Professional Documents
Culture Documents
(2 sks)
Iwan Nugroho
http://iwanuwg.wordpress.com
iwanuwg@yahoo.com
Commision on Sustainable
Development (CSD), United Nation
Environment Programme (UNEP),
World Tourism organization
(WTO), The International
Ecotourism Society (TIES), World
Universitas Widyagama Malang
Conservation Union (WCU)
Pengertian Ekowisata
Ekowisata adalah kegiatan
perjalanan wisata yang dikemas
secara profesional, terlatih, dan
memuat unsur pendidikan, sebagai
suatu sektor/usaha ekonomi, yang
mempertimbangkan warisan
budaya, partisipasi dan
kesejahteraan penduduk lokal
serta upaya-upaya konservasi
sumberdaya alam dan lingkungan
Universitas Widyagama Malang
Business travel tourism
Beach tourism Sustainable
Sun tourism tourism
Rural tourism
Natural tourism Ecotourism
Cultural tourism
Stakeholder ecotourism:
pemerintah, swasta, LSM, penduduk lokal,
perguruan tinggi, organisasi internasional.
Universitas Widyagama Malang
Pengembangan jasa ecotourism harus
profesional:
• Pemasaran yang spesifik menuju tujuan
wisata
• Ketrampilan dan layanan kepada
pengunjung secara intensif
• Keterlibatan penduduk lokal dlm
memandu/menerjemahkan obyek wisata
• Kebijakan pemerintah (subsidi) dalam
kerangka melindungi aset lingkungan dan
kultural
• Pengembangan kemampuan penduduk lokal
Universitas Widyagama Malang
Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN
No Deskripsi Keterangan (kesepadanan)
Ia Strict Nature Reserve/Wilderness Area: Kawasan suaka alam; adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
Protected area managed mainly for maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
science or wilderness keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan (UU No 5 tahun 1990)
Ib Wilderness Area: Protected area Suaka Margasatwa, adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
managed mainly for wilderness keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya
protection dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya (UU No 5 tahun 1990)
II National Park: Protected area managed Taman nasional; adalah kawasan pelesatarian alam yang mempunyai ekosistem
mainly for ecosystem protection and asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
recreation. pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (UU No 5
tahun 1990)
III Natural Monument: Protected area Monumen alam atau yang meonumental; hal-hal yang khusus, antara lain situs
managed mainly for conservation of warisan dunia (World Heritage Site), dan situs Ramsar
specific natural features
IV Habitat/Species Management Area: Taman hutan raya (Grand Forest Park); adalah kawasan pelestarian alam untuk
Protected area managed mainly for tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau
conservation through management bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
intervention. pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (UU No 5 tahun
1990)
V Protected Landscape/Seascape: Taman wisata alam; adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan
Protected area managed mainly for untuk pariwisata dan rekreasi alam (UU No 5 tahun 1990)
landscape/seascape conservation and
recreation.
VI Managed Resource Protected Area: Taman buru atau hunting park, adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai
Protected area managed mainly for the tempat wisata berburu (UU No 41 tahun 1999)
sustainable use of natural ecosystems.
Tujuan Manajemen:
Kemana akan menuju
adjustment?
Review Manajemen: Manajemen Aksi:
Kebutuhan apa yang Bagaimana
diperlukan mencapai tujuan
Bukti lapangan
Evaluasi:
Sampai dimana?
Apa yang sudah
diperoleh
Internatio-
nal tourism
Pemerintah
Sektor penunjang
Biro Perjalanan
Operator
Penduduk
lokal
kualitas, fleksibel
produk-2
kuantitas, tersegmentasi
wisata
pelaku, personal market
harga seasonal (off/peak)
multiplier
Income multiplier: jumlah uang yang dihasilkan pada suatu wilayah akibat
tambahan pengeluaran turis sebesar satu unit.
