You are on page 1of 23

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KOGNITIF UNTUK PEMBELAJARAN BERMAKNA

Oleh: Anik Purwani PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BIODATA
Nama NPM Fak/Prodi Semester Kelas : Anik Purwani : 2131040001 : Pasca Sarjana / Studi Bahasa Inggris :I :A

DAFTAR ISI
BIODATA ............................................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 II. TUJUAN PEMBAHASAN ............................................................................ 2 III. PEMBAHASAN ............................................................................................ 2 A. Pengertian Teori Belajar Kognitif ............................................................... 2 1. Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget .......................................... 2 2. Teori Zone of Proximal Development Vigotsky ..................................... 5 3. Taksonomi Bloom (Benjamin S. Bloom) ................................................ 6 B. Fungsi Teori Kognitif dalam Pembelajaran ................................................. 10 1. Menjadikan Peserta Didik Lebih Kreatif ................................................. 10 2. Menjadikan Peserta Didik Lebih Mandiri ............................................... 11 3. Membantu Peserta Didik Memahami Bahan Belajar Secara Lebih Mudah ..................................................................................................................... 11 C. Peranan Guru dan Peserta Didik dalam Pembelajaran Kognitif .................. 11 1. Peranan Guru ........................................................................................... 11 2. Peranan Peserta Didik .............................................................................. 14 D. Pembelajaran yang Bermakna ..................................................................... 14 E. Hal Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Kognitif yang Bermakna ..................................................................................................... 16 IV. KESIMPULAN ............................................................................................. 17

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KOGNITIF UNTUK PEMBELAJARAN YANG BERMAKNA I. PENDAHULUAN Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk menyiapkan masa depan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru sebagai ujung tombak dalam rangka peningkatan mutu pendidikan perlu menyesuaikan diri seiring dengan tuntutan masyarakat dan paradigma pendidikan masa kini. Sebagai praktisi di kelas guru dituntut untuk menjalankan perannya antara lain sebagai motivator, edukator, fasilitator, dan administrator. Karena itu guru harus memahami teori-teori belajar dan pembelajaran dengan baik sehingga guru mampu melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan dan efektif dapat tercapai. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Terjadi perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh peserta didik. Suatu teori yang cenderung melakukan praktek-praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dari adanya pembentukan intelektual dan mengorganisasian alat-alat kognisi.

Selain itu teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang banyak di kembangkan oleh para ahli dan dijadikan rujukan dalam bidang pendidikan hingga saat ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teori-teori belajar selanjutnya memakai teori belajar kognitif sebagai kerangka berpikir dalam pengembangannya. Karena itu makalah ini membahas tentang penerapan teori kognitif untuk kegiatan belajar mengajar sehari-hari.

II. TUJUAN PEMBAHASAN Dari latar belakang diatas, maka makalah ini bertujuan untuk membahas: A. Pengertian teori belajar kognitif. B. Fungsi teori kognitif dalam pembelajaran. C. Peranan guru dan peserta didik dalam pembelajaran kognitif. D. Pembelajaran bermakna. E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kognitif yang bermakna.

III. PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Belajar Kognitif 1. Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget Piaget berpendirian bahwa anak berinteraksi dengan keadaan sekitarnya dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam kegiatan pemecahan masalah. Dua macam perkembangan, yakni asimilasi dan

akomodasi, muncul dari kegiatan pemecahan masalah tersebut. Asimilasi terjadi ketika aktivitas tersebut tidak menghasilkan perubahan pada anak. Sedangkan akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan dengan hal-hal yang ada dalam lingkungannya. Senada dengan pernyataan di atas Bigge (1982:19) mencatat: Assimilation consists of the filtering or modification of the input from the environment. In this process new knowledge meshes with the childs existing insight. Accommodations consist of the modification or change of the childs internal patterns of understanding to fit reality. (Asimilasi terdiri dari filter atau modifikasi input dari lingkungannya. Dalam proses ini pengetahuan baru bertautan dengan pandanganpandangan yang sudah ada pada benak anak. Akomodasi terdiri dari modifikasi atau perubahan polapola pemahaman internal anak untuk menyesuaikan diri dengan realitas).

