tahun #!!7 kemudian memperkenalkan istilah Wilayah .ungai sebagai basis wilayah pengelolaan SDA,

dengan definisi sbb2 ,Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan .>= dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan6atau pulau/pulau ke%il-. Konsepsi pengelolaan terpadu .>= yang berbasis >=. ataupun wilayah sungai dikenal oleh masyarakat internasional dengan istilah Integrated Water esources Management (IW M) atau dalam bahasa 3ndonesia dikenal dengan sebutan Pengelolaan Terpadu .>= dan terkadang disebut juga Pengelolaan .>= Terpadu bahkan ada pula yang menyebut Pengelolaan .>= :enyeluruh dan Terpadu. .ebuah organisasi yang bernama Global Water !artners"ip# $%%% telah merumuskan definisi dan interpretasi IW M, yaitu ,suatu *roses 'an- men-in(e-rasi+an *en-elolaan air0 lahan0 $an s%m&er $a'a (er+ai( lainn'a se,ara (er+oor$inasi dalam rangka memaksimalkan resultan ekonomi dan kesejahteraan sosial se%ara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem yang 4ital. Prinsip pengelolaan terpadu ini dikembangkan sebagai respons terhadap pola pengelolaan .>= yang selama ini dilakukan se%ara terfragmentasi. <umusan IW M tersebut kemudian dikeru%utkan lagi dalam pertemuan Global Water !artners"ip&'out" (ast )sia# $%%* menjadi sbb2 Co-ordinated management of resources in natural environmental (water, land, flora, fauna) based on RIVER BA I! as geogra"#ical unit# +it" ob,ective of balancing man-s needs +it" necessity of conserving resources to ensure t"eir sustainability.. IW M is not dogmatic frame+orks# but a fle/ible# common&sense approac" to +ater management and development.. >ari kedua interpretasi tentang 3W<: tersebut, penulis berpendapat bahwa konsepsi 3W<: perlu dimulai dengan P<1.E. :E:B=9FA9 PE<.EP.3 tentang asal muasal air dan kemana perginya air, P<1.E. :E:B=9FA9 K1:3T:E9 untuk mendayagunakan air disertai kesadaran tentang pentingnya konser4asi serta :E9D3K=P3 .E0=<= K1CEKT3F tentang bagaimana %ara mengelolanya agar dapat didayagunakan dengan hasil yang optimal dan berkelanjutan-. Apaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan .>= adalah menanamkan pemahaman terhadap konsepsi 3W<: kepada semua pihak yang terkait untuk dimengerti. Keterpaduan pengelolaan .>= men%akup dua komponen besar yaitu sistem alami dan non alami. Keterpaduan pada komponen pengelolaan sistem alami, men%akup2 1) 2) 3) 4) Ka1asan h%l% dengan +a1asan hilir. K%an(i(as air dengan +%ali(as air. Air h%)an dengan air *erm%+aan0 dan air &a1ah (anah. Pen--%naan lahan (land use) dengan *en$a'a-%naan air (+ater use).

.edangkan keterpaduan pada komponen pengelolaan sistem non alami, sekurang/kurangnya men%akup2 1) Ke(er*a$%an an(ar se+(or yang terkait dalam perumusan kebijakan, dan program di tingkat pusat dan daerah, Keterpaduan dalam aspek ini diperlukan untuk menyelaraskan kebijakan pembangunan ekonomi dengan kebijakan pembangunan sosial serta lingkungan hidup. 2) Ke(er*a$%an an(ar sem%a *iha+ 'an- (er+ai( (stake"older) dalam peren%anaan dan pengambilan keputusan. Keterpaduan dalam aspek ini merupakan elemen penting dalam menjaga keseimbangan dan keberlanjutan pendayagunaan air. .aat ini masing/masing pihak yang terkait masih menempatkan prioritas kepentingan yang berbeda/beda, bahkan seringkali bertentangan satu sama lain. >alam kaitan ini perlu dikembangkan instrumen operasional untuk menggalang sinergi dan penyelesaian konflik.

