You are on page 1of 34

1

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN


EARNING TERHADAP RETURN SAHAM
( STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Pekalongan

Disusun Oleh :
Nama : TRI WIDYOWATI
NPM : 04.0252.E

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2008
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kelangsungan hidup perusahaan di era kompetisi global, menuntut

manajemen untuk menyusun perencanaan strategis dalam menghadapi

perubahan-perubahan yang akan terjadi. Perubahan-perubahan yang perlu di

respon oleh perusahaan bukan hanya yang berorientasi pada produk

perusahaan saja, melainkan juga pada aspek-aspek penting yang menyangkut

keuangan perusahaan sebagai suatu entitas yang berada di tengah-tengah

masyarakat.

Keberadaan suatu perusahaan bermula dari adanya investasi para

investor. Untuk perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT), investasinya

berasal dari pemegang saham (shareholder). Organisasi perusahaan

diharapkan oleh para investornya untuk mampu menjadi institusi pencipta

kekayaan. Dengan demikian, manajemen perusahaan dituntut oleh para

investor untuk menjadikan perusahaan yang mereka kelola mampu

menghasilkan kinerja keuangan untuk menambah kekayaan bagi para investor.

Oleh karena itu, manajemen perusahaan perlu mengarahkan pengelolaan

organisasi perusahaan ke sasaran strategik yang mampu menciptakan nilai

bagi investor.
3

Salah satu kegunaan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi kinerja keuangan perusahaan

terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai

perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin

dikendalikan. Informasi kinerja yang ada dalam perusahaan

bermanfaat untuk memprediksi perusahaan dalam

menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Informasi

kinerja tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan

pengukuran kinerja yang ada dalam perusahaan. Pengukuran

kinerja merupakan salah satu faktor yang penting bagi

perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai

dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan,

yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan

dalam perusahaan. (Rina dan Solihah, 2003)

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan

kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian

prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan),

karena laba perusahaan selain merupakan indikator

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi

para penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam

menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek

perusahaan di masa yang akan datang. Tingkat probabilitas

perusahaan pada analisis fundamental biasanya diukur dari


4

beberapa aspek, yaitu berdasarkan ROS (Return On Sales),

EPS (Earning Per Share), ROA ( Return On Asset) maupun ROE

(Return on Equity).

Meskipun telah digunakan secara luas oleh investor

sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan

investasi karena nilainya tercantum dalam laporan keuangan,

penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur

akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama, yaitu

mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk

mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil

menciptakan suatu nilai atau tidak. Untuk mengatasi

kelemahan tersebut, dikembangkan suatu konsep baru yaitu

Economic Value Added (EVA) yang mencoba mengukur nilai

tambah (Value Creation) yang dihasilkan suatu perusahaan

dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital)

yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA

(Economic Value Added) merupakan indikator tentang adanya

penciptaan nilai dari suatu investasi.

Penggunaan metode EVA membuat perusahaan lebih

memfokuskan perhatian pada usaha penciptaan nilai

perusahaan. Pengertian nilai diartikan sebagai nilai daya guna

maupun benefit yang dinikmati oleh stakeholder (karyawan,

investor, pemilik, pelanggan). Perhitungan EVA ( Economic


5

Value Added) cukup rumit dan nilainya tidak tercantum dalam

laporan keuangan perusahaan sehingga hanya investor yang

benar-benar mengerti konsep EVA (Economic Value Added) ini

yang akan menggunakannya sebagai dasar dalam keputusan

investasi, sehingga metode EVA relatif sulit diterapkan karena

memerlukan perhitungan atas biaya yang kompleks. Namun

bagi perusahaan yang listed di pasar modal mungkin akan

lebih mudah menghitungnya, daripada perusahaan yang

belum go public di pasar modal.