Selain hal tersebut di atas, Piaget juga mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu: tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap konkrit-operasional (7-11 tahun), dan tahap formal-operasional (di atas 11 tahun) (Desmita, 2005). Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: a. Pengurutan - kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. b. Klasifikasi - kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
9

serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan) c. Decentering - anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. d. Reversibility - anak mulai memahami bahwa jumlah atau bendabenda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 84 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. e. Konservasi - memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. f. Penghilangan sifat egosentrisme - kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain 2. Teori Zone of Proximal Development Vigotsky

10

Menurut Vygotsky perkembangan dan pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial, yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir. Dengan pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika anak belajar sendiri. Kecerdasan menurut konsep Vygotsky tidak diukur dari apa yang bisa dilakukan anak sendirian, tetapi kecerdasan dapat diukur dengan lebih baik dengan melihat apa yang dapat dilakukan anak dengan bantuan yang semestinya (dari orang dewasa). Konsep Zone of Proximal Development (ZPD) menggambarkan hubungan antara perkembangan, proses belajar dan bermain bagi anak. Perkembangan dipandang sebagai rangkaian perilaku atau tingkat kematangan. (Yustiana, 2002: 159) Dalam konteks ZPD ini perkembangan perilaku dibatasi pada dua tingkatan, yaitu tingkatan penampilan saat ini (independent) atau tingkatan yang dapat diketahui dan dilakukan anak serta tingkatan perkembangan potensial atau tingkatan penampilan maksimum yang dapat dijangkau anak dengan bantuan orang lain dengan penciptaan lingkungan (assissted). Di antara dua tingkatan tersebut anak atau peserta didik dihadapkan pada sejumlah tugas yang memiliki tingkat kesulitan tertentu dan menantang anak untuk mengkonstruksi pengetahuan. 3. Taksonomi Bloom (Benjamin S. Bloom)

11

Sementara itu menurut Bloom, ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu: a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge): mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dari ingatan jangka panjang. Adapun proses dalam ranah kognitif ini adalah: 1) Mengenali (recognizing) atau mengidentifikasi : menemukan pengetahuan dari ingatan jangka panjang yang sesuai dengan materi yang disajikan, misalnya: mengenali tanggal-tanggal penting dalam sejarah Indonesia. 2) Mengingat (recalling) atau menemukan kembali : menemukan hubungan atau kaitan antara pengetahuan dari ingatan jangka panjang, misalnya: mengingat kembali cirri-ciri kebahasaan yang telah dipelajari sebelumnya. b. Pemahaman (comprehension): membangun pengertian atau makna dari pesan berupa perintah atau instruksi, termasuk secara lisan, tertulis dan hubungan dengan kejadian yang sebenarnya atau dalam bentuk gambar. Adapun proses dalam ranah kognitif tingkat ini meliputi: 1) Menafsirkan (interpreting) atau mengartikan/ menggambarkan ulang : mengubah dari satu bentuk gambar ke bentuk lain,

12

misalnya: menafsirkan hal penting yang disampaikan dan ditulis. 2) Memberi contoh (exampliying) atau mengilustrasikan : menemukan contoh yang sesuai dan cocok atau mengilustrasikan suatu konsep, misal: memberi contoh macam-macam jenis teks fungsional. 3) Mengklasifikasi (classifying) atau mengelompokkan : menentukan konsep yang ada pada suatu materi atau kategori, misal, menentukan apakah suatu teks masuk dalam kategori teks tertentu. 4) Meringkas (summarizing) : meringkas suatu bagian yang umum atau poin-poin utama dari suatu tema, misal: menulis ringkasan singkat dari kejadian-kejadian dalam bentuk gambar. 5) Menduga (inferring) atau mengambil kesimpulan atau memprediksi: menggambarkan kesimpulan secara nyata dari informasi yang disajikan, misal: mempelajari bahasa luar, menduga atau mengambil kesimpulan mengenai tata bahasa dari contoh yang disajikan. 6) Membandingkan (comparing) atau memetakan dan mencocokkan: mendeteksi atau mencari kesesuaian antara dua ide, objek dan hal-hal yang serupa, misal: membandingkan kejadian-kejadian bersejarah dengan keadaan masa kini.

