You are on page 1of 16

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulangulang.

. Diagnosa ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski, 1988). Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan ungsi otak yang dikarakteristikkan oleh kejang berulang. !ejang merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel sara korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, akti"itas motorik, atau gangguan enomena sensori. Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan #iri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel sara otak, yang bersi at re"ersibel dengan berbagai etiologi. Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai ma#am etiologi dengan #iri-#iri timbulnya serangan paroksimal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak se#ara berlebihan dengan berbagai mani estasi klinik dan laboratorik. 2. Epidemiologi $ada tahun %&&&, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah '& juta orang, () juta orang diantaranya adalah epilepsi primer, dan 8&* tinggal di negara berkembang. +aporan ,-. (%&&1) memperkirakan bah/a rata-rata terdapat 8,% orang penyandang epilepsi akti diantara 1&&& orang penduduk, dengan angka insidensi '& per 1&&.&&& penduduk. 0ngka pre"alensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang. -asil penelitian 1ha#kleton dkk (1999) menunjukkan bah/a angka insidensi kematian di kalangan penyandang epilepsi adalah 2,8 per 1&&& orang. 1ementara hasil penelitian 1ilanpaa dkk (1998) adalah sebesar 2,%( per 1&&& penyandang. 3. Penyebab $enyebab spesi ik dari epilepsi sebagai berikut 3

o !elainan yang terjadi selama perkembangan janin4kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami in eksi, minum al#ohol, atau mengalami #idera. o !elainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan. o 5idera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak o 6umor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anak-anak. o $enyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak o 7adang atau in eksi pada otak dan selaput otak o $enyakit keturunan seperti enilketonuria ( ku), s#lerosis tuberose dan neuro ibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang. o !e#endrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. -al ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak 1. Epilepsi $rimer (8diopatik) Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak diduga bah/a terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan 9at kimia/i dan sel-sel sara pada area jaringan otak yang abnormal. $enyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (8diopatik). 1ering terjadi pada3 1. 6rauma lahir, 0sphy:ia neonatorum %. 5edera !epala, 8n eksi sistem syara (. !era#unan 5., intoksikasi obat4alkohol ;. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia) '. 6umor .tak 2. !elainan pembuluh darah %. Epilepsi 1ekunder (1imtomatik) Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak. !elainan ini dapat disebabkan karena diba/ah sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada /aktu lahir atau pada masa perkembangan anak, #edera kepala (termasuk #edera selama atau sebelum kelahiran), gangguan

metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, enilketonuria ($!<), de isiensi "itamin =2), aktor- aktor toksik (putus alkohol, uremia), ense alitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma. $enyebab step 4 #hildhood epilepsi 4 epilepsi anak-anak3 e"er 4 panas (these are #alled ebrile sei9ures) geneti# #auses head injury 4 luka di kepala. in e#tions o the brain and its #o"erings la#k o o:ygen to the brain4 kekurangan oksigen, terutama saat proses kelahiran. hydro#ephalus4pembesaran ukuran kepala (e:#ess /ater in the brain #a"ities) disorders o brain de"elopment 4 gangguan perkembangan otak. (6ar/oto, %&&)) . Pato!i"iologi !ejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah okus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. 0kti"itas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut. +esi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersi at apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang otak umumnya tidak memi#u kejang. Di tingkat membran sel, sel okus kejang memperlihatkan beberapa enomena biokimia/i, termasuk yang berikut 3 o 8nstabilitas membran sel sara , sehingga sel lebih mudah mengalami pengakti an. o >euron-neuron hipersensiti dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpi#u akan melepaskan muatan menurun se#ara berlebihan. o !elainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang /aktu dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau de isiensi asam gamaaminobutirat (?0=0). o !etidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimia/i neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron. ?angguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.

$erubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian disebabkan oleh meningkatkannya kebutuhan energi akibat hiperakti"itas neuron. 1elama kejang, kebutuhan metabolik se#ara drastis meningkat, lepas muatan listrik sel-sel sara motorik dapat meningkat menjadi 1&&& per detik. 0liran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. 0setilkolin mun#ul di #airan serebrospinalis (511) selama dan setelah kejang. 0sam glutamat mungkin mengalami deplesi selama akti"itas kejang. 1e#ara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. =ukti histopatologik menunjang hipotesis bah/a lesi lebih bersi at neurokimia/i bukan struktural. =elum ada aktor patologik yang se#ara konsisten ditemukan. !elainan okal pada metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. @okus kejang tampaknya sangat peka terhadap asetikolin, suatu neurotransmitter asilitatorik, okusokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan asetilkolin. #. Kla"i!i$a"i 0da dua golongan utama epilepsi yaitu serangan parsial atau okalyang mulai pada suatu tempat tertentu di otak, biasanya di daerah korteks serebri A dan serangan umum yang agaknya men#akup seluruh korteks serebri dan diense alon ($ri#e, 199') a. !ejang umum, kejang grand mal ditandai oleh empat ase3 1. %a"e a&ra- seseorang mengalami berbagai sensai sebelum kejadian kejang kronik. 1ensasi ini merupakan tanda akan datangnya kejang. 1ensasi mungkin merupakan pen#iuman, pusing, #ahaya, rasa tertentu, baal atau getaran pada tangan. %. %a"e toni$-ditandai oleh hilangnya kesadaran, jeritan (suara bernada tinggi disebabkan le/atnya udara melalui laring yang menutup disertai kontraksi maksimal otot-otot dada dan perut), tubuh kaku karena kontraksi tiba-tiba dari seluruh otot "olunteer ( tangan leksi, kaki ekstensi dan gigi rapat). (. %a"e $loni$-ditandai oleh gerakan-gerakan kejang agitasi seluruh tubuh karena pergantian relaksasi dan kontraksi yang #epat dari seluruh otot "olunteer. $ernapasan terhenti dan terjadi sianosis. Bungkin disertai mulut berbusa karena

banyaknya sali"a yang mungkin ber/arna merah bila terjadi pendarahan karena tergigitnya lidah. ;. %a"e pem&li'an ata& po"ti$tal-ditandai oleh nerhentinya gerakan-gerakan kejang. 8ndi"idu tidak sadar. !esadaran dan semua gerakan "olunteer perlahan kembali. !ebingungan, agitasi dan peka rangsang mungkin mun#ul. 8ndi"idu akan merasa lelah. Bungkin mengalami inkontinensia urine. 8ndi"idu jua lupa akan kejang yang dialaminya. !ejang petit-mal(juga disebut takada kejang) ditandai hilangnyakesadaran singkat yang terjadi tiba-tiba tanpa disertai hilangnya tonus otot. 1elama serangan, mungkin mun#ul lip smaking, pandangan kosong dan lurus ke depan, atau kelopak mata berkedip se#ara ritmis. b. !ejang okal atau parsial Ke(ang !o$al "eder'ana ditandai dengan kejang pada bagian tubuh tertentu merupakan tempat dimana konduksi neural abnormal terjadi gon#angan pada satu sisi /ajah meluas kepada otot-otot tubuh pada sisi yangt sama. ?ejala somatosensori bisa terjadi misalnya kesemutan, rasa logam, halusinasi "isualA gejala otonom juga dapat terjadi seperti mual, berkeringat, indi"idu tidak mengalami kehilangan kesadaran. Ke(ang !o$al $omple$" ditandai oleh adanya kehilangan kesadaran, disertai tingkah laku ka#au seperti lip smaking, menarik-narik pakaian, atau menunjukkan jari. !emudian ka#au mental dan peka rangsang terjadi kemudian. !ejang parsial dapat berkembang menjadi kejang umum. Dengan kejang pertama, seseorang dira/at dan mengalami pemeriksaan diagnosti# lengkap untuk menentukan penyebab kejang. 7+$ untuk diklasi ikasi !D= dari epilepsi adalah ',( hari (+oren9,1991). 6idak ada uji laboratorium untuk menegakkan diagnosa kejang. Diagnosa didasarkan pada obser"asi perilaku pasien. ). Pemeri$"aan %i"i$

$ada pengkajian isik se#ara umum, sering didapatkan pada a/al pas#a kejang klien mengalami kon usi dan sulit untuk bangun. $ada kondisi yang lebih berat sering dijumpai adanya penurunan kesadaran. =1 (=reathing)

8nspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak na as, penggunaan otot bantu na as, dan peningkatan rekuensi perna asan yang sering didapatkan pada klien epilepsi disertai adanya gangguan pada sistem perna asan. =% (=lood) $engkajian pada sistem kardio"askular terutama dilakukan pada klien epilepsi tahap lanjut apbila klien sudah mengalami syok. =( (=rain) $engkajian brain merupakan pemeriksaan okus dan lebih lengkap dibandingkan pada sistem lainnya. =; (=ladder) $emeriksaan pada sistem kemih biasanya didapatkan berkurangnya "olume output urine, hal ini berhubungan dengan penurunan per usi dan penurunan #urah jantung ke ginjal. =' (=o/el) Bual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi aam lambung. $emenuhan nutrisi pada klien epilepsi menurun karena anoreksia dan adanya kejang. =2 (=one) $ada ase akut setelah kejang sering didapatkan adanya penurunan kekuatan otot dan kelemahan isik se#ara umum sehingga mengganggu akti"itas pera/atan diri. Pemeriksaan saraf kranial 1ara 8, biasanya pada klien epilepsi tidak ada kelainan dan ungsi pen#iuman tidak ada kelainan. Saraf II, tes pada ketajaman pengelihan pada kondisi normal Saraf III, IV, VI, dengan alasan yang tidak diketahui, klien epilepsi mengeluh mengalami oto obia (sensiti yang berlebihan terhadap #ahaya)

