Professional Documents
Culture Documents
ALJABAR
Naskah Karya Zak Sorga
melorong-lorong, membelit-belit,
mana
fikiranku?
ORANG II
Ayo kita melukis lagi. Kita lukis kegelisahan kita. Kita lukis risau kita. Kita lukis galau
kita. Kita lukis kacau. Kecambah dimana-mana, jamur dimana-mana. Ayo kita lukis
kehidupan, kita lukis kematian. Itu tugas kita sebagai manusia.
ORANG I
Mana mungkin?
ORANG II
Tahun ini harus jadi milik kita, mari kita rebut.
ORANG I
Kita tidak pernah punya tahun.
ORANG II
Makanya harus kita rebut.
ORANG I
Tidak! Selamat malam untukmu.
ORANG II
Semua ini harus menjadi pemikiran kita.
ORANG I
Justru itu. Dengan mengucapkan selamat malam berarti aku telah berpikir.
ORANG II
Telah?
ORANG I
Terus berpikir. Aku berpikir bagaimana caranya melupakan semuanya dan diam.
ORANG II
Kau tak mungkin bisa lupa.
ORANG I
Kenapa tidak? Aku toh bukan Tuhan.
ORANG II
Bagaimanapun juga kau tidak akan pernah bisa melupakan tugasmu.
ORANG I
Tugas? Apa maksudmu?
ORANG II
Tugas pelukis adalah melukis.
ORANG I
Aku bukan pelukis, aku terpaksa.
ORANG II
Tapi itukan yang membuatmu hidup.
ORANG I
Ya, karena aku tidak bisa melakukan apa-apa, tidak ada pilihan lain. Begitu aku lahir aku
sudah dihadapkan kanvas-kanvas dan cat.
ORANG II
Mampuslah kita.
ORANG I
Membujurlah kita. Bosan! Jenuh! Beku! Mandul! Impoten! Lumpuh! Tidur yuk!
4 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG II
Ayo!
(mereka berangkat mau tidur)
Bagaimana kalau sebagai penghantar tidur, kita melukis lagi.
ORANG I
Aku lebih suka kalau kau mendongeng saja.
ORANG II
Iya, kita akan mendongeng lewat lukisan kita.
ORANG I
Ayo kalau begitu. Kita ciptakan dunia. Mereka serentak melukis. Orang I melukis sambil
berteriak terus tak berhenti, tak berhenti. Orang II melukis dengan kegelisahan tanpa suara.
ORANG I (sambil melukis)
Asap panas terkatung-katung di angkasa raya, bumi belum berbentuk dan gelap gulita
menutup samudera raya. Lalu terang itu jadi, lalu siang itu terjadi, lalu malam itu jadi lalu pagi
itu jadi lalu sore itu jadi, lalu embun lalu hari pertama lewat, lalu angin, lalu suara, lalu planetplanet, lalu batu-batu, lalu pasir, lalu kerikil, lalu duri, lalu karang, lalu hari yang
kesekian kalinya itu lewat, lalu pedih, lalu perih, lalu resah, lalu kalah, lalu musnah, lalu
punah, lalu bah. Bah! Ilalang, rumput-rumput, lalu burung-burung, lalu kupu-kupu, lalu kupukupu malam, germo, hidung, uap, senyap, penyakit, lalu kembali lagi pada mati, hari-hari
mati, lalu terus, terus, kering, hijau, kuning, kering, ranggas, bakar, lalu panas, lalu dingin,
lalu tumbuhan, lalu air, lalu uap, lalu awan, lalu kabut, lalu sepi, sungai, anak sungai,
gunung, belut, laut, ikan, pohon, rumput, cacing, buaya, manusia, kepala, putus, darah, anjing.