13

7) Menjelaskan (explaining) atau membangun suatu model: membangun hubungan sebab-akibat dari suatu sistem, misal: menjelaskan penyebab terjadinya banjir. c. Penerapan (application) menerapkan atau menggunakan suatu tata cara yang telah diberikan pada suatu keadaan. Proses kognitif yang dilalui adalah : 1) Menjalankan (executing) : menerapkan suatu cara yang telah dikenal untuk tugas yang telah biasa dijumpai, misal: memisahkan satu kelompok kata dari kumpulan kata yang lain, dimana kedua kelompok kata tersebut beranggotakan lebih dari satu kata. 2) Mengimplementasikan (implementing) : menggunakan cara yang telah ada untuk menyelesaikan tugas yang belum dikenal sebelumnya, misal: menggunakan Simple Past Tense yang pernah dipelajari untuk teks recount dan kemudian membuat jenis narasi. d. Analisis (analysis) memutuskan suatu material ke dalam unsurunsur pokok dan menentukan bagaimana hubungan/kaitan dari satu unsur tersebut dengan unsur yang lain dan kedalam tujuan atau struktur umum dari suatu materi. Proses kognitif yang dilalui adalah: 1) Membedakan (diffrentiating) atau memilih : membedakan bagian yang memiliki hubungan dengan bagian yang tidak

14

memiliki hubungan atau memisahkan bagian yang penting dengan bagian yang tidak penting dari materi yang telah disajikan 2) Mengorganisir (organizing) atau menemukan hubungan, mengintegrasi, garis besar, uraian dan menyusun secara struktur : menentukan bagaimana suatu unsur atau fungsi sesuai dengan strukturnya. 3) Menemukan makna tersirat (attributing) : menentukan pokok permasalahan, bias, nilai atau maksud tersembunyi dari materi yang ada, misal: menentukan informasi yang tersirat dalam teks tertentu. e. Penilaian/penghargaan/evaluasi(evaluation) membuat penilaian atau keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Proses ini meliputi: 1) Memeriksa (checking) atau mengkoordinasi, menemukan, mengawasi dan menguji : menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan antara proses dan hasil; menentukan bahwa proses dan hasil memiliki kesesuaian; mengawasi ketidakefektifan suatu cara dalam penerapan, misal: menentukan bahwa peserta didik mengambil kesimpulan dari teks yang telah dibaca. 2) Mengritik (Critiquing) atau memutuskan : menemukan ketidaksesuaian antara hasil dan kriteria dari luar, menentukan bahwa hasil sesuai atau tidak, menemukan kesalahan dari suatu

15

cara yang menyebabkan suatu masalah, memutuskan satu dar dua metode atau cara yang terbaik untuk memecahkan permasalahan yang ada. f. Sintesis (syntesis): mengambil semua unsur pokok untuk membuat sesuatu yang memiliki fungsi atau mengorganisasikan kembali element yang ada ke dalam stuktur atau pola yang baru. Proses ini meliputi 1) Merumuskan (generating) : membuat hipotesis atau dugaan sebagai alternatif berdasarkan kriteria yang ada, misal: menyusun pola untuk contoh-contoh kalimat yang telah diamati. 2) Merencanakan (planning) atau mendesain: merencanakan cara untuk menyelesaikan tugas, misal: rencana untuk membuat eksperimen di bidang sain berdasar teks prosedur yang telah di baca. 3) Memproduksi (producing) : menemukan atau menghasilkan suatu produk menciptakan suatu lingkungan atau keadaan untuk tujuan tertentu. B. Fungsi Teori Kognitif dalam Pembelajaran. 1. Menjadikan peserta didik lebih kreatif Dengan teori belajar kognitif peserta didik dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi juga memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan

16

pengetahuan. Mereka dirangsang dan difasilitasi oleh guru untuk selalu berusaha menemukan sendiri dalam proses belajarnya.