Saraf V, pada klien epilepsi pada umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot /ajah dan re leks kornea biasanya tidak ada kelinaan. Sraf VII, persepsi penge#apan dalam batas normal, /ajah simetris. Saraf VIII, tidak ditemukan adanya kondisi tuli kondukti dan tuli persepsi Saraf IX dan C, kemampuan menelan baik Saraf XI, tidak ada atropi ototsternokleidomastoideus dan trae9ius. Saraf XII, lidah simetris, tidak ada de"iasi pada satu sisi dan tidak ada asikulasi, indra penge#apan normal. Fungsi serebral Status mental, obser"asi penampilan dan tingkah laku klien, nilai gaya bi#ara dan obser"asi, ekspresi /ajah, akti"itas motorik pada klien epilepsi tahap lanjut biasanya mengalami perubahan status mental seperti adanya gangguan prilaku, alam perasaan dan persepsi., Sistem motorik, kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada epilepsi tahap lanjut mengalami perubahan Sistem sensorik, pemeriksaan sensorik pada epilepsi biasanya didapatkan perasaan raba normal, suhu normal, tidak ada perasaan abnormal dipermukaan tubuh, perasaan propriosepti normal dan perasaan diskriminati normal. $eka rangsang #ahaya merupakan tanda khas dari epilepsi. $as#akejang sering dikeluhkan adanya nyeri kepala yang bersi at akut. Gerakan involunter, tidak ditemukan adanya tremor, 6i#, distonia. $ada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, pada anak dengan epilepsi disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi, Tingkat Kesadaran, kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting yang membutuhkan pengkajian. 6ingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensiti untuk dis ungsi sistem persara an. =eberapa sistem digunakan untuk peringkat perubahan dalam ke/aspadaan dan kesadaran. *. Pemeri$"aan Diagno"ti$ 1. $ungsi +umbal $ungsi lumbal adalah pemeriksaan #airan serebrospinal (#airan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti ke#urigaan meningitis. $emeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi.

Bemiliki tanda peradangan selaput otak (#ontoh 3 kaku leher) Bengalami #omple: partial sei9ure !unjungan ke dokter dalam ;8 jam sebelumnya (sudah sakit dalam ;8 jam sebelumnya) !ejang saat tiba di 8?D (instalasi ga/at darurat) !eadaan post-i#tal (pas#a kejang) yang berkelanjutan. Bengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal. !ejang pertama setelah usia ( tahun $ada anak dengan usia D 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada ri/ayat yang menimbulkan ke#urigaan in eksi sistem sara pusat. $ada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.

%. EE? (ele#troen#ephalogram) EE? adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. $emeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya de isit (kelainan) neurologis. 6idak ada penelitian yang menunjukkan bah/a EE? yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. ,alaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersi at predikti terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi. (. $emeriksaan laboratorium $emeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, os or, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. $emeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk men#ari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin. ;. >euroimaging

Eang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah 56-s#an dan B78 kepala. $emeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. '. 56 1#an <ntuk mendeteksi lesi pada otak, okal abnormal, serebro"askuler abnormal, gangguan degenerati serebral 2. Bagnetik resonan#e imaging (B78) ). !imia darah3 hipoglikemia, meningkatnya =<>, kadar alkohol darah. +. T'erapi,Tinda$an Penanganan $engobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. $enderita akan diberikan obat antikon"ulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. $enggunaan obat dalam /aktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (#omplian#e) seta beberapa e ek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperakti , sakit kepala, dll. $enyembuhan akan terjadi pada (&-;&* anak dengan epilepsi. +ama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. $ada serangan ringan selama %-(th sudah #ukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 'th. $enghentian pengobatan selalu harus dilakukan se#ara bertahap. 6indakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan e ek sama sekali. $enanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap ke#erdasannya. Jika terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. !eterbelakangan mental di kemudian hari. !ondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya. $enatalaksanaan o @armakoterapi 0nti kon"ulsion untuk mengontrol kejang o $embedahan <ntuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali "askuler

