You are on page 1of 12

Pengelolaan Kemitraan SMK LATAR BELAKANG Rendahnya relevansi dan daya saing lulusan dalam tataran global berdasarkan

laporan UNDP, TIMSS, dan AEEAI (Alfian, 2007), serta hasil survey The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) tentang tenaga kerja yang menunjukkan rendahnya mutu tenaga kerja Indonesia (Jalal, 2007). Indikator mutu SDM yang diukur melalui Human Development Index (HDI) sampai dengan tahun 2007 juga menunjukkan Indonesia masih berada pada posisi rendah bila dibandingkan dengan 179 negara lainnya seperti Thailand, Malaysia dan Philipina (Anan & Susanti, 2007). Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah pengangguran terdidik yang jumlahnya sangat besar. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,41 persen sebesar 8.32 juta orang, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen sebesar 8,14 persen sebesar 8,96 juta orang dan Agustus tahun 2008 sebesar 9,39 juta orang. (BPS,2011). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu subsistem pendidikan dalam pendidikan nasional dan sekaligus merupakan subsistem dari sistem pembangunan nasional sebagai jenjang pendidikan terminal mempunyai peranan penting dalam menyiapkan tenaga kerja yang profesional tingkat menengah dalam mengisi keperluan pembangunan nasional, (Depdiknas, 2002).. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 15 berbunyi bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Seharusnya SMK memang sudah harus berbenah untuk meningkatkan mutu serta relevansinya dengan kebutuhan dunia kerja serta produk pasar. Bertolak dari paparan di atas, tamatan SMK lebih diproyeksikan untuk memasuki dunia kerja. Melalui pembekalan ilmu dan teknologi, sikap profesional, dan kompetensikompetensi kejuruan, diharapkan tamatan SMK tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja dari segi jumlah, akan tetapi yang lebih penting adalah memiliki berbagai jenis keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Mewujudnyatakan tujuan di atas tidak mudah, apabila model penyeleng-garaan pendidikan hanya dilakukan di sekolah saja. Selengkapnya apapun peralatannya, kegiatannya masih tetap bersifat simulasi (tiruan). Proses belajar yang bersifat simulasi tidak akan pernah mencapai keahlian yang berkualitas profesional. Dunia industri sebagai pengguna tamatan akan semakin jauh menutut kompetensi tenaga kerja yang berkualitas. Kebiasaan sistem kerja telah membentuk dunia kerja yang bercirikan budaya kerja pada industri. Sedangkan kegiatan praktek siswa dilakukan hanya sekadar formalitas untuk memenuhi standar mutu minimal yang harus dicapai. Penyelengaraan pendidikan belum berorientasi ke dunia luar dan belum dapat mengantisipasi perkembangan kebutuhan pasar kerja ( Yunus, 2008:4 ). Berdasarkan uraian di atas, pelibatan dunia usaha/dunia industri untuk berperan serta dalam keseluruhan proses pendidikan, mulai dari penyusunan program pendidikan, pelaksanaan, evaluasi sampai pada pemasaran tamatan menjadi sangat penting dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di SMK. Pelibatan dunia usaha/industri pada penerapan kebijakan Lingk and Macth sudah dilakukan berupa program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Di samping untuk meningkatkan kebermaknaan melalui proses pendidikan yang efektif dan efisien, juga dalam memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja di industri sebagai bagian dari proses pendidikan (Depdikbud, 2005). Pengembangan serta pengelolaan SMK semestinya memperhatikan tuntunan pasar (market driven) dimana belakangan ini segala bentuk pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan tinggi harus berorientasi pada kesempatan kerja yang tersedia ( job oppurtunity oriented ) sehingga secara dini angka penganguran bisa dikendalikan. Kenyataan di lapangan tuntutan pasar kerja sering terabaikan karena pelaksaanaan program kemitraan SMK dangan dunia kerja belum optimal. Kemitraan dalam proses penyusunan RKS, RKAS dan KTSP, ini sudah dianggap suatu yang rutin dilakukan sehingga pihak sekolah kurang tanggap akan inovasi inovasi yang terjadi di dunia kerja.Inovasi inovasi ini sering tidak terakomodasi dalam pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan pada konteks penelitian maka penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk menjelaskan pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja di SMK Negeri 1 Sukawati, SMK Negeri 5 denpasar, SDMK negeri 1 Sukasada sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimanan pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam memberdayakan lingkungan sehingga menghasilkan lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja?