3) Ke(er*a$%an an(ar 1ila'ah a$minis(rasi baik se%ara horisontal maupun 4ertikal. >alam aspek ini tidak saja perlu ada kejelasan tentang pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan, tetapi perlu juga dikembangkan pola kerjasama antar daerah atas dasar saling menggantungkan dan saling menguntungkan. Pengelolaan terpadu merupakan proses menerus yang tak boleh terhenti. .etiap proses harus memiliki target %apaian berdasarkan tahapan yang jelas. .etiap tahapan proses yang diran%ang harus dapat dinilai akuntabilitasnya. Keberhasilannya perlu terukur melalui tiga kriteria utama, yaitu2 1) E.isiensi e+onomi. >idepan mata, permintaan jasa pelayanan air kian meningkat, sementara itu di berbagai tempat terjadi kelangkaan atau keterbatasan air yang bersih dan sumber daya finansial. >alam situasi seperti itu, efisiensi ekonomi dalam pendayagunaan .>= harus menjadi perhatian. 2) Kea$ilan# =ir adalah salah satu kebutuhan dasar yang mutlak diperlukan oleh setiap orang, karena itu akses untuk memperoleh air yang bersih perlu diupayakan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup yang sehat dan produktif. 3) Ke&erlan)%(an .%n-si lin-+%n-an hi$%*. Pendayagunaan .>= tidak hanya mengejar kepentingan ekonomi jangka pendek, tetapi harus memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, karena itu setiap upaya pendayagunaannya harus diimbangi dengan upaya konser4asi yang memadai. 2 KEGIATAN YANG TELAH DAN AKAN DILAKSANAKAN a) Mem*er(e-as &a(as (an--%n- )a1a& *en-elolaan SDA an(ara P%sa( $an Daerah. AA 9o.; Tahun #!!7 telah mengamanatkan bahwa wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan .>= didasarkan pada letak wilayah sungai )W.*. .>= yang terletak pada W. dalam satu kabupaten6kota menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten6kota, .>= yang terletak pada W. lintas kab6kota dalam satu pro4insi menjadi tanggung jawab pro4insi, sedangkan .>= yang terletak pada W. lintas pro4insi atau W. lintas negara atau W. strategis nasional menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Tanggung jawab ini menyangkut tanggung jawab pengelolaan dan tanggung jawab pembiayaan. Cingkup pengelolaan .>= sebagaimana dimaksud dalam AA 9o.; Tahun #!!7 memiliki pengertian yang luas yaitu2 ,upaya meren%anakan, melaksanakan, memantau, dan menge4aluasi penyelenggaraan konser4asi .>=, pendayagunaan .>=, dan pengendalian daya rusak air-. =gar ada kejelasan tentang pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan .>= antara pemerintah Pusat, Pro4insi, dan Kabupaten6Kota, pertama kali yang harus dipersiapkan adalah terbitnya Peraturan Presiden tentang Pembagian W.. Karena urgennya Per Pres ini, maka guna men%egah terjadinya stagnasi pelayanan di bidang .>=, dan juga sebagai dasar penyusunan anggaran pengelolaan .>= tahun #!!;, maka :enteri PA )berdasarkan rekomendasi dari hasil rapat Tim Koordinasi Pengelolaan .>= yang dipimpin oleh :enko Perekonomian* untuk sementera menetapkan Peraturan :enteri PA tentang Pembagian W. di 3ndonesia yang sekaligus merupakan re4isi atas Per.:en PA 9o.(" Tahun "'" Tentang Pembagian W. yang substansi pokok menga%u kepada ran%angan Peraturan Presiden yang telah selesai dibahas oleh TKP.>= 9asional.

