Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian
dalam waktu singkat, tetapi kesemuanya berakhir pada satu hasil
akhir yaitu kegagalan oksigenasi sel terutama otak dan jantung.
AIRWAY
Gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital lain merupakan
pembunuh tercepat pada trauma. Pencegahan hipoksia
membutuhkan suatu jalan napas yang bebas serta ventilasi yang
cukup yang merupakan prioritas di atas segala perlukaan lainnya.
Airway harus diamankan, oksigenasi tambahan diberikan dan
bantuan ventilasi dimana diperlukan. Tambahan oksigenasi harus
diberikan pada semua kasus trauma.
Obstruks parsial
Obstruksi parsial dapat disebabkan berbagai hal. Biasanya
penderita masih dapat bernapas sehingga timbul beraneka
ragam suara, tergantung penyebabnya.
Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung, dsb) : timbul suara
”gurgling” suara bernapas bercampur suara cairan. Dalam
keadaan ini harus dilakukan penghisapan (suksion)
Lidah yang jatuh ke belakang : keadaan ini dapat karena
keadaan tidak sadar (koma) atau patah tulang rahang bilateral.
Timbul suara mengorok (snoring) yang harus diatasi dengan
perbaikan airway manual atau dengan alat.
Penyempitan di larynk atau trakhea : dapat disebabkan edema
karena berbagai hal (luka bakar, radang, dll) ataupun desakan
neoplasma. Timbul suara ”crowing” atau stridor respiratoir.
Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan airway
distal dari sumbatan misalnya dengan trakheostomi.
Lamanya suksion
Prosedur suksion akan juga menghisap oksigen yang ada
dalam jalan napas karena itu lamanya suksion maksimal 15
detik pada orang dewasa dan 5 detiak pada anak kecil
Jaw thrust
Petugas di belakang kepala penderita dan dengan kedua
tangan di belakang sudut rahang bawah mendorong rahang
bawah ke anterior.
BREATHING
Pernapasan normal
Kecepatan bernapas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit
Anak : 15-30 kali/menit
Bayi baru lahir : 30-50 kali/menit
Pada orang dewasa, abnormal bila pernapasan >30 kali/menit
atau <10 kali/menit.
Pernapasan umumnya thoraco abdominal, pada penderita
trauma yang tidak sadar akan dijumpai pernapasan abdominal,
selalu dipikirkan kemungkinan cedera tulang belakang. Pada
anak-anak pernapasan abdominal lebih dominan.
Sesak napas
Sesak napas dapat dilihat atau mungkin juga tidak, bila terlihat
mungkin akan ditemukan :
Penderita mengeluh sesak
Bernapas cepat (takipnea)
Pernapasan cuping hidung
Mungkin dijumpai sianosis
Pemakaian otot bantu pernapasan :
Retraksi supra sternal
Retraksi inter costal
Retraksi sternum
Retraksi infra sternal
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : rate, ritme dan bentuk pernapasan, juga diperiksa
peranjakan paru apakah simetris atau tidak dan dilihat
adanya tanda apnea
Auskultasi : bising napas vesikuler tanpa ronkhi, tempat
pemeriksaan dibawah klavikula dan pada garis aksilaris
anterior, bising napas harus simetris kanan dan kiri
Perkusi : pada daerah paru selalu sonor, pada daerah jantung
menjadi pekak dan di atas lambung menjadi tympani, juga
perkusi harus simetris kanan dan kiri.
OKSIGENASI
Oksigenasi sebaiknya diberikan melalui suatu masker yang
terpasang dengan baik dengan flow 10-12 liter per menit. Cara
pemberian oksigen lain adalah dengan nasal kateter, kanul dan
sebagainya juga dapat memberikan oksigenasi.
Karena perubahan kadar oksigen darah dapat berubah dengan
cepat dan tidak mungkin dikenali secara klinis maka harus
dipertimbangkan pemakaian pulse oksimetri bila diduga ada
masalah intubasi atau ventilasi. Ini termasuk pada saat
mentransport penderita luka parah.
CIRCULATION
Sirkulasi terdiri dari jantung dan pembuluh darah.
