You are on page 1of 4

Mau Jadi Tenaga Kesehatan : Pelajari Dulu Wajah Pendidikan Kesehatan Masa Kini Aditya Mukti Setyaji, SKG

Mahasiswa Profesi FKG Universitas Airlangga


Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO tahun 2009 tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia atau Human Development Index, yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan perkapita yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-111 tahun 2007 dari sebelumnya ke-109 pada tahun 1999, terjadi penurunan peringkat. Hal tersebut menunjukan kualitas sumber daya manusia Indonesia terpuruk. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survey dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: 1. Rendahnya sarana fisik, 2. Rendahnya kualitas guru, 3. Rendahnya kesejahteraan guru,

4. Rendahnya prestasi siswa, 5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, 6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, 7. Mahalnya biaya pendidikan. Dalam pendidikan kesehatan di indonesia, sistem pendidikan akan berkaitan erat dengan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Sistem pendidikan melalui lembaga pendidikan tinggi kedokteran akan seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Kesehatan lainnya akan menghasilkan lulusan yang diharapkan bisa siap bekerja di berbagai tempat termasuk di daerah terpencil. Dalam keterkaitan antara sistem pendidikan dan sistem pelayanan kesehatan ada berbagai isu penting yang harus dipahami, antara lain ideologi dalam peran negara untuk menyediakan pelayanan kesehatan serta sistem pendidikannya, pemerataan penyediaan pelayanan kesehatan, peran lembaga profesi/pendidikan dalam sistem pendidikan.

Gambar 1 : Hubungan Sistem Pendidikan dan Sistem Pelayanan Kesehatan

Dalam artikel di Lancet di tahun 2010 (www.theLancet.com/journals/Lancet/article) terdapat kerangka sistem menarik mengenai hubungan keduanya yang berdasarkan hukum ekonomi, demand and supply. Dalam konteks cara pandang (ideologi) di atas terlihat bahwa model penyediaan berbasis pasar perlu mempunyai peran aktif pemerintah. Pemerintah perlu mendanai sistem pendidikan dan sistem kesehatan, mengatur peran swasta, dan distribusi supply tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanpa ada peran pemerintah maka hukum pasar yang akan berjalan sehingga yang terjadi adalah ideologi pasar. Di Indonesia , dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini berjalan hukum pasar yang fundamental, termasuk dalam sistem pendidikan tenaga kesehatan khusus pendidikan dokter, termasuk residen. Oleh karena itu, dipandang dari aspek sejarah, pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini mengalami apa yang disebut sebagai perubahan ideologis. Pemerintah semakin berperan dalam pembiayaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan. Dalam konteks ideologi, pemerintah semakin menerapkan welfare state atau sosialisme dalam sektor kesehatan. Dalam 12 tahun terakhir berbagai kebijakan publik untuk jaminan kesehatan berjalan dengan