Contoh: bila seorang turis mengeluarkan satu juta rupiah, hal tersebut
menghasilkan tambahan income 800 ribu rupiah bagi penduduk wilayah lokal,
maka nilai income multiplier adalah 0.8
Income multiplier ditentukan oleh:
•Jumlah dan Kualitas produk wisata
•Kebijakan: pajak, subsidi, keamanan
Universitas Widyagama Malang
V. ASPEK SOSIAL
Peneliti, Petualang, 5
5 1 LSM, Aktivis, Biro
International tourism perjalanan,
Hotel, Jasa lain
5
Penduduk lokal 2 Operator
dan lingkungan
4
Development Decline
Exploration
Involvement
Time
Kebakaran hutan Kerusakan tanaman, Kerusakan infrastruktur Kehilangan konsesi Kehilangan pajak
bangunan, gangguan hutan/kebun
kesehatan
Produk non kayu Menuntungkan dlm jangka Kehilangan pajak Menuntungkan dlm jangka
pendek, merugikan dlm pendek, merugikan dlm
jangka panjang jangka panjang
Kayu Menuntungkan dlm jangka Kehilangan pajak Menuntungkan dlm jangka Kehilangan pajak dan
pendek, merugikan dlm pendek, merugikan dlm devis
jangka panjang jangka panjang
Universitas Widyagama Malang
VII. MANAJEMEN
OPERASIONAL
Konsumsi Produksi
host-guest Dukungan Community Ekowisata dan keberlanjutan
Relation partisipasi Relation
Wilayah ekowisata
Pengembangan
Kemasyarakatan Akses publik Konservasi
Keberlanjutan
Universitas Widyagama Malang
Manajemen Tujuan Ekowisata
• Karakteristik tujuan wisata: (i) bersifat peka dan
terancam (fragile and endangering); (ii) penggunaan
bersama (share with other user); (iii) memuat nilai-nilai
kultural dan warisan budaya.
• Interpretasi: adalah program yang terkait dengan
pemahaman obyek yang dikunjungi secara seksama
sehingga timbul suatu relasi positif antara manusia dengan
obyek/alam tersebut. Manfaat interpretasi: (i) pengunjung
dapat menentukan sikap terhadap pengelolaan tujuan
wisata dan dampak-dampaknya. (ii) membantu
mengendalikan laju kunjungan, (iii) memahami
pembangunan wilayah.
• Perencanaan pengembangan tujuan wisata: tema,
media dan proses monitoring terhadap produk jasa wisata.
Universitas Widyagama Malang
Akreditasi dan Sertifikasi
Standart mutu layanan ekowisata adalah berupa sertifikasi
mutu dengan spesifikasi kriteria tertentu. Beberapa
program sertifikasi antara lain (Eagles et al., 2002):
• Green Globe 21, terdiri tahapan: Afiliasi,
Benchmarking, Certifying
• VISIT adalah program sertifikasi untuk kebanyakan
negara-negara Eropa bagi pengembangan ekolabel
dan sustainable tourism.
• Sertifikat hijau (Green Certificate, Latvia).
• Nordic Ecolabelling (negara skandinavia),
• Certification for Sustainable Tourism (Costa Rica),
• Ecotel (HVS International).
Universitas Widyagama Malang
VIII. PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
Fungsi Infrastruktur
ekowisata
Malaysia
Malaysia berhasil dalam pengembangan sektor pariwisata, memiliki
20 tujuan ekowisata yang menyebar dalam area yang dilindungi
seluas 1.5 juta hektar atau 5 persen luas daratan
Kunjungan wisatawan asing rata-rata 8 juta orang. Dari jumlah itu,
7 hingga 10 persen melaksanakan aktivitas ekowisata, sementara 14
persen tertarik dengan petualangan, pendakian dan penjelajahan.
Pengelolaan bisnis ekowisata secara profesional: 2000 biro
perjalanan wisata, 3500 pemandu bersertifikat, dan 30 perusahan
dengan spesialisasi ekowisata. Kemampuan penduduk lokal
berbahasa Inggris dan Mandarin, Asosiasi jasa wisata terintegrasi di
Malaysia semenanjung dan di Sabah atau Serawak.
Malaysia memperoleh devisa jasa wisata sekitar 13.4 miliar ringgit
per tahun (setara 35 triliun rupiah). Wisatawan asing berasal dari
(khususnya) Jepang, Cina dan Singapura. Beberapa tahun terakhir,
wisatawan asing datang dari negara Timur Tengah, India, Eropa,
Amarika Serikat dan Australia
Universitas Widyagama Malang
Kebijakan ekowisata Malaysia
• Mengadopsi defisini dan pemahaman tentang ekowisata
• Mengadopsi kebijakan pengembangan ekowisata
• Memperkuat kelembagaan implementasi agro dan ekowisata
• Mengimplementasikan aspek legal perencanaan ekowisata
• Mengembangkan program monitoring dan evaluasi
SK Menhut
Taman Nasional di Indonesia
Taman Nasional Luas Lokasi, propinsi Ekosistem Keputusan Menhut
ha Mentan No.