Kepala manusia, anjing kelaparan, kengerian, pengkhianatan, lalu pembunuhan pertama itu
terjadi, tangis pertema itu berkumandang, benci pertama itu berkembang, kerisauan
pertama itu berbiak, cemburu-cemburu, bunuh-bunuh, makan-makan-makan, lalu dunia
beterbangan, lalu sepi itu menggelayuti, rindu, perih, batu, hujan, awan, tumbuh, lenguh,
rengek, ringkik, lecut, kuda, anjing, belut, harimau, kucing, cacing, tengkorak, nyamuk,
darah, nanah, busuk, dendam, sepi yang menahun, rindu batu, sungai lapar, laut lapar, mega
lapar, udara lapar, batu lapar, siang lapar, sore lapar, malam lapar, pagi lapar, dunia lapar,
semut lapar, harimau lapar, buaya lapar, matahari lapar, bulan lapar, bintang lapar, pulaupulau lapar, danau-danau lapar, bulan lapar, terbit-tenggelam, matahari di sini, bulan di
sini, bintang di sini. Jangan beranjak, jadi sudah.
SAMA-SAMA MENARUH KANVAS
ORANG II
Hampir
(sama-sama mengamati lukisan)
ORANG I
Keinginan mata itu.
ORANG II
Dia masih bisa meneteskan air mata, dia menangis.
ORANG I
Kenapa hanya mata itu yang jadi perhatianmu? Di situ masih ada matahari, bulan, laut,
bintang, air, angin, ...
ORANG II
Mata itu adalah mataku.
ORANG I
Itu adalah mata semua manusia.
ORANG II
Kepalaku dimakan anjing.
ORANG I
Kepala semua manusia.
ORANG II
Kamu jabarkan duniaku, aku jabarkan duniamu.
ORANG I
Aku jabarkan kemanusiaanmu, kamu jabarkan kemanusiaanku.
ORANG II
Kamu jabarkan mataku, aku jabarkan matamu.
ORANG I
Kamu jabarkan
ORANG II
Kita sudah tidak di sini.
ORANG I
Kita sudah di sana.
ORANG II
Kita sudah tidak dimana-mana.
ORANG I
Ada garis yang putus di sini. Mereka merobek-robek lukisannya.
ORANG I
Kita buta.
ORANG II
Kita tuli.
ORANG I
Kita gagu.
ORANG II
Kita batu.
ORANG I
Kita bisu.
ORANG II
Kita kaku.
ORANG I
Kita lumpuh.
ORANG II
Kita mayat.
ORANG I
Kita mumi.
ORANG II
Habis!
ORANG I
Tak berjejak.
(DIAM SEJENAK, LOYO)
ORANG II
8 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG II
Jangan. Kita akan pamerkan lukisan kita ke seluruh dunia.
(ORANG I TERUS MEROBEK LUKISAN)
ORANG I
Dunia tidak pernah melihat kita, ayo kita ciptakan dunia kita sendiri. Kita harus ciptakan dunia
kita sendiri.
ORANG II
Kita harus terus melukis sebanyak-banyaknya.
ORANG I
Kita harus diam. Kita sudah tidak punya objek lagi.
ORANG II
Masih banyak yang belum kita baca.
ORANG I
Kita tidak punya objek lagi.
ORANG II
Masih banyak yang belum kita lihat.
ORANG I
Mana objekku.
ORANG II
Masih banyak yang belum kita kunyah.
ORANG I
Mana objekku.
ORANG II
Kita harus terus berjuang.
ORANG I
Kau tidak pernah bisa memahami keinginanku.
ORANG II
Kau yang tidak bisa.
ORANG I
Semuanya sudah punah. Tidak ada lagi yang harus diperjuangkan.
ORANG II
Jiwa kitalah yang harus kita perjuangkan. Kita tidak akan pernah bisa bangkit kalau terus saja
berpusar pada fikiran-fikiran kita sendiri.
10 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG I
Maumu?
