You are on page 1of 3

Teori sistem dunia

Teori sistem dunia adalah adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan bertujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern. Kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas. Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah, banyak negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi pinggiran dan pinggiran. Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini memerlukan kategori semi pinggiran, yaitu: 1. Dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi sistem dunia 2. Dibutuhkannya Sarana pengembangan modal untuk industri dari negara sentral. Disintegrasi sistem dunia sangat mungkin terjadi sebagai akibat kecemburuan negara pinggiran dengan kemajuan yang dialami oleh negara sentral. Kekhawatiran akan timbulnya gejala disintegrasi ini dikarenakan jumlah negara miskin yang sangat banyak harus berhadapan dengan sedikit negara maju. Solusi yang ditawarkan adalah membentuk kelompok penengah antara keduanya atau dengan kata lain adanya usaha mengurangi disparitas antara negara maju dan negara miskin. Secara ekonomi, negara maju akan mengalami kejenuhan investasi sehingga diperlukan perluasan atau ekspansi pada negara lain. Upaya perluasan investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin. Negara ini kemudian dikenal dengan istilah negara semi pinggiran, Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan yang disampaikan olehnya, antara lain : 1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu keniscayaan bagi banyak negara. 2. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan perubahan radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia. 3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen berbeda dengan perjuangan kelas yang berskala nasional. Pengaruh Teori Sistem Dunia Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan keberhasilan pembangunan ekonomi pada negara pinggiran dan semi pinggiran. Negara-negara sosialis, yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme dunia, hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia. Negara sosialis yang kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kepitalis dunia adalah China, khususnya ketika

periode pengintegrasian kembali (Penelitian So dan Cho dalam Suwarsono dan So, 1991). Teori ini yang melakukan analisa dunia secara global, berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah merambah jauh jauh menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar individu. Sehingga itulah, kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan bentuk negara. Pendapat para ahli 1. Wallerstein: Fase Penurunan Sistem Ekonomi-Kapitalis Dunia Wallerstein berpendapat bahwa "pembangunan" atau "keterbelakangan" dari suatu wilayah geografis tertentu tidak dapat dianalisis tanpa meletakan wilayah geografis tersebut dalam konteks "irama siklus" dan kecenderungan "perputaran ekonomi dunia" secara keseluruhan. Penjelasan perangkat "irama siklus" dalam sistem ekonomi dunia (siklus Kondratieff dan siklus logistik) Daerah Sentral Secara umum fase penurunan sistem ekonomi dunia memberikan pengaruh yang sama untuk semua wilayah. Dengan adanya penurunan dalam permintaan dan keuntungan, untuk dapat mempertahankan tingkat laba yang telah dicapai, tersedia dua pilihan kebijaksanaan ekonomi (pengurangan biaya dan perluasan pangsa pasar). Fase penurunan sistem ekonomi-kapitalis juga memberikan kemungkinan terjadinya konsentrasi modal. Kolonialisme merupakan cara lain, yang lebih bersifat politik, yang dapat dilakukan negara sentral untuk melaksanakan konsentrasi modal. Wilayah Pinggiran Negara pinggiran yang lebih bergantung pada industri bahan makanan pokok juga menanggapi krisis abad ke-17 dengan berbagai alternatif kebijakan ekonomi yang tersedia, antara lain dengan kebijaksanaan penekanan biaya khususnya biaya produksi. Penjelasan negara pinggiran Eropa Timur (kaitan antara biaya produksi dan hasil produksi, hasil produksi dan pangsa pasar). Wilayah Semi-Pinggiran Pembedaan wilayah negara semi-pinggiran berdasarkan proses lahirnya (2 kategori). Contoh negara semipinggiran kategori pertama (Polandia dan Portugis) dan kategori kedua (Swedia). 2. Bergessen dan Schoenberg: Gelombang Panjang Kolonialisme Menurut Bergessen dan Schoenberg, kebanyakan studi tentang kolonialisme dibuat dengan hanya satu titik tolak, yakni dari sudut pandang negara sentral saja atau dari sudut pandang negara pinggiran saja. Tujuan hasil kajian Bergessen dan Schoenberg adalah mencoba menjelaskan kolonialisme sebagai satu bentuk dinamika kolektif yang khas dari tata ekonomi kapitalis dunia, dan menggiring analisa kolonialisme pada tataran analisa yang lebih tinggi dan abstrak dari sekedar tingkat nasional yang diskrit. Pengukuran Kegiatan Kolonialisme Contoh mengukur kolonialisme pada tataran skala global dunia: "ukuran kehadiran pemerintah kolonial" sebagai tolok ukur kolonialisme. Penjelasan gelombang panjang kolonialisme dengan ciri peningkatan keluasan (cakupan) dan frekuensi dari putaran global (merupakan refleksi dari peningkatan kemakmuran dan kekayaan sistem ekonomi-kapitalis dunia).