1 Bukit Barisan Selatan 365.000 Bengkulu, Lampung Hutan TropikaS) 736/Mentan/X/1982
2 Gunung Palung 90.000 Kalbar Hutan Tropika, Rawa S) 448/Kpts-VI/1990
3 Rawa Aopa Watumohai 105.194 Sultra Rawa, Hutan Tropika S) 756/Kpts-II/1990
4 Bunaken 89.065 Sulut Laut, pesisir S) 730/Kpts-II/1991
5 Bukit Baka-Bukit Raya 181.090 Kalbar, Kalteng Hutan Tropika S) 281/Kpts-II/1992
6 Ujung Kulon 122.956 Banten Hutan tropika, Pesisir, laut S) 284/Kpts-II/1992
7 Berbak 162.700 Jambi Rawa gambut, air tawar S) 285/Kpts-II/1992
8 Bogani Nani Wartabone 287.115 Sulut, Gorontalo Hutan Tropika S) 731/Kpts-II/1992
9 Alas Purwo 43.420 Jatim Hutan Tropika t) 190/Kpts-II/1993
10 Siberut 190.500 Sumbar Hutan Tropika S) 407/Kpts-II/1993
11 Kutai 198.629 Kaltim Rawa, Hutan Tropika t) 325/Kpts-II/1995
12 Betung Kerihun 800.000 Kalbar Hutan Tropika S) 467/Kpts-II/1995
13 Bali Barat 19.002 Bali Hutan Tropika, Pesisir, laut t) 493/Kpts-II/1995
14 Kayan Mentarang 1.360.500 Kaltim Hutan Tropika S) 631/Kpts-II/1996
15 Tanjung Putting 415.040 Kalteng Rawa, Hutan Tropika t) 687/Kpts-II/1996
16 Lorentz 2.450.000 Papua Rawa, Hutan Tropika S) 154/Kpts-II/1997
17 Gunung Leuser 1.094.692 N Aceh Darussalam Hutan Tropika t) 276/Kpts-VI/1997
18 Meru Betiri 58.000 Jatim Rawa, Hutan Tropika t) 277/Kpts-VI/1997
19 Bromo Tengger Semeru 50.276 Jatim Hutan Tropika S) 278/Kpts-VI/1997
20 Baluran 25.000 Jatim Savana, pantai, Hutan Tropika 279/Kpts-VI/1997
t)
21 Gunung Rinjani 40.000 NTB Hutan Tropika S) 280/Kpts-VI/1997
22 Manusela 189.000 Maluku Hutan Tropika S) 281/Kpts-IV/1997
23 Wasur 413.810 Papua Savana, rawa S) 282/Kpts-VI/1997
24 Kelimutu 5.000 NTT Hutan Tropika S) 675/Kpts-II/1997
25 Laiwangi-Wanggameti 47.014 NTT Hutan Tropika S) 576/Kpts-II/1998
No Kriteria Zona
1 2 3 4 5 6 7
1 Keperwakilan (representation); √ √
3 Keunikan (uniqueness); √ √ √
4 Kelangkaan (rarity); √ √
8 Luasan (area/size); √ √ √ √ √ √
10 Kenyamanan (amenity); √
Keterangan zona: (1) inti, (2) rimba, (3) pemanfaatan, (4) pemanfaatan tradisional, (5)
Universitas Widyagama Malang
pemanfaatan khusus, (6) situs budaya, dan (7) rehabilitasi
Zona dalam Taman Nasional (Siswanto, 1998b)
1. Zona inti, adalah bagian dari kawasan yang mutlak dilindungi, tanpa aktivitas
manusia. Pada zona inti terletak keaslian, keunikan, dan kelangkaan wilayah TN.
2. Zona rimba, berada di antara zona inti dengan zona pemanfaatan dan/atau zona
lainnya dan berfungsi sebagai zona peralihan. Dalam zona rimba, proses alami
tetap menjadi prioritas namun aktifitas manusia diperkenankan scr terbatas
3. Zona pemanfaatan (intensif/wisata), adalah kawasan pusat rekreasi dan
kunjungan wisata. Kegiatan dan perubahan di zona ini relatif paling longgar
walaupun kegiatan yang bersifat ekstraktif tetap dilarang.