ORANG II
Coba lihatlah di pasar-pasar, begitu banyak kehidupan. Kita lahir dan kita bisa jadi apa
saja di situ. Kita bisa memilih peran kita sendiri. Kenapa tidak kita coba. Kita
bisa jadi pencopet, juragan, penipu, pejabat, germo, terserah apa yang kita maui.
ORANG I
Aku tidak memilih apa-apa. Aku akan ciptakan duniaku sendiri.
ORANG II
Dunia apalagi? Cepatlah bergerak sebelum kita tergilas oleh jaman.
ORANG I
Aku tidak peduli.
ORANG II
Kau tentu akan terus melukis, itukan dunia yang kau maksud. Ayo, pergilah ke pasar-pasar
dan lukislah wajah orang-orang itu. Itu akan lebih berguna buat diri kita.
ORANG I
Aku tidak punya tempat.
ORANG II
Kau jangan menyiksa diri, dengan penjara-penjara pikiran itu akan lebih cepat
membawamu ke arah maut. Marilah kita hidup sebagai orang kebanyakan, sebelum aku mati
tentukan sikapmu, melukislah, melukislah.
ORANG I
Kota-kota, hutan-hutan, angin-angin, gunung-gunung, air-air, laut-laut, pasir-pasir, mataharimatahari, bulan-bulan, bintang-bintang, manusia-manusia, semuanya sudah tidak ada lagi.
Kita sudah ketinggalan jauh, semuanya sudah berhenti.
ORANG II
Dunia masih berputar.
ORANG I
Kehidupan telah mati.
ORANG II
Matahari masih terbit.
ORANG I
Matahari telah terbakar oleh panasnya sendiri, dia jadi arang, dia jadi abu, dia berhamburan,
dia menghilang, dia musnah!
11 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG II
Lantas apa maumu?
ORANG I (diam)
ORANG II
Lantas apa maumu?
ORANG I
Ngeseks. Berilah aku seks.
ORANG II
Aku tidak mau.
ORANG I
Lakukan kalau kau ingin semua ini berlanjut.
ORANG II
Aku tidak bisa.
ORANG I
Kau harus bisa karena di sini tidak ada makhluk lain.
ORANG II
Aku tidak mampu. Aku sudah tua.
ORANG I
Cobalah.
(mencoba, gagal, mencoba lagi)
Teruslah berusaha, kalau tidak kau akan aku tinggalkan.
ORANG II
Aku tidak bisa.
ORANG I
Tak ada gunanya.
DIAM SEMUA, ORANG II MENANGIS
ORANG II
Kau keterlaluan, kau telah mengungkit masa laluku. Ayo berdirilah di situ.
ORANG I
Untuk apa?
12 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG II
Berdirilah di sudut situ.
ORANG I
Untuk apa?
ORANG II (mengancam)
Lakukan saja, kau jadi modelku.
ORANG I (menurut)
ORANG II
Sekarang lepaskan bajumu.
ORANG I
Tidak mau.
ORANG II
Ayo lepaskan bajumu. Juga celanamu.
ORANG I (menuruti)
ORANG II
Dengan cara ini dulu aku pernah bisa.
ORANG I
Apa maksudmu?
ORANG II
Aku akan peragakan awal terjadinya manusia. Telanjanglah, telanjanglah
(dia menyergap orang I, seolah memperkosanya. Mencoba, terus mencoba, orang I hanya
diam, sampai akhirnya)
Aku tidak bisa! Dengan cara inilah pelacur itu kulukis, aku diperkosa oleh pancaran
seksualnya. Ya, seperti itulah dia duduk, aku menggelepar dan tak tahu apa yang terjadi.
Paginya kulihat kamarku telah kosong, lukisan-lukisanku hilang bersama pelacur itu.
ORANG I
Sesalilah keberadaanmu, akan kulukis tentang penyaliban manusia.
ORANG II
Dengarlah ceritaku.
ORANG I
Tak ada gunanya.
ORANG II
13 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG II
Aku tidak punya keberanian.