2. Menjadikan peserta didik lebih mandiri. Teori belajar kognitif memacu peserta didik untuk lebih mandiri karena dalam proses pembelajarannya guru member kesempatan yang besar bagi mereka untuk mengembangkan diri. Contoh, pada saat peserta didik mendiskusikan solusi untuk suatu masalah bersama kelompoknya, mereka berusaha untuk mencari referensi dari berbagai sumber, baik internet maupun buku. 3. Membantu peserta didik memahami bahan belajar secara lebih mudah Teori belajar kognitif membantu peserta didik memahami bahan ajar dengan lebih mudah karena materi disusun berdasar pada tahapan-tahapan perkembangan sehingga dimulai dari yang mudah atau serta ke sulit atau komplek. Mereka menjadi aktif didalam proses pembelajaran, tidak takut untuk bertanya maupun mengemukakan pendapat, merasa mampu dalam pelajaran itu dan akhirnya menumbuhkan rasa percaya diri. C. Peranan Guru dan Peserta didik dalam Pembelajaran Kognitif 1. Peranan Guru Berdasarkan teori Piaget, guru harus mempertimbangkan perkembangan kognitif anak ketika menyusun suatu materi pembelajaran. Apakah anak sudah siap dengan penjelasan-

17

penjelasan abstrak dan logis seperti menerangkan beberapa tata bahasa secara eksplisit lengkap dengan analisis unsur-unsur katanya. Guru juga perlu mempertimbangkan bahwa sebenarnya anak tersebut tidak pasif begitu saja dalam pembelajaran. Mereka juga aktif mengatasi masalah-masalah yang melingkupinya termasuk pemahaman akan makna bahasa. Beberapa kata/frasa canggih seperti inflasi, korupsi, kolusi, nepotisme, reformasi dapat dipahami/dikuasai dengan melihat dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky, sebagai pendidik, guru memiliki peran yang sangat strategis untuk membantu perkembangan peserta didik secara maksimal. Bantuan-bantuan guru yang diberikan secara tepat dan sesuai akan sangat membantu perkembangan kognitif dan kemampuan peserta didik tersebut. Misalnya, ketika guru mengajarkan anak untuk mampu bercerita, guru dapat membantu pemahaman peserta didik akan contoh alur cerita yang ditunjukkan dengan gambar-gambar naratif yang di dalamnya terlihat jelas adanya orientasi, krisis/konflik, dan resolusi. Ketika anak menampilkan teks lisan misalnya, guru dapat membantu kelancaran mereka bercerita dengan membantu mengingat kata-kata atau pengucapan kata yang terlupakan. Scaffolding talk dan routine dalam berbahasa dapat membantu peserta didik menciptakan suasana aman dan mudah

18

bagi mereka. Omongan guru dan rutinitas ungkapan yang dipakainya membuat peserta didik mudah menebak apa yang akan diungkapkan guru ketika pembelajaran berlangsung . Misalnya, guru selalu mengucapkan salam dan menyapa peserta didik serta mengorganisir situasi kelas dengan menggunakan bahasa sederhana dan mudah dipahami serta dilakukan secara rutin. Hal ini mendorong peserta didik untuk belajar secara maksimal karena perasaan aman dan ringan yang tercipta dari upaya guru dengan scaffolding talk dan kegiatan rutin tersebut. Perkembangan kognitif merupakan pengkonstruksian oleh peserta didik untuk memahami lingkungan mereka. Guru sebaiknya menyediakan diri sebagai model dalam cara menyelesaikan masalah bersama peserta didik. Guru hadir sebagai nara sumber dan bukan menjadi penguasa yang memaksakan jawaban benar, biarkan peserta didik bebas membangun pemahaman mereka sendiri. Guru mengamati pembelajar selama beraktifitas dan mendengarkan secara seksama atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta didik. Peranan Guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta

19

menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok. 2. Peranan Peserta Didik Peserta didik hendaknya tidak menutup diri terhadap lingkungan sekitar, karena inti dari pembelajaran kognitif adalah menuju ke kemampuan peserta didik menganalisis dan menciptakan karya. Selain itu mereka hendaknya meningkatkan rasa ingin tahu terhadap segala jenis pengetahuan ataupun lingkungan sekitar. Sehingga mereka mampu berpikir secara secara ilmiah dan mampu melakukan usaha belajar yang kreatif dan menyenangkan untuk dirinya sendiri maupun dengan teman sebaya. D. Pembelajaran yang Bermakna . Belajar bermakna menurut Ausubel (1963) merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran, yaitu

20

struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sehubungan dengan hal ini, Dahar (1996) mengemukakan dua prasyarat terjadinya belajar bermakna, yaitu (1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, dan (2) anak yang akan belajar harus bertujuan belajar bermakna. Kebermaknaan potensial materi pelajaran bergantung kepada dua faktor, yaitu (1) materi itu harus memiliki kebermaknaan logis, dan (2) gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Langkah-langkah kegiatan yang mengarah pada timbulnya pembelajaran bermakna adalah sebagai berikut. 1. Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik, melainkan juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar siswa. 2. Topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang relevan. 3. Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas langsung dan bersifat bermain yang menyenangkan.