4. Zona pemanfaatan tradisional, adalah kawasan kegiatan traditional penduduk
setempat untuk memanfaatkan sumber daya alam hayati untuk pemenuhan
kebutuhannya sehari-hari dan bersifat non-komersial.
5. Zona pemanfaatan khusus, adalah kawasan yang karena kondisi lingkungan dan
potensinya oleh masyarakat telah dimanfaatkan untuk kepentingan lain yang
bersifat khusus dengan pengaturan yang bersifat khusus pula.
6. Zona situs budaya, adalah kawasan lokasi kegiatan manusia di masa lalu dan
meninggalkan karya budaya yang mempunyai nilai sejarah. Lokasi dimaksud
termasuk yang masih sering dikunjungi oleh masyarakat.
7. Zona rehabilitasi adalah kawasan yang mengalami kerusakan dan perlu
direhabilitasi dengan jenis tanaman setempat. Zona rehabilitasi yang telah
dipulihkan dapat diubah menjadi zona rimba atau zona lainnya sesuai dengan
perkembangan kondisinya. Universitas Widyagama Malang
Sejarah penetapan Taman Nasional di Indonesia
1. Warisan penjajah Belanda. TN ini merupakan kawasan konservasi
flora fauna yang dikembangkan saat penjajahan Belanda pada awal
abad 19. Termasuk dalam kelompok ini adalah TN Gede
Pangrango, TN Ujung Kulon, TN Meru Betiri, TN Kepulauan Seribu,
TN Baluran, TN Gunung Leuser, dan TN Kerinci Seblat.
2. Warisan pengusahaan hutan. TN ini sebelumnya adalah area
pengusahaan hutan hasil kebijakan UU 5 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan. Saat itu, eksploitasi hutan
adalah bagian dari kebijakan pembangunan sektor primer, untuk
menghasilkan pertumbuhan ekonomi, Termasuk dalam kelompok
kedua antara lain TN Batanggadis, TN Aketajawe-Lolobata, TN
Bukit Dua Belas, TN Tesso Nilo, dan TN Kayan Mentarang.
3. Warisan masyarakat turun-temurun. TN ini sebelumnya
merupakan hutan yang menurut masyarakat adalah bagian dari
kehidupan ekonomi dan sosialnya. Termasuk dalam kelompok
kedua adalah TN Gunung Ciremai, dan TN Gunung Merapi, TN
Gunung Merbabu.
Universitas Widyagama Malang
Pengakuan Masyarakat Lereng Gunung Merapi
Kami masyarakat yang bertempat tinggal di lereng Gunung Merapi sejak dahulu kala dari
nenek moyang kami. Lokasi pemukimam kami yang sangat jauh dari perkotaan dan
sulitnya sarana atau alat transportasi untuk menuju ke lokasi kami, membuat kami lebih
meyatu dan saling ketergantungan dengan alam sekitar, termasuk Gunung Merapi,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak-anak, maka kami
berusaha dengan cara berkebun dan bertani di lereng Gunung Merapi dan juga beternak
yang rumputnya pun kami ambil dari lereng Gunung Merapi. Dengan usaha kami tersebut,
berarti kami telah membantu pemerintah dalam upaya mengurangi tingkat pengangguran
yang setiap tahun semakin bertambah.
Dalam melakukan usaha kami tersebut, kami sadar akan arti dan fungsi hutan ikut serta
dalam pelestarian maupun penghijauan terhadap hutan di sekitar Gunung Merapi, karena
keberadaan Gunung Merapi merupakan tulang punggung kehidupan dan sumber mata air
bagi kami (masyarakat kawasan Merapi dan sekitarnya), sehingga selama ini kami selalu
menjaga dan mengelola agar kawasan Gunung Merapi tidak rusak
Kami dengan kesadaran yang tinggi membantu tugas pemerintah bila terjadi bencana alam
seperti kebakaran hutan maka kamilah yang pertama kali memadamkan api tersebut,
contohnya ketika terjadi kebakaran hutan di Bukit Turgo, maka masyarakat Dusun Turgo
dan Dusun Ngandong yang pertama kali berusaha memadamkan api tersebut bahkan kami
rela berhari-hari secara bergantian menjaga lokasi agari tidak merembet ke daerah lainnya.