1.2.2

Bagaimana pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam menyediakan input yang diperlukan sekolah sehingga menghasilkan lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja ?

1.2.3

Bagaimana pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam melaksanakan pembelajaran sehingga menghasilkan lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja ?

1.2.4

Bagaimana pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengelola output sesuai dengan kebutuhan dunia kerja ?

1.2.5

Bagaimana penglolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengumpulkan dan merefleksikan informasi tentang outcome untuk keberlangsungan hidup sekolah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja?

METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Di bidang pendidikan, pendekatan kualitatif seringkali disebut dengan penelitian naturalistik. Dengan pendekatan tersebut kemitraan SMK dengan dunia kerja diamati dalam keutuhannya dan sebagaimana terjadi secara alamiah (natural) di lokasi penelitian. Penelitian ini tergolong dalam rancangan studi multisitus dengan metode induktif analitik termodifikasi (Bogdan & Biklen, 1982), dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, dilakukan beberapa kali pengumpulan data pada latar atau situs pertama. Hasilnya selanjutnya dianalisis, sehingga menghasilkan teori sementara tentang pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja berdasarkan rincian fokus penelitian. Kemudian dilakukan pengumpulan data pada latar atau situs kedua. Hasilnya kemudian dianalisis dan dikomparasikan dengan atau digunakan untuk memperluas teori sementara dari pengumpulan data pada latar pertama. Dengan demikian diperoleh teori sementara lagi, namun lebih luas tentang pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja. Kemudian pengumpulan data dilanjutkan pada latar ketiga, hasilnya dianalisis, dikomparasikan dengan atau digunakan untuk memperluas teori sementara yang dihasilkan dari pengumpulan data pada latar pertama dan kedua. Dengan demikian diperoleh teori dengan generalisasi yang lebih luas lagi. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview), observasi berperan serta (observation participant), dan studi dokumentasi (study of documentation). Ketiga teknik ini merupakan teknik-teknik dasar yang lazim digunakan

dalam penelitian kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982). Data penelitian kualitatif seringkali berupa kata-kata dan tindakan-tindakan orang yang memungkinkan peneliti untuk menangkap bahasa dan perilaku. Selama pengumpulan data dibuat catatan lapangan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data (Bogdan & Biklen, 1982). Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposif, dengan memilih orang-orang yang dianggap tahu tentang fokus masalah secara mendalam dan dapat dipercaya untuk dijadikan sumber data, dan teknik ini dipadukan dengan teknik bola salju (snowball sampling) (Miles & Huberman, 1992 ) yaitu meminta informan pertama atau sebelumnya untuk menunjukkan orang-orang lain yang dapat dijadikan informan berikutnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai informan kunci, wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, guru-guru, siswa, komite sekolah, dan staf tata usaha. Sumber data dari dokumen dipilih berdasarkan relevansinya dengan tujuan penelitian. Ketika akan mengunjungi lokasi maupun informan, waktu dan kondisi setempat menjadi pertimbangan peneliti. Data yang telah terkumpul melalui berbagai teknik itu, lalu dicek keabsahannya, dengan cara seperti kriteria yang dianjurkan Lincoln & Guba (1985), yaitu (1) kredibilitas dengan pengamatan terus menerus, diskusi teman sejawat dan member check, (2) transferabilitas dengan memberikan deskripsi secara rinci tentang temuan-temuan penelitian, (3) dependabilitas dengan meminta beberapa orang audititor untuk mengauditnya, dan (4) konfirmabilitas, yaitu penilaian hasil penelitian oleh pakar. Setelah diperiksa, data tersebut selanjutnya dianalisis. Ada dua macam analisis data yang dilakukan, yaitu (1) analisis dalam situs, dan (2) analisis lintas situs. Analisis data dalam situs adalah analisis data setiap sekolah yang dijadikan situs penelitian. Penganalisisannya dimulai sejak atau berbarengan dengan pengumpulannya, yaitu setelah empat atau lima kali dilakukan pengumpulan data. Sedangkan analisis data lintas situs adalah pemaduan temuantemuan yang dihasilkan dari beberapa situs penelitian. Sesuai dengan metode penelitian ini, sebagaimana ditegaskan di atas, penganalisisannya dilakukan dengan menggunakan metode induktif analitik termodifikasi. HASIL

Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil penelitian yang diformulasikan dalam bentuk proposisi sebagai berikut. a) Kemampuan ekonomi, tingkat pendidikan, akomodasi sekolah terhadap keinginan orang tua, dan intensitas sosialisasi program sekolah pada orang tua siswa, berpengaruh terhadap dukungan masyarakat pada pendidikan di sekolah. b) Kepercayaan masyarakat serta pemerintah daerah terhadap sekolah dipengaruhi oleh terakomodasinya tuntutan inovasi DUDI dan Pemda dalam Renstra, KTSP, dan KBM oleh pihak sekolah. c) Berkembang tidaknya sekolah dipengaruhi oleh kualitas dan daya inovasi kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta perhatian pemerintah daerah terhadap sekolah tersebut. d) Latar belakang keluarga siswa, proses seleksi siswa, dan latar belakang pendidikan tenaga pendidik/guru mempengaruhi kualitas proses dan hasil belajar mengajar. e) Penyusunan KTSP serta revisi tahunan melibatkan seluruh stakeholder sekolah untuk menghasilkan kurikulum sesuai standar isi, proses dan satandar penilaian serta keunggulan sekolah. f) Lengkap tidaknya sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah SMK, merupakan optimalisasi kemitraan dengan dunia usaha dan industri sangat mempengaruhi kualitas dan mutu pembelajaran siswa. g) Integrasi antara kemampuan teori dan kemampuan praktek siswa dipengaruhi oleh adanya kerjasama yang bagus antara guru dan siswa, sarana prasarana yang dimiliki DUDI, kesepakatan antara sekolah dengan DUDI tentang pengaturan waktu dan jumlah siswa praktik, serta seringnya siswa dalam mengikuti event event perlombaan. i) Adanya kemitraan yang saling menguntungkan antara sekolah dan DUDI, akan menjadikan tenaga kerja sebagai produk SMK yang siap kerja dengan kompetensi sesuai kebutuhan dunia kerja. j) Kemampuan siswa setelah melaksanakan magang/praktek merupakan awal keberhasilan memenangkan persaingan peluang kerja baik dalam bentuk taching factory maupun transfer skill disamping mendapatkan penghasilan tambahan. k) Pameran terbuka (Open Promotion ) baik di sekolah atu di luar sekolah merupakan tanggung jawab soaial akan apa yang telah di ajarkan di sekolah dan apa yang telah diperoleh siswa selama di SMK. l) Adanya kemitraan yang terjadi di semua tahap pengelolaan sekolah, menyebabkan tumbuhnya keyakinan lulusan SMK akan mampu bekerja dengan maksimal dan dapat terserap di dunia kerja, pemda, dan perguruan tinggi sesuai dengan keahliannya. PEMBAHASAN Ditinjau dari sudut manajemen pendidikan, Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja merupakan bagian dari manajemen pendidikan nasional yang khusus diterapkan di SMK, terutama terkait dengan pengelolaan lingkungan , input, proses, produk serta

