You are on page 1of 0

Pembibitan Kesemek Sistem Pembiakan Tunas Akar

Oleh : Warsana SP
Saat ini ada dua spesies tanaman buah kesemek yang ada di Indonesia yaitu buah
kesemek Diospyros kaki yang tidak berbiji dan buah kesemek Dispyros hasseltii yang
berbiji. Dari kedua jenis tersebut kesemek tanpa biji yang paling banyak dikenal oleh
masyarakat.
Sedangkan yang berbiji biasanya tumbuh di hutan-hutan pada dataran tinggi dengan
curah hujan yang tinggi.
Daerah-daerah sentra tanaman buah kesemek yang ada di Indonesia tersebar di empat
propinsi antara lain di Sumatera Utara pusatnya di Brastagi, Karo, di Jawa Barat di
Garut, Ciloto, Cikajang, Bayongbong, dan Tarogong, di Jateng di Tumenggung,
Boyolali, Wonosobo, dan Magelang, di Jawa Timur di Sampit Malang.
Selama ini kesemek di Indonesia diperbanyak dengan biji dan tunas akar, karena bagian
akar kesemek banyak ditemukan mata tunas yang mampu tumbuh menjadi tanaman
dewasa. Kelemahannya usia berbuahnya cukup lama, sekitar 7-10 tahun dengan kualitas
pohon yang belum tentu sama dengan induknya. Untuk itu sebaiknya dirintis usaha
pembibitan secara vegetatif dengan penyambungan atau kalau memungkinkan melalui
kultur jaringan, sehingga akan diperoleh bibit tanaman yang bermutu sesuai induknya,
usia panen yang lebih genjah.
Perbanyakan melalui akar biasanya diambil pada akar yang banyak ditemukan mata,
sedangkan dengan sistem sambungan biasanya dilakukan dengan menyambungkan bibit
tunas akar dan semat biji sebagai batang bawah dan batang atasnya diambilkan dari
cabang pohon dewasa yang dianggap unggul. Batang bawah bisa berasal dari D.
roxburhii, D. discolor (bisbul) atau D nigra (sawo hitam), tentunya yang paling baik
sebagai batang bawah adalah kesemek hutan.
Teknik Pembibitan Pembiakan tunas akar
Lahan persemaian diolah secara baik dan sempurna kemudian dibuat bedengan dengan
lebar sekitar 90 cm, tinggi sekitar 25 cm dan panjang menyesuaikan kondisi lahan.
Media persemaian terdiri atas campuran pasir, kompos, dan tanah dengan perbandingann
2:1:1. Bendengan sebaiknya diberi pembatas pada setiap tepinya dengan batu bata atau
papan dari kayu. Lahan persemaian dapat ditempatkan di bawah naungan atau diberi atap
plastik atau anyaman dari daun kelapa untuk mempercepat proses perkecambahan
karena pada awal pertunasan dibutuhkan kelembaban. Arah bedengan sebaiknya
membujur utara selatan.
Untuk memperoleh bibit yang baik, sebaiknya stek tunas akar diambilkan dari pohon
kesemek yang sudah berumur sekitar 10 tahun (sudah pernah berbuah) dan dianggap
unggul. Pengambilan stek akar dilakukan secara hati-hati dan tunasnya diusahakan
jangan sampai rusak. Ciri-ciri stek akar yang baik adalah jangan terlalu tua dan jangan
terlalu muda, diameter stek kurang lebh 1,5 cm. stek akar yang diperoleh kemudian
dipotong-potong menurut jumlah mata tunas yang dikehendaki dengan panjang stek
sekitar 20-30 cm.
Setelah bahan stek akar siap maka dilakukan penanaman pada bedengan yang telah
disiapkan. Sebelum disemaikan, stek akar dicelupkan pada larutan hormon pemacu
pertumbuhan. Metode penanaman ada dua yaitu pertama, ditancapkan dengan posisi
agak miring dengan kedalaman kurang lebih 5-7 cm dan kedua, dibenamkan dalam
posisi tidur dengan kedalaman 1-1,5 cm di bawah permukaan tanah. Perlu diperhatikan
cara semai dengan terbalik karena tunas tidak akan tumbuh. Untuk menjaga kelembaban
sebaiknya bendengan diberi atap dan disiram secukupnya sampai muncul tunas. Setelah
tunas muncul dilakukan penyemprotan hormon pertumbuhan dengan dosis 1 gr/lt air.
Pembuatan atap persemaian dimaksudkan untuk memberi kondisi yang sesuai bagi stek
tunas akar untuk tumbuh, di mana pada awalnya butuh naungan dan kemudian secara
bertahap sesuai dengan perkembangan tunas naungan itu dikurangi hingga pada tahap
tertentu naungan tersebut harus dihilangkan.
Bahkan naungan bisa dibuat dari plastik atau dari anyaman daun kelapa atau bahan lain
yang fungsinya sama. Pembuatan naungan posisinya agak miring dengan bagian yang
tinggi menghadap ke arah timur.
Setelah tunas akar tumbuh dilakukan pemupukan Urea dengan dosis 50 gr yang
dilarutkan dalam 10 lt air selanjutnya disiramkan pada bedengan. Penyiraman dilakukan
secara terus menerus. Atap persemaian dibuka sebagian secara bertahap sesuai dengan
umur bibit hingga pada tahap tertentu atap naungan dihilangkan. Stek yang tiak tumbuh
dicabut dan dibuang. Penyiangan dilakukan tergantung dengan kondisi gulma yang ada
di bendengan.
Media pembibitan terdiri atas campuran tanah, kompos, dan pasir dengan perbandingan
1:1:1. Media dimasukkan ke dalam polibag. Ukuran polibag dengan diameter 15 cm
tinggi 20 cm.
-Penanaman Pada Polibag dan Pemeliharaan
setelah bibit dipersemaikan berumur kurang lebih 3 bulan, maka bibit siap dipindahkan
pada polibag yang telah disediakan. Pengambilan stek dari persemaian dilakukan secara
hati-hati agar tunas tidak rusak. Penanaman polibag diusahakan pada sore hari untuk
menghindari suhu yang terlalu panas agar bibit tidak mengalami stagnasi yang
berkepanjangan.
Pemeliharaan bibit di polibag dilakukan antara lain dengan penyiraman secara rutin
dengan jumlah yang cukup (tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak) untuk menjaga
kelembaban media agar bibit tidak mengalami kekeringan. Selain disiram, dilakukan
pemupukan Urea dan SP 36 dengan dosis masing-masing 1 gr per polibag setelah 1
minggu di polibag. Pemupukan selanjutnya dilakukan pada umur 2 bulan setelah
dipembibitan. Bibit di polibag dipelihara sampai umur 1-1,5 tahun selanjutnya siap
untuk dipindah di lapangan.
W a r s a n a S P
Penulis dari BPTP Jateng
Dimuat pada Tabloid Sinar Tani, 11 Februari 2004

You might also like