&

Mem&an-%n sis(em +oor$inasi *en-elolaan SDA# Pengelolaan .>= men%akup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat .>=. Antuk mewujudkan keterpaduan tindak tersebut perlu dibangun mekanisme koordinasi untuk mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang .>=. :enurut AA 9o.; Tahun #!!7, wadah koordinasi pengelolaan .>= wajib di bentuk di tingkat 9asional )dengan nama >ewan .>= 9asional*, dan di tingkat Pro4insi )dengan nama >ewan .>= atau nama lain*. Pembentukan wadah koordinasi pengelolaan .>= di tingkat Kabupaten dan tingkat W. bersifat opsional tergantung pada kebutuhan daerah setempat. Wadah koordinasi mempunyai tugas pokok menyusun dan merumuskan kebijakan serta strategi pengelolaan .>= .+asil koordinasi ini akan manjadi bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan )pemerintah* dalam menetapkan keputusan6regulasi. Wadah koordinasi beranggotakan unsur pemerintah dan unsur nonpemerintah dalam jumlah yang seimbang atas dasar *rinsi* +e(er1a+ilan. .usunan organisasi dan tata kerja wadah koordinasi diatur lebih lanjut dengan keputusan presiden. +ubungan kerja antarwadah koordinasi tingkat nasional, pro4insi, kabupaten6kota, dan wilayah sungai bersifat konsultatif dan koordinatif. Pedoman mengenai pembentukan wadah koordinasi pada tingkat pro4insi, kabupaten6kota, dan wilayah sungai diatur lebih lanjut dengan keputusan menteri yang membidangi .>=. :ula/mula koordinasi .>= di tingkat pusat dilakukan melalui Tim Koordinasi Pengelolaan .>= )TKP.>=* yang dibentuk dengan Keputusan Presiden 9o. #( Tahun #!! . Keanggotaan TKP.>= tingkat 9asional hingga tahun #!!' hanya terdiri atas unsur pemerintah saja yaitu menteri atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen. Jabatan ketua )merangkap anggota* dipegang oleh :enko Perekonomian. TKP.>= ini merupakan embrio bagi terbentuknya >ewan .>= 9asional yang pada saat ini telah ditetapkan organisasi dan tata kerjanya melalui Peraturan Presiden 9o. # Tahun #!!' tentang >ewan .umber >aya =ir, dan susunan keanggotaannya melalui Keputusan Presiden 9o.$ Tahun #!!" Tentang Pembentukan >ewan .umber >aya =ir 9asional. .ementara itu, sebelum tahun #!!$ di daerah juga telah terbentuk wadah koordinasi .>= di sebelas Pro4insi. Wadah koordinasi tersebut diberi nama Panitia Tata Pengaturan =ir )PTP=* bahkan ada yang dinamai >ewan .>= Pro4insi. >i tingkat W. pun sudah ada yang terbentuk dengan nama Panitia Pelaksana Tata Pengaturan =ir )PPTP=*. Penyempurnaan terhadap wadah koordinasi yang sudah terbentuk di daerah juga perlu dilaksanakan setelah terbitnya Perpres Tentang .1TK Wadah Koordinasi. +al yang perlu disempurnakan terutama menyangkut unsur keanggotaannya dan tugas pokok dan fungsinya. Wadah koordinasi di tingkat W. sangat diperlukan terutama ketika diadakan penyusunan pola dan ren%ana pengelolaan .>=, ren%ana prioritas dan alokasi penggunaan air, kesepakatan mengenai program, ren%ana kegiatan dan alokasi pembiayaan pengelolaan .>= antar instansi, serta hal/hal lain yang bersifat taktis operasional di tingkat W..

Men'ia*+an a,%an &a-i *ela+sanaan *ro-ram $an +e-ia(an *en-elolaan# Pengelolaan .>= membutuhkan keterlibatan semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. =gar masing/masing pihak dapat berperan se%ara kolaboratif sesuai dengan

tugas dan fungsinya sehingga dapat terbangun sinergi untuk men%apai hasil yang optimal, diperlukan .=TA dokumen yang diharapkan menjadi pemandu atau pengarah dalam penyusunan program dan kegiatan antar sektor dan antar wilayah administrasi. >okumen yang diharapkan menjadi pemandu tersebut oleh AA 9o.; Tahun #!!7 diberi nama Pola Pengelolaan .>=, dan <en%ana )3nduk* Pengelolaan .>=. Dang dimaksud dengan Pola Pengelolaan .>= adalah kerangka dasar dalam meren%anakan, melaksanakan, memantau, dan menge4aluasi kegiatan konser4asi .>=, pendayagunaan .>=, dan pengendalian daya rusak air. Baik Pola maupun <en%ana )3nduk * Pengelolaan .>=, keduanya harus disusun pada setiap W.. <en%ana Pengelolaan .>= adalah dokumen peren%anaan yang diharapkan dapat menyeimbangkan upaya konser4asi dan pendayagunaan .>= agar terwujud kemanfaatan air yang berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh rakyat baik untuk generasi sekarang maupun akan datang. >okumen ini diharapkan pula agar dapat menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi .>= untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap orang dan mengoptimalkan nilai ekonomi air dengan memperhatikan upaya pelestariannya. Karena kedua produk ini berfungsi sebagai bingkai pemandu atau pengarah program dan kegiatan bagi sektor atau daerah yang terkait, maka dokumen harus ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam W. bersangkutan sebagai keputusan publik yang harus ditaati dan berlaku mengikat semua pihak yang terkait. Karena itu, proses penyusunan Pola dan <en%ana ini harus diselenggarakan se%ara terbuka dan melibatkan sebanyak/ banyaknya unsur masyarakat atau para pihak yang terkait. :ekanisme pelibatan pihak/ pihak yang terkait tidak hanya dilakukan dalam wadah koordinasi saja tetapi juga dilakukan melalui konsultasi publik setidalknya untuk mendengar dan mengetahui permasalahan, keinginan dan harapan masyarakat. $ Mem&an-%n )e)arin- sis(em in.ormasi SDA# 3nformasi merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pengelolaan .>=. Tanpa informasi yang benar dan akurat, maka penyusunan ren%ana pengelolaan .>= akan menjadi tidak efisien dan %enderung tidak tepat sasaran. Antuk mendukung pengelolaan .>=, AA 9o.; Tahun #!!7 mengamanatkan kepada Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi .>= sesuai dengan kewenangannya. .istem informasi .>= ini meliputi informasi mengenai )i* kondisi hidrologis, )ii* hidrometeorologis, )iii* hidrogeologis, )i4* kebijakan .>=, )4* prasarana .>=, )4i* teknologi .>=, )4ii* lingkungan .>= dan sekitarnya, serta )4iii* kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan .>=.