outcome yang bertujuan untuk melakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas secara berkesinambungan di tingkat sekolah dengan memberdayakan seluruh sumber daya secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan tamatan yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi serta siap terjun kedunia kerja. Temuan in sejalan dengan pendapat para ahli manajemen seperti Hitt, Duane & Hoslisson (Xaviery, 2007), yang melihat bahwa salah satu input strategis bagi langkah maju sebuah perusahaan adalah membentuk konsep yang berbasiskan sumber daya manusia demi suatu profitabilitas yang tinggi. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengelolan lingkungan menyiapkan input untuk mencapai keberhasilan dalam proses serta produk yang bisa diterima oleh dunia kerja, sejalan konsep manajemen berbasis sekolah oleh Mulyasa (2007: 50), bahwa tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: 1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik; 2)memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; 3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Konsekuensi utama dari desentralisasi pendidikan saat ini, bahwa kepala sekolah harus mampu sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan yang berbasis lingkungan, keperluan masyarakat luas, atau stakeholders pendidikan (Chan & Tuti, 2005). Berkembang tidaknya sekolah tergantung pada akomodasi sekolah terhadap aspirasi lingkungan sekolah dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja. Temuan ini sejalan dengan pendapat Abdulrachman dan Suryosubroto, 2004 banwa hubungan dengan masyarakat adalah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh aspirasi, simpati, pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan, dukungan dari publik; sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. Pengelolaan lingkungan dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja tidak ditemukan dokumen yang melandasi kemitraan yang sudah berlangsung. Kenyataan menunjukkan bahwa implementasi model pengelolaan itu belum dilakukan secara berkelanjutan (unsustainably). Ini berarti bahwa implementasi sebuah kebijakan termasuk pengelolaan kemitraan menghadapi tantangan yang tidak ringan terutama menyangkut perubahan yang harus dilakukan di sekolah. Temuan ini tidak sejalan dengan pendapat Syafaruddin (2008), setiap pengelolaan melahirkan pedoman, aturan, dan prosedur penyelenggaraan pendidikan.

Pengelolaan Input dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang meliputi proses seleksi siswa, penyusunan serta revisi KTSP dan penyiapan tenaga pendidikan, tenaga pendidik/guru serta sarana prasarana dari perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi mendukung penglolaan kemitraan. Temuan ini sesuai dengan pendapat Lendrum, 2003 sebelum melaksanakan pengelolaan kemitraan SMK dengan dudi kerja, maka pelaksana (aktor) harus memahami prinsip, nilai, dan konsep dasar yang harus diperhatikan. Prinsip yang sangat penting dan tidak dapat ditawar-tawar dalam menjalin kemitraan adalah saling percaya antar institusi/ lembaga yang bermitra. Dukungan input sumberdaya manusia dalam kemitraan SMK dengan dunia kerja sejalan dengan pendapat Rogers, 1983 bahwa pelaku kemitraan di sekolah harus mengetahui dan memahami tentang kebijakan kemitraan yang akan diimplementasikan dengan cara melakukan sosialisasi, karena komunikasi dalam kegiatan pengenalan pembaruan pendidikan memang merupakan tahap awal dalam proses pengembangan. Berkaitan dengan rumitnya pengelolaan kebijakan kemitraan SMK dengan dunia kerja, maka sudah saatnya para penyelenggara pendidikan dari tingkat pusat, daerah sampai kepala sekolah memahami jejaringan kebijakan pendidikan, karena implementasi perubahan pendidikan membutuhkan adanya change in practice (Fullan, 1991), artinya implementasi suatu kebijakan baru sering memerlukan individu-individu untuk mengubah pola pemikiran dan perilaku yang sudah terbentuk dengan baik (Duke & Canady, 1991). Pengelolaan Proses dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang meliputi proses pembelajaran dari perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi mendukung proses pembelajaran baik di sekolah dan di dunia industri sehingga mampu menghasilkan produk terintegrasi baik akademik dan non akademik yang memenuhi harapan dunia kerja. Lomba lomba yang didikuti siswa baik perorangan dan kolektif mampu menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan pasar. Pelaksanaan teaching factory sangat membantu menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa sehingga produk sekolah siap untuk bersaing di pasar kerja. Pelaksanaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang dikelola oleh kepala sekolah di ketiga situs penelitian merupakan kebijakan kepala sekolah. Pelaksana atau tim Prakerin sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang telah dibagi dalam struktur. Temuan ini mendukung teori Lineberry (1973), Gunn (1986), dan Smith (2003), bahwa dalam implementasi kebijakan pendidikan diperlukan badan atau unit pelaksana, struktur pelaksana dan staffing agen sebagai agen pelaksana yang bertanggung jawab dengan

