You are on page 1of 6

1. OTITIS MEDIA.

Antibiotika lini kedua diindikasikan bila: antibiotika pilihan pertama gagal, riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama, hipersensitivitas terhadap antibiotika pilihan pertama, organisme telah resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang terlebih dahulu dibuktikan dengan tes sensitivitas, atau karena adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua. Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten (menetap lebih dari 6 hari) adalah dengan memulai kembali antibiotika dengan memilih antibiotika yang berbeda dengan terapi pertama. Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis media ulangan adalah dengan menggunakan amoksisilin 20 mg/kg sekali sehari selama 2-6 bulan, terbukti mampu mengurangi insiden otitis media sebesar 40-50% Terapi penunjang: Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyaman khusus pada anak Dekongestan dan antihistamin hanya direkomendasikan bila ada peran alergi yang dapat berakibat kongesti pada saluran nafas atas.

2. OTITIS MEDIA Otitis media (bahasa Latin untuk "infeksi dari the telinga tengah") adalah peradangan telinga tengah, atau infeksi telinga tengah.

3. Terapi pengganti OTITIS MEDIA

Terapi utama: Terapi otitis media akut adalah antibiotika oral dan tetes jika disertai pengeluaran sekret. Lama terapi antibiotik ini 5 hari bagi pasien dengan resiko rendah (anak usia lebih dari 2 tahun serta tidak memiliki riwayat ulangan ataupun otitis kronis), dan 10 hari bagi pasien resiko tinggi Antibiotika yang digunakan dapat berupa antibiotika lini pertama dan antibiotika lini kedua. Antibiotika lini pertama adalah amoksisilin dengan dosis 20-40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3, bagi pasien otitis resiko rendah. Sedangkan antibiotika lini kedua dapat berupa amoksisilin-asam klavulanat dengan dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, atau cefuroksim dengan dosis anak 40 mg/kg/hari yang terbagi dalam 2 dosis, atau cefprozil dengan dosis anak 30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, atau cefixime dengan dosis anak 8 mg/kg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi 2.

Antibiotika lini kedua diindikasikan bila: antibiotika pilihan pertama gagal, riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama, hipersensitivitas terhadap antibiotika pilihan pertama, organisme telah resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang terlebih dahulu dibuktikan dengan tes sensitivitas, atau karena adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua. Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten (menetap lebih dari 6 hari) adalah dengan memulai kembali antibiotika dengan memilih antibiotika yang berbeda dengan terapi pertama. Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis media ulangan adalah dengan menggunakan amoksisilin 20 mg/kg sekali sehari selama 2-6 bulan, terbukti mampu mengurangi insiden otitis media sebesar 40-50% Terapi penunjang: Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyaman khusus pada anak Dekongestan dan antihistamin hanya direkomendasikan bila ada peran alergi yang dapat berakibat kongesti pada saluran nafas atas.

SINUSITIS

Antibiotika untuk terapi sinusitis diantaranya: Antibiotika lini pertama pada sinusitis akut Amoksisilin dengan dosis pada anak 20-40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3, sedangkan pada orang dewasa dosisnya 3x500 mg perhari. Amoksisilin-asam klavulanat dengan dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2 dan pada dewasa 2x875 mg perhari. Kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol (kotrimoksazol) dosis anak 6-12 mg/kg/hari trimetoprim dan 30-60 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dosis dewasa 2x2 tablet Eritromisin, dosis anak 30-50 mg/kg/hari setiap 6 jam, dan dosis dewasa 4x250 mg Doksisiklin, hanya untuk dewasa dengan dosis 2x100 mg Antibiotika lini kedua pada sinusitis akut Amoksisilin-asam klavulanat dengan dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dan dosis dewasa 2x875 mg perhari Cefuroksim, untuk dewasa 2x500 mg perhari Klaritromisin, dosis anak 15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dosis dewasa 2x250 mg perhari Azitromisin, dosis dewasa 1x500 mg, kemudian 1x250 mg selama 4 hari berikutnya

Levofloksasin, dosis dewasa 1x250-500 mg perhari Antibiotika untuk terapi sinusitis kronis Amoksisilin-asam kalvulanat, dosis anak 25-45 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2, dosis dewasa 2x875 mg perhari Azitromisin, dosis anak 10 mg/kg/hari pada hari pertama diikuti 5 mg/kg/hari selama 4 hari berikutnya dalam dosis tunggal, dosis dewasa 1x500 mg pada hari pertama diikuti 1x250 mg selama 4 hari berikutnya. Levofloksasin, untuk dewasa 1x250-500 mg