Jenis obat yang sering digunakan 3 o $henobarbital (luminal). $aling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah. o $rimidone (mysolin) Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid. o Di enilhidantoin (D$-, dilantin, phenytoin). Dari kelompok senya/a hidantoin yang paling banyak dipakai ialah D$-. =erhasiat terhadap epilepsi grand mal, okal dan lobus temporalis.E ek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ata:ia, hiperlasi gingi"a dan gangguan darah. o 5arbama9ine (tegretol). Bempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga #arbama9ine memang mempunyaie ek psikotropik. 1i at ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.E ek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, "ertigo, disartri, ata:ia, depresi sumsum tulang dan gangguan ungsi hati. o Dia9epam. =iasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status kon"ulsi.). $emberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. 1ebaiknya diberikan i.". atau intra rektal. o >itra9epam (8nogadon). 6erutama dipakai untuk spasme in antil dan bangkitan mioklonus. o Ethosu:imide (9arontine). Berupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal o >a-"alproat (dopakene) $ada epilepsi grand mal pun dapat dipakai. .bat ini dapat meninggikan kadar ?0=0 di dalam otak. E ek samping mual, muntah, anore:ia o 0#eta9olamide (diamo:).

!adang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi. Fat ini menghambat en9im #arboni#-anhidrase sehingga p- otak menurun, in luks >a berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.

o 0561eringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme in antil. -. Pen.ega'an <paya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pen#egahan epilepsi. 7esiko epilepsi mun#ul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikon"ulsi yang digunakan sepanjang kehamilan. 5edera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat di#egah. Belalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pen#egahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pen#egahan epilepsi akibat #edera kepala. 8bu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, /anita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identi ikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau #edera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan. $rogram skrining untuk mengidenti ikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pen#egahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti kon"ulsan se#ara bijaksana dan memodi ikasi gaya hidup merupakan bagian dari ren#ana pen#egahan ini. -al yang tak boleh dilakukan selama anak mendapat serangan 3 Beletakkan benda di mulutnya. Jika anak mungkin menggigit lidahnya selama serangan mendadak, menyisipkan parahnya, tangan 0nda malah mematahkan gigi si anak. Ben#oba membaringkan anak. .rang, bahkan anak-anak, se#ara ajaib memiliki kekuatan otot yang luar biasa selama mendapat serangan benda di mulutnya kemungkinan tak banyak membantu. 0nda malah mungkin tergigit, atau

mendadak. Ben#oba membaringkan si anak ke lantai bukan hal mudah dan tidak baik juga. =erupaya menyadarkan si anak dengan bantuan pernapasan mulut ke mulut selama dia mendapat serangan mendadak, ke#uali serangan itu berakhir. Jika serangan berakhir, segera berikan alat bantu pernapasan dari mulut ke mulut jika si anak tak bernapas. 1/. Progno"i" $erjalanan dan prognosis penyakit untuk anak-anak yang mengalami kejang bergantung pada etiologi, tipe kejang, usia pada a/itan, dan ri/ayat keluarga serta ri/ayat penyakit. $asien epilepsi yang berobat teratur, sepertiga akan bebas serangan % tahun, dan bila lebih dari ' tahun sesudah serangan terakhir, obat dihentikan, pasien tidak mengalami sa/an lagi, dikatakan telah mengalami remisi. Diperkirakan (&* pasien tidak akan mengalami remisi. Beskipun minum obat dengan teratur. 1esudah remisi, kemungkinan mun#ulnya serangan ulang paling sering didapat pada sa/an tonik klonik dan sa/an parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih mudah relaps sesudah remisi. @aktor resiko yang berhubungan dengan kekambuhan epilepsi antara lain usia 12 tahun atau lebih, minum lebih dari satu ma#am obat antiepilepsi, mengalami kejang setelah pengobatan dimulai, memiliki ri/ayat kejang tonik-klonik generalisata primer atau sekunder atau hasil EE? menunjukkan kejang mioklonik dan memiliki EE? yang abnormal. 7esiko kekambuhan kejang menurun bila terjadi pemanjangan periode tanpa kejang. $rognosis setelah dilakukan terapi status epileptikus lebih baik daripada dilaporkan sebelumnya. Bayoritas anak kemungkinan tidak mengalami gangguan intelektual. !emungkinan besar anak yang menderita gangguan kogniti atau meninggal dunia sudah memiliki ri/ayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, abnormalitas neurologik, atau menderita penyakit serius yang berulang.