pelaksanaan kebijakan. Para petugas ini memiliki wewenang (authority) untuk melaksanakan inovasi dan kreasi terhadap pencapaian mutu pendidikan lebih baik, di samping mengatasi masalah-masalah yang mucul ketika kebijakan diimplementasikan. Charters & Jones (dalam Hendarman, 2002), bahwa setiap perubahan pada sektor pendidikan seharusnya diikuti dengan upaya mengamati berbagai bentuk operasional di lapangan sebagai tindak lanjut dan implikasi dari kebijakan tersebut. Untuk bisa melaksanakan kemitraan dengan baik semua sumberdaya yang terlibat harus: (1) terpancang dalam sikap kedermawanan, perspektif, pemberi dukungan yang mendapatkan kesenangan dalam memperluas hubungan melampui pemenuhan kebutuhan atau persyaratan; (2) berlandaskan kepercayaan; (3) dukungan tujuan bersama; (4) persekutuan yang dijalin dengan kejujuran; (5) keseimbangan; dan (6) keindahan dimana semangat kemitraan merupakan aliran artistik yang memberikan setiap peserta rasa pengenalan dan kesantaian. (Chip R Bell ,1997 ) SMK bukanlah suatu selfsufficient institution, terlebih dalam dunia yang terbuka oleh sebab itu dibutuhkan kerja sama dalam bentuk kemitraan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja . Dengan kerja sama, maka sumber sumber yang tersedia akan saling melengkapi sehingga terjadi efisiensi dalam penglolaan pendidikan ( Tilar, 2000)

Pengelolaan Output dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang berkaitan dengan bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan serta mengevaluasi kualitas hasil produksi dan kreatifitas siswa dalam mengerjakan tugas sekolah baik akademik dan non akademik seperti lomba-lomba yang bersifat kolektif dan perorangan, serta pembuatan produk mandiri di rumah, yang pada kelanjutannya akan membawa nama harum sekolah. Pengelolaan output secara terpadu oleh pihak sekolah dan industri dalam bentuk promosi terbuka (open promotion ) secara berkelanjutan dapat memperbaiki produk sekolah serta mempertahankan kelangsungan hidup sekolah. Pengelolaan Outcome dalam pengelolaan kemitraan dengan SMK dengan dunia kerja berkaitan pengumpulan dan merefleksikan informasi untuk kelangsungana hidup sekolah. bagaimana lulusan SMK dapat terserap dalam dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya dan mampu menciptakan kreatifitas-inovasi baru, serta bila ingin melanjutkan ke bangku kuliah akan lebih berprestasi. Kemitraan yang terjadi di semua tahap pengelolaan sekolah, menyebabkan tumbuhnya keyakinan lulusan SMK untuk bekerja dengan maksimal dan dapat terserap di pasar kerja dan pemda sesuai dengan keahliannya. Keberlanjutan kemitraan dengan dunia industri memudahkan sekolah dalam mengumpulkan dan merefleksi informasi

