You are on page 1of 9

1

JABATAN NEGARA DI BAWAH KHALIFAH DAN SUMBER PENDANAAN NEGARA


MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Siyasah Dosen Pengampu: Indar Wahyuni, M.Si

DisusunOleh : M Ulil Albab (211008)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI JURUSAN SYARIAH 2013

JABATAN NEGARA DI BAWAH KHALIFAH DAN SUMBER PENDANAAN NEGARA

A. JABATAN NEGARA DI BAWAH KHALIFAH Di dalam sejarah pemerintahan islam, kekuasaan tertinggi adalah ditangan khalifah. Khalifah menjadi penguasa tertinggi yang mengatur segala urusan pemerintahan, yang meliputi seluruh kewenangan dalam pemerintahan. Meskipun demikian, khalifah dibantu oleh lembaga-lembaga yang berada dibawah kekuasaanya, seperti wazirah, kitabah, qadla, dan lain-lain. Sebab jika khalifah tidak membentuk lembaga-lembaga Negara yang bertugas membantu urusan pemerintahannya, maka pegelolaan Negara menjadi kacau dan berantakan, karena itulah dalam sejarah pemerintahan islam, muncul lembaga-lembaga Negara yang berada di bawah kekuasaan khalifah. 1. Wizarah Kata wizarah terambil dari kata al-wazr yang berarti al-tsuql atau berat. Dikatakan demikian, karena seorang wazir memikul beban tugas-tugas kenegaraan yang berat. Kepadanyalah pemerintahan dilimpahkan dan sebagian

kebijakasanaan-kebijaksanaan

pelaksanaannya.

Dalam bahasa Arab dan Persia modern, wazir mempunyai pengertian yang sama dengan menteri yang mengepalai departemen dalam pemerintahan. Dalam firt encyclopedia of islam, kata wizarah atau wazir ini diadopsi dari bahasa Persia. Menurut Kitab Zend Avesta, kata ini berasal dari ziciria, yang berarti orang yang memutuskan, hakim. Sengan pengertian ini, maka wazir adalah nama suatu kementerian dalam sebuah negara atau suatu kebijaksanaan publik demi

kepentingan rakyat, negara atau kerajaan yang bersangkutan . pengertian ini dapat ditarik pemahaman bahwa wazir merupakan pembantu kepala negara (raja atau Khalifah) dalam menjalankan tugastugasnya. Sebab, pada dasarnya, kepala negara sendiri tidak mampu

menangani seluruh permasalahan politik dan pemerintahan tanpa bantuan orang orang yang terpercaya dan ahli di bidangnya masingmasing. Karenanya, kepala negara membutuhkan bantuan tenaga dan pikiran wazir, sehingga sebagian persoalan-persoalan kenegaraan yang berat tersebut dapat dilimpahkan ketangan kanan kepala negara dalam mengurus pemerintahan. Pengertian wazir sebagaii pembantu dalam pelaksanaan suatu tugas digunakan Al-Quran ketika menyebutkan tugas Nabi Harun membantu Nabi Musa dalam melaksanakan dakwahnya kepada Firaun,

sebagaimana dalam QS.Furqon:35 : Wazr terbagi menjadi dua: pertama, wazr atau menteri yang memegang urusan khalifah tidak secara penuh, kedua, wazr atau menteri yang memegang urusan khalifah secara penuh (perdana Menteri). 2. QODHI Pengertian dari qadhi adalah orang yang diangkat oleh negara untuk menjadi hakim dalam menyelesaikan suatu perkara berdasarkan hukum Alloh Subhanahu wa Taala. Dalam Islam hanya mengenal satu pengadilan, jika Qadhi atau hakim telah memutuskan perkara maka keputusan itu bersifat tetap dan tidak akan bisa diubah oleh pengadilan lain, bahkan oleh Khalifah sekalipun. Kecuali, ada bukti-bukti atau kesaksian baru yang berbeda dari sebelumnya. Di masa Umar bin Abdul Aziz juga terdapat seorang qadhi yang terkenal yaitu Iyas bin Muawiyah al-Muzni. Ia diangkat sebagai Qadhi untuk daerah Basrah (Iraq). Iyas dikenal dengan kecerdasannya, ketangkasan dan kelihaiannya dalam memutuskan perkara. Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat An-Nisa ayat ke 59 : Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu,maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Quran) dan Rosul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar

beriman kepada Alloh dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Sumber hukum dalam peradilan Islam jelas yakni Al-Quran dan AsSunnah dan apa yang ditunjukkan oleh keduanya yaitu Ijma Sahabat. Alloh Subhanahu wa Taala berfirman dalam surat Al-Maidah ayat ke 49 : Dan hukumilah mereka berdasarkan apa yang telah diturunkan Alloh dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah dari upaya mereka untuk memalingkan kamu dari sebagaian apa yang telah diturunkan oleh Alloh kepadamu. 3. KATIB Menurut al-Ghazali ini disebut dapartemen surat-menyurat resmi dan tulis-menulis. Jabatan ini tidak begitu penting di dalam kedaulatan, karena banyak Negara yang sama sekali tidak membutuhkan, bahkan sengaja membuangnya, misalnya dinasti-dinasti di mana kemurnian kebudayaan Badui (Bedouin) belum dipengaruhi, perkembangan

(kerajinan tangan) cukup menonjol. namun di Negara-negara islam, situasi bahasa arab dan kebiasaan mengekspresikan suatu hal dalam bentuk yang paling menyentuh,

sangat membutuhkan jabatan tersebut. Oleh karena itu, tulis-menulis (kitabah) seringkali memenuhi esensi suatu materi dalam bentuk yang lebih kena dibandingkan dengan ekspresi lisan. sekretaris seorang amir Arab, biasanya masih sanak keluarga, dan merupakan salah seorang pembesar sukunya. Demikianlah yang terjadi dengan para khalifah dan orang terkemuka di kalangan sahabat di Suriah dan Irak, karena besarnya kepercayaan dan kebijakan yang tulus dari para anggota keuarga dan suku. 4. HIJAB Dalam dinasti bani umayyah dan bani abbas, gelar penjaga hijab (penjaga pintu) terbatas pada orang yang melindungi raja dari kesibukan

menemui rakyat umum dan tidak member jalan masuk kepada mereka untuk menemuinya, atau (diperbolehkan masuk) hanya melalui jalan dan waktu yang sudah ditentukan. Pada waku itu, jabatan hijab lebih rendah daripada fungsi lain, sebab wazir dapat campur tangan sesuai dengan pendapat yang dipandangnya layak,demikianlah situasi keseluruhan periode bani abbas. Di Mesir penjaga di pimpin oleh orang-orang yang menduduki jabatan tinggi, yang disebut naib. Dalam dinasti Bani Umayyah di Andalusia, hijab adalah orang yang melindungi raja dari rombongan khusus dan rakyat. Dia adalah perwira penghubung antara raja dan para wazir serta pejabat rendahan. Dalam dinasti Umayyah jabatan penjaga hijab benar-benar merupakan kedudukan yang amat tinggi, sebagaimana terlihat dalam sejarah mereka. Misalnya, Ibnu Hadid dan lainya yang merupakan penjagapenjaga hijab dinasti Bani Abbas.

B. SUMBER PENDANAAN NEGARA Negara sebagai institusi tertinggi di dalam masyarakat memiliki sumbersumber pendapatan yang diambil dari rakyat, sekaligus didistrubusikan kembali kepada rakyatnya, sumber-sumber pendapatan Negara itu antara lain zakat, ghanimah, faI, jizyah, kharaj dan yang lainya. Sumber-sumber pendapatan Negara ini dalam islam ditujukan untuk kemaslahan rakyat. 1. ZAKAT Sedekah adalah zakat dan sebaliknya, namanya berbeda namun substansinya sama. Kewajiban yang harus di tunaikan oleh individu muslim dari hartanya adalah zakat, lainya tidak. Zakat dipungut dari harta yang ditujukan untuk diputar dan

dikembangkan, yaitu dipungut dari jumlah pokok harta itu atau dari hasil perputaran harta itu sebabagai pembersih diri pemiliknya dan bantuan bagi peneriman zakat itu.