Frekwensi denyut jantung
Frekwensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80
kali per menit. Bila kurang dari 50 kali per menit disebut
bradikardi dan bila lebih dari 100 kali per menit disebut
takikardi.
Bradikardi sering ditemukan pada atlit yang terlatih.
Pada bayi frekwensi denyut jantung 85-200 kali per menit
sedangkan pada anak-anak 2-10 th adalah 60-140 kali per
menit.
Pada syok bila ditemukan bradikardi merupakan tanda
prognosa yang buruk.
Tekanan darah
Tekanan darah sistolik dewasa adalah 90-140 mmHg.
Pada anak-anak dapat dipakai rumus : tekanan sistolik
minimal = 70 + (2 x usia (th))
Tekanan darah tidak dapat dipercaya sebagai indikator dini
pada syok karena
tekanan darah sistolik bisa tidak turun sampai kehilangan
darah lenih dari 30% volume darah (baru akan turun jika
sudah melebihi ini)
pada penderita hipertensi tekanan darah mungkin turun
tetapi masih dapat dianggap normal.
Penentuan denyut nadi
Pada orang dewasa dan anak anak denyut nadi diraba pada
arteri karotis yaitu medial dari muskulus sterno
kledomastoideus. Pada bayi meraba denyut nadi pada arteri
brachialis yaitu pada sisi medial lengan atas.
Dalam penilaian sirkulasi, nilai apakah ada tanda dan gejala syok
dan henti jantung
SYOK
Syok dapat disebabkan berbagai hal. Apapun penyebabnya
penderita selalu dipasang infus. Gejala syok :
Kulit pucat dan dingin (gangguan perfusi kulit)
Takikardi
Berkurangnya urin (oliguria sampai anuria karena gangguan
perfusi ginjal)
Gangguan kesadaran (gangguan perfusi otak)
Turunnya tekanan darah (bukan merupakan gejala dini)
Pengelolaan syok ditujukan pada penyebabnya, misalnya syok
karena perdarahan maka perdarahannya harus dihentikan.
HENTI JANTUNG
Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat.
Penderita mungkin masih akan berusaha menarik napas satu atau
dua kali setelah itu akan berhenti bernapas. Penderita akan
ditemukan dalam keadaan tidak sadar. Pada saat perabaan nadi
tidak ditemukan denyut arteri karotis.
Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase
jantung luar yang merupakan bagian dari resusitasi jantung paru
(RJP / CPR).
RJP hanya menghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac
output) sehingga oksigen tambahan mutlak diperlukan.
RESUSITASI
2 JANTUNG PARU (RJP)
Posisi petugas
Posisi petugas setinggi bahu penderita bila yang akan
melakukan RJP satu orang maka penderita diletakkan di lantai,
petugas berlutut setinggi bahu di sisi kanan penderita. Posisi
paling ideal adalah jika petugas menunggangi penderita tetapi
sering tidak dilakukan karena tidak dapat diterima oleh
keluarga penderita
Tempat kompresi
Tepatnya 2 inchi di atas prosesus xyphoideus pada tengah
sternum.
Jari tengah kanan diletakkan pada prosesus xyphoideus dan
jari telunjuk mengikuti. Telapak tangan kiri diletakkan di sisi
tangan kanan dengan tetap mengarah ke depan.
Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh
menyinggung dada penderita.
Pada anak < 8 tahun cukup satu telapak tangan, satu jari di
atas prosesus xyphoideus, pada bayi dengan 2 atau 3 jari pada
garis yang menghubungkan kedua papila mammae.
Kompresi
Dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu bukan
pada siku. Kompresi dilakukan sedalam 2-5 cm. Cara lain
untuk memeriksa efisiensi kompresi adalah dengan petugas
lain memeriksa pulsasi arteri carotis yang seharusnya ada
pada tiap kompresi.
Dalamnya kompresi pada bayi dan anak adalah 1/3-1/2
dalamnya dada (1-2 cm pada bayi, 2-3 cm pada anak < 8
tahun).
Kompresi dilakukan secara ritmik bukan dengan penekanan
tiba-tiba. Baik saat kompresi maupun amengangkat waktunya
harus sama (50-50 rule). Pada saat akan dilakukan ventilasi,
kompresi berhenti sejenak (1-1,5 detik).