Sejauh ini laporan keuangan, khususnya neraca dan

earning masih diyakini sebagai alat yang andal bagi para

pemakainya untuk mengurangi resiko ketidakpastian dalam

pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, disamping itu

earning juga memiliki informasi yang sangat penting untuk

pihak ekstern maupun intern. Menurut Balls dan Watts (1972),

earning tidaklah berpengaruh signifikan terhadap

pengambilan keputusan investasi dalam suatu perusahaan.

Walaupun demikian, dengan mengetahui sifat earning sebagai

data seri waktu (time series), dimana seri waktu earning

periode waktu terdahulu memiliki kecenderungan mengalami

perubahan terhadap earning di masa mendatang, maka

perubahan earnings tersebut bersifat acak dan ada korelasi

yang serial dan hal ini membuktikan bahwa earnings memiliki


6

potensi sebagai alat prediktor untuk menentukan return

saham.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis tertarik

untuk mengambil judul : “Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan

Earning terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia)”.

1.2 Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu

memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi

investasi, membentuk portofolio sesuai dengan resiko yang bersedia

mereka tanggung dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Investasi

pada sekuritas juga bersifat likuid (mudah dirubah). Oleh karena itu,

penting bagi perusahaan untuk selalu memperhatikan kepentingan para

pemilik modal dengan jalan memaksimalkan nilai perusahaan, karena nilai

perusahaan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsi-fungsi

keuangannya.

Untuk mengetahui kinerja perusahaan dapat dilihat Laporan

Akuntansi Keuangan yang terdiri dari : operasional perusahaan, investasi

dan laporan rugi laba. Penilaian kinerja selain menggunakan EVA,

perusahaan dapat menggunakan earning yang dihasilkan dari aktivitas

operasi (operating cash flow). Meskipun sebenarnya kinerja keuangan


7

perusahaan lebih ditunjukkan melalui ukuran EVA sangat menentukan

besarnya return saham yang diperoleh oleh investor. Return saham juga

dipengaruhi oleh : residual income, rasio keuangan, arus kas operasional,

dan earning.

Untuk mengukur return saham dari sebuah investasi, selain

digunakan Economic Value Added (EVA), dapat juga digunakan earning.

Karena earning memiliki potensi sebagai alat prediktor untuk

menentukan return saham.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan masalah pada

kinerja keuangan diukur dengan Economic Value Added (EVA) dan

earning yang diperoleh perusahaan terhadap return saham.

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah EVA mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan

manufaktur pada Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah earning mempunyai pengaruh terhadap return saham

perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia?


8

3. Apakah EVA dan earning secara simultan atau bersama-sama

mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur

pada Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh EVA terhadap return saham

perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh earning terhadap return

saham perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh EVA dan earning secara

simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap return saham

perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :

1. Kegunaan Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang

diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam kenyataan yang terjadi di

lapangan (perusahaan).

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan

pemikiran bagi pihak lain atau peneliti-peneliti berikutnya sebagai

kajian lebih lanjut dan pembaca dapat berpartisipasi untuk memberikan


9

saran dan kritik yang bersifat konstruktif bagi penulisan ataupun

perusahaan tersebut.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan

pemberian return saham.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Suatu penelitian membutuhkan banyak masukan-masukan dari

beberapa penelitian terdahulu ataupun jurnal yang dapat mempermudah

arahan kerja dari suatu penelitian. Masukan-masukan tersebut berupa teori-

teori, maupun pendapat-pendapat dari peneliti tersebut telah teruji dalam


10

penelitiannya untuk mendukung pendefinisian suatu istilah yang digunakan

dalam suatu penelitian, dan juga dukungan atau perkuatan alat analisis-analisis

yang digunakan oleh para peneliti terdahulu.

Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Julius

Cristiawan, (2006), tentang “Pengaruh Economic Value Added, Residual

Income, Earnings dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang Diterima

Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Jakarta)”, dengan menggunakan metode analisis data yang digunakan adalah

regresi berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh EVA,

residual income, earnings dan arus kas terhadap return yang diterima

pemegang saham. Hasil penelitian yang telah diperoleh hasil : (1) berdasarkan

hasil uji hipotesis diketahui bahwa variabel economic value added, tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh

pemegang saham; (2) Variabel residual income tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham;

(3) Variabel earnings mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return

yang diterima oleh pemegang saham; (4) Variabel arus kas operasi mempunyai

pengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham; (5)

Berdasarkan hasil uji t disimpulkan bahwa variabel arus kas operasi

berpengaruh paling signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang

saham. Sedangkan variabel economic value added dan residual income tidak

berpengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham.


11

Penelitian yang kedua yang dilakukan oleh Sotya Afkar, (2006),

tentang : “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan Konsep

Economic Value Added (EVA) terhadap Laba pada PT

(Persero) Telekomunikasi Indonesia”, metode analisis

data yang digunakan adalah Metode penelitian yang dipakai

untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif. Diperoleh hasil

penelitian, bahwa peningkatan nilai EVA dipengaruhi oleh

naiknya laba perusahaan serta penurunan biaya modal.

Dari uraian hasil penelitian terdahulu dapat disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Metode
No. Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Analisis
1. Julius Cristiawan Pengaruh Economic Value Regresi Hasil penelitian diperoleh :
(2006) Added, Residual Income, berganda atau (1) berdasarkan hasil uji hipotesis
Earnings dan Arus Kas multiple diketahui bahwa variabel economic
Operasi Terhadap Return regression value added, tidak mempunyai pengaruh
yang Diterima Pemegang yang signifikan terhadap return yang
Saham (Studi Pada diterima oleh pemegang saham;
Perusahaan Manufaktur di (2) Variabel residual income tidak
Bursa Efek Jakarta) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return yang diterima oleh
pemegang saham; (3) Variabel earnings
mempunyai pengaruh yang signifikan
12

terhadap return yang diterima oleh


pemegang saham; (4) Variabel arus kas
operasi mempunyai pengaruh signifikan
terhadap return yang diterima oleh
pemegang saham; (5) Berdasarkan hasil
uji t disimpulkan bahwa variabel arus
kas operasi berpengaruh paling
signifikan terhadap return yang diterima
oleh pemegang saham. Sedangkan
variabel economic value added dan
residual income tidak berpengaruh
signifikan terhadap return yang diterima
oleh pemegang saham.
2. Sotya Afkar Analisis Kinerja Keuangan Deksirptif Diperoleh hasil penelitian,
(2006) Perusahaan Berdasarkan Kuantitatif bahwa peningkatan nilai EVA
Konsep Economic Value dipengaruhi oleh naiknya laba
Added (EVA) terhadap Laba perusahaan serta penurunan
pada PT (Persero) biaya modal
Telekomunikasi Indonesia

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) merupakan modifikasi residual

income. Stewart dalam Pradhono (2004) berusaha memperbaiki residual

income dengan melakukan penyesuaian atas NOPAT (Net Operating Profit

After Tax) dan capital, yang menurut mereka menyebabkan distorsi dalam

model akuntansi untuk pengukuran kinerja.

Economic Value Added (EVA) merupakan suatu

pengukuran metode kinerja keuangan untuk menghitung

keuntungan ekonomis yang sebenarnya dari suatu

perusahaan. Konsep Economic Value Added (EVA) pertama

kali dicetuskan oleh Bennet G.Steward dan Joel M.Stern

(dalam Prdhono, 2004), bahwa penggunaan Economic

Value Added (EVA) membuat perusahaan memfokuskan


13

perhatiannya pada penciptaan nilai perusahaan.

Implementasi dari konsep Economic Value Added (EVA) ini

akan membuat para manajer untuk betindak dari sudut

pandang investor selaku pemilik modal. Hal tersebut

memberikan motivasi kepada para manajer untuk dapat

memberikan nilai tambah bagi perusahaan dari segala

keputusan yang dibuatnya. Hasil perhitungan Economic

Value Added (EVA) yang positif mencerminkan tingkat

kompensasi yang lebih tinggi daripada biaya modal. Hal ini

berarti manajemen perusahaan berhasil meningkatkan

kekayaan atau membuat nilai tambah bagi perusahaan dan

bagi pemilik modal. Akan tetapi jika nilai perhitungan

Economic Value Added (EVA) negatif, maka hal ini berarti

ada penurunan dari nilai kekayaan perusahaan.