Disamping itu ketika Gunung Merapi meletus maka kami juga yang pertama kali terkena
dampaknya, Contohnya ketika terjadi letusan Gunung Merapi tahun 1994 yang memakan
korban jiwa dan harta benda
Sumber: Surat Terbuka Kepada Presiden RI Mengenai MasalahMalang
Universitas Widyagama Taman Nasional Gunung Merapi
http://www.walhi.or.id/ kampanye/hutan/konservasi/040617_tnmerapi-merbabu_sp/ [21 April 2006]
Permasalahan pembangunan yang menjadi
kendala pengembangan ekowisata
• Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk: kualitas
rendah, kemiskinan, kontra-produksi dengan aspek lingkungan
• Perdagangan global. mekanisme pasar versus alokasi
sumberdaya alam, penurunan keanekaragaman hayati dan
potensi ekowisata.
• Lemahnya infrastruktur. Ketidak-mampuan investasi infrastruktur
mengakibatkan potensi ekowisata tidak terealisasi ke dalam
aktivitas ekonomi dan kesejahteraan penduduk lokal.
• Lemahnya kesadaran: pemahaman tentang ekowisata kepada
stakeholder, mendukung kaidah-kaidah konservasi
• Lemahnya aspek kelembagaan. prosedural birokrasi jasa
ekowisata dan wewenangnya perlu terdefinisikan secara
bertanggungjawab
• Penegakan hukum. Upaya penegakan hukum terhadap
kemungkinan ancaman dan kepentingan ekonomi di sekitar
wilayah ekowisata, misalnya pertambangan atau pemukiman,
Universitas Widyagama Malang
atau praktek yang melanggar konservasi
Konservasi keanekaragaman hayati (Indonesian Biodiversity Strategy
and Action Plan, IBSAB) (Bappenas, 2003), terdiri delapan arahan:
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan keanekaragaman hayati
berbasis pengetahuan dan kearifan lokal.
2. Mendorong dan memperluas kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
pengelolaan keanegaragaman hayati.
3. Meningkatkan konservasi fungsi dan keseimbangan ekosistem di tingkat lokal,
regional dan nasional untuk menghasilkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat pada saat sekarang dan akan datang.
4. Membangun kegiatan-kegiatan ekonomi yang berkelanjutan berbasis teknologi
ramah lingkungan dan sosial disesuaikan dengan tujuan-tujuan perbaikan distribusi
kesejahteraan, perlindungan hak-hak dan peningkatan martabat penduduk lokal.
5. Mengembangkan sistem pengelolaan keanekaragaman hayati (mencakup aspek
konservasi, rehabilitasi dan pemanfaatan), yang berkelanjutan dan berbasis
pengetahuan indegeous lokal.
6. Membangun dan mengembangkan kerangka kelembagaan dan kebijakan yang
efektif di tingkat nasional, regional dan lokal;
7. Mendorong dan memulai pelaksanaan desentralisasi dan dekonsentrasi wewenang
pengelolaan keanekaragaman hayati di tingkat pemerintah daerah dan masyarakat
lokal.
8. Mengembangkan mekanisme penyelesaian masalah dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati di tingkat lokal, nasional dan
Universitas Widyagama Malang
internasional;
Kebijakan pengembangan ekowisata (paling kritikal)
Pengembangan kapasitas lokal:
• memperkuat pengelolaan sumberdaya hutan di tingkat kabupaten hingga desa,
• menyusun kebutuhan masyarakat lokal didampingi LSM, kepercayaan TN dan
dukungan pemerintah setempat.
Infrastruktur:
• inisiatif pemerintah dan TN untuk membuka akses wilayah
• Semakin banyak pengunjung, akan mengundang investasi infrastruktur.
Konsistensi kebijakan:
• membangun brand image yang menarik/konsisten, seperti Malaysia Truly Asia.
• Brand image Indonesia, ultimate in diversity (th 2004), perlu di gaung kan
• Upaya konservasi keanekaragaman hayati yang berjangka panjang
• kerjasama internasional serta mekanisme pendanaan jangka panjang
Integrasi promosi:
• mengikuti positioning Bali dengan berbagai kelebihannya.
• jasa pariwisata dan penunjangnya di tingkat daerah perlu berintegrasi
mempromosikan ekowisata.
Pengembangan produk
• pengembangan produk, mengarah ke pendidikan dan ketrampilan
• Peningkatan kualitas dan keunikan
Universitaslokal
Widyagama Malang
XII. TAMAN NASIONAL DI
INDONESIA