ORANG I
Aku juga tidak punya keberanian.
ORANG II
Pada akhirnya kita akan terus terkatung-katung.
(DIAM SEMUANYA. UNTUK BEBERAPA LAMANYA TIDAK ADA KEJADIAN APA-APA)
ORANG I
Mari kita robek-robek dunia.
ORANG II
Aku mendengar tulang-tulangku berderit-derit seperti daun pintu. Inikah awal dari yang paling
awal itu?
ORANG I
Kita mati dan berubah jadi kepompong.
ORANG II
Marilah kita lukis wajah-wajah dunia. Semua harus diabadikan, semua harus dicatat.
ORANG I
Kita tidak akan pernah samapai. Kehidupan tidak akan cukup dengan waktu hanya seribu
tahun bahkan satu juta tahun pun tidak. Manusia, yang katanya dilahirkan untuk
membaca, bagaimana mungkin membaca kehidupan hanya dengan waktu enam puluh tahun.
ORANG II
Jangan kau kembalikan lagi aku pada momok itu.
ORANG I
Kita akan segera terlewat.
ORANG II
Ooo..., monolog risaumu. Berilah aku tidur.
ORANG I
Semua makhluk telah menentukan sikapnya masing-masing.
ORANG II
Tinggal kita yang ada di sini.
ORANG I
Menghitung rumus-rumus.
ORANG II
15 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
Mengalikan rumus-rumus.
ORANG I
Membongkar langit-langit, menikam langit. Meledaklah. Meraung!
ORANG II
Berhamburan dunia di sana, di sini, di situ, di jalan raya-jalan raya, supermarketsupermarket, terminal-terminal, night club-night club, pasar malam-pasar malam, sirkus.
Semua ini tidak mempunyai hubungan dengan fungsi-fungsinya.
ORANG I
Kita tidak pernah terlibat sedikitpun, juga dengan hidup kita.
ORANG II
Kita hanya menonton.
ORANG I
Kita hanya dipermainkan
ORANG II
Kita tak pernah jadi subjek.
ORANG I
Seharusnya kita sama-sama punya hak.
ORANG II
Selamatkan aku dari sini.
ORANG I
Lepaskan dulu aku dari kemutlakan ini.
ORANG II
Lepaskan aku dari kaidah-kaidah ini.
ORANG I
Menginjak-injakku, mencekikku.
ORANG II
Aku tidak sanggup.
ORANG I
Ayo kita isi dunia dengan kata-kata, keluarkan ususmu, keluarkan tulang-tulangmu,
keluarkan dagingmu, kuliti-kuliti, jantungmu keluarkan, keluarkan dan ikat dengan petasan,
kemudian ledakkan seperti tatkala kita bermain dimasa kanak-kanak yang hilang.
ORANG II (ketakutan)
Diamlah! Kau lihat kanvas-kanvas itu bergerak, mereka minta nyawa, mereka minta hidup,
16 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
mereka minta nafas, kita dikurung oleh kanvas-kanvas, kita terjebak disini. Tolonglah aku,
aku lapar, aku haus, aku muak ...
(tak ada jawaban)
kenapa kau biarkan aku tenggelam dalam diamku yang gaduh ini.
ORANG I
Monster-monster itu dari mana datangnya, kita akan dilumat oleh zaman.
ORANG II
Kanvas-kanvas itu jadi monster, mereka memanggil kita. Kita harus lari, mereka minta dilukis,
ayo kita lari ....
ORANG I
Kesimpangsiuran ini. Rancu. Segalanya rancu! Aku tidak bisa menjelaskan
pikiranku melintas-lintas, kita ini akan dibawa ke arah mana?
kata-kataku,
ORANG II
Kita tidak boleh salah pilih.
ORANG I
Mana kakiku, mana tanganku, mana kupingku, mana mataku, mana jantungku, mana
kananku, mana kiriku, mana atasku, mana bawahku, mana-mana ....