Economic Value Added (EVA) adalah ukuran kinerja keuangan

yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan

dibandingkan dengan ukuran yang lain. EVA juga merupakan ukuran

kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham

sepanjang waktu.

Keunggulan EVA sebagai pengukuran kinerja terletak pada

kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi penting manajemen, yaitu :

capital budgeting, performance appraisal dan insentive compensation

(Higgin, 1998). Keputusan capital budgeting didasarkan pada discounted


14

EVA. Kinerja unit bisnis dapat diukur dengan EVA dan kompensasi

insentif dapat tergantung pada unit EVA relatif terhadap target yang tepat.

Tetapi EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa

keterbatasan, antara lain :

1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi

dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan;

2. Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga

manajemen cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa

mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang

bersangkutan. Hal ini bisa mengakibatkan turunnya daya saing

perusahaan di masa depan.

3. EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa

meningkatkan kinerja keuangan. Menurut Kaplan dan Norton, (2001),

tanpa balanced scorecard, strategi value based management memang

dapat menurunkan biaya dan meningkatkan intensitas aktiva, tetapi

akan kehilangan kesempatan menciptakan tambahan nilai, yaitu

strategi pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui investasi

pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi informasi dan

kemampuan karyawan.

4. Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu. Penggunaan EVA untuk

mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa

perusahaan, misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi seperti pada sektor teknologi (Dierks dan Patel, 1997)


15

5. Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi. De Viliers (1997)

mengindikasikan bagaimana inflasi akan mengakibatkan distorsi pada

EVA dan menunjukkan bahwa EVA tidak dapat digunakan selama

periode inflasi untuk mengestimasi profitabilitas aktual.

EVA sepintas terlihat lebih accounting based dari pada economic

measure. Tetapi, pada kenyataannya pencipta EVA Stewart (1991)

mengusulkan serangkaian adjustments untuk menyesuaikan pengukuran

sehingga lebih mendekati basis arus kas economic. Penyesuaian untuk

NOPAT dan capital base (invested capital) terutama dilakukan untuk :

1. Operating lease expenses dimana semua transaksi sewa guna usaha,

baik operating lease maupun capital lease, akan diperlakukan dengan

cara yang sama, yaitu mengakui adanya hutang atu modal yang

diivestasikan (invested capital).

2. Biaya penelitian dan pengembangan, dimana semua pengeluaran yang

berkaitan dengan penelitian dan pengembangan diperlakukan sebagai

successful efforts, sehingga akan dikapitalisasi atau ditangguhkan

selama periode tertentu.

3. Biaya iklan dan promosi, dimana pengeluaran untuk iklan dan promosi

ini juga diperlakukan sama dengan penelitian dan pengembangan di

atas, karena juga dianggap bermanfaat pada periode yang akan datang.

4. Penyesuaian nilai persediaan (LIFO), dimana penerapan perhitungan

biaya persediaan berdasarkan LIFO akan menyebabkan nilai


16

perusahaan yang terlalu rendah, yang kemudian pada gilirannya akan

mengakibatkan modal yang diinvestasikan juga terlalu rendah.

5. Pajak Penghasilan ditangguhkan, dimana pajak penghasilan yang

ditangguhkan seharusnya diabaikan karena bukan merupakan suatu

biaya tunai.

6. Amortisasi goodwill, dimana amortisasi good will periode berjalan

dikeluarkan dari laporan laba rugi dan ditambahkan kembali ke modal

yang diinvestasikan, untuk menghilangkan asumsi yang salah tentang

masa manfaat aktiva.

7. Provisi untuk piutang ragu-ragu, dimana provisi untuk piutang yang

diragukan bersifat non tunai dan terlalu konservatif sehingga akan

menyebabkan laba dan aktiva dicatat terlalu rendah.

Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern

seorang analisis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co. pada tahun

1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI

(Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen

keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang

menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala

perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal

(Tunggal, 2001)

EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau

value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam

operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih, laba operasi


17

setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya

modal (Cost of Capital).

2.2.2 Manfaat Economic Value Added (EVA)

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam

menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan.

Menurut Tunggal (2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja

perusahaan antara lain : (1) EVA merupakan suatu ukuran kinerja

perusahaan yang dapat berdiri sendiri-sendiri tanpa memerlukan ukuran

lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis

atau menganalisis kecenderungan (trend) (2) hasil perhitungan EVA

mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk inventasi dengan biaya

modal yang rendah. Sedangkan menurut Utama (1997:10), manfaat EVA

adalah : (1) EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan

perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan

nilai (value creation) (2) EVA akan menyebabkan perusahaan lebih

memperhatikan kebijakan struktur modal (3) EVA membuat manajemen

berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih

inventasi yang memaximumkan tingkat pengendalian dan meminimumkan

tingkat biaya modal sehingga nilai nilai perusahaan dapat dimaximalkan

dan (4) EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau

proyek yang memberikan pengembalian lebiht inggi daripada biaya-biaya

modalnya.
18

Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, EVA merupakan

pengukruan yang sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai signal

terjadinya financial distress pada suatu perusahaan (Salmi & Virtanen

2001). Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh profit di atas

required of return, maka EVA akan menjadi negative dan hal ini

merupakan warning akan terjadinya Financial Distress bagi perusahaan

tersebut.

2.2.3 Weighted Average Cost of Capital dan Penyesuaian Akuntasi

Pada saat kreditur dan pemilik perusahaan menginvestasikan

uangnya kedalam perusahaan, mereka menciptakan sebuah opportunity

cost yang sama dengan return yang mungkin akan diperoleh dari investasi

lain yang sejenis dan memiliki resiko yang sama. Opportunity cost ini

adalah cost of capital perusahaan. Prinsip cost of capital adalah prinsip

subsitusi, seorang investor tidak akan mau membiayai sebuah investasi

jika ada investasi lain yang lebih menarik. Cost of capital perusahaan

adalah cost setiap sumber modal, yang ditimbang sesuai dengan struktur

modal perusahaan. Setiap komponen dalam struktur pembiayaan memiliki

biaya tertentu dan komponen biaya-biaya tersebut membentuk biaya

modal rata-rata tertimbang atau weighted average cost of capital (WACC).

Biaya modal rata-rata tertimbang dapat dihitung dengan rumus :

WACC = (ke x We) + ([kd x (1-t)] x Wd) …… (Pradhono, 2004)


19

Dimana We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal dan

Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal. Baik ekuitas maupun

hutang dihitung berdasarkan nilai pasarnya.

Dalam banyak kasus, pengaruh dari penyesuaian di atas akan

menghasilkan NOPAT dan capital base yang lebih besar, tetapi tidak

berdampak besar terhadap perhitungan EVA. Penyesuaian EVA perlu

dibuat hanya jika jumlahnya signifikan, memiliki dampak material

terhadap EVA, dapat dipahami oleh orang yang menggunakan dan jika

informasi yang diperlukan mudah diperoleh (Stewart, 1991).

2.2.4 Earnings

Pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu

perusahaan. Tanpa pendapatan, tidak ada laba. Tanpa laba,

tidak ada perusahaan. Mengingat pentingnya, sangat sulit

mendefinisikan pendapatan sebagai unsur akuntansi pada

dirinya sendiri. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan (KDPPLK) yang juga mengacu pada

frame work for the preparation and the Intenational

Accountuing Standar Committee (IASC) menyebutkan

beberapa hal mengenai penghasilan menurut (SAK, 2004,

hal 12) antara lain :

1. Pada paragraf 69
20

Penghasilan Bersih (laba) seringkali digunakan sebagai

ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain

seperti imbalan investasi (Return of Investment) atau

penghasilan per saham (Earning Per Share) unsur yang

langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan

bersih (Laba) adalah penghasilan dan beban.