e) Mem*er+%a( +elem&a-aan *en-elolaan SDA# Kelembagaan pengelolaan .>= baik di Pusat dan di daerah termasuk di tingkat W. perlu ditata dan diperkuat menuju ter%iptanya pemisahan fungsi pengaturan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan, pemanfaatan, dan koordinasi dengan tetap menjaga sinergi antarfungsi dengan tetap mengedepankan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. .elain penguatan kelembagaan pengelola sumber daya air yang sudah terbentuk baik yang berkaitan dengan fungsi pengelolaan >=., pengelolaan jaringan sumber air, dan pengelolaan penggunaan air, juga diperlukan pengembangan kelembagaan yang diharapkan dapat meningkatkan efekti4itas penegakan hukum atas peraturan perundang/ undangan .>= melalui pengembangan jabatan fungsional Penyidik Pegawai 9egeri .ipil )PP9.* sebagaimana diamanatkan oleh AA 9o.; Tahun #!!7. PP9. berwenang antara

lain untuk2 )i* melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan usaha yang diduga melakukan tindak pidana .>=G )ii* melakukan pemeriksaan prasarana .>= dan menghentikan peralatan yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidanaG )iii* menyegel dan6atau menyita alat kegiatan yang digunakan untuk melakukan tindak pidana sebagai alat bukti. Penguatan kelembagaan ini perlu didukung dengan program rekruitmen pegawai yang sistematis dan teren%ana termasuk penyiapan materi dan program pelatihannya. >engan berpedoman pada asas efesiensi, dalam penguatan kelembagaan ini perlu dibangun jaringan kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan antara instansi pemerintah dan lembaga perguruan tinggi. . Mem&an-%n sis(em *em&ia'aan %n(%+ +elan-s%n-an *en-elolaan SDA# Kelangsungan pengelolaan .>= membutuhkan dukungan pendanaan yang konsisten dan menerus. AA 9o.; Tahun #!!7 mengamanatkan bahwa sumber pembiayaan pengelolaan .>= dapat berasal dari2 )i* anggaran pemerintahG )ii* anggaran swastaG dan )iii* hasil penerimaan Biaya Jasa Pengelolaan .>=. =nggaran pemerintah yang bersumber dari =PB9 atau =PB> diprioritaskan untuk menutup kebutuhan biaya pengelolaan yang bersifat melaksanakan fungsi sosial, kesejahteraan umum dan keamanan. .umber pendanaan dari anggaran swasta di bidang .>= pada umumnya hanya terbatas pada in4estasi pembangunan prasarana dan sarana yang bersifat %ost re%o4ery misalnya pembangunan PCT=, dan pembangunan sistem penyediaan air minum. .umber pendanaan yang berasal dari hasil penerimaan Biaya Jasa Pengelolaan .>= )BJP/.>=* menurut AA 9o.; Tahun #!!7 boleh dibebankan kepada penerima manfaat jasa pengelolaan .>= misalnya pengguna air untuk PCT=, pengguna air untuk usaha industri, pengguna air untuk usaha perkebunan. Pembebanan BJP tidak boleh diterapkan kepada pengguna air perorangan untuk memenuhi keperluan pokok sehari/hari yang diambil langsung dari sumber air atau pengguna air untuk keperluan irigasi pertanian rakyat. Penerapan BJP ini harus dilandasi dengan Peraturan >aerah, dan penetapan besarannya harus dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata pengelolaan .>=. .elain itu penerapan BJP diharapkan dapat menjadi instrumen bagi upaya penghematan penggunaan air. g) Pen'%s%nan *ro-ram $an *ela+sanaan +e-ia(an *en-elolaan SDA# Penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan .>= perlu dilakukan oleh setiap sektor atau daerah. Penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan ini harus menga%u kepada <en%ana )3nduk* Pengelolaan .>=. =pabila <en%ana Pengelolaan .>= tersebut belum tersedia, maka program dan ren%ana kegiatan pengelolaan .>= pada suatu wilayah sungai untuk sementara waktu dapat disusun oleh masing/masing instansi dengan %ara melibatkan instansi yang terkait dan berpegang pada arahan umum sebagai berikut2 Pro-ram Konser3asi SDA0 diarahkan untuk2 :eningkatkan, memulihkan dan mempertahankan daya dukung, daya tampung, dan fungsi .>= untuk menjamin ketersediaan air. :emulihkan dan mempertahankan kualitas air. :enerapkan prinsip pen%emar membayar sebagai instrumen untuk mendorong pengendalian pen%emaran air dan meningkatkan pengelolaan kualitas air.

