You are on page 1of 10

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama Usia Jenis Kelamin Agama Suku Bangsa Status Perkawinan Pekerjaan : Ny.P : 51 tahun : Perempuan : Islam : Jawa : Menikah : Pegawai Negri

B.

ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan di Poli kulit kelamin pada hari Selasa tanggal 18 September 2012 pukul 12.30 WIB.

Keluhan Utama : Adanya lenting di punggung sebelah kiri sampai perut sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri pada punggung sebalah kiri hingga perut sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu, nyeri terasa seperti tertusuk jarum. Nyeri terjadi setiap saat. Terdapat lenting berkelompok pada punggung kiri hingga perut kiri. Pasien menyadari lenting timbul sejak tadi malam. Tidak terdapat riwayat demam, pusing, malaise sebelum timbulnya lenting kurang lebih l0 hari yang lalu jadwal kerja pasien

menjadi lebih padat dari sebelumnya, riwayat pemakaian minyak gosok atau balsam disangkal Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien menyangkal pernah mengalami cacar air sewaktu kecil. Pasien tidak memiliki riwayat alergi Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terdapat riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga yang lain

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis o Tanda Vital tanggal 18 September 2012 Tekanan Darah : 150/90 mmHg Nadi : 84 x/menit, irama reguler Suhu Tubuh : 36,5 oC Frekuensi Nafas : 20 x/menit o Keadaan Umum Kesadaran : Compos Mentis Status Gizi : Cukup Status Dermatologi : Lokasi : Punggung kiri sampai perut sebelah kiri UKK : tampak vesikel berkelompok berisi cairan jernih. Dengan dasar kulit eritematosa dan udem.

Diagnose Banding : a. Varisela : varisela disingkirkan karena penyebaran vesikel terutama pada daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan eksktremitas b. Dermatitis kontak iritan : dermatitis kontak iritan dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat pemakian minyak gosok atau balsam c. Dermatitis kontak toksik : dapat disingkirkan karena lesi berbentuk linier, pada bagian tengah terdapat nekrosis, letak kelinan kulit tidak sesuai dengan dermatom Pemeriksaan usulan : percobaan Tzank : sel datia berinti banyak ( + )

D. Penatalaksanaan
Pasien diberikan terapi : 1. R Asiklovir 400 mg 5 dd tab II pc 2. R Nurotropik 2 dd tab I pc 3. R Na Diklofenat 500 mg 2 dd tab I pc 4. R Bedak salycil

E. F.

Prognosis : dubia ad bonam

PENJELASAN

Herpes zoster

Penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Pada infeksi primer menyebabkan penyakit varisela.

Epidemiologi Merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Penyebaran secara aerogen.

Patogenesis Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion (dermatom). Kadang-kadang virus juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.

Gejala klinis Daerah yang sering terkena adalah daerah torakal, lebih sering menyerang orang dewasa, frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama. Sebelum gejala kulit, menimbulkan gejala prodromal (sistemik : demam, pusing, malaise ; maupun lokal : nyeri otot-tulang, gatal, pegal), setelah itu muncul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok eritematosa dan edema. Dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung darah (herpes zoster hemoragik), dapat juga menimbulkan infeksi sekunder. Masa tunas 7 12 hari, masa aktif berupa lesi-lesi baru (lokalisasi unilateral dan dermatomal), dapat juga ditemui pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan nervus trigeminus.

Jenis Herpes Zoster

1. Herpes Zoster Oftalmikus : infeksi terjadi pada cabang pertama nervus trigeminus sehingga menimbulkan kelainan pada mata, kelainan pada cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya 2. Sindrom Ramsay Hunt : gangguan pada nervus facialis dan optikus, sehingga menimbulkan gejala paralisis otot muka ( paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, dan gangguan pengecapan 3. Herpes Zooster Abortif : penyakit berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema 4. Herpes Zooster Generalisata : kelainan kulit unilateral dan segmental

ditambah dengan kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang solitar

Pemeriksaan kulit Lokalisasi : bisa disemua tempat, paling sering di servikal IV dan lumbal II Efloresensi : lesi merupakan kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah eritematosa, unilateral sesuai dermatom

Diagnosis banding : Herpes simpleks : dibedakan melalui biakan virus dalam embrio ayam, kelinci, tikus Varisela : lesi menyebar sentrifugal, disertai demam Impetigo vesikobulosa : lebih sering pada anak-anak, vesikel mudah pecah Dermatitis kontak toksik : lokasi kelainan kuit tidak sesuai dengan dermatom

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Tzanck Dapat dilakukan dengan cara membuat sediaan hapusan yang diwarnai dengan giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapatkan sel datia berinti banyak.