Perbandingan kompresi-ventilasi
Baik pada dewasa (2 maupun 1 petugas), anak maupun bayi
perbandingan kompresi adalah 30 : 2, dengan 4 siklus selama 1
menit sehingga frekwensi resusitasi paru adalah 100x/menit
Menghentikan RJP
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan
tertunda. Saat menghentikan RJP merupakan keputusan yang
sulit tergantung dari :
Lamanya kematian klinis
Prognosis penderita (ditinjau dari sebab henti jantung)
Penyebab henti jantung (pada henti jantung karena listrik
minimal 1 jam)
Sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan
kepada dokter.
Komplikasi RJP
Fraktur iga, sering terjadi pada orang tua, RJP diteruskan
meskipun ada fraktur iga, fraktur iga mungkin terjadi bila
posisi tangan salah
Perdarahan intra abdominal, posisi tangan yang terlalu
rendah akan menekan prosesus xyphoideus ke arah hepar
atau limpa
Distensi lambung karena pernapasan buatan
ALUR PEMBERIAN BANTUAN HIDUP
DASAR
DANGER Cari bahaya dan
Pastikan tidak ada Tidak singkirkan
bahaya aman bahaya yang ada
di tempat kejadian Aman
RESPONSE Tidak
Cek respon/ aman
Tunggu bantuan
kesadaran pasien yang lebih ahli
Responsif Tidak responsif
TOLOONG !!!
Cari bantuan dan telpon
rumah sakit atau petugas
medis terdekat
SECONDARY
SURVEY AIRWAY
Buka jalan napas dengan
Kaji riwayat manuver head tilt-chin lift
Kaji adanya
injury BREATHING
Tangani injury
Cek pernapasan normal :
segera
Look, Listen and Feel
Monitor vital sign
Segera rujuk ke POSISIPernapasan
STABIL Pernapasan tak
normal
- Posisikan pasien normal
stabil
- Ph RS
- Monitor vital sign
RESUSITATE !!!
Lakukan Resusitasi
Jantung dan Paru
2 x napas 30 x
PERHATIKAN buatan 4 sikluskompresi
1. Bila tidak yakin
menilai pernapasan, C E K !!!
anggap TIDAK
Life is ok no life
NORMAL
2. Ada napas normal,
STOP cek nadi Gunakan AED
3. Ganti penolong tiap 2 bila diperlukan
menit untuk INITIAL ASSESSMENT
3
PENDAHULUAN
Penderita dalam keadaan krisis (emergensi) memerlukan
penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna
menghindari kematian.
Karena desakan waktu dibutuhkan suatu sistem penilaian yang
mudah (initial assesment).
Kegiatannya meliputi :
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey
4. Resusitasi
5. Secondary survey
6. Pemantauan dan re-evaluasi
7. Penanganan definitif
PERSIAPAN
TRIASE
Triase adalah tindakan untuk mengelompokkan penderita
berdasarkan pada beratnya cedera yang diprioritaskan
berdasarkan ada tidaknya gangguan pada airway, breathing dan
circulation (A B C).
Triase juga mencakup pengertian mengatur rujukan sedemikian
rupa sehingga penderita mendapatkan tempat perawatan yang
selayaknya.
Tindakan triase dapat dikerjakan pada sekelompok penderita,
misal pada keadaan bencana atau korban massal atau pada
penderita tunggal yang berarti menentukan diagnostik.
PRIMARY SURVEY
Primary survey adalah pemeriksaan secara cepat fungsi vital pada
penderita dengan cedera berat dengan prioritas pada ABCE
dimana pada kasus trauma prioritas tersebut disertai tindakan
lain yang sesuai sebagai berikut :
A : Airway :
adalah mempertahankan jalan napas bersamaan dengan
menjaga stabilitas tulang servikal / cervical protection
B : Breathing :
adalah pernapasan yang disertai dengan ventilasi (oksigenasi)
C : Circulation :
adalah mempertahankan sirkulasi bersamaan dengan tindakan
untuk menghentikan perdarahan ( control of hemorrarghie)
D : Disability :
adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan
adanya gangguan neurologist
E : Environment atau Exposure :
adalah pemeriksaan pada seluruh tubuh penderita dengan
menjaga supaya tidak terjadi hipotermi.
