Professional Documents
Culture Documents
Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. (Depkes, 2013)
Dengan posisi proporsi resiko KEK 35% pada tahun 2003, pada tahun 2015 asumsinya akan menjadi 20%. Asumsi penurunan proporsi KEK pada kelompok WUS 15-19 tahun 2015 diharapkan dapat menekan terjadinya BBLR..
Anemia gizi besi (AGB) merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia yang harus mendapatkan perhatian dan penanggulangan secara serius. Anemia gizi di Indonesia 90% adalah karena kekurangan zat besi. Berdasarkan profil anemia kurang zat besi, didapatkan prevalensi
anemia besi pada wanita usia subur (WUS) adalah 13 juta (39,5%), dan pada tahun 2010 Departemen Kesehatan - RI akan berusaha menurunkan prevalensi anemia menjadi di bawah 20%.
Angka prevalensi anemia pada WUS menurut SKRT 2001 adalah 27,1%. Diproyeksikan angka ini menjadi 20% pada tahun 2015. Asumsi penurunan hanya sekitar 30% sampai dengan 2015, karena sampai dengan tahun 2002, intervensi penanggulangan anemia pada WUS masih belum intensif. Asumsi penurunan prevalensi masalah gizi ini perlu disempurnakan dengan memperhatikan angka kecenderungan kematian, pola penyakit, tingkat konsumsi, pendapatan dan pendidikan. Selain itu sampai dengan tahun 2003, masih banyak masalah gizi yang belum terungkap terutama berkaitan dengan masalah gizi mikro lainnya yang mempunyai peran penting dalam perbaikan gizi secara menyeluruh.
Sebab-sebab terjadinya anemia besi pada WUS di negara berkembang antara lain: kurangnya konsumsi zat besi dalam diet, rendahnya absorbsi besi yang terkandung dalam sumber nabati, terjadinya perdarahan kronis pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infestasi cacing, kerusakan sel darah merah yang disebabkan malaria, riwayat kehamilan dan persalinan yang jelek serta oleh karena menstruasi bulanan, selain itu dipengaruhi juga oleh sosial ekonomi, pendidikan dan status gizi. (Guntur, 2011)
badan dengan tinggi badan. Dinyatakan kurus bila IMT < 18,5, Normal bila IMT 18,5-25,0 dan gemuk bila IMT > 25,0.
2. LILA
Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa, 2002, p.49). Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah : (1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah. (2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK. 3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak. (4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK. (5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK. (Riskesdas, 2010)
A. Identitas Responden 1. No. Sampel 2. Tanggal Wawancara 3. Nama Pewawancara 4. Nama Responden : 5. Alamat Responden 6. Jenis Kelamin : : 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP : : :
4. Tamat SMA
5. Perguruan Tinggi
7. Umur 8. Berat Badan (Kg) 9. Tinggi Badan (Cm) 10. LILA (Cm) B. Pelayanan Kesehatan
: : : :
= Rumah Sakit
12. Pelayanan kesehatan yang paling sering diterima adalah : 1 = Pengobatan / Perawatan 2 = Konsultasi Kesehatan
KUISIONER PENGETAHUAN 13. BS subur 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. BS pengukuran lila(lingkar lengan atas) 25. 26. BS (berat bayi lahir rendah) 27. BS Status gizi tidak berpengaruh terhadap kesuburan wanita usia subur BS Wanita usia subur sangat beresiko mengalami KEK Wanita usia subur yang mengalami KEK berakibat melahirkan BBLR BS BS BS BS BS BS BS BS BS BS Ikan, telur, daging termasuk sumber zat besi Sayuran Hijau dapat meningkatkan kadar zat besi Pengolahan sayuran sebaiknya jangan dipanaskan berulang-ulang Vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh Jambu biji, jeruk, dan pepaya bukan merupakan sumber vitamin C Susu, keju, yoghurt bukan termasuk sumber kalsium Kalsium merupakan zat gizi yang baik untuk kesehatan tulang Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan osteoporosis Konsumsi vitamin E baik untuk wanita usia subur Tauge, kacang kedelai bukan merupakan sumber vitamin E Penilaian status gizi wanita usia subur salah satunya dapat diukur melalui Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan anemia pada wanita usia
Kuesioner Pendidikan Apa 28. jenjang pendidikan formal a. b. c. d. e. Tidak Tamat Sekolah SD SMP/MTS SMA/MA/SMK Perguruan Tinggi
Kuesioner Infeksi 29. Adakah Penyakit infeksi yang diderita responden Ada atau Tidak dalam 1 bulan terakhir? 30. Jika ada, a. ........... b. ........... c. ........... b) Berapa kali dalam sebulan menderita penyakit tersebut?
Kuesioner Sosial Budaya (Pantangan) 31. Apakah ada pantangan dalam mengonsumsi Ada atau Tidak makanan? 32. Jika ada, a. ........... b. ........... c. ........... b) Mengapa jenis makanan tersebut dihindari?
Nama :
No ID
Umur :
Pewawancara
Jenis Kelamin :
Keterangan
Data Komunikasi Makanan (Food Frekuensi) No. Sampel Nama Responden : : Tanggal Pewawancara : :
Per Hari
Per Minggu
Per Bulan
Per
konsumsi memasak
1. Jagung 2. Kentang 3. Krekers/Biskuit 4. Mie Kering 5. Mie Basah 6. Bihun 7. Roti Putih 8. Singkong 9. Talas 10. Ubi
11. Babat/Jeroan 12. Susu full Cream 13. Keju 14. Minyak goreng 15. Santan 16. Margarine/mentega 17. Daging Sapi 18. Daging kambing 19. Daging ayam
20. Telur (ayam, bebek, puyuh) 21. Ikan laut segar 22. Ikan Asin/Sarden 23. Tahu 24. Tempe 25. Kacang tanah