Pro-ram Pen$a'a-%naan SDA0 diarahkan untuk2 :enyediakan air yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas sesuai dengan ruang dan waktu se%ara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari/hari sebagai prioritas. :eningkatkan efekti4itas dan efisiensi penyediaan serta penggunaan air irigasi dengan lebih mengutamakan kegiatan operasi dan pemeliharaan, optimalisasi, rehabilitasi, dan peningkatan kinerja sistem irigasi yang ada daripada pembangunan baru. :endorong pengembangan irigasi dan rawa dalam rangka mendukung produkti4itas usaha tani untuk meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan mensejahterakan masyarakat khususnya petani. :elaksanakan pendayagunaan .>= untuk mendukung perkembangan ekonomi se%ara efektif dan efisien dengan mempertimbangkan kepentingan antarsektor, antarwilayah, dan dampak jangka panjang. :enerapkan prinsip penerima manfaat menanggung biaya jasa pengelolaan .>=, ke%uali untuk kebutuhan pokok sehari/hari dan pertanian rakyat untuk mendorong penghematan penggunaan air dan meningkatkan kinerja pengelolaan .>=. :eningkatkan peran dunia usaha dalam pemanfaatan .>= dengan tetap mengutamakan kepentingan publik.

Pro-ram Pen-en$alian Da'a R%sa+ Air0 diarahkan untuk2 :eningkatkan kesiapan dan ketahanan pemilik kepentingan menghadapi akibat daya rusak air. :elindungi kawasan budidaya dari ben%ana banjir dengan prioritas daerah permukiman, daerah produksi, dan prasarana umum. :enghambat peningkatan besaran debit banjir dengan menerapkan prinsip ,0ero delta 1 policy-. )Dang dimaksud dengan ,0ero delta 1 policy- adalah suatu kebijakan untuk mempertahankan besaran debit banjir supaya tidak bertambah dari waktu ke waktu*. :emulihkan fungsi lingkungan hidup serta prasarana dan sarana umum yang terkena ben%ana akibat daya rusak air. Peren%anaaan tata ruang perlu memperhatikan kemungkinan terjadinya banjir.

Pro-ram Pem&er$a'aan $an Pemerin(ah0 diarahkan untuk2

Penin-+a(an

Peran

Mas'ara+a(0

S1as(a0

$an

:eningkatkan prakarsa dan peran masyarakat se%ara teren%ana dan sistematis dalam pengelolaan .>=. :eningkatkan peran dan tanggung jawab swasta untuk berpartisipasi dalam pengelolaan .>=. :eningkatkan kinerja lembaga pemerintah dalam pengelolaan .>= melalui penyesuaian dan penyempurnaan kelembagaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai standar kompetensi, dan peningkatan sistem koordinasi antarlembaga pemerintah. :engoptimalkan peran wadah koordinasi dan konsultasi para pemilik kepentingan dalam rangka pengelolaan .>= yang berdasarkan asas transparansi, keadilan, pelestarian, keterpaduan, dan akuntabilitas.

Pro-ram Ke(er&%+aan $an Ke(erse$iaan Da(a4In.ormasi SDA0 agar diarahkan untuk2 :enyediakan data dan informasi .>= yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan, dan mudah diakses oleh pengguna. :ewujudkan kemudahan mengakses dan mendapatkan data dan informasi .>= bagi masyarakat untuk mendukung transparansi pengelolaan .>=.

