You are on page 1of 16

BAB 3 LAPORANKASUS 3.1 IDENTITAS PASIEN a. Nama b. Umur c. Jenis Kelamin d. Agama e. Suku f. Pendidikan g. Pekerjaan h.

Status Perkawinan i. Alamat j. Kunjungan ke Puskesmas k. Kunjungan ke rumah 3.2 ANAMNESIS a. Keluhan utama b. Keluhan tambahan : Kepala pusing : kelelahan, jantung berdebar-debar, susah tidur : Ny. M : 58 tahun : Perempuan : Islam : Aceh : SD (tidak tamat) : Binatu : Menikah/Janda : Desa Kp. Baro, Lhoksukon : 03 Januari 2014 : 04 Januari 2014

c. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan kepala pusing dan tengkuk terasa pegal sejak 2 hari yang lalu sebelum berobat ke Puskesmas Lhoksukon. Nyeri kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai rasa pegal dan kaku pada leher dan bahu yang bersifat hilang timbul terutama jika kurang istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh sering sulit tidur, merasa gelisah dikarenakan banyak pikiran yang membebaninya. Pasien juga merasa sering melihat hal-hal ghaib pada saat

22

23

tidur malam hari sehingga menambah ketakutan dan sulit tidur. Keluhan lainnya pasien merasa mudah capek dan lelah terutama saat mencuci pakaian dan berjalan serta jantungnya yang dirasakan berdebar-debar. Pasien tidak ada keluhan mual, muntah, nafsu makan tidak ada masalah, tidak ada gangguan BAB dan BAK. Pasien mengaku telah menderita tekanan darah tinggi sejak 4 tahun yang lalu dan sering berobat ke Puskesmas Lhoksukon untuk berobat mengontrol tekanan darahnya. d. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi (+) 4 tahun yang lalu, riwayat gout arthritis (+), Riwayat dyspepsia (+), Riwayat DM (-), Riwayat Penyakit jantung (-), Riwayat alergi (-). e. Riwayat pemakaian obat : Pasien mengkonsumsi obat anti hipertensi yang didapat dari Puskesmas, ex: Captopril 12,5 mg. f. Riwayat penyakit keluarga : Dari keluarga diketahui ayah pasien juga menderita hipertensi.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK a. Status Present Keadaan umum Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi napas : Baik : 150/90 mmHg : 84x/i, regular : 16x/I, teratur

IMT : 50 kg/(1,58 m)2 : 20 kg/m2 Kesan : Normoweight

24

b. Status Generalis Tengkorak Mata : dalam batas normal : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor Hidung Telinga Mulut : simetris, NCH (-), rhinorea (-/-), deviasi septum (-/-) : serumen (+/+), othorea (-/-), : caries (-), lidah normal, pembangkakan tonsil (-), vesikel

(+) a/r palatum molle Leher Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : tidak ada pembangkakan KGB leher : : Ictus cordis tidak terlihat : Ictus cordis teraba di ICS V dua jari medial MCL sinistra : Batas atas : ICS III MCL sinistra Batas kanan : ICS IV parasternal line dextra Batas kiri : ICS V dua jari medial MCL sinistra Auskultasi : M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2, bising jantung (-) Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen : : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris : Stem fremitus simetris kanan dan kiri : Sonor pada seluruh lapangan paru : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), rhonki (-/-) :

25

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Ekstremitas

: simetris, tidak terdapat pembengkakan : soepel, nyeri tekan (-), hepar, lien, renal tidak teraba : timpani : bising usus (+) normal : edema (-), sianosis (-),

3.4 RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK DIAGNOSIS Darah Rutin Pemeriksaan Tzanck Tas Kultur

3.5 Diagnosis Banding Varicella Herpes zoster Impetigo bulosa

3.6 Diagnosa Kerja Varicella 3.7 Terapi Puskesmas Cefadroxil tab 2 x 500 mg Paracetamol tab 3 x 500 mg Vit C tab 3 x 100 mg B-complex 3x1 3.8 Prognosa Dubia Ad vitam Dubia Ad fungsionam : ad bonam : ad bonam