Prioritas penanganan kegawatan dilakukan berdasarkan urutan di
atas, namun bila memungkinkan dapat juga dilakukan secara
simultan.
Prioritas penanganan untuk penderita usia muda maupun usia
lanjut adalah sama, salah satu perbedaannya adalah bahwa pada
usia muda ukuran organ relatif lebih kecil dan fungsinya belum
bekerja maksimal
Pada ibu hamil, prioritas tetap sama hanya pada proses persalinan
membuat beberapa proses fisiologi berubah karena adanya janin
Pada orangtua karena proses penuaan fungsi tubuh menjadi lebih
rentan terhadap trauma karena kurangnya daya adaptasi.
Disability
Pemeriksaan neurologist secara cepat dapat dilakukan dengan
metode AVPU (Allert, Voice respons, Pain respons dan
Uniresponsive).
Environment – Event
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh harus dilakukan disertai
tindakan untuk mencegah hipotermia. Pemasangan bidai atau
vacuum matras untuk menghentikan perdarahan dapat juga
dilakukan pada fase ini.
SECONDARY SURVEY,
PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN EVALUASI
Prinsip pada pemeriksaan sekunder adalah memeriksa ulang
tubuh dengan lebih teliti mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki (head to toe), baik pada tubuh bagian depan maupun
belakang.
Dimulai dengan anamnesa singkat yang meliputi AMPLE :
Allergies,
Medication,
Past illness,
Last meal dan
Event of injury
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan dapat dilakukan pada
fase ini, diantaranya adalah pemeriksaan lab darah rutin, darah
kimia, photo thoraks, dll..
TERAPI DEFINITIF
Terapi definitive pada umumnya merupakan porsi dari dokter
spesialis bedah. Tugas dokter yang melakukan penanganan
pertama adalah melakukan resusitasi dan stabilisasi serta
menyiapkan penderita untuk tindakan definitive atau untuk di
rujuk.
AIRWAY DAN BREATHING
4
AIRWAY
LOOK
Lihat apakah kesadaran penderita berubah, bila penderita
menjadi gelisah kemungkinan besar karena hipoksia. Pada
penderita trauma kapitis, penderita yang gelisah dapat
disebabkan oleh :
Hipoksia
Buli buli penuh
Nyeri pada tempat lain seperti adanya fraktur, dll
Trauma kapitisnya sendiri
LISTEN
“Pernapasan yang berbunyi adalah pernapasan yang ter-
obstruksi” :
Mengorok : lidah jatuh ke belakang
Bunyi cairan (gurgling) : darah atau cairan
Stridor disebabkan obstruksi parsial dari pharink atau
larynk.
FEEL
“Rasakan pergerakan udara ekspirasi”
Dan tentukan apakah trachea terletak di tengah
Anatomi airway :
LOOK
Perhatikan peranjakan thoraks, simetris atau tidak, bila
simetris pikirkan kelainan intra thorakal ata flail chest. Setiap
pernapasan yang sesak harus dianggap sebagai ancaman
terhadap oksigenasi
LISTEN
Auskultasi kedua paru, bising napas yang berkurang atau
menghilang pada satu atau kedua hemithoraks menunjukkan
kelainan intra thorakal.
PENGELOLAAN
Penilaian patensi jalan napas serta cukupnya ventilasi harus
dilakukan dengan cepat dan tepat. Bila ditemukan atau dicurigai
gangguan jalan napas atau ventilasi harus segera diambil tindakan
untuk memperbaiki oksigenasi dan mengurangi risiko penurunan
keadaan. Tindakan ini meliputi tekhnik menjaga jalan napas, jalan
napas definitif (termasuk surgical airway) dan cara untuk
membantu ventilasi. Karena semua tindakan tadi akan
menyebabkan gerakan pada leher maka harus diberikan proteksi
pada servikal terutama bila dicurigai atau diketahui adanya
fraktur servikal. Proteksi servikal ini harus dipertahankan sampai
adanya foto servikal dan dinyatakan tidak ada kelainan.