ORANG II
Mana dunia, mana warna, cat-catku, catku mana? Mana merah, mana kuningku, mana
hijauku, mana hitamku, mana putihku, mana dunia?
ORANG I
Mana akherat?
ORANG II
Kita harus hadir.
ORANG I
Tenggelam.
ORANG II
Agama? Agamamu apa?
ORANG I
Islam agamaku, Yesus nabiku. Mau apa kau?
ORANG II
Tuhanmu? Siapa Tuhanmu?
ORANG I
17 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG I
Iya jauh.
DIAM. HANYA DENGKUR NAFASNYA YANG MENGISI WAKTU. BEBERAPA SAAT
LAMANYA
ORANG II
Mari kita mencari hiburan, kita pergi ke taman-taman.
ORANG I
Tidak mau.
ORANG II
Mari kita ke museum.
ORANG I
Tidak, sudah tutup.
ORANG II
Kita pergi ke perpustakaan.
ORANG I
Tidak.
ORANG II
Kita pergi berenang.
ORANG I
Tidak.
ORANG II
Lantas kita?
ORANG I
Di sini saja.
ORANG II
Biasanya kau suka melihat perahu, ayo kita pergi ke laut. Seperti saat kau masih kecil, kita
akan menggambar pemandangan di pasir. Kita akan mencari kerang, kemudian memancing
sambil naik perahu.
(diam saja)
Ayo kita ke sana, kita akan melihat pelangi yang melengkung bagai naga meminum air laut.
ORANG I
20 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
Aku pernah mendengar, suatu saat nanti bulan akan bertabrakan dengan bumi lantas
matahari membakarnya sampai hangus.
ORANG II
Lupakan saja itu ayo kita pergi ke laut.
ORANG I
Aku ingin tahu akhir dari semua ini.
(mereka melukis)
Sementara kita minum, sementara maut mengintai di tenggorokan kita. Sementara kita
bernafas, sementara jerat melingkar di leher kita. Sementara kita bicara, sementara bisu
membeku di mulut kita.
(semakin cepat dia melukis)
Sementara kita memandang sementara buta di kelopak kita, sementara kita tidur sementara
maut mengintai di tikar kita, sementara kita sedang, sementara debu, sementara batu, sementara
kabut, sementara lahar, sementara belerang. Kalau mau mampus, mampuslah! Kalau mau
bangkit, bangkitlah! Kalau mau meledak, meledaklah! Kalau mau terbakar, terbakarlah! Kalau
mau hangus, hanguslah! Hancur, hancurlah! Berkeping, kepinglah! Porak, porandalah!
Berdarah, darahlah! Bernanah, nanahlah! Membusuk, membusuklah! Satu tambah satu sama
dengan empat kalau aku mau. Satu tambah empat sama dengan nol kalau aku mau. Seribu
dikurangi sama dengan dua belas kalau aku mau. Itu semua sah! Itu semua benar! Mau
apa kau? Anjing, anjinglah! Babi, babilah! Geledeklah, halilintarlah! Kita lukis wajah kita.
Hiruk-pikukku, simpang-siur, berantakan, porak-poranda, kita lukis kehancuran kita. Galau
kita, rindu kita, pedih kita, sepi-mati kita. Kaku batu, kucing anjing, cacing kelingking,
nungging. Tua, mata, mandek, mandul, mampet, dungu, tersesat, hutan belantara di manamana, belantara angan, belantara tahta, belantara tanda tanya. Akan kuberi hidup dia! Akan
kuberi kata-kata dia! Akan kuberi nyawa dia! Jadilah! Maka jadilah!
ORANG II
Apa yang kau lukis?
ORANG I
Potret diri. Kau?
ORANG II
Sama.
ORANG I
Coba lihat.