outcome lulusan dalam perencanaan sekolah selanjutnya. Adanya kesan negatif bagi siswa jika alumni menekuni pekerjaan di luar kompetensi yang mereka miliki. Terciptanya kebanggaan jika ada alumni berhasil menunjukan kinerja yang luar biasa, baik di industri sebagai pengusaha sukses, maupun di pendidikan tinggi sebagai mahasiswa berprestasi sehingga adanya inspirator dan sponsor dalam mengembangkan sekolah selanjutnya. Keberadan outcome ini sangat penting untuk menumbuhkan budaya prestasi baik akademik dan non akademik serta semangat kewirausahaan bagi siswa calon pengusaha. Dalam pengelolaan outpu dan oucome sejalan dengan dengan pendapat Levine bahwa dalam implementasi kebijakan publik para pelaksana kebijakan dituntut untuk memiliki responsifitas yang tinggi terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Pengertian responsifitas, merupakan kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyususn agenda dan prioritas pelayanan dalam pengembangan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat . Dari semua aspek pengelolaan kemitraan SMK dangan dunia kerja sejalan dengan pendapat Baedhowi (2004), berdasarkan hasil analisis dari segi substansi manajemen, ada tiga bentuk kendala yang seringkali dijumpai dalam implementasi kebijakan. Kendala tersebut berkaitan dengan hal: (a) mengelola manusia (managing people), (b) mengelola organisasi (managing organization), dan (c) mengelola perubahan dan transisi (managing change and transtition). Kendala ini muncul, karena ketika akan mengimplementasikan kebijakan tidak dilakukan secara terencana (unplanned change), sehingga implemntasi kebijakan tidak berjalan secara berkelanjutan (unsustainably). Hal itu juga terjadi karena tidak adanya komitmen yang kuat untuk melaksanakan program pembaruan yang sudah ditetapkan. Secara keseluruhan hasil penelitian ini melengkapi teori teori penerapan kebijakan sehingga model pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja merupakan model penerapan kebijakan kreatif kepala SMK dalam memberdayaknan lingkungan, meyediakan input, melaksanakan pembelajaran,mengelola produk serta mengumpulkan dan merfleksi informasi outcome lulusan SMK untuk kelangsungan hidup sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam pemberdayaan lingkungan sekolah; yang berupa kemampuan ekonomi, tingkat pendidikan, akomodasi sekolah terhadap keinginan orang tua, dan intensitas sosialisasi program sekolah pada orang tua siswa, berpengaruh terhadap dukungan masyarakat pada pendidikan di sekolah SMK. Kepercayaan masyarakat serta pemerintah daerah pada sekolah dipengaruhi oleh akomodasi pihak sekolah terhadap tuntutan inovasi DUDI dan Pemda sebagai lingkungan sekolah yang terwujud dalam RKS,RKAS, KTSP dan proses KBM baik di sekolah dan di industri mitra sekolah. Berkembang tidaknya sekolah dipengaruhi oleh kualitas dan daya inovasi kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta perhatian pemerintah daerah terhadap sekolah tersebut. 2. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja penyedian input; ditemukan bahwa latar belakang keluarga siswa, proses seleksi dan karakter siswa sangat menentukan mutu serta kesiapan siswa untuk belajar di SMK. Revisi RKS, RKAS, dan KTSP terus dilakukan oleh tim pengembang sekolah untuk memenuhi standar mutu pendidikan, kebutuhan dunia kerja dan perkembangan peserta didik. Latar belakang pendidikan tenaga pendidik/guru, kualitas kemitraan sekolah dengan industri mitra menentukan mutu dan kesiapan invironmental input. Lengkap tidaknya sarana dan prasarana pembelajaran di SMK dan di industri mitra, sangat menentukan mutu pembelajaran siswa baik disekolah dan di dunia usaha dan industri. Kemitraan dengan industri mitra dan orang tua siswa dapat mengatasi kekurangan sarana prasarana pendukung pembelajaran baik di sekolah dan di industri. 3. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja didalam melaksanakan pembelajaran di sekolah dan industri mitra harus dilakukan untuk memperbaiki produk sekolah dan dunia kerja. Kemitraan dengan DUDI yang memiliki sarana prasarana produksi yang lengkap, menentukan kelancaran pembelajaran dan proses praktik kerja industri. Kesepakatan antara sekolah dengan DUDI tentang pengaturan waktu dan jumlah siswa praktik, serta frekwensi siswa dalam mengikuti perlombaan sering menghasilkan nama baik untuk sekolah serta uang saku tambahan bagi siswa. Lomba lomba yang didikuti siswa baik perorangan dan kolektif mampu menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan pasar. Pelaksanaan teaching factory sangat membantu menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa sehingga produk sekolah siap untuk bersaing di pasar kerja. 4. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengelola output meliputi pengelolaan prestasi akademik dan non akademik siswa. Angka kelususan dan terserapnya lulusan di dunia karja adalah output SMK yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar

kerja. Adanya kemitraan yang antara sekolah dan DUDI, menghasilkan prestasi akademik dan non akademik bagi siswa. Kemampuan siswa setelah melaksanakan magang/praktek menjadi modal untuk memenangkan persaingan dan sebagai bentuk transfer skill dari mereka untuk orang lain, disamping mendapatkan uang untuk tambahan biaya pendidikan. Pengelolaan output secara terpadu oleh pihak sekolah dan industri dalam bentuk promosi terbuka (open promotion ) secara berkelanjutan dapat memperbaiki produk sekolah serta mempertahankan kelangsungan hidup sekolah. 5.Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia dalam mengumpulkan dan merefleksi informasi outcome yang berkaitan dengan bagaimana lulusan SMK berkinerja di industri dan di pendidikan tinggi. Kemitraan yang terjadi di semua tahap pengelolaan sekolah, menyebabkan tumbuhnya keyakinan lulusan SMK untuk bekerja dengan maksimal dan dapat terserap di pasar kerja dan pemda sesuai dengan keahliannya. Keberlanjutan kemitraan dengan dunia industri memudahkan sekolah dalam mengumpulkan dan merefleksi informasi outcome lulusan dalam perencanaan sekolah selanjutnya. Adanya kesan negatif bagi siswa jika alumni menekuni pekerjaan di luar kompetensi yang mereka miliki. Terciptanya kebanggaan jika ada alumni berhasil menunjukan kinerja yang luar biasa, baik di industri sebagai pengusaha sukses, maupun di pendidikan tinggi sebagai mahasiswa berprestasi sehingga adanya inspirator dan sponsor dalam mengembangkan sekolah selanjutnya. Keberadan outcome ini sangat penting untuk menumbuhkan budaya prestasi baik akademik dan non akademik serta semangat kewirausahaan bagi siswa calon pengusaha. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan sebagai berikut. 1) kepala sekolah di ketiga latar penelitian, agar: 1. a.Memahami prinsip, nilai, dan konsep dasar serta praktek pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja, terus memperluas jaringan kemitraan dengan semua instansi penghasil dan pemakai jasa pendidikan SMK, memperkuat manajemen berbasis ICT, serta mengembangkan kompetesi kewirausahaan 2. b.Menggalakkan pelaksanaan teaching factory untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan siswa 2. Kepala Dinas Pendidikan kabupaten dan Provinsi agar terus : a.Meningkatkan kualitas layanan birokrasi dan profesional dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja karena kebutuhan SMK sangat unik dan bervariasi sehingga

keterbatasan yang dialami oleh pihak sekolah dan industri bisa dimediasi dengan baik untuk peningkatan mutu pengeloloaan lingkungan , input, proses untuk menghasilkan lulusan yang siap bersaing didunia kerja internasional. b.Melakukan open promotion untuk proses dan produk SMK di dalam dan di luar negeri melalui berbagai jalur saluran informasi dengan melakukan kerja sama dengan pihak perguruan tinggi serta pihak swasta lainnya. 3 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Bali ( LPMP Bali ) agar membuka layanan fasilitasi serta pemetaan mutu yang lebih luas untuk meningkatkan pengelolaan serta penjaminan mutu pendidikan di SMK di Bali. 4 Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan agar bekerja sama lebih transfaran dengan pemerintah kabupaten / kota, dan LPMP Bali karena selama ini kebijakan yang di laksanakan di SMK sering tidak diketahui oleh Dinas pendidikan Kabupaten / kota sehingga fasilitasi oleh LPMP sering tidak tepat sasaran. 5 Kepada peneliti lain, agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap lebih mendalam tentang pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja ditinjau dari fokus yang lain atau melaksanakan studi yang sama pada setting yang lain, yang memiliki karakteristik berbeda dengan situs penelitian ini.

You might also like