Model Teoritis Rumusan teoritis yang diajukan Bergessen dan Schoenberg bertumpu pada tiga faktor yang saling terkait (distribusi kekuasaan di negara-negara sentral, stabilitas negara-negara sentral, jawaban sistemik terdiri dari kolonialisme atau merkantilisme. Penjelasan kondisi penyebaran kekuasaan yang kurang lebih merata pada berbagai negara sentral (a multicentric core). Penjelasan kondisi konsentrasi kekuasaan pada satu atau sedikit negara sentral (a unicentric core). Menurut Bergessen dan Schoenberg, bedasarkan analisis dan perbandingan ketiga gelombang panjang kolonialisme, seiring dengan perjalanan waktu; ciri merusak kolonialisme makin berkurang, berlangsung lebih singkat (pendek) namun dengan jangkauan wilayah yang lebih luas.. Gelombang Pertama (1500-1815) dikenal dengan "penjajahan pendudukan", dengan tingkat kerusakan yang paling tinggi. Gelombang kedua ekspansi kolonialisme (1870-1945) terpusat di Afrika, India dan Asia; dengan skala dan jumlah akibat kerusakannya lebih kecil dan lebih bersifat "penguasaan". Gelombang terakhir (ketiga) kolonisasi terjadi setelah tahun 1973, lebih dalam bentuk "ketergantungan" negara pinggiran dan negara berkembang serta dominannya pengaruh negara sentral. Kritikan Dua kritik utama yang diajukan terhadap perspektif sistem dunia adalah bahwa konsep sistem dunia seakan-akan merupakan sesuatu yang sangat nyata dan berwujud dan perspektif ini telah hampir secara sempurna meninggalkan sepesifikasi sejarah pada tingkat nasional. Selanjutnya, perspektif ini juga dituduh telah meninggalkan analisis kelas dan lebih mengunggulkan analisis stratifikasi. Kritik yang ditujukan pada perspektif sistem dunia, pada bagian ini, sebagian besar mengacu pada kritik yang diajukan Zeitlin. Menurut Zeitlin, perhatian Wallerstein yang selalu dicurahkan pada "totalitas" telah menghalanginya untuk terlibat dalam "analisis sejarah yang konkrit dan spesifik dari suatu masyarakat tertentu. Peneliti yang mengikuti perspektif sistem dunia tidak akan mampu menjawab pertanyaan kritis tertentu. Misalnya, mereka akan gagal untuk memberikan jawaban yang memuaskan tentang bagaimana suatu konfigurasi sejarah tertentu dengan hubungan sosial dari suatu formasi sosial tertentu berpengaruh pada perkembangan internal dari suatu masyarakat. Teori sistem dunia dianggap lebih memperhatikan hubungan pertukaran distribusi barang di pasar dibandingkan analisis kelas dan konflik kelas di arena produksi. Menurut Zeitlin, ketika Wallerstein berbicara tentang "kelas", sesungguhnya apa yang dimaksud adalah stratifikasi, yang ukurannya ditentukan oleh tempat berdasarkan urutan penjejangan pekerjaan di dalam tatanan kapitalis dunia. Model stratifikasi ini bukan tanpa masalah karena, menurut Zeitlin, model ini menyembunyikan ciri nyata dari hubungan kelas sosial dan mengaburkan asal usul sejarah pembentukannya; sehingga akan mengubah keterkaitan yang nyata antara pembagian kerja dan hubungan kelas, menjadi kacau balau.

You might also like