MEREKA TUKAR-MENUKAR LUKISAN. SAMA-SAMA KAGET, KERENA YANG
MEREKA HASILKAN HANYALAH KANVAS-KANVAS KOSONG
ORANG II
Ayo kita mulai lagi
MEREKAPUN MELUKIS LAGI
ORANG I (kelihatan sangat muak pada dirinya sendiri)
Aku tidak ada kemampuan.
ORANG II
Apa kita perlu ke laut?
ORANG I
Mari kita coba lagi.
(MEREKA MELUKIS, KEMUDIAN MEREKA ROBEK-ROBEK, MEREKA MELUKIS
LAGI, MEREKA ROBEK-ROBEK LAGI, MEREKA MELUKIS LAGI)
ORANG II (Setelah mati-matian berusaha. Bersama orang I)
Jadi sudah!
ORANG I
Apa?
ORANG II
Potret diri, kau?
ORANG I
Sama.
(MEREKA TUKAR-MENUKAR LUKISAN)
ORANG I
Ini gambar anjing.
ORANG II
Ini gambar tikus.
ORANG I
Apa? Itu Potret diriku.
ORANG II
Tapi ini gambar tikus.
ORANG I
Bangsat. Kita telah ditipu. Kau lihat ini gambar anjing.
ORANG II
Hah?
22 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
ORANG II
Kau yang salah lihat. Sudah jelas ini diriku dan itu juga diriku.
ORANG I
Ini wajahku dan itu juga wajahku.
ORANG II
Tidak! Ini wajahku dan itu juga wajahku.
ORANG I
Siapa yang benar di antara kita?
ORANG II
Kau siapa? Dan aku siapa?
ORANG I
Kau buta! Yang kau lukis itu diriku.
ORANG II
Kau yang jereng, sudah jelas kau salah lukis dan salah lihat.
ORANG I
Aku melukis wajahku sendiri.
ORANG II
Aku juga
(mereka mengamati lukisan dengan lebih teliti. Mereka kecewa)
ORANG II
Kita tidak bisa menerjemahkan diri kita sendiri.
ORANG I
Kenapa ini terjadi.
ORANG II
Kenapa ini terjadi? Jawablah.
ORANG I
Jawablah.
ORANG II
Kenapa ini terjadi? Ayo jawablah.
ORANG I
Itu pertanyaanku, kau yang harus menjawab.
ORANG II
24 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
sakit?
ORANG I
Kita telah menjadi pembunuh yang sia-sia.
ORANG II
Sebuah pertanyaan pada dunia.
ORANG I
Otakku sudah beku.
ORANG II
Biarkanlah otakmu untuk terus berfikir.
ORANG I
Takut.
ORANG II
Akhirnya cepat sampai pada kesimpulan.
ORANG I
Dan kembali pada keraguan. Ini seperti penyaliban Yesus untuk kedua kalinya.
ORANG II
Hidup ini penuh dengan rangsangan-rangsangan.
ORANG I
Kita tidak harus mewujudkan semuanya.
ORANG II
Ayo kita mencoba lagi.
ORANG I
Ini adalah saat penentuan. Kita harus mendakwa diri kita.
ORANG II
Kita hakimi.
ORANG I
Ayo kita mulai.
DENGAN PENUH GAIRAH MEREKA MENGAMBIL KANVASNYA MASINGMASING DAN MELUKIS. GAGAL. DIBANTING. DIROBEK-ROBEK. GANTI KANVAS.
GAGAL. DIROBEK. GANTI KANVAS. DIROBEK. GAGAL. DIROBEK. MELUKIS LAGI
DIROBEK LAGI. GANTI LAGI. TERUS DAN TERUS SAMPAI KANVASNYA HABIS,
KEMUDIAN MEREKA MELUKIS DI TEMBOK-TEMBOK, BAJU-BAJU YANG
BERGANTUNGAN, LANGIT-LANGIT, MEJA, LANTAI, KURSI, SEPATU, SANDAL,
26 | Lakon Aljabar karya Zak Sorga
LAMPU PADAM