21

4. Dalam proses belajar perlu diprioritaskan kesempatan anak untuk bermain dan bekerjasama dengan orang lain. 5. Bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan yang konkret. 6. Dalam menilai hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek kognitif dengan menggunakan tes tulis, tetapi harus mencakup semua domain perilaku anak yang relevan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian. Rogers (1969) mengemukakan tentang iklim kelas yang memungkinkan terjadinya belajar bermakna, yaitu sebagai berikut. 1. Terimalah peserta didik apa adanya. 2. Kenali dan bina peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri. 3. Usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memilih dan menggunakannya. 4. Gunakan pendekatan inquiry-discovery. 5. Tekankan pentingnya pendekatan diri sendiri dan biarkan peserta didik mengambil tanggung jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya. E. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam Pembelajaran Kognitif. 1. Apakah peserta didik aktif ? Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky

22

tentang pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu mereka dari jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan pemahaman. 2. Peserta didik memahami tergantung pada apa yang dia tahu. Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana dunia bekerja, peserta didik menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering anakanak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian menggambar permukaan datar seperti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi anak-anak mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan bagaimana orang dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga membantu kita melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah pemahaman peserta didik. 3. Membangun pembelajar memahami dari rekaman. Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam ingatan mereka dalam bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya, mereka menggunakan apa yang telah mereka ketahui untuk

23

membangun pemahaman tentang apa yang mereka dengar atau membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk membuat informasi baru dimengerti, mereka secara dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang membayangkan serabi pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa peserta didik membangun pemahaman mereka sendiri (Greeno et al,1996). IV. KESIMPULAN Sebagai seorang pendidik kita harus menyadari bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik, yang nantinya informasi tersebut diolah oleh alat-alat kognisi yang dimiliki oleh pesrta didik. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran harus memberi ruang yang bebas dan luas kepada peserta didiknya untuk mengembangkan kualitas intelektualnya. Pada dasarnya proses pembelajaran adalah suatu sistem, artinya keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh salah satu faktor saja , tetapi lebih ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang ada. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru harus menciptakan pembelajaran yang natural, tidak perlu ada suatu rekaan atau paksaan kepada peserta didiknya. Dalam kegiatan pembelajaran pengembangan meteri harus benarbenar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak hanya bisa dilakukan

24

di dalam ruangan saja tetapi juga bisa dilakukan diluar ruangan dengan cara memanfaatkan alam sekita sebagai wahana tempat pembelajaran. Metode yang dapat digunakan juga tidak harus selalu minoton, metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam pembelajaran menurut teori ini. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran amat dipentingkan karena henya dengan mengaktifkan peserta didik, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Selain itu, seorang guru juga harus mampu memahami dan memperhatikan perbedaan individual anak, arena hal ini merupakan faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran.

25

DAFTAR PUSTAKA Ausubel, D.P. 1963. The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York. Grune & Stratton Publishers Bigge, M.L. 1982. Learning Theories for Teachers. Fourth Edition. Cambridge. Harper & Row. Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Bandung. Erlangga. Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Nurhadi,Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Cet. 1-Malang. Universitas Negeri Malang. Rogers,C.R. 1969. Freedom To Learn. Colombus,OH: Merill. in Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara. Soedjadi, R. 2006. Mengenal Revisi Taxonomy Bloom. Surabaya. PPs Unesa. Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran,. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. Yustiana, Y.R. 2001. Pengalaman Belajar Awal yang Bermakna bagi Anak Melalui Aktivitas Bermain: Implementasi Model Bimbingan dan Konseling Perkembangan pada Siswa Kelas Rendah SD Negeri Merdeka dan SD Negeri Setiabudhi Bandung (hal. 157-164). Psikopedagogia: Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Volume 2 Nomor 3. ABKIN bekerja sama dengan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Uno,

26

You might also like