Professional Documents
Culture Documents
4. Rendahnya prestasi siswa, 5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, 6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, 7. Mahalnya biaya pendidikan. Dalam pendidikan kesehatan di indonesia, sistem pendidikan akan berkaitan erat dengan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Sistem pendidikan melalui lembaga pendidikan tinggi kedokteran akan seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Kesehatan lainnya akan menghasilkan lulusan yang diharapkan bisa siap bekerja di berbagai tempat termasuk di daerah terpencil. Dalam keterkaitan antara sistem pendidikan dan sistem pelayanan kesehatan ada berbagai isu penting yang harus dipahami, antara lain ideologi dalam peran negara untuk menyediakan pelayanan kesehatan serta sistem pendidikannya, pemerataan penyediaan pelayanan kesehatan, peran lembaga profesi/pendidikan dalam sistem pendidikan.
Dalam artikel di Lancet di tahun 2010 (www.theLancet.com/journals/Lancet/article) terdapat kerangka sistem menarik mengenai hubungan keduanya yang berdasarkan hukum ekonomi, demand and supply. Dalam konteks cara pandang (ideologi) di atas terlihat bahwa model penyediaan berbasis pasar perlu mempunyai peran aktif pemerintah. Pemerintah perlu mendanai sistem pendidikan dan sistem kesehatan, mengatur peran swasta, dan distribusi supply tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanpa ada peran pemerintah maka hukum pasar yang akan berjalan sehingga yang terjadi adalah ideologi pasar. Di Indonesia , dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini berjalan hukum pasar yang fundamental, termasuk dalam sistem pendidikan tenaga kesehatan khusus pendidikan dokter, termasuk residen. Oleh karena itu, dipandang dari aspek sejarah, pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini mengalami apa yang disebut sebagai perubahan ideologis. Pemerintah semakin berperan dalam pembiayaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan. Dalam konteks ideologi, pemerintah semakin menerapkan welfare state atau sosialisme dalam sektor kesehatan. Dalam 12 tahun terakhir berbagai kebijakan publik untuk jaminan kesehatan berjalan dengan
berbagai nama: Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan, Askeskin, Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal, sampai terakhir adalah Sistem Jaminan Sosial Nasional yang termasuk kesehatan. Saat ini mekanisme pasar terjadi di pendidikan tenaga kedokteran. Pendidikan yang sebenarnya merupakan public goods berubah menjadi private goods. Selama ini sistem pasar di pendidikan tenaga kedokteran berjalan sangat liberal tanpa peraturan cukup, termasuk di pendidikan spesialis-subspesialis. Peserta pendidikan hanya yang mampu membayar dengan besaran yang tinggi. Setelah lulus, pengeluaran yang dilakukan dalam masa pendidikan dapat disebut sebagai investasi yang perlu dikembalikan. Jika situasi pendidikan ini dibiarkan maka akan tidak cocok dengan perkembangan sistem jaminan dan masalah pemerataan tenaga kesehatan. Dokter umum dan dokter spesialis yang dihasilkan menjadi dokter yang cenderung materialistik dan enggan untuk ditempatkan di daerah sulit. Peran pemerintah dalam pendidikan kedokteran tidak terbatas pada pemberi dana untuk mengatasi kegagalan pasar. Pemerintah dapat berfungsi lebih jauh sebagai pengendali mutu pendidikan. Dalam konteks hubungan pemerintah dengan pelaku pendidikan memang ada kecenderungan untuk menyerahkan ke elemen-elemen dalam masyarakat dalam civilsociety seperti ikatan profesi ataupun asosiasi lembaga dan berbagai lembaga independen. Akan tetapi penyerahan ini perlu dilakukan secara bijaksana karena mempunyai risiko sektor pendidikan menjadi sulit dikelola dan pemerintah akan kehilangan peran sebagai penanggung jawab utama sektor pendidikan. Saat ini di Indonesia pelayanan kesehatan menghadapi situasi yang sulit. Di satu sisi harus memberikan pelayanan yang bermutu untuk lebih dari 100 juta masyarakat miskin dengan dasar pemerataan. Di sisi lain ada lebih dari 30 juta masyarakat mampu yang berkeinginan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu tinggi yang menyerupai pelayanan di negara maju. Akibatnya saat ini banyak warga Indonesia yang mencari pelayanan kesehatan sampai ke luar negeri. Pendidikan kedokteran harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, khususnya isu: (1) sulitnya masyarakat di daerah yang tidak maju untuk menjadi dokter karena tes akademik yang mengurangi kesempatan; (2) mahalnya biaya pendidikan kedokteran yang pada ujungnya berdampak pada mahalnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat, dan (3) lokasi fakultas kedokteran yang berada di daerah maju. Dampak tersebut tentu saja membawa dampak buruk bagi masyarakat miskin, yang semakin sulit mengakses pelayanan kesehatan karena keterbatasan tenaga dokter dengan budaya yang cocok, kualitas yang memadai, dan kemauan mengabdi. Disamping lembaga pendidikan, juga ada asosiasi-asosiasinya yang perlu dikembangkan untuk siap bekerja bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan profesi. Asosiasi tersebut antara lain: Asosiasi institut penyelenggaran pendidikan kedokteran, Asosiasi Pendidikan Dokter Gigi, Asosiasi fakultas kesehatan masyarakat, dan sebagainya. Yang menarik di Indonesia, ikatan profesi seperti IDI mempunyai kolegium yang sangat penting dalam menentukan kurikulum pendidikan di Indonesia.
Referensi : Kompas.com [online] diakses hari Selasa, 5 April 2011 pukul http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun Kompas.com [online] diakses hari Sabtu, 13 April 2013 pukul 19.00
21.00
http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saatini-454680.html
Blanke O, Stephanine O., Theodor L. Medical education activities of the Association of American Medical Colleges. www.thelancet.com, Vol. 361 January 18, 2003, p.264.
Emilia O. Kompetensi dokter dan lingkungan pembelajaran klinik di RS Pendidikan. Gadjah Mada University Press. 2009 Emilia O. Kurikulum Pendidikan Profesi untuk RS Daerah Terpencil. Seminar dalam rangka Annual Scientific Meeting (ASM) 2011 Frenk J, Chen K. Dkk. Health Professionals for A New Century; Transforming Education to Strengthen Health Systems in An Interdependent World. Lancet. Vol 376 December 4, 2010. Hans Karle, David Gordon. Quality standars in medical education. www.thelancet.com, Vol. 370 December 1, 2007, p.1828. HPEQ. Kajian mengenai demand dan supply tenaga kedokteran di Indonesia. 2011. Mimeo. Lancet. Medical education and professionalism. Editorial. www.thelancet.com, Vol. 373 March 21, 2009, p.980. Rokx, Claudia dkk. Health Financing in Indonesia, A Reform Road Map. The World Bank. Washington DC, 2009. Rokx, Claudia dkk. New Insights into the Provision of Health Services in Indonesia, A Health Workforce Study.The World Bank. Washington DC, 2010 Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.