26

Dubia Ad sanationam

: ad bonam

3.9 FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN FISIK DARI PENYAKIT 1. Tempat perternakan (kandang) tidak memenuhi kriteria yaitu berada 5 m dengan dapur pasien sehingga kotoran hewan yang diterbangi angin dapat dengan mudah mencemari makanan yang telah dimasak. 2. Pemamfaatan air bersih yang tidak memenuhi syarat fisik atau kimia yaitu air sumur tanah yang berwarna kekuningan dan berbau yang masih digunakan pasien untuk keperluan mencuci dan memasak.. 3. Tidak tersedianya tempat pembuangan tinja/kakus , sehingga pasien membuang hajat hanya didalam tempat yang terbuat dengan papan tanpa ada kakus dan tempat penampungan, sehingga tinjanya terkontaminasi dengan udara luar. 4. Bak penampungan air yang digunakan pasien untuk mandi belum memenuhi kriteria karena dibuat sangat rendah, tidak di semen, dan dekat dengan tempat pasien buang hajat. 5. Ventilasi kamar pasien yang kurang serta jendela kamar yang tidak difungsikan membuat kamar pasien tidak ada pencahayaan yang cukup, kelihatan pengap dan gelap. 6. Kondisi tanah dilingkungan rumah pasien sangat lembab dan banyaknya kotoran hewan ternak. 3.10 FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN BIOLOGIS DARI PENYAKIT Mikroorganisme yang mendukung terjadinya Varicella adalah Virus Varicella zoster (VVZ) tersubut

27

3.11

FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN SOSIAL DARI PENYAKIT

a. Sosial Ekonomi Ayah pasien bekerja sebagai petani dan ibunya sebagai ibu rumah tangga, menanggung 5 orang anak yang belum mandiri, penghasilan Rp.1.200.000,-Biaya pengobatan ditanggung pribadi. Kesan : Sosial ekonomi kurang (menengah kebawah). b. Pendidikan dan Pengetahuan Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang kurang mengenai prilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga menyebabkan pasien mengalami penyit Varicella. c. Akses pelayanan kesehatan Jarak antar rumah dan puskesmas tidak jauh namun masih kurangnya kesadaran pada pasien untuk segera berobat dan keterbatasan biaya (transport) ke puskesmas. 3.12 PENENTUAN MASALAH KESEHATAN Penentuan masalah kesehatan penyakit varicella ialah: a. Cacar air ( Varicella/ chickenpox) merupakan suatu penyakit infeksi yang cepat menular. Penyebab utamanya adalah virus Varicella zoster, bisa menular pada orang dewasa, anak-anak, maupun bayi. Pada pasien ini tertularnya penyakit ini dapat dari oral udara atau sekresi respirasi atau melalui transfer langsung dari lesi kulit dari keponakan pasien. b. Ketahanan tubuh pasien yang berkurang sehingga virulensi kuman dengan cepat berperan dalam penyebaran penyakit ini

28

c. Lingkungan rumah yang tidak sehat sehingga virus yang rentan panas di mana pada kelembaban udara yang tinggi virus cenderung cepat bertransmisi d. Rendahnya tingkat pengetahun akan komplikasi dari penyakit Varicella sering mengakibatkan angka kematian yang tinggi, hasil penelitian satu studi menunjukkan bahwa hampir 1:50 kasus varicella yang terkait dengan komplikasi. Di antara sebagian besar komplikasi serius varicella pneumonia dan ensefalitis e. Tidak adanya pemberian vaksin dasar serta imunisasi tambahan pada pasien, di Indonesia sendiri untuk vaksinasi varicella belum dilakukan karena alasan ekonomi dan logistik. 3.13 UPAYA PROMOTIF PADA VARICELLA Adalah upaya penyuluhan yang bertujuan untuk merubah kebiasaan yang kurang baik dalam masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan aktif dalam bidang kesehatan. Dalam kasus ini, upaya promotif yang dapat dilakukan yaitu: a. Pada pasien dengan varicella mengingat patofisiologi varicela yaitu virus Varicella zoster yang menular lewat kontak langsung dengan kulit, inhalasi, dan droplet dari saluran pernafasan, maka menghindari kontak dengan penderita cacar perlu dilakukan b. Menginformasikan kepada keluarga dan pasien bahwa virus varicella ini sendiri dapat tinggal di dalam tubuh penderita, dan kemungkinan setelah

29

penyakit ini sembuh bisa timbul penyakit lain yang timbul seperti neuralgia post herpetik dan herpes zoster. c. Pada masyarakat diperlukan imunisasi untuk pencegahan penyakit varisela ini. d. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan dengan mandi teratur dan tidak terpengaruh mitos bahwa cacar air tidak boleh mandi. e. Menganjurkan untuk menkomsumsi makanan yang mengandung cukup bahan bakar (energi) dan semua zat gizi, dengan memperhatikan jenis, dan variasi makanan. Jika perlu menkomsumsi multivitamin. f. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang prilaku hidup bersih dan sehat untuk menjaga kebersihan dirinya. g. Menganjurkan untuk menggunakan sumber air yang bersih,apabila menggunakan sumur tanah airnya harus disaring terlebih dahulu dan dimasak sebelum diminum. h. Menganjurkan untuk tempat perternakan agar lebih jauh dari tempat tinggalnya. 3.14 UPAYA PREVENTIF PADA VARICELLA Adalah usaha-usaha untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan mencegah terjangkitnya penyakit tersebut. Ada tiga tingkat upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan primer merupakan tingkat pencegahan awal untuk menghindari atau mengatasi faktor resiko. Pencegahan sekunder untuk deteksi dini penyakit sebelum penyakit menimbulkan gejala yang khas. Pencegahan tertier dengan melakukan tindakan