FARINGITIS

Terapi faringitis Terapi utama Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Grup A Antibiotika terapi faringitis dapat berasal dari penisilin dan derivatnya, sefalosporin dan makrolida Penisilin dan turunannya termasuk amoksisilin menjadi pilihan terapi lini pertama Lama terapi antibiotika oral adalah 10 hari, kecuali dengan azitromisin cukup 5 hari Antibiotika pilihan untuk faringitis adalah: Penisilin G dengan dosis 1x1,2 juta unit secara intramuskular (IM) dalam dosis tunggal Penisilin VK dengan dosis anak 2-3x250 mg perhari selama 10 hari Amoksisilin dengan dosis anak 3x250 mg selama 10 hari Eritromisin dengan dosis anak 4x250 mg selama 10 hari Terapi pendukung Analgesik dan antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen Kumur dengan larutan garam atu gargarisma Gunakan tablet hisap untuk nyeri tenggorokan

1. TES MANTOUK

Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.

BTA POSITIF

Tes BTA (Batang Tahan Asam) yang dilakukan pada dahak orang yang dicurigai mempunyai TB aktif. Hasil positif menunjukkan adanya basil TB dan dapat menular pada orang.

2. CARA TEST Tes Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan protein dari kuman Mycobacterium tuberculosis pada lengan bawah anak. Agar hasilnya akurat, penyuntikannya harus benar-benar teliti. Bahan yang dimasukkan harus dengan dosis tepat dan masuk sepenuhnya ke dalam kulit, bukan di bawah kulit. Kemudian, reaksi yang dihasilkan harus dibaca tepat waktu.

Untuk memastikan anak terinfeksi kuman TBC atau tidak, akan dilihat indurasinya setelah 48-72 jam. Indurasi ini ditandai dengan bentuk kemerahan dan benjolan yang muncul di area sekitar suntikan. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-9 mm dinilai meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif.

BTA POSITIF a, Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif b. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif

3. GEJALA Ciri-ciri gejala awal orang yang terkena infeksi penyakit TBC bisa dikenali dari tanda-tanda kondisi pada fisik penderitanya, yaitu salah satunya penderita akan mengalami demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, deman tsb biasanya dialami pada malam hari disertai dengan keluarnya keringat. Kadang-kadang derita demam disertai dengan influenza yang bersifat timbul sementara kemudian hilang lagi. Berikut ini adalah gejala penyakit TBC paru-paru yang bisa kita kenali sejak dini :

Ketika penderita batuk atau berdahak biasanya disertai keluarnya darah. Penderita mengalami sesak napas dan nyeri pada bagian dada. Penderita mengalami deman (meriang panas dingin) lebih dari sebulan Penderita berkeringan pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas. Badan penderita lemah dan lesu Penderita mengalami penurunan berat badan dikarenakan hilangnya nafsu makan Urin penderita berubah warna menjadi kemerahan atau keruh. Ciri gejala ini muncul pada kondisi selanjutnya

4. OBAT YANG DIGUNAKAN Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

5. CARA OBAT DIBERIKAN DAN BERAPA LAMA Pengobatan TBC pada orang dewasa Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada: Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada: Penderita kambuh. Penderita gagal terapi. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3

Diberikan kepada: Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif. Pengobatan TBC pada anak Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu: 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. 6. Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak 7. BERAT BADAN (KG) 8. 2 BULAN TIAP HARI RHZ (75/50/150) 11. 1 tablet 14. 2 tablet 17. 3 tablet 20. 4 tablet 9. 4 BULAN TIAP HARI RH (75/50) 12. 1 tablet 15. 2 tablet 18. 3 tablet 21. 4 tablet

10. 5-9 13. 10-14 16. 15-19 19. 20-32 22. 23. 24. 25. 26.

Keterangan: Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit Anak dengan BB 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.

7.PASIEN TIDAK MENDAPAT ETAMBUTOL Obat ini merupakan obat-obatan ophtalmotoxic atau memberikan efek buruk pada. Akibat dari penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan ketajaman pengelihatan dan buta warna karena rusaknya sel-sel konus di retina. 8.

You might also like