2. Pada paragraf 70

Penghasilan (Income) adalah kenaikan manfaat ekonomi

selama penambahan suatu periode akuntansi dalam

bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau

penerunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan

ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman

modal.

Earnings dihasilkan oleh proses akuntansi dan disajikan dalam

laporan laba rugi. Generally accepted accounting principle (GAAP)

menyatakan bahwa pengakuan pendapatan terjadi pada saat transfer of

title, tanpa memperdulikan apakah perusahaan sudah atau belum

menerima pembayaran tunai (accrual basis). Biaya yang berkaitan

langsung dengan pendapatan akan diakui pada periode yang sama dengan

pengakuan pendapatan. Biaya lain yang tidak berkaitan langsung dengan

pendapatan akan diakui pada periode terjadinya.

Menurut Damodaran ada tiga faktor signifikan yang berikut

mempengaruhi accounting earnings, tetapi tidak mempengaruhi arus kas,


21

yaitu: (1) Operating versus capital expenditure, menurut akuntansi,

pengeluaran yang diperkirakan mempunyai masa manfaat dalam beberapa

periode akuntansi, tidak akan dikurangkan langsung ke pendapatan pada

periode terjadinya, tetapi akan ditangguhkan dan akan dikurangkan atau

dibebankan ke pendapatan beberapa periode yang akan datang, yang

diperkirakan menerima manfaat dari pengeluaran tersebut. Sebaliknya,

arus kas hanya memperhatikan saat terjadinya transaksi tunai (cash basis)

(2) Biaya-biaya non kas, beberapa jenis biaya yang bersifat non kas,

seperti penyusutan dan amortisasi akan dikurangkan dari pendapatan untuk

memperoleh earnings (3) Accrual versus cash revenue and expenses,

adanya perbedaan waktu antara pengakuan transaksi secara accrual

dengan penerimaan atau pembayaran tunai akan menyebabkan perbedaan

antara pendapatan dan biaya.

2.2.5 Return Saham

Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara

pendapatan investasi selama beberapa periode dengan

jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor

mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko

kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor

berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang

optimal dengan menentukan konsep investasi yang

memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan


22

yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat

keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital

gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya

dihitung dengan mengurangkan harga saham periode

tertentu dengan harga saham periode sebelumnya dibagi

dengan harga saham sebelumnya.

Tujuan corporate finance adalah memaksimumkan nilai

perusahaan. Tujuan ini bisa menyimpan konflik potensial antara pemilik

perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan menikmati laba yang besar,

nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai

hutang perusahaan (dana kreditur) tidak terpengaruh. Sebaliknya, apabila

perusahaan mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan, maka hak

kreditur akan didahulukan sementara nilai saham merupakan indeks yang

tepat untuk mengukur efektivitas perusahaan, sehingga seringkali

dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan juga berarti

memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return)

yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan.

Return bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai

ataupun adanya perubahan harga saham pada suatu periode. (Ross, 2002)

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.

Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau

return ekspektasi (expected return). Return realisasi


23

merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung

berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari

perusahaan. Return Historis ini juga berguna sebagai dasar

penentuan return ekspektasi dan resiko di masa mendatang.

Return Ekspektasi adalah return yang diharapkan akan

diperoleh oleh investor di masa mendatang. Return

ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return terdiri dari capital

gain dan yield. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

(Jogiyanto, 2000)

Return = Capital Gain (loss) + Yield

Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari

harga investasi sekarang relatif dengan periode yang

lalu. Rumusnya sebagai berikut : (Jogiyanto, 2000)

Pt − Pt −1
Capital gain atau capital loss =
Pt −1

Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga

investasi periode yang lalu (Pt – 1 ) ini berarti terjadi

keuntungan modal. Jika sebaliknya maka terjadi kerugian

modal (capital loss).

Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik

terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investai.

Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga

saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah


24

persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga

obligasi periode sebelumnya. Dengan demikian, return total

dapat juga dinyatakan sebagai berikut : (Jogiyanto, 2000)

Pt − Pt −1
Return = + Yield Deviden
Pt −1
25

2.3 Kerangka Pemikiran

Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang

diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return

bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan deviden tunai ataupun adanya

perubahan harga saham pada suatu periode.

Bahwa EVA dan earning mempunyai pengaruh yang lebih nyata

terhadap return yang diterima oleh pemegang saham dan nilai perusahaan,

serta mengevaluasi komponen unik EVA yang mana yang mempunyai

pengaruh terhadap return.

Alur kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1
Alur Kerangka Pemikiran

EVA
(X1)
Return
(Y)
Earning
(X2)

2.4 Hipotesis

Hipotesis alternatif merupakan dugaan atau jawaban sementara yang

peneliti ajukan adalah :

1. EVA berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur pada

Bursa Efek Indonesia.

2. Earning berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur pada

Bursa Efek Indonesia.


26

3. EVA dan earning secara simultan atau bersama-sama mempunyai

pengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur pada Bursa Efek

Indonesia.
27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Obyek Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara

variabel-variabel. Oleh karena itu jenis penelitian yang dipakai adalah

eksplanatory. Menurut Singarimbun (1995 : 5), penelitian eksplanatory

adalah penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antara variabel-

variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya.

3.1.2 Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Pengkajian pada obyek penelitian adalah laporan keuangan selama

tahun 2002 – 2007.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,

maka dapat dijelaskan variabel operasional sebagai berikut :

1. Economic Value Added adalah metode manajemen keuangan untuk

mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa


28

kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu

memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. (Tunggal, 2001)

2. Earning merupakan proses akuntansi dan disajikan dalam laporan laba

rugi dan mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan.

3. Return saham adalah pengembalian yang diterima oleh pemegang saham

dari perusahaan yang bersangkutan. Return yang diteliti dari laporan

keuangan adalah lima hari setelah tanggal penerbitan.

3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa

data sekunder yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal

(PIPM) Pekalongan. Data sekunder yang diperlukan adalah

laporan keuangan selama tahun 2002 – 2007.

Metode Pengumpulan data dilakukan secara random sampling, yaitu

dilakukan dengan cara mengambil subyek secara acak, namun memiliki

kriteria sebagai :

1. Sampel perusahaan terdaftar sebelum tahun 2002 – 2007

2. Tidak melakukan stock split deviden yang mengurangi laba

3. Perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 6 perusahaan yang mewakili

perusahaan manufaktur.
29

Metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan

keterbatasan waktu, tenaga dan dan sehingga tidak dapat melakukan

pengumpulan data yang lebih besar. (Suharsimi Arikunto, 1998 : 127)

3.4 Teknik Analisis

1. Analisis Economic Value Added (EVA)

Analisis yang digunakan untuk mengukur nilai tambah perusahaan (EVA)

digunakan rumus :

EVA = NOPAT – (WACC x TA)

Dimana :

NOPAT : Net Operating Profit After Taxes

WACC : Weighted Average Cost of Capital

TA : Total Asset (Total Modal)

Jika nilai Economic Value Added (EVA) yang dihasilkan sebagai

berikut :

EVA > 0 maka ada tambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan

EVA = 0 maka dapat dianggap impas karena semua laba digunakan untuk

membayar kewajiban

EVA < 0 maka tidak memberikan nilai tambah ekonomis ke dalam

perusahaan karena laba tersedia tidak bisa memenuhi

harapan dari pemilik saham.

Perhitungan WACC digunakan rumus :

WACC = (ke x We) + ([kd x (1 – t)] x Wd) …… (Pradhono, 2004)

Dimana :
30

We : Persentase ekuitas dalam struktur modal

Wd : Persentase hutang dalam struktur modal

ke : Besarnya biaya modal

kd : Besarnya tax shield

2. Analisis Earnings

Earning merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan. Adapun besarnya earning dapat dilihat dari laba bersih yang

diperoleh perusahaan.