30

klinis untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui. Terdapat beberapa upaya preventif yang perlu diedukasikan kepada pasien dan orangtuanya mengenai varicella agar tidak menimbulkan komplikasi lain yaitu: a. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah. b. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. c. Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan. d. Minum obat secara teratur dan segera dibawa ke dokter apabila ditemukan gejala komplikasi lain seperti ; panas tidak turun, timbul infeksi, dll.

3.15

UPAYA KURATIF PADA VARICELLA Adalah upaya untuk mendiagnosis seawal mungkin dan mengobati secara

tepat dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit. Upaya kuratif yang dilakukan pada penderita ini meliputi: a. Istirahat tirah baring dan perawatan professional dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Perlu dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai serta hygiene

31

perorangan. Ruang khusus diperlukan untuk pencegahan penularan ke anggota keluarga lain. b. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif) Pemberikan makanan berserat dan mudah dicerna, dan mengandung zat gizi tinggi. Vitamin sebagai imunomodulator dan neurotropik diperlukan untuk meningkatkan ketahanan tubuh pasien. Antipiretik diberikan yaitu asetaminofen yang dapat menurunkan demam dan nyeri pada pasien. Dengan dosis 500-650 mg/ setiap kali pemberian secara peroral dan diberikan setiap 4-6 jam apabila diperlukan (jika demam), vitamin C 100mg, dan Vitamin B-complex diberikan untuk meningkatkan imunitas, dan mengurangi gejala neural. Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin ataupun menggunakan PK 1% yang dilarutkan kedalam air mandi dan bisa juga dioleskan losion kalamin, antihistamin atau losion lainnya yang mengandung mentol atau fenol c. Antiviral Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu penyembuhan akan lebih singkat. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam setelah erupsi dikulit muncul. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan famasiklovir. Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster : Pubertas dan dewasa :

32

- Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari. - Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari. - Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari

3.16

UPAYA REHABILITATIF PADA VARICELLA

a. Istirahat yang cukup selama dirawat di rumah. b. Menjaga kualitas dan kuantitas makanan sehari-hari di rumah, agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi dengan baik dan pasien memiliki daya tahan tubuh yang baik pula sehingga tidak mudah terserang

penyakit.Memakan makanan bergizi. c. Menganjurkan menjaga hygienitas pakaian, tempat tidur, rumah untuk mencegah penularan pada orang sekitar. Agar pasien tidak minder / menutup diri dari pergaulan karena merasa dikucilkan karena penyakitnya d. Memberikan edukasi kepada pasien bahwa penularan tidak akan terjadi apabila luka sudah kering, dan obat telah diminum secara teratur. Untuk bekas luka/lesi itu sendiri akan sembuh secara sendirinya. 3.17 UPAYA PSIKOSOSIAL PADA VARICELLA Adalah aspek yang berkaitan dengan emosi, sikap, pengetahuan, perilaku, keterampilan, nilai-nilai sosial budaya, kepercayaan, dan adat istiadat dilingkungan sekitar. a. Pengetahuan keluarga tentang kesehatan yang kurang

33

Pengetahuan pasien dan keluarga mengenai kesehatan yang kurang menyebabkan kurangnya perhatian terhadap makanan dan penyakit yang timbul. b. Untuk masalah ventilasi, pencahayaan dan kebersihan rumah yang kurang, diedukasikan kepada orangtua agar dapat memperbaiki ventilasi dan pencahayaan serta menjaga kebersihan rumah. Rumah sehat harus memiliki ventilasi dengan luas >10% dari luas lantai. Pencahayaan harus baik, dengan kategori dapat membaca dalam rumah dengan normal tanpa membutuhkan bantuan lampu. c. Lingkungan yang meliputi wilayah yang lebih luas. Meliputi

kebijaksanaan pemerintah daerah maupun informasi yang bisa diperoleh seperti dari surat kabar maupun televisi. Pada kasus ini kurangnya akses tentang pengetahuan higienitas diri, penularan penyakit, menyebabkan ketidaktahuan keluarga dan keterlambatan dalam penanganan. d. kebijakan pemerintah, sosial budaya masyarakat, dan lembaga non

pemerintahan yang ikut andil. Dalam kasus ini terutama tentang kebijakan imunisasi wajib dan imunisasi tambahan (varicella). e. Memberi motivasi kepada pasien untuk mengubah kebiasaan sehari-hari menuju prilaku hidup bersih dan sehat.

34

35

36

37

You might also like