CHIN LIFT
Memakai jari satu tangan diletakkan di bawah mandibula
untuk kemudian mendorong dagu ke anterior. Ibu jari tangan
yang sama sedikit menekan bibir bawah untuk membuka
mulut. Bila diperlukan ibu jari dapat diletakkan di dalam
mulut di belakang gigi seri untuk mengangkat dagu. Tindakan
chin lift ini juga bermanfaat pada penderita trauma karena
tidak mengakibatkan kelumpuhan bila terdapat fraktur
servikal.
Manuver Head Tilt Chin Lift
Manuver Jaw Thrust
JAW THRUST
Tindakan ini dilakukan memakai 2 tangan, masing-masing
satu tangan di belakang angulus mandibulae dan menarik
rahang ke depan. Bila tindakan ini dilakukan memakai face
mask akan dicapai penutupan sempurna dari mulut sehingga
dapat dilakukan ventilasi yang baik.
SURGICAL AIRWAY
Ketidakmampuan intubasi trakheal adalah indikasi jelas untuk
melakukan surgical airway. Bila terdapat edema glotis, fraktur
larynk, atau perdarahan oropharyngeal yang berat menghambat
intubasi trakhea, dapat dipertimbangkan untuk melakukan
surgical airway.
Pemasangan jarum (needle crico thyroidotomy) merupakan cara
sementara dalam keadaan emergency untuk memberikan oksigen
sampai dapat dipasang surgical airway.
Jet insufflation harus hati-hati bila ada obstruksi total glotis oleh
benda asing walaupun ada kemungkinan benda asing akan
terdorong keluar oleh tekanan oksigen, namun ada kemungkinan
lain yaitu ruptur paru dengan pnemothoraks, dalam keadaan ini
flow oksigen hanya 5-7 liter per menit.
SURGICAL CRICOTHYROIDOTOMY
Surgical needle cricothyroidotomy dilakukan dengan insisi kulit
sampai membrana cricothyroid.
PERNAPASAN BUATAN
Bila ditemukan gangguan pernapasan maka hampir selalu
memerlukan koreksi, yang pertama selalu harus dipastikan adalah
airway dalam keadaan baik (paten).
Bila perlu maka pernapasan buatan dapat diberikan dengan cara :
Mouth to mouth ventilation (mulut ke mulut)
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya
terinfeksi (terutama hepatitis/ HIV) karena itu harus selalu
memakai barier device (alat perantara) yang terbuat dari
plastik yang dapat ditempatkan antara mulut penderita dan
mulut penolong. Alat ini mempunyai katup yang mencegah
gas maupun cairan masuk mulut penolong. Dengan cara ini
akan dicapai konsentrasi oksigen yang hanya 18% (konsentrasi
udara paru saat ekspirasi). Jumlah ventilasi yang diberikan
sesuai dengan umur (tabel 2)
VENTILASI
Ventilasi yang cukup dapat tercapai dengan tekhnik mouth to face
atau bag-valve-mask. Seringkali hanya satu petugas yang ada,
akan lebih efektif jika ada petugas kedua yang memegang face
mask. Intubasi mungkin memerlukan beberapa kali usaha dan
tidak boleh mengganggu oksigenasi. Dengan demikian lebih baik
pada saat mulai intubasi, petugas menarik napas dalam dan
menghentikan usaha pada sat petugas harus inspirasi.
Bila sudah intubasi, ventilasi dapat dibantu dengan bagging atau
lebih baik memakai respirator. Dokter harus selalu waspada
terhadap baro trauma (akibat positif pressure ventilation) yang
dapat mengakibatkan pneumothoraks atau malah tension
penumothoraks akibat bagging yang terlalu bersemangat.
Alat ETT
LAMPIRAN
Pendahuluan
Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
hidup pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam jiwa
Dalam bantuan hidup dasar, perlu diperhatikan secara berurutan adalah A
(airway/jalan napas), B (breathing/ pernapasan), dan C (circulation/jantung dan
peredaran darah).
BLS
BASIC LIFE SUPPORT
AHA 2005
Hak Cipta
© 2007 Tim Keperawatan Medikal Bedah
Akademi Keperawatan Pemerintah Kota Tegal
JL. Dewi Sartika No. 1 Kota Tegal
Email: akper_tegal@yahoo.com
Cetakan 1 :