Secara etimologi kata zakat tersebut berarti bersih, bertambah, dan bertumbuh. Jika dikatakan bahwa tanaman itu zakat artinya ia tumbuh dan kemudian bertambah pertmbuhannya. Jika tanaman itu tumbuh tanpa cacat, maka kata zakat di sini berarti bersih. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa kata zakat juga bisa berarti suci. Sebab pengeluaran harta bila dilakukan dalam keadaan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan agama, dapat menyucikan harta dan jiwa yang mengeluarkannya. Dengan demikian, makna bahasa yang terkandung dalam term zakat adalah pengembangan harta dan pensuciannya, sekaligus mensucikan diri orang yang berzakat. Pengertian zakat yang berkembang dalam masyarakat adalah bahwa bila disebut zakat maka yang dimaksud ialah sedekah wajib. Jika disebut sedekah atau infak maka yang dimaksud adalah sedekah sunat, dan ika disebut hak maka yang dimaksud adalah hak milik. Secara Qurani pengertian harta benda yang berkenaan dengan zakat tertuang dalam firman Allah berikut : Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang mintaminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (QS.Az-Zariyat: 19) Ambillah Zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS.At-Taubah: 103) 2. GHANIMAH Ghanimah adalah harta yang berhasil dirampas dari orang-orang kafir melalui perang. Allah menyebutkanya dalam surat Al-Anfal yang diturunkan ketika perang Badar. Allah menamakan dengan ghanimah dengan anfal karena harta itu merupakan tambahan (ziyadah) pada harta kekayaan kaum muslimin.

Dalam kaitanya dengan itu, Allah berfirman sebagai berikut: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang yang beriman" (QS.Al-Anfal: 1) Yang kemudian dilanjut dengan firman Allah berikut: Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu . (QS.Al-Anfal: 41) 3. FAI Perihal fai atau harta rampasan yang diperoleh tanpa pertempuran, dasar acuanya adalah firman Allah dalam surat yang di turunkan-Nya ketika pecah perang Bani Nadhir atau pasca perang Badar, sebagai berikut: Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun dan (tidak pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka

tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orangorang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Hasyr: 6-10) Atas dasar itulah para Fuqaha menyatakan bahwa apapun yang berhasil direbut dari orang kafir tanpa melalui pertempuran itu disebut sebagai Fai. karena makna tersirat dari ungkapan menggerakkan kuda dan onta itu sendiri adalah perang. 4. JIZYAH Jizah adalah pungutan harta yang dikenakan atas setiap kepala. Kata jizyah diambil dari kata al jaza atau balasan, yaitu dapat bermakna balasan atas kekafiran mereka dengan mewajibkan jizyah itu bagi mereka sebagai penghinaan atas kekafiran mereka. Atau sebagai balasan atas keamanan yang kita berikan kepada mereka dengan mengambil jizyah tersebut darinmereka secara senang hati. Dasarnya adalah firman Allah berikut:

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan AlKitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (QS.At-Taubah: 29) Bangsa arab dalam kewajiban membayar jizyah adalah seperti bangsa lain. Abu Hanifah berkata, aku tidak mewajibkan jizyah itu dari ban gsa arab, sehingga mereka tidak hina. Dan jizyah juga tidak dipungut dari kalangan murtad, atheis, dan para penyembah berala. 5. KHARAJ Kharaj adalah pungutan yang harus dibayar atas tanah. Tentang kharaj ada nash tersendiri dari Al-Quran yang memberikan penjelasan tentang kharaj ini dengan penjelasan yang berbeda dengan penjelasan nash tentang jizyah. Oleh kerena itu, penentuan kharaj diserahkan kepada hasil ijtihad para imam. Allah berfirman sebagai berikut: atau kamu meminta upak kepada mereka? Maka upah dari tuhanmu adalah lebih baik dan dia adalah pemberi rizki yag paling baik (QS. Al Mukminun:72) Tanah seluruhya terbagi empat macam, yaitu sebaai berikut: 1. Tanah yang baru di hidupkan oleh kaum muslimin adalah tanah usyr, yang tidak boleh dikenakan kharaj atasnya. 2. Tanah yang pemiliknya orang islam ia menjadi orang yang paling berhak atas tanah itu. 3. Tanah yang dirampas dari kaum musyrikin secara paksa dan dengankekuatan.

You might also like