0. KONSEP DASAR AS12AN KEPERA3ATAN

1.Peng$a(ian

$era/at mengumpulkan in ormasi tentang ri/ayat kejang pasien. $asien ditanyakan tentang aktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. 0supan alkohol di#atat. E ek epilepsi pada gaya hidup dikaji3 0pakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejangG 0pakah pasien mempunyai program rekreasiG !ontak sosialG 0pakah pengalaman kerjaG Bekanisme koping apa yang digunakanG 1. Identita" 8dentitas klien meliputi 3 nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.

2. Kel&'an &tama Berupakan kebutuhan yang mendorong penderita leukimia untuk masuk 71. keluhan utama pada penderita leukemia yaitu perasaan lemah, na su makan turun, demam, perasaan tidak enak badan, nyeri pada ektremitas. 3. Ri4ayat penya$it "e$arang Berupakan ri/ayat klien saat ini meliputi keluhan, si at dan hebatnya keluhan, mulai timbul. =iasanya ditandai dengan anak mulai re/el, kelihatan pu#at, demam, anemia, terjadi pendarahan ( ptekia, ekimosis, pitaksis, pendarah gusi dan memar tanpa sebab), kelemahan tedapat pembesaran hati, limpa, dan kelenjar limpe, kelemahan. nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. . Ri4ayat penya$it da'&l& 0danya ri/ayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang perlu ditanyakan. #. Ri4ayat $e'amilan dan $ela'iran. Dalam hal ini yang dikaji meliputi ri/ayat prenatal, natal dan post natal. Dalam ri/ayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu. 7i/ayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak. 6rauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit #ontohnya aspirasi ketuban untuk anak. 7i/ayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah ). Ri4ayat penya$it $el&arga

Berupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. $ada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada yang menderita gangguan hematologi, adanya aktor hereditas misalnya kembar mono9igot. .bse"asi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam mengindenti ikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya. 1. 1elama serangan 3 0pakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan. 0pakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena. 0pakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai. 0pakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik. 0pakah pasien menggigit lidah. 0pakah mulut berbuih. 0pakah ada inkontinen urin. 0pakah bibir atau muka berubah /arna. 0pakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi. =erapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau si atnya berubah pada satu sisi atau keduanya. %. 1esudah serangan 0pakah pasien 3 letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bi#ara 0pakah ada perubahan dalam gerakan. 1esudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan. 0pakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau rekuensi denyut jantung. E"aluasi kemungkinan terjadi #edera selama kejang. (. 7i/ayat sebelum serangan 0pakah ada gangguan tingkah laku, emosi. 0pakah disertai akti"itas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.

0pakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, ol aktorik maupun "isual.

;. 7i/ayat $enyakit 1ejak kapan serangan terjadi. $ada usia berapa serangan pertama. @rekuensi serangan. 0pakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan emosional. 0pakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang. 0pakah pernah menderita #edera otak, operasi otak 0pakah makan obat-obat tertentu 0pakah ada ri/ayat penyakit yang sama dalam keluarga

2. Diagno"a $epera4atan a. $ola napas tidak e ekti berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan b. $er usi jaringan serebral tidak e ekti #. 7esiko terhadap #edera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran, kerusakan kogniti selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri. d. >yeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan 3 klien se#ara non "erbal menunjukkan gambar yang me/akili rasa sakit yang dialami,menangis /ajah meringis e. !urang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kogniti , kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi in ormasi. . 6ermoregulasi tidak e ekti g. !erusakan mobilitas isik berhubungan dengan intoleransi akti"itas h. De isit pera/atan diri i. ?angguan persepsi sensori auditori DA%TAR P1STAKA

,ong and ,haley. ( 199' ). 5lini#al Banual o $ediatri# >ursing. $hiladelphia3

1uddart, H =runner. %&&%. Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda . Jakarta3 $enerbit =uku !edokteran E?5 1udoyo, 0ru ,. %&&2. !lmu Pen"akit #alam$ %akarta 3 $usat $enerbitan 8lmu $enyakit Dalam @akultas !edokteran <ni"ersitas 8ndonesia. $urna/an J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed%. Bedia 0es#ulapius. @!<8.198%. $ri#e, 1yl"ia 0, Patofisiologi & Konsep Klinis Proses'Proses Pen"akit, Ed;. Jakarta. E?5. 199'. 1yamsuhidayat, ,im de Jong, Buku Ajar !lmu Beda , Edisi 7e"isi, Jakarta, E?5, 199).

You might also like