berbagai nama: Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan, Askeskin, Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal, sampai terakhir adalah Sistem Jaminan Sosial Nasional yang termasuk kesehatan. Saat ini mekanisme pasar terjadi di pendidikan tenaga kedokteran. Pendidikan yang sebenarnya merupakan public goods berubah menjadi private goods. Selama ini sistem pasar di pendidikan tenaga kedokteran berjalan sangat liberal tanpa peraturan cukup, termasuk di pendidikan spesialis-subspesialis. Peserta pendidikan hanya yang mampu membayar dengan besaran yang tinggi. Setelah lulus, pengeluaran yang dilakukan dalam masa pendidikan dapat disebut sebagai investasi yang perlu dikembalikan. Jika situasi pendidikan ini dibiarkan maka akan tidak cocok dengan perkembangan sistem jaminan dan masalah pemerataan tenaga kesehatan. Dokter umum dan dokter spesialis yang dihasilkan menjadi dokter yang cenderung materialistik dan enggan untuk ditempatkan di daerah sulit. Peran pemerintah dalam pendidikan kedokteran tidak terbatas pada pemberi dana untuk mengatasi kegagalan pasar. Pemerintah dapat berfungsi lebih jauh sebagai pengendali mutu pendidikan. Dalam konteks hubungan pemerintah dengan pelaku pendidikan memang ada kecenderungan untuk menyerahkan ke elemen-elemen dalam masyarakat dalam civilsociety seperti ikatan profesi ataupun asosiasi lembaga dan berbagai lembaga independen. Akan tetapi penyerahan ini perlu dilakukan secara bijaksana karena mempunyai risiko sektor pendidikan menjadi sulit dikelola dan pemerintah akan kehilangan peran sebagai penanggung jawab utama sektor pendidikan. Saat ini di Indonesia pelayanan kesehatan menghadapi situasi yang sulit. Di satu sisi harus memberikan pelayanan yang bermutu untuk lebih dari 100 juta masyarakat miskin dengan dasar pemerataan. Di sisi lain ada lebih dari 30 juta masyarakat mampu yang berkeinginan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu tinggi yang menyerupai pelayanan di negara maju. Akibatnya saat ini banyak warga Indonesia yang mencari pelayanan kesehatan sampai ke luar negeri. Pendidikan kedokteran harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, khususnya isu: (1) sulitnya masyarakat di daerah yang tidak maju untuk menjadi dokter karena tes akademik yang mengurangi kesempatan; (2) mahalnya biaya pendidikan kedokteran yang pada ujungnya berdampak pada mahalnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat, dan (3) lokasi fakultas kedokteran yang berada di daerah maju. Dampak tersebut tentu saja membawa dampak buruk bagi masyarakat miskin, yang semakin sulit mengakses pelayanan kesehatan karena keterbatasan tenaga dokter dengan budaya yang cocok, kualitas yang memadai, dan kemauan mengabdi. Disamping lembaga pendidikan, juga ada asosiasi-asosiasinya yang perlu dikembangkan untuk siap bekerja bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan profesi. Asosiasi tersebut antara lain: Asosiasi institut penyelenggaran pendidikan kedokteran, Asosiasi Pendidikan Dokter Gigi, Asosiasi fakultas kesehatan masyarakat, dan sebagainya. Yang menarik di Indonesia, ikatan profesi seperti IDI mempunyai kolegium yang sangat penting dalam menentukan kurikulum pendidikan di Indonesia.
Referensi : Kompas.com [online] diakses hari Selasa, 5 April 2011 pukul http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun Kompas.com [online] diakses hari Sabtu, 13 April 2013 pukul 19.00

21.00

http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saatini-454680.html
Blanke O, Stephanine O., Theodor L. Medical education activities of the Association of American Medical Colleges. www.thelancet.com, Vol. 361 January 18, 2003, p.264.

Emilia O. Kompetensi dokter dan lingkungan pembelajaran klinik di RS Pendidikan. Gadjah Mada University Press. 2009 Emilia O. Kurikulum Pendidikan Profesi untuk RS Daerah Terpencil. Seminar dalam rangka Annual Scientific Meeting (ASM) 2011 Frenk J, Chen K. Dkk. Health Professionals for A New Century; Transforming Education to Strengthen Health Systems in An Interdependent World. Lancet. Vol 376 December 4, 2010. Hans Karle, David Gordon. Quality standars in medical education. www.thelancet.com, Vol. 370 December 1, 2007, p.1828. HPEQ. Kajian mengenai demand dan supply tenaga kedokteran di Indonesia. 2011. Mimeo. Lancet. Medical education and professionalism. Editorial. www.thelancet.com, Vol. 373 March 21, 2009, p.980. Rokx, Claudia dkk. Health Financing in Indonesia, A Reform Road Map. The World Bank. Washington DC, 2009. Rokx, Claudia dkk. New Insights into the Provision of Health Services in Indonesia, A Health Workforce Study.The World Bank. Washington DC, 2010 Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

You might also like