3. Analisis Return Saham

Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara

pendapatan investasi selama beberapa periode dengan

jumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat return saham

yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut :

Pt − Pt −1
R =
Pt −1

Dimana :

R = Tingkat return saham

P t-1 = Harga saham awal periode t+1 atau akhir pariode

Pt = Harga saham akhir periode

4. Uji Asumsi Klasik


31

Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan adalah regresi untuk

menguji hipotesis, sebelum melakukan uji ini yang diuji terlebih dahulu

adalah asumsi klasik, karena secara teoritis model regresi penelitian ini

akan menghasilkan nilai parameter apabila asumsi klasik regresi terpenuhi.

Pada penelitian ini dilakukan empat pengujian asumsi klasik, yaitu :

normalitas, multikolieritas, autokorelasi dan heterokeastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,

variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normalatau

tidak. (Ghozali, 2005)

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya

mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik

ada model regresi yang berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditujukan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara

variabel bebas (independen). (Ghozali, 2005)

Uji Multikolineritas dilakukan dengan menghitung nilai

tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel

independen. Jika nilai tolerance > 0,10, maka tidak terjadi

multikolinieritas, atau dengan melihat nilai VIF, jika nilai VIF < 10,

maka tidak terjadi multikolinieritas.


32

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model

regresi linier ada korelasi antara pengganggu pada atau antara anggota

serangkaian observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu (time

series) (Ghozali, 2005). Untuk menguji adanya autokorelasi digunakan

metode Durbin Watson (Uji DW).

Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat

satu (first order autocorelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara

variabel independen.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005).

Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji

Glejser. Dengan menggunakan uji Glejser, nilai absolut residual

diregresikan pada tiap-tiap variabel independen. Masalah

heteroskedastesitas terjadi jika ada variabel yang secara statistik

signifikan.

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis

regresi linier berganda yang merupakan suatu alat analisis yang berusaha
33

menemukan bentuk atau pola hubungan (pengaruh) antara variabel terikat

dengan dua atau lebih variabel bebas dan seberapa besar pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut. Analisis ini dengan

menggunakan bantuan program komputer statistik, yaitu dengan SPSS

Ver. 15.00 for windows.

Analisis regresi linier berganda yaitu analisis yang dilakukan untuk

mengetahui pengaruh EVA (X1), dan earnings (X2) terhadap return saham

(Y).

Y = a + b1X1 + b2X2 ….. (Djarwanto, 1995)

di mana :

Y = Variabel return saham

X1 = Variabel EVA

X2 = Variabel earnings

a = konstanta

b1 dan b2 = koefisien

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan oleh peneliti adalah uji F (pengujian

hipotesis secara simultan atau bersama-sama) dan uji t (pengujian

hipotesis secara parsial/individu).

a. Uji t (uji secara parsial)

Untuk menguji secara parsial variabel independen EVA (X1), dan

earnings (X2) mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel

return saham (Y), maka digunakan uji t.


34

Pengujian partial regresion coefeicient dilakukan sebagai berikut :

1) Ho : Variabel X1 atau X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap Y

Ha : Variabel X1 atau X2 berpengaruh signifikan terhadap Y

2) Taraf nyata (α) = 5% atau 0,05

3) Derajat kebebasan (dk) = (k – 1)/(n – k)

b. Uji F (F-test)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

EVA (X1), dan earnings (X2) mempunyai pengaruh atau tidak

terhadap variabel return saham (Y).

1) Ho : Variabel X1 dan X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap Y

Ha : Variabel X1 dan X2 berpengaruh signifikan terhadap Y.

2) Taraf nyata (α) = 5% atau 0,05

3) Derajat kebebasan (dk) = (k – 1)/(n – k)

You might also like