Penatalaksanaan :

Terapi Herpes Zoster A. Terapi Medikamentosa I. Anti virus Dalam penanganan herpes zoster dapat diberikan beberapa anti virus yaitu : a. Asiklovir Mekanisme kerja Asiklovir merupakan analog 2-deoksiguanosin. Asiklovir aktif bekerja setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan cara berkompetensi dengan deoksiguanosin trifosfat sebagai substrat DNA polymerase virus. Jika asiklovir masuk pada tahap replikasi virus maka sintesis DNA akan berhenti. Efek samping Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir oral walaupun jarang, padat menyebabkan mual, diare, ruam, sakit kepala. Dan sangat jarang menyebabkan infisiensi renal b. Valasikovir Valasiklovir merupakan ester el-valil dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi oral. Valasiklovir dengan cepat dirubah menjadi asiklovir melalui enzim valsiklovir hidolase di saluran cerna dan hati. Farmako kinetik Bioavailabilitas oralnya 3 hingg 5 kali diandingkan dengan asiklovir, waktu paruh eliminasinya 2-3 jam. Kurang dari 1% dari dosis valsiklovir ditemuka di urin selebihnya dieliminasi menjadi asiklovir. Mekanisme kerja : sama dengan asikloviir

Efek samping : sama dengan asiklovir Sediaan dan dosis : Untuk herpes zoster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari c. Famsiklovir Mekanisme kerja Famsiklovir dirubah melalui proses hidrolisis pada kedua gugus asetilnya dan oksidasi pada posisi 6-, kemudian bekerja seperti pada asiklovir. Efek samping Umumnya dapat ditoleransi dengan baik, namun dapat

menyebabkan sakit kepala, diare dan mual. Urtikaria dan ruam sering terjadi pada pasien usia lanjut. Dosis Peroral 750 perhari (250 mg tablet tiga kali sehari) dan 1500 mg ( 500 mg tiga kai sehari)
II. Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster. : a. Asam mefenamat Asam mefenamat merupakan golongan NSAID, asam mefenamat digunakan sebgai analgesik, anti-inflamasi Mekanisme kerja : Menghambat enzin siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Efek samping : Efak samping terhadap saluran cerna sering menimbulkan dyspepsia, diare, iritasi mukosa lambung.

b. Amitriptilin Mekamisme kerja : Menghambat ambilan kembali neurotransmiter di otak yaitu noerepinefrin dan serotonin, menghambat kanal kalsium serta sebagai antagonis NMDA (N-methyl-D aspartic acid); dimana diketahui bahwa nyeri juga ditransmisikan melalui reseptor NMDA di susunan saraf pusat.

Efek samping : Efek samping yang biasa dijumpai antara lain: mulut kering, fatigue, dizziness, sedasi, konstipasi, retensi urin, palpitasi, hipotensi ortostatik, kenaikan berat badan, penglihatan kabur dan pemanjangan QT. Penggunaan obat golongan ini harus lebih hati-hati pada orang tua dan pasien dengan riwayat aritmia kordis atau penyakit jantung Dosis dan sediaan Tersedia dalam bentuk tablet10 dan 25 mg dan dalam larutan suntik 100 mg/ 10 ml. dosis permulaan biasanya 75 mg sehari. Dosis ini biasanya ditingkatkan sampai timbul efek teraupetik, biasanya antara 150 mg- 300 mg sehari. I. Imunomodulator

B. Terapi Non Medikamentosa a. Istirahat b. Jaga kebersihan kulit Pentingnya menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder c. Jaga vesikel agar tidak pecah Jika vesikel pecah dapat menimbulkan infeksi sekunder sehingga penting untuk menjaga agar vesikel tidak pecah dengan cara pemberian bedak salisil 2 %, bila pada vesikel yang pecah terdapat infeksi sekunder maka dapat diberikan antibiotik lokal

Komplikasi Neuralgia Pascaherpatik : rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakit sembuh. Nyeri dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Makin tua makin tinggi prevalensinya sekitar 10-15%

a. Terapi Nyeri Pasca Herpes

Penatalaksanaan NPH meliputi pencegahan dan pengobatan walaupun masih terdapat perdebatan dalam kedua hal ini.10 Saat ini belum ada profilaksis yang pasti untuk mencegah NPH, namun karena NPH merupakan sekuele dari HZ maka pencegahan pada HZ merupakan hal yang penting Pencegahan Penanganan HZ yang adekuat dengan terapi antivirus maupun analgesik dapat memberikan keuntungan dalam mencegah NPH sehingga pengenalan gejala HZ secara dini merupakan hal yang sangat penting. Strategi dalam pengelolaan pencegahan terhadap NPH meliputi pemberian obat antivirus, pengendalian nyeri secara adekuat terhadap neuralgia, dan vaksinasi. Pemberian obat antivirus dalam 72 jam setelah awitan HZ akut dapat menurunkan intensitas dan durasi NPH. Hal ini disebabkan karena pemberian antivirus pada awal terapi dapat menurunkan kerusakan saraf akibat infeksi HZ. Pengendalian nyeri akut secara adekuat penting dilakukan karena Semakin berat nyeri HZ akut merupakan salah satu faktor risiko terjadinya NPH, dan nyeri akut berperan dalam sensitisasi sentral yang akan berlanjut menjadi nyeri kronik. Dalam pengendalian nyeri akut dapat diberikan analgetik dan kortikosteroid.

Terapi I. Sistemik a. Menurut FDA dapat diberikan pregabalin dosis awal 2 x 75 mg sehari, setelah 3-7 hari bila responnya kurang dapat dinaikan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis maksimum 600 mg sehari. Efek samping berupa dizziness dan somnolen yang akan menghilang dengan sendirinya. b. Anti depresi trisiklik misalnya nortriptilin dan ampitriptilin. Dosis awal ampitriptilin ialah 75 mg sehari kemudian ditingkatkan sampai timbul efek terapeutik, biasanya antara 150-300mg sehari. Dosis nortiptilin ialah 50150mg sehari.

II.

Topikal Anastesi topikal berupa Lidokain, sediaan patch lidokain 5 %, 5 % gel krim.

III.

Dapat dicoba akupuntur untuk menangani NHP

Prognosis : Baik

10

You might also like