KESIMPULAN . =ir sebagai sumber kehidupan, ketersediaannya dibatasi ruang dan waktu dan kualitasnya pun sangat rentan. 2. Pengelolaan .>= harus dilakukan se%ara menyeluruh dan terpadu, sedangkan pelaksanaannya perlu didukung oleh sistem kelembagaan yang kuat dan bertanggung jawab# (. Pembentukan wadah koordinasi pengelolaan .>= merupakan hal yang esensial untuk mengakomodasi aspirasi dan kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan .>=. 7. .emua pihak yang terkait perlu mengambil peran se%ara konsisten dalam keseluruhan proses pengelolaan .>=. 8. Pengelolaan .>= yang optimal, efektif, dan berkelanjutan memerlukan dukungan program sosialisasi dan kampanye yg konsisten dan menerus. $. Pengelolaan .>= membutuhkan dukungan dana yang berkelanjutan, karenanya penerima manfaat jasa pengelolaan selayaknya ikut berkontribusi.

DAFTAR PUSTAKA: 1) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Laporan Utama Pengembangan Kebijakan Infrastruktur Perdesaan, University et!ork "or #$ra% &n"rastr$'tr$re Deve%opment, A$stra%ian (overnment A$sA&D, 2))*. 2) &mam Ans+ori, Kebijakan Pengelolaan SDA di Indonesia, &SB ,-.-,-/)14,4,3, Panitia asiona% Program 0idro%ogi &0P,U 1S23, L&P& 2))4,. 3) 4$stika S.Ba+arsya+, Strategi Nasional Jangka Panjang Pengelolaan SDA Menghadapi Prospek Berlanjutn a Perubahan Iklim !lobal, , &PB 2))2. 4) S$tardi, 5o'+ A%i, S$topo P, 4ossi S$6anna, Pengelolaan SDA "erpadu Ditinjau Dari Aspek Keberlanjutan #ungsi $%, Lokakarya asiona%, 4akarta 4 4$%i 2))*. 7) Pemerinta+ #&, && No'( "ahun )**+ "entang Sumber Da a Air'

Lam*iran 1
DAFTAR DAS KRITIS SUPER PRIORITAS (PRIORITAS 1)

No.
1 2 3 4 7 * . / 1) 11 12 13 14 17 1* 1. 1/ 12) 21 22 23 24 27 2*

Nama DAS
Kr$eng A'e+ Kr$eng Pe$sangan Asa+an La$ #en$n U%ar ias 9kep$%a$an) Kampar &ndragiri #okan K$antan Kampar Kanan Batang+ari 5anna, Padang ($'i 5$si <ay Sep$ti+ <ay Sekamp$ng 2itar$m 2iman$k 2%i!$ng 2itand$y 2ip$negara 2i$>$ng K.(arang K.Bodri K.Seray$ Bri:in

Propinsi
AD AD S$m$t S$m$t S$m$t S$m$t #ia$ #ia$ #ia$ S$m:ar S$m:ar S$m:ar ; 4am:i Bengk$%$ Bengk$%$,S$mse% Lamp$ng Lamp$ng 4a:ar 4a:ar 4a:ar 4a:ar 4a:ar 4a:ar 4ateng 4ateng 4ateng D&?

No.
32 33 34 37 3* 3. 3/ 34) 41 42 43 44 47 4* 4. 4/ 47) 71 72 73 74 77 7* 7.

Nama DAS
(rind$%$ Saroka 8$kad Unda Dodokan Benain oe%mina Aisissa Kam:a+er$ Lois Sam:as 8$nan,5anggar Kota <aringin Barito 4ene:erang,K%ara <a%anae Bi%%a Saddang Ba$,:a$ = <an'a Laso%o Poso Lam:or$ Pa%$ Lim:oto 8ondano D$moga Bat$ 5era+

Propinsi
4atim 4atim Ba%i 8B 88 88 88 88 88 Ka%:ar Ka%tim Ka%teng Ka%teng,Ka%se% S$%se% S$%se% S$%se% S$%se% S$%tra S$%tra S$%teng S$%teng S$%teng S$%$t S$%$t S$%$t 5a%$k$

2. 2/ 23) 31

Pasiraman #e>oso Brantas Sampean Benga!an So%o

4atim 4atim 4atim 4atim 4atim,4ateng

7/ 7*) *1 *2

0at$ 8enga+ Ba%iem 5era$ke,B$%aka 5em:eramo Sentani

5a%$k$ Pap$a Pap$a Pap$a Pap$a

Sumber data, Departemen Kehutanan, -../

You might also like