You are on page 1of 15

TAMASYA KE DUNIA POSREALITAS

menuju pososial

SUMBER : YASRAF AMIR PILIANG, POSREALITAS, REALITAS KEBUDAYAAN DALAM ERA METAFISIKA, JALASUTRA, 2004.

PENDAHULUAN
Ada sebuah perubahan besar yang terjadi

pada awal milenium ketiga, yaitu terbentuknya sebuah dunia baru akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir, yang di dalamnya tercipta berbagai definisi dan pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas. Dunia baru itu dibangun oleh berbagai distorsi realitas, permainan bebas tanda, penyimpangan makna dan kesemuan makna.

PENDAHULUAN
Dunia realitas baru tersebut melukiskan sebuah

metamorfosis yang dialami oleh manusia, dari apa yang disebut kondisi realitas ke arah posrelitas, yaitu sebuah kondisi yang di dalamnya prinsip-prinsip realitas itu dilampaui, dalam pengertian diambil alih oleh substitusi2 yang diciptakan secara artifisial lewat bantuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi2 konvensional tentang apa yang disebut dengan nyata (the real)

Maka ketika realitas alamiah telah lenyap,

dan telah diambil oleh yang artifisial, maka manusia terkurung dalam perangkap dunia artifisialitas, yaitu dunia yang serba permukaan, dangkal, serta tak mampu lagi menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah, kekayaan kultural, dan kedalaman pengalaman transendental

POSOSIAL
Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi mutakhir telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial yaitu relasi sosial, struktur sosial, sistem sosial dan realitas sosial yang kini dihadapkan pada berbagai kemungkinan dekonstruksi. Sebagai contoh : Chatting, 3G. Akibatnya tercipta sebuah ruang sosial yang bersifat artifisial /virtual.

POSOSIAL
Yang terbentuk dalam ruang sosial virtual

bukanlah realitas sosial tetapi simulasi sosial yaitu bentuk permukaan sosial, sebuah relasi sosial yang artifisial yang tercipta melalui sebuah teritorial halusinasi yang terbentuk melalui bit-bit informasi.

TAMASYA DALAM RUANG POSOSIAL


Ruang pososial : ruang sosial yang

didalamnya berbagai prinsip model atau bentuk aktifitas sosial telah melampaui yang natural yang kini diambil alih oleh bentuk virtualnya. Berbagai realitas tandingan yang terbentuk dalam jaringan tersebut telah menciptakan komunitas2 baru yang disebut komunitas virtual (v i r t u a l c o m m u n i t y ) yang membentuk realitasnya sendiri yang disebut realitas virtual (V i r t u a l R e a l i t y )

TAMASYA DALAM RUANG POSOSIAL


Simulakra: sesuatu yang tampak atau dibuat

tampak seperti sesuatu yang lain. Simulakra sosial (Social Simulacrum) : duplikasi sosial didunia nyata, akan tetapi wujudnya yang menyimpang dan distorsi, yang di dalamnya berlangsung berbagai bentuk penyederhanaan, generalisasi dan manipulasi realitas sosial. Kini, hubungan antarmanusia di dalam bebagai media mengambil alih hubungan tatapan langsung (f a c e t o f a c e r e l a t i o n s h i p )

TAMASYA DALAM RUANG POSOSIAL


Cyberspace: ruang utama yang di dalamnya

bebagai simulasi sosial menemukan tempat hidupnya yang mempengaruhi kehidupan sosial. Ada 3 tingkat pengaruh : 1. Tingkat individual : pemahaman tentang identitas (dpt memainkan berbagai macam peran sosial), ketergantungan(105). 2. Antar individu : menciptakan relasi2 sosial yang bersifat virtual (106) 3. Komunitas : dapat menciptakan model komunitas demokratik dan terbuka --imaginary community (106)

1. Tingkat individual
cyberspace telah menciptakan perubahan

mendasar terhadap pemahaman kita terhadap identitas. Orang dapat memainkan peran sosial yang berbeda-beda identitasnya dalam waktu yang bersamaan. Dapat menciptakan ketergantungan atau kecanduan komunikasi di dunia maya.

2. Antar individu
menciptakan relasi2 sosial yang bersifat

virtual: virtual shooping, virtual game, virtual conference. Relasi sosial mengantar ke arah deteritorialisasi sosial: berbagai interaksi sosial tidak perlu lagi ruang dan teritori yang nyata, melainkan halusinasi sosial.

3. Komunitas
dapat menciptakan model komunitas demokratik

dan terbuka --- i m a g i n a r y c o m m u n i t y Dalam komunitas konvensional, anggota masyarakat memiliki kebersamaan sosial dan solidaritas sosial menyangkut sebuah tempat yang di dalamnya terdapat interaksi sosial secara face to face. imaginary community: diperlukan imajinasi kolektif tentang tempat imajiner, tidak ada norma dan aturan, bebas radikal, apapun boleh.

Permasalahan mendasar pada masyarakat

terbuka serta berbagai bentuk komunikasi terbuka adalah l e m a h n y a k o n t r o l (sosial, moral, kultural). Ketika di dalam ruang sosial tidak ada lagi kontrol, yang terbentuk adalah k e m a t i a n sosial. Bila di dalam keterbukaan media tidak ada lagi batas antara baik/buruk, benar/salah, asli/palsu, maka yang terjadi adalah k e m a t i a n b u d a y a .

Bagaimana mungkin kita hidup secara bersamaan di

dalam dunia ketuhanan yang bersifat transenden, mendalam, suci dan dalam dunia citra yang bersifat imanen (tidak tetap), permukaan, dangkal.tanpa menjebak kita di dalam kontradiksi? Tantangan: bgm kita melihat dunia ketuhanan sebagai dunia yang tidak melulu melarang, mengharamkan dan dunia citra yang tidak melulu dangkal, permukaan----menjadi 2 dunia yang dapat direkombinasikan secara mutual, sehingga saling menghidupkan satu sama lain secara dinamis.

So, apa yang bisa desainer lakukan

untuk menjawab tantangan ini?

You might also like